• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ANGGARAN DASAR DAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA

GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI)

Kantor Pusat (Synode) :

Jalan Wonodri Kebondalem No.1A Telp.024-8312278 Semarang - 50242

(2)

PENGANTAR & PENJELASAN HISTORIS

Tentang

Perubahan / Amandemen / Revisi Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI)

Bahwa Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) yang dahulu bernama The United Pentecostal Church (UPC) berdiri sejak tanggal 13 Maret 1948, telah diakui syah oleh Pemerintah sebagai lembaga Gereja KERKGENOOTSCHAP dengan surat Pengakuan No.8 tanggal 13 Maret 1948, kemudian dikukuhkan Kementerian Agama Republik Indonesia dengan surat No. 149/E/B.4 tanggal 18 Juli 1950;

Dalam Konferensinya di Semarang pada tanggal 25-29 Januari 1961, diubah dan ditetapkan namanya menjadi GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA DISINGKAT disingkat GPSI yang berkedudukan / pusat di Semarang.

Dalam konferensinya yang ke III di Semarang pada tanggal 22 s/d 27 Juni 1963, Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) telah menyusun dan mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga-nya.

Bahwa dalam Musyawarah Besar (MUBES) nya yang ke13 tanggal 21 s/d 26 Agustus 1985 di Samarinda telah diadakan perubahan

(3)

Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Gereja Pantekosta Serikat Indnesia (GPSI) , sehubungan dengan diberlakukannya Undang Undang No.8 tahun 1985, dan telah didaftarkan pada Notaris di Semarang, Notaris Raden Mas Hartono Suryo Pratikno SH, dan legalisasi oleh Pengadilan Negeri Semarang.

Kemudian untuk menyesuaikan Situasi dan Perkembangan Sosial Politik maupun Organisasi dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; dalam Musyawarah Besar/MUBES ke XX Gereja Pantekosta Serikat Indonesia tanggal 09 s/d 12 September 2003 telah merekomendasikan untuk mengamamndemen / merevisi Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI), untuk itu telah dibentuk tim perumus Amandemen AD & ART yang mana rumusannya telah ditelaah dan dibahas dalam Rapat Kerja Pengurus Lengkap (RKPL) pada tanggal 11 s/d 14 Juli 2005 di Cisarua Bogor, setelah diterima / disetujui / disahkan kemudian direkomendasikan dan disahkan oleh dan dalam Musyawarah Besar (MUBES) ke XXI. pada tanggal 05 s/d 08 Agustus 2008 di Kutai Barat, ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI) yang tersusun sebagai berikut :

(4)

MUKADIMAH ( PREAMBUL )

Bahwa sesungguhnya ALKITAB Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah FIRMAN TUHAN yang benar dan kekal, yaitu sumber pernyataan TUHAN yang ROH adanya, YANG ESA DAN BENAR, yang menyatakan diriNya dalam pribadi TUHAN YESUS KRISTUS, Anak Allah, Juru Selamat, Pembaptis Roh Kudus, Kepala Gereja, Imam besar dan Mempelai Laki Laki Surga yang akan datang.

Karena itu segala Pengajaran, Nasehat maupun peraturan dari dan bagi Sidang Jemaat (Gereja) harus berdasar dan sesuai dengan isi ALKITAB; yang menyaksikan bahwa Pemerintah yang sah adalah kekuasaan yang ditetapkan oleh TUHAN, dan sepatutnya kita sebagai umat TUHAN dan sebagai warga Negara, menaklukkan diri kepada kuasa itu dan menaati peraturan-peraturannya.

Bahwa Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) adalah Badan Persekutuan orang-orang yang beriman kepada TUHAN YESUS KRISTUS di Indonesia yang sesuai dengan panggilannya sebagai Gereja yang Kudus dan Am, melalui Persekutuan, Kesaksian dan Pelayanannya, meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin sesama manusia; yaitu terwujudnya keseimbangan antara Kuasa, Keadilan / Kebenaran dan Kasih; maka disusunlah ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI) sebagai berikut :

(5)

ANGGARAN DASAR

GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI)

BAB I

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN dan WAKTU PASAL 1

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Gereja ini memakai nama GEREJA PANTEKOSTA SERKAT INDONESIA dengan singkatan GPSI, yang dahulu bernama THE UNITED PENTECOSTAL CHURCH (UPC) dan berkedudukan / berpusat di Semarang, dengan dapat membuka / mendirikan cabang- cabang / gereja / Jemaat diwilayah Indonesia, dan bila memungkinkan diluar negeri atas kebijaksanaan Pengurus Besar.

PASAL 2 W A K T U

GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI) yang dahulu bernama THE UNITED PENTECOSTAL CHURCH (UPC), berdiri sejak tanggal 13 Maret 1948 untuk waktu yang tidak ditentukan lamanya.

BAB II PASAL 3

PENGAKUAN IMAN / PERCAYA

GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI) mengaku beriman / percaya kepada TUHAN pencipta alam semesta, TUHAN Yang Maha ESA dan BENAR, yang menyatakan diri didalam pribadi TUHAN YESUS KRISTUS, serta taat kepada

(6)

Firman TUHAN sebagaimana termaktub dalam ALKITAB Perjanjian lama dan Perjanjian Baru.

BAB III A Z A S PASAL 4

GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI), dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, berazaskan PANCASILA sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945.

BAB IV

MAKSUD / TUJUAN dan USAHA PASAL 5

MAKSUD / TUJUAN

GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI), bermaksud melaksanakan Amanat Agung TUHAN YESUS, dan bertujuan memberitakan Kabar Baik, Injil Yesus Kristus dan menyaksikan KebenaranNya yang bersumber pada Firman TUHAN (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) dibawah pimpinan Roh Kudus, kepada semua umat manusia, supaya percaya dan diselamatkan serta menghimpun dan melayani dengan kasih dalam persekutuan Gerejawi sebagai TUBUH KRISTUS demi kemuliaan TUHAN.

PASAL 6 U S A H A

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut dalam Pasal 5, GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI) mengadakan usaha / kegiatan dalam pelayanan:

(7)

1. Memberitakan Firman TUHAN melalui Kebaktian Minggu, Kebaktian Rumah Tangga, Persekutuan Doa, Pendalaman / Pemahaman Alkitab dan acara gerejawi lainnya.

2. Melayani sakrament, Baptisan Air, Penyerahan Anak, Perjamuan Suci dan Peneguhan & Pemberkatan Nikah.

3. Menyelenggarakan perkunjungan dan Pembinaan Rohani ke rumah-rumah Jemaat, ke rumah rumah Sakit, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan lain-lain.

4. Mengusahakan dibukanya Pendidikan Agama Kristen di sekolah- sekolah, Tingkat Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi.

5. Mengusahakan dibukanya Pendidikan Alkitab / Teologi dan Pusat Pelatihan untuk mendidik calon-calon Pelayan Gerejawi, dan Hamba Tuhan dan Pendidikan Umum lainnya melalui Yayasan.

6. Mendatangkan dan mengirimkan tenaga–tenaga gerejawi dari dan keluar negeri guna mewujudkan persekutuan dan kemajuan gereja.

7. Menyelenggarakan Pelayanan Diakonia (Pelayanan Kasih / Sosial).

8. Mengusahakan membuka / mendirikan cabang-cabang gereja.

9. Menerbitkan dan menyebarkan brosur / bulletin / majalah / buku- buku Rohani Kristen dan lain sebagainya.

10. Memberitakan Injil dengan memanfaatkan Radio, televisi dan multi media lainnya.

11. Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan Firman TUHAN / Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta peraturan dan perundangan yang berlaku.

12. Usaha-usaha / Kegiatan / Pelayanan gereja angka 1 s/d 11 dikerjakan oleh GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA

(8)

(GPSI), dan atau dalam bekerja sama dengan Gereja / Badan / Lembaga / Yayasan Kristen baik dalam maupun luar negeri, serta Badan / Lembaga lain dan Pemerintah.

