MAKALAH
LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI
DISUSUN OLEH:
ARIAWAN AJI FITRI HANDAYANI INDAH OKTARI WIJAYANTI
(Kelompok:2)
PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG 2012
W3- KEL.2
BAB I PENDAHULUAN I.1 latar Belakang
Dalam bisnis yang modern ini, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang yang profesional di bidangnya. Mereka dituntut mempunyai keahlian dan keterampilan bisnis yang melebihi keterampilan dan keahlian bisnis orang kebanyakan lainnya. Kaum profesional bisnis ini dituntut untuk memperlihatkan kinerja tertentu yang berada diatas rata-rata kinerja pelaku bisnis amatir. Kinerja ini tidak hanya menyangkut aspek bisnis, manajerial, dan organisasi teknis murni, melainkan juga menyangkut aspek etis. Kinerja yang menjadi prasyarat keberhasilan bisnis ini juga menyangkut komitmen moral, integritas moral, disiplin, loyalitas, kesatuan visi moral, pelayanan, dan sikap mengutamakan mutu, penghargaan terhadap hak dan kepentingan pihak-pihak terkait yang berkepentingan (stakeholder), yang lama kelamaan akan berkembang menjadi sebuah etos bisnis dalam sebuah perusahaan.
Terjadinya krisis keuangan yang disebabkan skandal keuangan oleh berbagai perusahaan besar di dunia menyebabkan perubahan padapersepsi mayarakat terhadap nilai serta perilaku etika perusahaan. Pembentukan komite audit dan komite etika yang berisikan oleh individu di luar perusahaan, pembentukan nilai code of conduct perusahaan serta peningkatan nilai pelaporan perusahaan untuk meningkatkan integritas adalah berbagai upaya yang dilakukan perusahaan untuk menumbuhkan kembali kepercayaan publik tersebut.Pada lingkup yang lebih kecil, skandal keuangan mengakibatkan adanya jurang kepercayaan (expectation gap) antara persepsimasyarakat mengenai laporan keuangan oleh akuntan serta laporan audit olehauditor dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan keuangan perusahaan.Terjadinya jurang kepercayaan tersebut pada akhirnya akan berujung pada aturan yang lebih ketat, hukuman yang lebih besar serta penyelidikan tentang integritas,independensi dan peranan profesi akuntan dan auditor.
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang maka masalah yang akan dibahas pada lingkungan etika dan akuntansi adalah:
1. Bagaimana Ekspektasi Masyarakat terhadap Bisnis dan Akuntansi?
2. Bagaimana Ekepektasi Baru dalam Bisnis 3. Bagaiman Perkembangan Etika Bisnis
4. Bagaimana Lingkungan Etika Untuk Akuntan Profesional
5. Belajar dari Masa Lalu Profesi Akuntansi: Kasus Enron dan Worldcom?
BAB II PEMBAHASAN
Perubahan ekpektasi publik terhadap bisnis pada gilirannya melahirkan sebuah mandat baru bagi dunia usaha. Milton Friedman (1970) memberikan pandangan bahwa bisnis hadir untuk melayani masyarakat umum, bukan sebaliknya.Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa perusahaan didalam sistem pasar bebas,melalui eksekutif perusahaan, bertanggung jawab kepada pemegang saham dalam bentuk menghasilkan laba tetapi harus menyelaraskan hal tersebut dengan aturan dasar yang ada dalam masyarakat. Kedua hal tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk aturan hukum dan aturan etika. Hal tersebut menjadikan ukuran kinerja perusahaan tidak hanya terlihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tetapi juga bagaimana perusahaan dapat selaras dengan aturan hukum dan etika yang diharapkan oleh publik.
Perubahan ekpektasi publik terhadap bisnis juga akan mempengaruhi ekspektasi publik terhadap peran akuntan. Trade Off antara akuntan sebagai bagian dari perusahaan dan sebagai penjaga kepentingan publik bisa dikatakan sulit. Pada satu sisi, akuntan sebagai bagian dari perusahaan diharapkan mampu dalam memenuhi tanggung jawabnya sebagai karyawan dalam sebuah perusahaan, sisi lainnya adalah publik mengharapkan agar akuntan juga tetap profesional dan memegang teguh nilai-nilai objektivitas, Integritas dan kerahasiaan untuk melindungi kepentingan publik.