BAB V KEANGGOTAAN

PASAL 7

1. Anggota Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) dapat dibedakan dalam :

a. Anggota Aktif b. Anggota Pasif.

2. Anggota aktif adalah mereka yang mendaftarkan diri secara resmi ke GPSI dengan surat pernyataan menjadi anggota.

3. Anggota Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) terdiri dari mereka yang sudah dibaptis selam dalam Nama TUHAN YESUS KRISTUS dan mendapat Surat Baptis.

4. Anggota Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) adalah anak-anak yang telah diserahkan kepada TUHAN dalam nama TUHAN YESUS KRISTUS. dan mendapat Surat Penyerahan Anak.

5. Anggota Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) adalah mereka yang menyetujui / menerima Pengakuan Percaya dan Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga dari Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI).

6. Anggota GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI), adalah mereka yang telah mendapatkan Surat Nikah GPSI.

7. Anggota Pasif adalah mereka yang tidak mendaftarkan diri (baik lisan maupun tulisan) tetapi bersedia bergadung / ikut dalam kebaktian-kebaktian maupun acara yang diadakan oleh GPSI tanpa adanya unsur paksaan.

(9)

8. Hanya anggota aktif yang mendapat kesempatan untuk memilih dan dipilih menjadi anggota Pengurus GPSI.

PASAL 8 HAK ANGGOTA.

1. Mereka yang dibaptis selam berhak menerima Surat Baptis dan Kartu Anggota Jemaat. (KAJ).

2. Anak-anak yang sudah diserahkan, berhak menerima Surat Penyerahan Anak.

3. Mereka yang menikah dan diteguhkan oleh Pendeta / Gembala Sidang GPSI setempat berhak menerima Surat Peneguhan dan Pemberkatan Nikah.

4. Anggota Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) yang aktif berhak memilih dan dipilih untuk menduduki jabatan Gerejawi, serta mendapat pelayanan gerejawi lainnya.

PASAL 9

KEWAJIBAN ANGGOTA

1. Anggota GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI), berkewajiban mengikuti semua kegiatan dan pelayanan Gerejawi.

2. Anggota GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI), berkewajiban memberi korban / persembahan dan persepuluhan sesuai dengan Firman TUHAN.

3. Anggota GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI), berkewajiban memelihara Rumah TUHAN (Gereja), baik secara fisik maupun spiritual, sesuai dengan Firman TUHAN.

4. Berkewajiban tunduk kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-keentuan lain yang dikeluarkan oleh GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI).

(10)

BAB VI

SISTEM BERGEREJA DAN STRUKTUR ORGANISASI.

PASAL 10.

SISTEM BERGEREJA.

GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI) menganut sistem bergereja KONGREGASIONAL SYNODA, dengan tingkat / susunan kepemimpinan: Tingkat Pusat, Tingkat Daerah, Tingkat Wilayah dan Jemaat Setempat (Lokal)

PASAL 11

STRUKTUR ORGANISASI.

1. GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI), meliputi 10 Kompartemen:

A. Kompartemen Penelitian dan Pengembangan Organisasi, (Litbang)

B. Kompartemen Penginjilan.

C. Kompartemen Pendidikan, Pengajaran dan Teologi.

D. Kompartemen Kesejahteraan Sosial dan Diakonia.

E. Kompartemen Pembangunan Fisik.

F. Kompartemen Multi Media dan Perpustakaan G. Kompartemen Sekolah Minggu.

H. Kompartemen Pemuda dan Remaja.

I. Kompartemen Peran Perempuan..

J. Kompartemen Peran Laki-laki

2. A. Untuk Tingkat Pusat : Kompartemen.

B. Untuk Tingkat Daerah : Bidang.

C. Untuk Tingkat Wilayah : Komisi.

D. Untuk Tingkat Lokal : Seksi

Dengan menyesuaikan kondisi setempat.

(11)

BAB VII

SUSUNAN PENGURUS.

PASAL 12.

BADAN PENASEHAT DAN PERTIMBANGAN.

1. Badan Penasehat dan Pertimbangan (BPP), memberikan nasehat dan pertimbangan diminta atau tidak kepada Pengurus Pusat GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI), demi sehatnya Tubuh / Organisasi / Ajaran GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI).

2. Badan Penasehat dan Pertimbangan (BPP) dipilih dan ditetapkan oleh dan dalam MUBES untuk masa bakti 5 tahun.

3. Badan Penasehat dan Pertimbangan (BPP) terdiri dari mantan Pengurus Pusat dan Pendeta Senior yang dapat menjadi suri teladan, minimal 3 orang dan maximal 5 orang.

PASAL 13.

BADAN PENGAWAS DAN PEMERIKSA KEKAYAAN ORGANISASI (BPPKO).

1. Badan Pengawas Pemeriksa Kekayaan Organisasi (BPPKO) secara independent melaksanakan dan memeriksa kekayaan GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI), DARI TINGKAT Pusat sampai tingkat Lokal.

2. Badan Pengawas Pemeriksa Kekayaan Organisasi (BPPKO) dipilih dan ditetapkan oleh dan dalam MUBES untuk masa bakti 5 tahun.

3. Dipilih diantara Pendeta Senior / Professional yang kapabel minimal 3 orang dengan susunan:

• Seorang Ketua.

• Seorang Sekretaris.

• Anggota.

(12)

PASAL 14.

PENGURUS BESAR.

1. Pengurus besar GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI) adalah Pengurus tertinggi dibawah Kongres / Mubes, yang pelaksanaan pekerjaan sehari-hari dilakukan Pengurus Pusat.

2. Pengurus Besar GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI), terdiri dari Pengurus Pusat dan Ketua Ketua Daerah pada waktu Kongres / Mubes.

3. Dalam keadan Darurat / Genting, Pengurus Besar dapat mengambil keputusan yang mengikat setelah rapat Pengurus Besar.

PASAL 15, PENGURUS PUSAT.

1. Pengurus Pusat GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI), dipilih dan ditetapkan oleh dan dalam Kongres / Mubes untuk masa bakti 5 tahun.

2. Pengurus Pusat GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI), terdiri dari:

• Seorang Ketua Umum.

• Seorang Ketua I.

• Seorang Ketua II.

• Seorang Sekretaris Jenderal.

• Seorang Wakil Sekretaris Jenderal.

• Seorang Bendahara Umum.

• Seorang Wakil Bendahara Umum.

(13)

3. Ketua Ketua Kompartemen sebagaimana tercantum pada Bab VI Pasal 11 ayat 2 Anggaran Dasar dipilih oleh Pengurus Pusat dan disahkan dalam Mubes untuk masa bakti 5 tahun.

PASAL 16 PENGURUS DAERAH

1. Pengurus Daerah GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI), adalah Pengurus tertinggi ditingkat Daerah dan dipilih dan ditetapkan dalam Musda, serta dikukuhkan oleh Pengurus Pusat untuk masa bakti 5 tahun.

2. Pengurus Daerah mewakili Pengurus Pusat terhadap Pemerintah dan Instansi lainnya ditingkat daerah dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan / usaha / kegiatan / pelayanan Gerejawi di daerahnya.

3. Pengurus Daerah terdiri dari:

• Seorang Ketua Daerah.

• Seorang Ketua I

• Seorang Ketua II.

• Seorang Sekretaris Daerah.

• Seorang Wakil Sekretaris Daerah.

• Seorang Bendahara Daerah.

• Seorang Wakil Bendahara Daerah.

4. Ketua-Ketua Bidang dipilih oleh Pengurus Daerah, dan disahkan dalam Musyawarah Daerah untuk masa bakti 5 tahun.

PASAL 17.

PENGURUS WILAYAH.

1. Pengurus Wilayah GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI) adalah Pengurus tertinggi Wilayah yang di

(14)

pilih oleh rapat Wilayah dan ditetapkan dalam Musda serta dikukuhkan oleh Pengurus Daerah untuk masa bakti 5 tahun.

2. Pengurus Wilayah mewakili Pengurus Daerah terhadap Pemerintah dan instansi lainnya ditingkat wilayah dan bertanggung jawab atas segala penyelenggaraan / usaha / kegiatan / Pelayanan Gerejawi di wilayahnya.

3. Pengurus Wilayah terdiri dari:

• Seorang Ketua Wilayah

• Seorang Ketua I.

• Seorang Ketua II.

• Seorang Sekretaris Wilayah

• Seorang Wakil Sekretaris Wilayah.

• Seorang Bendahara Wilayah

• Seorang wakil Bendahara Wilayah.

4. Ketua Ketua Komisi dipilih oleh Pengurus Wilayah dan disahkan dalam Musyawarah Wilayah untuk masa bakti 5 tahun.

PASAL 18.

JEMAAT LOKAL.

1. Pengurus Jemaat Lokal adalah Pengurus tertinggi di Jemaat Lokal yang dipimpin oleh seorang Gembala Sidang yang telah ditetapkan oleh Pengurus Daerah, dibantu oleh Pengerja dan Pembela Sidang Jemaat Lokal.

2. Gembala Sidang memegang wewenang tertinggi dalam Jemaat Lokal, dibantu Pengurus Jemaat Lokal (Pengerja dan Pembela Sidang).

3. Gembala Sidang ditetapkan oleh Pengurus Daerah dihadapan Jemaat Lokal.

4. Pengurus Jemaat ditetapkan oleh Gembala Sidang dengan masa bakti sesuai dengan kebutuhan setempat.

(15)

BAB VIII

RAPAT / PERSIDANGAN / KONGRES.

PASAL 19.

MUBES / KONGRES.

1. Kongres / Mubes adalah Badan Persidangan dan Kekuasaan Tertinggi dalam organisasi GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI), yang diadakan sekurang kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun yang dihadiri oleh Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, Pengurus Wilayah, Ketua Ketua Kompartemen, Seluruh Gembala Sidang, Pendeta / Pendeta Muda / Pendeta Pembantu dari Tubuh / Organisasi GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI), dan dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) nya, sedang keputusan Kongres / Mubes dianggap sah apabila diputuskan oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari yang hadir.

2. Wewenang Kongres / Mubes:

A. Menerima dan mengesahkan Pertanggungjawaban Pengurus Besar.

B. Menyusun dan menetapkan kebijaksanaan serta program kerja umum GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI).

C. Menyusun / merumuskan dan menetapkan Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta peraturan peraturan lainnya.

D. Memilih serta menetapkan Pengurus Pusat, Badan Penasehat dan Pertimbangan (BPP), serta Badan Pengawas Pemeriksa Kekayaan Organisasi (BPPKO).

E. Menentukan Pembagian Wilayah - Wilayah Pelayanan Gereja.

(16)

F. Menerima dan menolak Penggabungan dengan pihak lain.

G. Mubes menerima dan mengesahkan pertanggungjawaban Badan Pengawas Pemeriksa Kekayaan Organisasi (BPPKO).

3. Penyelenggaraan Kongres / Mubes.

Kongres / Mubes dipersiapkan oleh Pengurus Pusat dan Penyelenggaraannya diserahkan kepada Panitia Penyelenggara yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat.

4. Pengertian Kongres adalah juga : Musyawarah Besar (MUBES), Rapat kerja Pengurus Lengkap (RKPL), Konferensi dan istilah istilah lainnya yang sesuai dengan Situasi dan Kondisi.

5. Rapat Kerja Pengurus Lengkap (RKPL), yakni Pengurus Pusat (PP), Badan Penasehat dan Pertimbangan (BPP) , Badan Pengawas Pemeriksa Kekayaan Organisasi (BPPKO), Pengurus daerah (PD) dan Ketua-Ketua Kompartemen, diadakan paling lama 2 (dua) tahun sesudah Mubes.

PASAL 20.

MUSYAWARAH DAERAH

1. Musyawarah Daerah (Musda) adalah badan persidangan tertinggi tingkat daerah, yang diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun, dan yang dihadiri oleh Pengurus Daerah, Ketua Ketua Bidang, Pengurus Wilayah dan Pendeta / Pendeta Muda / Pendeta Pembantu / Pembela Sidang.

2. Wewenang Musyawarah Daerah (Musda).

A. Menerima dan mengesahkan Pertanggungjawaban kerja Pengurus Daerah.

B. Memilih Pengurus daerah untuk ditetapkan Pengurus Pusat.

3. Penyelenggaraan Musyawarah Daerah.

(17)

Musyawarah Daerah dipersiapkan oleh Pengurus Daerah dan penyelenggaraannya diserahkan kepada salah satu Jemaat yang ditunjuk.

4. Dalam keadaan darurat / genting, Pengurus Daerah dapat mengambil keputusan yang mengikat setelah mengadakan Rapat Pengurus Daerah.

PASAL 21

RAPAT KERJA DAERAH.

1. Rapat Kerja Daerah adalah Badan Persidangan yang diadakan 2 tahun sesudah Musyawarah Daerah, dan yang dihadiri oleh seluruh Pengurus Daerah, Ketua Ketua Bidang dan Pengurus Wilayah.

2. Wewenang Rakerda.

A. Menyosialisasikan Kebijaksanaan Keputusan Musyawarah Besar (MUBES)

B. Mengevaluasi dan menyusun Progran Kerja daerah.

C. Tempat Rakerda berikutnya diusulkan dan ditetapkan dalam Rakerda.

3. Dalam keadaan Darurat dan genting, Pengurus Daerah dapat mengambil keputusan yang mengikat setelah mengadakan Rapat Pengurus Daerah.

PASAL 22 RAPAT WILAYAH

1. Rapat Wilayah ditentukan oleh Pengurus Wilayah yang diadakan sesuai dengan kebutuhan wilayahnya.

2. Rapat Wilayah memilih Pengurus Wilayah untuk ditetapkan dalam Musyawarah Daerah.

(18)

PASAL 23.

RAPAT JEMAAT.

1. Kebijaksanaan Jemaat Lokal diatur dan ditentukan oleh Gembala Sidang yang dalam pelaksanaannya dilakukan melalui Rapat Jemaat yang diadakan sesuai dengan kebutuhan.

2. Bila dalam satu Jemaat Lokal, seorang Gembala Sidang meninggal dunia, maka formasi penggembalaan akan diatur oleh Rapat Jemaat dengan dihadiri oleh Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah, dengan meperhatikan kriteria criteria seorang Gembala Sidang, sesuai dengan Anggaran Dasar (AD) Bab IX Pasal 24 (3).

BAB IX

PEJABAT GEREJAWI.

PASAL 24

Pejabat Gerejawi dalam Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI), adalah mereka sesuai dengan predikatnya yang mempunyai fungsi dalam pelayanan gerejawi:

1. Predikat Pendeta (Pdt). mempunyai fungsi / jabatan sebagai Gembala Sidang dan Penginjil, dan jawatan lainnya.

2. Predikat Pendeta Muda (Pdm) mempunyai fungsi / jabatan sebagai Wakil Gembala Sidang.

3. Seorang Gembala Sidang adalah disamping telah mengikuti pendidikan teologi, juga sudah membuktikan melayani dengan setia selama 5 (lima) tahun dan memenuhi persyaratan pada Anggaran Rumah Tangga (ART) pasa 8 (1) (A-F).

4. Pembela Sidang mempunyai fungsi membantu Gembala Sidang secara umum dalam pelayanan Gerejawi dan diakonia dalam Jemaat Lokal.

(19)

5. Pengajar di dalam organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) adalah mereka yang disamping memiliki predikat gerejawi juga memiliki keahlian disiplin ilmu.

BAB X M U T A S I.

PASAL 25

1. Mutasi adalah perpindahan Gembla Sidang, Pendeta dan Pendeta Muda/Pendeta Pembantu dari satu Jemaat ke Jemaat lainnya, dan atau pengalihan tugas pelayanan gerejawi di lingkungan Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI), guna menciptakan suasana pelayanan gerejawi yang baik dan sehat.

2. Kewenangan melaksanakan mutasi tingkat Nasional oleh Pengurus Pusat setelah mengadakan penelitian secara seksama dan hati-hati, karena ada laporan dan usulan yang bersngkutan atau anggota Jemaat Lokal.

3. Kewenangan melaksanakan mutasi tingkat Daerah oleh Pengurus Daerah melalui koordinasi Pengurus Wilayah dan sepengetahuan Pengurus Pusat.

4. Mutasi diadakan karena:

A. Ada tugas khusus dari Pengurus Pusat.

B. Bertukar tempat dengan rekannya.

C. Adanya kerja sama yang kurang serasi, sehingga sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) suara dari jemaat menolaknya secara tertulis.

(20)

BAB XI

DISIPLIN PEJABAT GEREJAWI.

PASAL 26.

1. Disiplin Gereja adalah tindakan Gerejawi untuk menjaga kekudusan Nama TUHAN DAN GEREJA serta mendidik kearah kesucian.

2. Kewenangan untuk menjatuhkan Disiplin Gereja berupa skorsing oleh Pengurus Daerah, sedangkan Pemecatan bagi Pelayan Firman / pejabat Gereja oleh Pengurus Pusat;

sedangkan bagi anggota Jemaat oleh Pendeta / Gembala Sidang setempat

3. Alasan-alasan dikenakan disiplin Gereja adalah berkelakuan tidak senonoh, misalnya : berzinah, membunuh, pemabuk, menyiarkan pengajaran sesat, menyalah gunakan nama Gereja untuk kepentingan / keuntungan diri sendiri, mengacau dan menimbulkan perpecahan Gereja, tidak loyal serta tidak manaati Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga dan mencemarkan Nama Baik GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI).

4. Setiap Pejabat Gerejawi GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI) yang terkena sanksi dengan sendirinya berhenti dari Jabatan Kepengurusan.

5. Sanksi dijatuhkan mulai dari tindakan administratif / Skorsiing hingga pemecatan bagi yang melanggar pada ayat 3 (tiga) tersebut diatas.

6. Apabila seorang pejabat Gerejawi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) terkena disiplin gereja sebab melanggar Pasal ini ayat 3 (tiga), ia harus meninggalkan tempat pelayanan (pastori) dan asset GPSI selambat-lambatnya dalam tempo 1 (satu) bulan tanpa syarat. dan Pengurus berhak mencabut

(21)

semua surat-surat keputusannya dan lain-lain yang berhubungan dengan Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI). Dan jika dipandang perlu menyiarkannya melalui sarana media tertentu untuk dinyatakan tidak berlaku lagi.

7. (Dalam tempo 2 (dua) tahun jika yang bersangkutan menyatakan menyesal dan bertobat, dibuktikan dengan perubahan yang nyata, dapat diterima kembali.)

BAB XII

HAK MILIK DAN PENGELOLAAN.

PASAL 27

Hak milik /harta kekayaan GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI) diperoleh dari :

1. Persembahan berupa Uang dari Persembahan Mingguan, Persembahan Tatangan maupun persembahan lainnya dari anggota Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) lokal, Persepuluhan dikirim ke Pengurus Pusat (Bendahara Umum) lewat (diketahui) Gembala setempat.

2. Persembahan dan Persepuluhan dari Jemaat local penggunaanya diatur oleh Gembala Sidang setempat

3. Persepuluhan dari Gembala Sidang dan Fungsional Struktural GPSI dikirim ke Kas Pusat untuk diatur dan dikelola Bendahara Umum.

4. Kas Daerah didapat dari Ekstra Kolekte Jemaat Lokal dan lain- lain yang tidak mengikat, diatur dan dikelola oleh Pengurus Daerah masing-masing sesuai dengan kondisi daerahnya.

5. Kas Wilayah diatur dan dikelola Pengurus Wilayah masing- masing sesuai dengan kondisi wilayahnya.

(22)

6. Sumbangan atau hibah, baik yang berupa uang maupun benda bergerak dan tidak bergerak, yang halal dan tidak mengikat dari anggota dan atau dari siapapun.

7. Sumbangan / hibah baik berupa uang maupun benda bergerak dan tidak bergerak dibuat untuk dan atas nama Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI), dan menjadi hak milik Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI).

8. Milik Inventaris yang dibeli dan diusahakan oleh Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) menjadi milik Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI).

9. Pengelolaan Hak Milik dan keuangan Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) pada tingkat Pusat oleh Bendahara Umum,Tingkat Daerah oleh Bendahara Daerah, tingkat Wilayah oleh Bendahara Wilayah dan tingkat Jemaat Lokal oleh Bendahara Jemaat Lokal.

10. Pengawasan umum atas pengelolaan kekayaan / asset GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI) oleh Badan Pengawas Pemeriksa Kekayaan Organisasi (BPPKO)

BAB XIII PASAL 28

PERATURAN TAMBAHAN.

1. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini, diatur dalam Anggaran Rumah Tangga, serta kebijaksanaan- kebijaksanaan yang pelaksanaannya diatur dan ditentukan oleh Kongres / Mubes.

2. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI) DITETAPKAN OLEH Kongres / Mubes.

(23)

BAB XIV PASAL 29 P E N U T U P.

Anggaran Dasar GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI) ini disahkan dalam Kongres III GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESia (GPSI tanggal 27-Juni 1963 di Semarang; dan diadakan perubahan / penyempurnaan dalam Musyawarah Besar ke 13 di Samarinda pada tanggal 21 s/d 26 Agustus 1985, dan dinyatakan dalam Akta yang dibuat dan diresmikan dihadapan Notaris Raden Mas Hartono Soeryopratikno, Sarjana Hukum, di Semarang, pada tanggal 23 mei 1987;dan terdaftar pada Departemen Agama RI, cq. Direktorat jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen di Jakarta No.F/Kep/194/2710/1988, tanggal 22 September 1988. Dan diadakan revisi / penyempurnaan dalam Mubes XIX GPSI di Salatiga pada tanggal 30 Juni s/d 03 Juli 1998;

Kemudian diadakan amandemen oleh tim Amandemen Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) di Tarakan GPSI Elshaddai I pada tanggal 24-26 Agustus 2004; dan diterima dan disahkan dalam Rapat Kerja Pengurus Lengkap (RKPL) tanggal 11-14 Juli 2005 di Cisarua Bogor dan DISAHKAN / RESMIKAN dalam Mubes XXI GPSI di Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur pada tanggal 05 s/d 08 Agustus 2008.

--- oooOooo ---

(24)

ANGGARAN RUMAH TANGGA

GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT INDONESIA (GPSI)

PASAL 1

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

1. Badan Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) adalah terjemahan dari nama The United Pentecostal Church yang dipersatukan dengan The Pentecostal Incorporated.

2. Tempat kedudukan / pusat Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI), beralamat di Jl. Wonodri Kebondalem No.1A, Telp. 024- 8312278 Semarang 50242.

PASAL 2

PENGAKUAN PERCAYA (IMAN).

Pengakuan Percaya dari Gereja Pantekosta Serikat (GPSI) ialah TUHAN YANG ESA DAN BENAR yang telah menyatakan diri sebagai: BAPA, didalam ANAK dan ROH KUDUS yaitu TUHAN YESUS KRISTUS. Yoh.14:10-11; 1Kor.8:6; Ef.4:6 2Kor.5:19 dll.

PASAL 3

STRUKTUR ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN.

1. Ketua Umum

Mewakili Organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) ke dalam dan ke luar serta bertanggung jawab kepada Kongres / Mubes.

a. Ke dalam:

1. Mengurus Organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI).

(25)

2. Mengundang / mengadakan Kongres / Mubes, rapat dan penerangan.

3. Menanda tangani surat-surat penting.

4. Menyimpan document penting dari organissi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI).

b. Ke luar:

1. Terhadap Pemerintah.

2. Terhadap Instansi instansi / Organisasi Umum lainnya.

2. Ketua I dan Ketua II:

Mewakili Ketua Umum sesuai dengan pembagian (pembidangan) tugas (Job description) yang ada.

3. Sekretaris jenderal:

a. Menyelenggarakan surat menyurat / administrasi rutin.

b. Membuat serta menyimpan Notulen-notulen Kongres / Mubes dan surat-surat penting lainnya yang berhubungan dengan kegerejaan dan organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI).

c. Menanda-tangani surat-surat resmi.

d. Mendampingi dan atau mewakili / melaksanakan tugas ketua Umum.

4. Wakil Sekretaris jenderal:

Membantu penyelenggaraan administrasi dan Organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI), sesuai dengan pembagian Tugas (Job Description)

5. Bendahara Umum:

a. Menerima dan menyimpan uang yang khusus menyadi Milik Organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) dan mengelola Administrasinya

(26)

b. Mengeluarkan uang yang khusus menjadi kewajiban pembiayaan / keperluan Organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI).

c. Pengeluaran uang harus seijin / sepengetahuan Ketua Umum.

d. Tiap 3 (tiga) bulan membuat laporan keuangan, dan mengirimkannya kepada Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan Wakil Bendahara Umum

e. Tiap 3 (tiga) bulan.membuat laporan penerimaan persepuluhan dan mengirimkannya kepada tiap Gembala Sidang Jemaat Lokal / fungsional struktural

f. Uang yang diterima dari seluruh Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) harus disimpan di Bank Pemerintah atas nama Organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia.

6. Wakil Bendahara Umum.

Membantu dan menyimpan Pembukuan Kas Pusat Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI), dan menyelenggarakan tugas dan fungsi Bendahara Umum apabila berhalangan tetap dan sesuai dengan pembagian tugas (Job Description).

7. Pengurus Daerah.

a. Ketua Daerah:

Mewakili Pengurus Pusat mengenai urusan kemajuan dan kelancaran Organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) di daerahnya dan bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat (Ketua Umum).

b. Ketua I dan Ketua II (Tingkat Daerah).

Mewakili Ketua Daerah di daerahnya sesuai dengan pembagian Tugas (Job Description).

(27)

c. Sekretaris Daerah.

Menyelenggarakan surat menyurat untuk keperluan daerah serta membuat dan menyimpan Notulen Daerah/surat-surat penting lainnya.

d. Wakil Sekretaris Daerah.

Membantu penyelenggaraan Admistrasi Daerahnya sesuai dengan pembagian tugas (Job description).

e. Bendahara Daerah.

1. Menerima dan menyimpan uang yang khusus menjadi milik organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI).

2. Mengeluarkan uang yang khusus menjadi kewajiban / pembiayaan / keperluan Organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) tingkat Daerah.

3. Mengeluarkan uang harus seijin / sepengetahuan Ketua Daerah.

4. Setiaap 6 (enam) bulan membuat laporan keuangan kepada Ketua Daerah, Sekretaris Daerah dan Jemaat Lokal.

f. Wakil Bendahara Daerah.

Membantu membuat dan menyimpan pembukuan Kas Daerah sesuai dengan pembagian tugas (Job Description).

8. Pengurus Wilayah.

a. Ketua Wilayah.

Mewakili Pengurus Daerah mengenai urusan kemajuan dan kelancaran Organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) diwilayahnya dan bertanggung jawab kepada Pengurus Daerah (Ketua Daerah)

(28)

b. Ketua I dan Ketua II (Tingkat Wilayah)

Mewakili Ketua wilayah di wilayahnya sesuai dengan pembagian Tugas (Job Description)

c. Sekretaris Wilayah

Menyelenggarakan surat-menyurat untuk keperluan wikayah serta membuat dan menyimpan Notulen Keputusan Wilayah / surat-surat penting lainnya.

d. Wakil Seretaris Wilayah.

Membantu penyelenggaraan Administrasi Wilayahnya, sesuai dengan pembagian tugas (Job Description)

e. Bendahara Wilayah.

1. Menerima dan menyimpan uang yang khusus menjadi milik organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI).

2. Mengeluarkan uang yang khusus menjadi kewajiban / pembiayaan / keperluan Organisasi gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) tingkat wilayah.

3. Mengeluarkan uang harus seijin / sepengetahuan Ketua Wilayah.

4. Setiap enam bulan mebuat laporan keuangan kepada Ketua Wilayah, Sekretaris Wiliyah. dan Jemaat Lokal.

f. Wakil Bendahara Wilayah.

Membantu membuat dan menyimpan Pembukuan Kas Wilayah sesuai dengan Pembagian Tugas (Job Description).

(29)

PASAL 4

KRITERIA ANGGOTA PENGURUS PUSAT.

Disamping sudah memenuhi persyaratan sebagai pelayan Firman seperti tersebut pada ART pasal 8, Pengurus Pusat GPSI diharuskan memenuhi Kriteria seperti di bawah ini :

1. Menunjukkan Loyalitas, Kredibilitas, kapabelitas dan eksebelitas dalam pelayannan di GPSI selama 15 tahun secara terus menerus.

2. .Berusia 35 tahun sampai dengan 65 tahun, namun apabila dianggap masih diperlukan tenaga dan pemikirannya akan dipertimbangkan secara khusus.

3. Seorang warga Negara Indonesia yang sudah teruji dengan buah-buah pelayanan / prestasi serta berjiwa kebangsaan dan berwawasan Nusantara.

4. Sudah pernah duduk sebagai Pengurus Daerah dan Ketua Kompartemen.

5. Berpendidikan Umum serendah-rendahnya SMA atau yang sederajat dan memiliki latar belakang teologi.

6. Hidup Nikah dan Rumah tangganya baik sesuai dengan 1 Timotius 3:4-7 dan Titus 1: 5-9.

7. Dapat menggalang kerja-sama / akomodatif dan transparan dengan orang lain.

8. Aktis, Kreatif,progresif dan inovatif.

9. Sehat Jasmani, Rohani dan berkarakter baik..

PASAL 5

KRITERIA PENGURUS DAERAH.

1. Menunjukkan loyalitas, kredibilitas. kapabelitas dan eksebelitas dalam pelayanan di GPSI selama 10 tahun secara terus menerus.

(30)

2. Berusia 35 tahun sampai dengan 65 tahun.

3. Seorang Warga Negara Indonesia yang sudah teruji dengan buah buah pelayanan / prestasi serta berjiwa kebangsaan dan berwawasan Nusantara.

4. Sudah pernah duduk sebagai Pengurus Wilayah dan Ketua Bidang.

5. Berpendidikan umum serendah-rendahnya SMA atau yang sederajat dan memiliki latar belakang Teologi.

6. Hidup Nikah dan Rumah-tangganya baik sesuai dengan 1 Tim 3:1-7, Titus 1:5-9.

7. Dapat menggalang kerja sama / akomodatif dan transparan dengan orang lain.

8. Aktif, Kreatif, progresif, dan inovatif.

9. Sehat jasmani, rohani dan berkarakter baik.

PASAL 6

KRITERIA PENGURUS WILAYAH.

1. Menunjukkan Loyalitas, kredibilitas, kapabelitas dan eksebelitas dalam pelayanan di GPSI selama 10 tahun secara terus menerus.

2. Berusia 25 tahun sampai dengan 65 tahun.

3. Seorang Warga Negara Indonesia yang telah teruji dengan buah buah pelayanan / Prestasi serta berjiwa kebangsaan dan berwawasan Nusantara.

4. Sudah aktif dalam kepengurusan Jemaat Lokal.

5. Berpendidikan umum serendah-rendahnya SMA atau yang sederajat dan memiliki latar belakang Teologi.

6. Hidup Nikah dan Rumah-tangganya baik sesuai dengan 1Tim3:1- 7, Titus 1;5-9.

(31)

7 Dapat menggalang kerja sama / Akomodatif dan transparan dengan orang lain.

8. Aktif, Kreatif, progresif dan inovatif.

9. Sehat jasmani, Rohani dan berkarakter baik.

PASAL 7

TUGAS DAN TUJUAN GEREJA.

Untuk melaksanakan tujuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar (AD) Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI):

1. Mengadakan kebaktian kebaktian di gereja-gereja, rumah-rumah tangga, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), rumah-rumah sakit atau dimana dan kapan saja Injil dapat dikabarkan.

2. Menyelenggarakan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) / Kesembuhan Ilahi, Seminar dan Lokakarya.

3. Mengadakan Kongres / Mubes / Musyawarah Daerah, dimana hal-hal yang rohani dan organisasi gereja dibahas dan ditetapkan.

4. Mendidik kader kader dan mengutus Penginjil Penginjil keseluruh pelosok Indonesia sampai seluruh dunia.

5. Menerbitkan dan menyebarkan bacaan-bacaan rohani berupa majalah-majalah, risalah-risalah, artikel, surat-surat selebaran dan buku buku rohani.

6. Memberitakan Injil melalui : radio, televisi dan multi media.

7. Mendirikan pendidikan Teologi dan menyelenggarakan kursus- kursus Alkitab.

8. Mendirikan Yayasan-yayasan, pendidikan umum, dan lembaga- lembaga lain yang melakukan pekerjaan sosial.

9. Bekerja sama (Fellowship) dengan semua denominasi gereja didalam maupun diluar negeri atas dasar setia-kawan, persamaan, persekutuan dan kebebasan, sejauh dasar, tugas

(32)

dan tujuan gereja itu tidak bertentangan dengan ketentuan ketentuan Firman Tuhan maupun Anggaran Dasar GPSI.

10. Untuk Kepentingan kemajuan dan perkembangan Jemaat Lokal, maka usaha-usaha / cara-cara tersebut diatas dapat di tambahkan / dikembangkan dan diperluas oleh Pendeta / Gembala Sidang yang bersangkutan, sepanjang usaha-usaha / cara-cara itu tidak merugikan Organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI).

PASAL 8

PELAYAN FIRMAN TUHAN.

1. Syarat-syarat yang dapat diterima menjadi Pelayan Firman Tuhan adalah mereka yang disamping sudah mengikuti pendidikan penginjilan / teologi, haruslah

a. Sudah lahir baru dan mengeluarkan buah-buah pertobatan serta dipenuhi ROH Kudus. Mat.3:8; Lukas 24:49; Yoh.3:3-7; Kis.1:4-8; Ef.5:18 dll.

b. Menerima dan menyetujui PENGAKUAN PERCAYA Organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI).

c. Meyakini Panggilan Tuhan untuk bekerja diladangNya.

Mat.18:12; Kis.16:9-10. 26:15-16.

d. Sudah membuktikan kecintaan. kesetiaan dan pengorbanannya terhadap pekerjaan Tuhan. Luk.6:10;

Yoh.21:15-17; 1Kor.4: 2; 1Yoh.3:16-18; Wah.2:10.

e. Memenuhi syarat Alkitab yang tertulis dalam Kisah 6: 3;

1Tim.3:1-13; Titus 1;5-9.

f. Dipandang layak oleh Gembala Sidang. 2Tim.2:10-11.

2. Sebutan (predikat) Pelayan Firman Tuhan dalam Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) adalah sbb.:

a. Pendeta (Pdt.)

(33)

b. Pendeta Muda (Pdm) c. Pendeta Pembantu (Pdp).

3. Jabatan dalam Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) adalah :

a. Gembala Sidang.

b. Wakil Gembala Sidang.

c. Penginjil. (evangelis).

d. Pengajar.

e. Pembela Sidang.

f. Pembantu-pembantu.

4. Pengangkatan / pelantikan Predikat : Pendeta Pembantu / Pendeta Muda / Pendeta harus memenuhi persyaratan sbb.:

A. Pendeta Pembantu (Pdp)

1. Melengkapi persyaratan administrasi,

2. Direkomendasi oleh Gembala Sidang tiga bulan sebelum rapat wilayah (Rawil) setelah memenuhi persyaratan ART Pasal 8 ayat 1 butir a sampai f, minimal 2 (dua) tahun terus menerus.

3. Lulus ujian tertulis dan lisan yang diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah.

4. Yang bersangkutan dikenakan biaya pelantikan.

5. Pengangkatan / pelantikan dilaksanakan didalam Rapat Wilayah oleh Pengurus Wilayah dan yang bersangkutan wajib hadir.

B. Pendeta Muda (Pdm):

1. Melengkapi persyaratan Administrasi.

2. Direkomendasikan oleh Gembala Sidang dan disetujui oleh Pengurus Wilayah satu tahun sebelum Musda., setelah memenuhi persyaratan ART pasa 8 ayat 1 butir a sampai f minimal selama tiga tahun secara terus menerus.

(34)

3. Bagi Pendeta Pembantu yang belum pernah mengikuti Pendidikan Teologi, diwajibkan mengikuti Pendidikan teologi di Sekolah Teologi OBEDYA minimal satu tahun.

4. Lulus ujian tertulis dan lisan yang diselenggarakan oleh Pengurus Daerah.

5. Yang bersangkutan dikenakan biaya pelantikan.

6. Pengangkatan / Pelantikan dilaksanakan didalam Musyawarah Daerah oleh Pengurus Daerah dan yang bersangkutan wajib hadir.

C. Pendeta (Pdt.)

1. Melengkapi persyaratan administrasi.

2. DIreferensikan oleh Gembala Sidang, direkomendasikan oleh Pengurus Wilayah dan disetujui dan diusulkan oleh Pengurus Daerah satu tahun sebelum Mubes, setelah memenuhi persyaratan ART Pasal 8 ayat 1 butir a sampai f minimal selama lima tahun secara terus menerus.

3. Membuat Karya Tulis Rohani.

4. Mengikuti psychotest

5. Lulus ujian tertulis dan lisan yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat.

6. Yang bersangkutan dikenakan biaya pelantikan.

7. Pengangkatan / Pelantikan dilaksanakan didalam Musyawarah Besar, oleh Pengurus Pusat dan yang bersangkutan wajib hadir.

5. Pelayan-pelayan Firman Tuhan yang bekerja penuh (Full Time) dalam pelayanan tersebut dalam Oraganisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) tidak menerima gaji / upah apapun dari organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI), melainkan atas berkat / pemberian / pemeliharaan dari Tuhan,

(35)

dan emolumenten (penerimaan yang sah yang bertalian dengan fungsi / jabatannya). Roma 1:17;1Kor.9:11-14; Gal. 6:6

6. Setiap Pendeta, Pendeta Muda, Pendeta Pembantu sebagai Gembala Sidang atau fungsional Struktural Kepengurusan Organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) tidak dibenarkan terlibat langsung dalam kegiatan politik praktis, bagi yang ingin terjun dalam politik praktis harus melepaskan jabatan sebagai Gembala Sidang atau Fungsional struktural lainnya..

7. Bagi para Gembala Sidang adalah mereka yang dapat membatasi diri dalam bisnis dan pekerjaan lainnya dan tidak mengakibatkan pelayanan terbengkelai.

PASAL 9 PENGGABUNGAN.

Yang diterima untuk menggabungkan diri ke organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) adalah mereka:

1. Secara pribadi:

a. Yang menerima PENGAKUAN PERCAYA dan AD / ART GPSI.

b. Telah membuat pernyataan diatas meterai keluar dari organisasi gereja / denominasi asal dan menyatakan menggabungkan diri ke dalam Organisasi GPSI dengan mengisi Formulasi penggabungan dan melampirkan foto copy surat identitas predikat, Riwayat hidup, ijazah dan bersedia berorientasi minimal 2 (dua) tahun.

2. Secara Institusi / lembaga:

a. Yang menerima PENGAKUAN PERCAYA dan AD/ART GPSI.

b. Telah membuat pernyataan diatas meterai keluar dari organisasi gereja / denominasi asal dan menyatakan menggabungkan diri ke dalam Organisasi Gereja Pantekosta

(36)

Serikat Indonesia (GPSI), dengan mengisi Formulasi Penggabungan dan melampirkan surat identitas, predikat, riwayat hidup, ijazah serta dukungan jemaat yang dipimpin dan bersedia berorientasi 2 (dua) tahun.

PASAL 10 MEKANISME KERJA.

1. Setiap Pendeta (Pdt), Pendeta Muda (Pdm), Pendeta Pembantu (Pdp) boleh melayani / menggembalakan 1 (satu) atau beberapa Sidang atas persetujuan Pengurus Daerah

2. Apabila seorang Pendeta, Pendeta Muda atau Pendeta Pembantu mendapat panggilan untuk satu tugas khusus atau tempat tertentu, maka haruslah diselidiki / diteliti oleh gembala Sidang dan Pengurus Wilayah, kemudian dikoordinasikan dengan Pengurus Daerah.

3. Apabila hendak membuka Sidang Baru di salah satu tempat, maka yang bersangkutan wajib memberitahukan kepada Pengurus Wilayah, kemudian hal itu akan diajukan kepada Pengurus Daerah.

4. Sebelum seorang Pendeta, Pendeta Muda atau Pendeta Pembantu berpindah ke lain tempat atau bertukar tempat dengan rekannya, hendaklah lebih dahulu dirundingkan dan mendapat kata sepakat / persetujuan dari Pengurus Wilayah, yang ditetapkan oleh Pengurus Daerah dan kemudian dilaporkan kepada Pengurus Pusat.

5. Pendeta, Pendeta Muda atau Pendeta Pembantu, tidak diperbolehkan mendirikan Sidang Baru, dimana telah ada Sidang Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) disuatu tempat, kecuali ada hal-hal tertentu yang telah dirundingkan dengan

(37)

Gembala Sidang setempat dan disetujui oleh Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan diketahui oleh Pengurus Pusat

6. Pendeta, Pendeta Muda atau Pendeta Pembantu, yang akan mengunjungi Sidang-Sidang di lain tempat haruslah mempunyai surat jalan dari Pendeta / Gembala Sidang yang mengawasinya.

Dalam setiap tindakan dan langkah yang dikerjakan hendaklah berpedoman pada Firman Tuhan dan tunduk kepada pinpinan Roh Kudus.

7. Yang dibenarkan melayani Sakramen Perjamuan Suci, Baptisan Air dan Penyerahan Anak adalah Pendeta / Pendeta Muda / Pendeta Pembantu yang telah ditetapkan sebagai Gembala Sidang yang sah, sedangkan Sakramen Pemberkatan Nikah hanya dillaksanakan oleh Gembala Sidang (Pendeta) GPSI yang sah, kecuali:

a. Perjamuan Suci bisa dilaksanakan oleh Wakil Gembala yang berpredikat Pendeta Muda atas mandat Gembala Sidang.

b. Bagi Gembala Sidang Perempuan diberi kebebasan untuk mengundang Pendeta (Gembala Sidang) laki-laki dari GPSI.

PASAL 11

HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA.

1. Hak Anggota

a. Yang sudah dibaptis berhak menerima Surat Baptis dan Kartu Tanda Anggota Gereja.

b. Anak-anak yang sudah diserahkan mempunyai hak menerima Surat Penyerahan Anak.

c. Mereka yang menikah dengan diteguhkan / pemberkatan Nikah oleh Gembala Sidang lokal, berhak menerima Surat Peneguhan / Pemberkatan Nikah oleh Gembala Sidang Lokal.

2. Kewajiban Anggota.

(38)

a. Berkewajiban memberikan korban sesuai dengan Firman Tuhan. Gal.6:6; 2Kor.9:14; Maleakhi 3:9-12; dll.

b. Tunduk kepada peraturan-perturan / ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Dasar (AD/ART), serta peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Besar dan Keputusan Kongres / Mubes.

c. Berkewajiban memelihara Rumah Tuhan (gereja) dalam arti seluas-luasnya sesuai dengan Firman Tuhan. 2Tawarikh 24:4-14.

PASAL 12 SANKSI.

Untuk menjaga kesucian gereja maka berdasarkan Firman Tuhan, diambil kebijaksanaan sebagai berikut:

1. Barang siapa di antara Anggota Jemaat atau Pelayan Firman Tuhan berkelakuan tidak senonoh, misalnya: berzinah, membunuh, mabuk, menyiarkan pengajaran sesat, memakai nama gereja untuk mencari keuntungan sendiri, mengacaukan mansyarakat gereja dengan berita-berita bohong yang menyebabkan perpecahan dan sebagainya, berdasarkan Firman Tuhan yang tersebut dalam Mat.18:15-17; Yoh.8:1-8; Gal.6:1-2;

Yak.5:9-12, tidak loyal serta tidak mentaati Peraturan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga ini dan peraturan Pemerinta;

setelah berulang-ulang dinasehati / ditegor berhubungan dengan perbuatannya yang tidak senonoh, tetapi tidak ada pertobatan, akan dikucilkan sesuai dengan Matius 18:17.

Kemudian setelah diadakan pembinaan dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, apabila yang di-skors / dinonaktifkan sadar / insyaf, akan pelanggarannya serta bertobat, dapat diterima kembali, jika tidak bertobat, dipecat.

(39)

2. Mereka yang sudah di-skors (dinonaktifkan), dipecat atau dengan kehendak sendiri keluar dari Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI), dilarang memakai nama Organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) tersebut.

PASAL 13

SUSUNAN KEPEMIMPINAN.

Susunan Pemimpin Organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI), mulai dari tingkat Pusat sebagai berikut:

1. Pengurus Pusat Organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI), dipilih oleh dan didalam Kongres / Mubes untuk masa bakti 5 (lima) tahun. Berusia minimal 35 tahun dan maksimal 65 tahun.

2. Pengurus Daerah dipilih untuk masa bakti 5 (lima) tahun didalam Musyawarah Daerah yang disetujui dan disahkan oleh Pengurus Pusat. Berusia minimal 30 tahun dan maksimal 65 tahun.

3. Pengurus Wilayah dipilih oleh dan dalam Rapat Wilayah untuk masa bakti 5 (lima) tahun setelah disetujui oleh Pengurus Daerah dan disahkan dalam Musda, berusia minimal 25 tahun maksimal 65 tahun.

4. Sidang Jemaat Lokal dipimpin oleh seorang Gembala Sidang (Yang dipilih oleh Anggota Sidang / jemaat Lokal dalam koordinasi dengan Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah serta diketauhui oleh Pengurus Pusat), dibantu oleh Penatua-Penatua / Pembela Sidang dan Pengerja lokal berusia dari 20 tahun sampai 65 tahun.

(40)

PASAL 14

KESEJAHTERAAN DAN DIAKONIA

Tiap Pendeta, Pendeta Muda dan Pendeta Pembantu memberikan sumbangan setiap bulan yang nilai nominalnya sesuai dengan kondisi moneter waktu itu selanjutnya santunan untuk kesejahteraan keluarga Pendeta / Pendeta Muda / Pendeta Pembantu diatur oleh Kompartemen Sosial dan Diakonia sesuai dengan kondisi.

PASAL 15 RAPAT.

Rapat terdiri dari:

1. Kongres / Mubes yang diadakan minimal sekali dalam 5 (lima) tahun yang dihadiri oleh : Pengurus Pusat (PP), Badan Penasehat dan Pertimbangan (BPP) Badan Pengawas dan Pemeriksa Kekayaan Organisasi (BPPKO), Pengurus Daerah, Pengurus Wilayah dan seluruh Pendeta, Pendeta Muda, Pendeta Pembantu (Gembala Sidang) Organisasi Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) seluruh Indonesia.

2. Rapat Kerja Pangurus Lengkap (RKPL), diadakan dalam waktu minimal sekali dalam setiap pereode, yang dilaksanakan 2 (dua) tahun sesudah Mubes, yang dihadiri oleh: Pengurus Pusat (PP), Badan Penasehat & Pertimbangan (BPP), Badan Pengawas &

Pemeriksa Kekayaan Organisasi (BPPKO), Pengurus Daerah dan Ketua Ketua Kompartemen.

3. Masyawarah / Konferensi Daerah (Rakerda) diadakan minimal sekali dalam 5 (lima) tahun dan dihadiri oleh: Pengurus Daerah, Pengurus Wilayah, Gembala Sidang dan Pendeta / Pendeta Muda / Pendeta Pembantu dan Pembela Sidang di Daerah itu dan mendapat Persetujuan / rekomendasi dari Pengurus Pusat.

(41)

4. Rapat Kerja Daerah (Rakerda) diadakan dalam waktu minimal sekali dalam setiap pereode, yang dilaksanakan 2 (dua) tahun sesudah Musda, yang dihadiri oleh: Pengurus Daerah dan Pengurus Wilayah.

5. Rapat Wilayah diadakan sesuai dengan kebutuhan.

6. Yang mempunyai hak suara dalam Kongres / Mubes maupun Musyawarah Daerah adalah peserta seperti yang dimaksudkan dalam pasal ini ayat 1 dan 3 serta memiliki Surat Keputusan / Kartu Jabatan / Fellowship Card dari Pengurus Pusat Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI)

PASAL 16 P E N U T U P.

Anggaran Rumah Tangga (ART) Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) ini:

1. Disahkan oleh KONGRES Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI yang ke 3 di Semarang tanggal 27 Juni 1963.

2. Disempurnakan dalam Musyawarah Kerja nasional (MUKERNAS) Ke-8 Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) di Semarang tanggal 10 s/d 24 Agustus 1973.

3. Diadakan Perubahan / Revisi dalam Musyawarah Besar (MUBES) ke 13 Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) di Samarinda (Kaltim) pada tanggal 21 s/d 26 Agustus 1985.

4. Diadakan Revisi / penyempurnaan dalam Musyawarah Besar (MUBES) XIX Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) di Salatiga, tanggal 30 Juni s/d 3 Juli 1998..

5. Diadakan Amandemen oleh tim Amandemen Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) di GPSI El Shaddai I Tarakan pada tanggal 24-26 Agustus 2004 diterima dan direkomendasikan oleh Rapat Kerja Pengurus Lengkap (RKPL) di Cisarua Bogor pada

(42)

tanggal 11 s/d 14 Juli 2005 untuk disahkan dan disosialisasikan dalam Musyawarah Besar (MUBES) ke XXI tanggal 5 s/d 8 Agustus 2008 di Barongtongkok Kab. Kutai Barat Kalimantan Timur.

--- oooOooo ---

(43)

DAFTAR ISI

I S I :

HAL

PENGANTAR DAN PENJELASAN HISTORIS 1

MUKADIMAH (PREAMBUL) 3

ANGGARAN DASAR 4

Bab I Pasal 1 Nama dan Tempat Kedudukan 4

Bab I Pasal 2 W a k t u 4

Bab II Pasal 3 Pengakuan Iman / Percaya 4

Bab III Pasal 4 A z a s 5

Bab IV Pasal 5 Maksud dan Tujuan 5

Bab IV Pasal 6 U s a h a 5

Bab V Pasal 7 Keanggotaan 7

Bab V Pasal 8 Hak Anggota 8

Bab V Pasal 9 Kewajiban Anggota 8 Bab VI Pasal 10 Sistim Bergereja 9 Bab VI Pasal 11 Struktur Organisasi 9 Bab VII Pasal 12 Badan Penasehat dan

Pertimbangan 10

Bab VII Pasal 13 Badan Pengawas dan Pemeriksa Kekayaan

Organisasi 10

Bab VII Pasal 14 Pengurus Besar 11 Bab VII Pasal 15 Pengurus Pusat 11 Bab VII Pasal 16 Pengurus Daerah 12 Bab VII Pasal 17 Pengurus Wilayah 12

Bab VII Pasal 18 Jemaat Lokal 13

Bab VIII Pasal 19 Mubes / Konggres 14 Bab VIII Pasal 20 Musyawarah Daerah 15 Bab VIII Pasal 21 Rapat Kerja Daerah 16

(44)

Bab VIII Pasal 22 Rapat Wilayah 16 Bab VIII Pasal 23 Rapaat Jemaat Lokal 17 Bab IX Pasal 24 Pejabat Gerejawi 17

Bab X Pasal 25 Mutasi 18

Bab XI Pasal 26 Displin Pejabat Gerejawi 19 Bab XII Pasal 27 Hak Milik dan Pengelolaan 20 Bab XIII Pasal 28 Peraturan Tambahan 21

Bab XIV Pasal 29 Penutup 22

ANGGARAN RUMAH TANGGA 23

Pasal 1 Nama dan Tempat Kedudukan 23 Pasal 2 Pengakuan Percaya (Iman) 23 Pasal 3 Struktur Organisasi dan

Kepemimpinan 23

Pasal 4 Kriteria Anggota Pengurus

Pusat 28

Pasal 5 Kriteria Pengurus Daerah 28 Pasal 6 Kriteria Pengurus Wilayah 29 Pasal 7 Tugas dan Tujuan Gereja 30 Pasal 8 Pelayan Firman Tuhan 31

Pasal 9 Penggabungan 34

Pasal 10 Mekanisme Kerja 35 Pasal 11 Hak dan Kewajiban Anggota 36

Pasal 12 Sanksi 37

Pasal 13 Susunan Kepemimpinan 38 Pasal 14 Kesejahteraan dan Diakonia 39

Pasal 15 Rapat 39

Pasal 16 Penutup 40

DAFTAR ISI 42

Referensi

Dokumen terkait

1) Organisasi ini hanya dapat dibubarkan dengan keputusan Rapat Anggota KKG yang sengaja diadakan untuk maksud tersebut. 2) Rapat Anggota harus dihadiri sekurang-kurangnya

Badan Pembina adalah perangkat organisasi SPEK-HAM yang ditentukan dan dipilih oleh Rapat Pleno Badan Pembina Tiga Tahunan untuk menetapkan garis kebijakan dan

Anggaran Rumah Tangga ini dapat diubah berdasarkan usulan Badan Pengurus dan disyahkan dalam rapat Badan Pendiri yang dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari

Anggota Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia terdiri atas semua guru besar ilmu kesehatan anak baik yang masih aktif maupun yang sudah purna tugas dan sekurang-kurangnya 5

Pada tingkat Unit Kerja dipimpin oleh Pimpinan Unit Kerja Serikat Federasi Pekerja Automotif Mesin dan Komponen Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia, disingkat PUK

Anggota Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI tidak diperbolehkan mengikuti semua kepanitiaan dalam program kegiatan yang diadakan oleh Senat

Pergantian antar waktu Ketua Majelis Tuha Peut Aceh Partai dilakukan oleh Majelis Musyawarah tingkat Aceh dan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) anggota

AMGPM dirikan dan diasuh oleh GPM oleh karena AMGPM selaku bagian integral dari Gereja Protestan Maluku, di samping menunjukan pertalian sejarah kehadiran organisasi ini