Hubungan saling ketergantungan antara perusahaan dan masyarakat mulai menjadi pokok perhatian pada dekade 1980 an. Perusahaan kemudian menanggapi harapan masyarakat, baik sebagai shareholder maupun sebagai stakeholder dengan menghadirkan:
a. Menghadirkan konsep tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) melalui pembentukan sistem pengendalian internal untuk menjamin tercapainya tujuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan melindungi hak-hak pemegang saham
b. Membuat serangakaian code of conduct sebagai pedoman bagi internal perusahaan dalam hubungannya dengan para stakeholder seperti karyawan, pemerintah dan masyarakat umum.
II.1 Ekspektasi Masyarakat terhadap Bisnis dan Akuntansi
Perusahaan memerlukan dukungan dari stakeholders seperti pemegang saham, pegawai, konsumen, kreditur, supplier, pemerintah, dan aktivis untuk dapat mencapai tujuan
jangka panjangnya. Dukungan untuk bisnis secara umum tergantung pada kredibilitas penempatan stakeholders dalam komitmen perusahaan, reputasi perusahaan, dan kekuatan dari keunggulan kompetitif perusahaan. Kini, stakeholder menginginkan kegiatan perusahaan akan lebih menghargai kepentingan dan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka, dalam arti luas perusahaan diminta untuk menentukan sikap etis dalam mencapai kesuksesan.
Oleh karena itu, kini direksi perusahaan berkeinginan untuk memimpin perusahaan mereka secara lebih beretika,yang berarti perusahaan memperhatikan eksekutif dan pegawai secara etis. Lebih dari itu, perusahaan diharapkan lebih bertanggung jawab kepada stakeholder dalam hal transparansi dan sikap etis. Penilaian keberhasilan kini tidak hanya sekedar apa yang telah dicapai perusahaan tapi juga menyangkut bagaimana keberhasilan itu dapat dicapai secara etis. Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan perubahan ekspektasi publik terhadap perilaku bisnis:
a. Urusan Lingkungan
Hal ini dimulai dengan masalah pencemaran udara yang berfokus pada cerobong dan pipa asap pabrik yang dapat menyebabkan iritasi dan kelainan pada masyarakat sekitar pabrik. Selain pencemaran udara, hal lain yang harus diperhatikan adalah pencemaran air.
b. Sensitivitas moral
Sensitivitas moral berkaitan dengan tekanan publik akan adanya suatu keadilan dalam ketenagakerjaan. Hal tersebut kini telah dicantumkan dalam hukum, peraturan, kontrak dan kegiatan-kegiatan perusahaan.
c. Penilaian buruk dan aktivis
Terkadang masyarakat atau kelompok tertentu menyerang instansi yang dinilai buruk, seperti perusahaan sepatu Nike yang diboikot karena mempergunakan tenaga kerja dibawah umur. Para investor berpandangan bahwa investasi mereka seharusnya tidak hanya untuk mendapatkan pendapatan namun juga untuk masalah-masalah etis.
d. Ekonomi dan tekanan persaingan
Perkembangan pasar global memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk mendistribusikan produknya ke seluruh penjuru dunia. Oleh karena itu diperlukan restrukturisasi yang memungkinkan produktivitas yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah.
e. Skandal keuangan: kesenjangan ekspektasi dan kesenjangan kredibilitas
Penyalahgunaan jabatan dalam bidang keuangan telah membuat krisis kepercayaan terhadap laporan keuangan perusahaan dan pemerintah. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya kesenjangan ekspektasi dimana seharusnya pihak perusahaan menyampaikan keadaan perusahaan sebenarnya tapi malah melakukan manipulasi.
f. Kegagalan kepemimpinan dan penilaian resiko
Pemerintah menyadari penting untuk melindungi kepentingan publik, dimana dewan direksi perusahaan telah memperkirakan penilaian dan meyakini bahwa risiko yang dihadapi perusahaan telah diatur dengan baik, serta risiko etika kini telah menjadi aspek kunci proses pencapaian tujuan perusahaan.
g. Peningkatan keinginan transparansi
Kurangnya kepercayaan stakeholder akan kegiatan yang dijalankan perusahaan menimbulkan peningkatan keinginan akan transparansi pada bagian yang menyangkut kepentingan investor dan stakeholder yang lain.
h. Sinergi semua faktor dan penguatan institusional
Hubungan diantara semua faktor berdampak pada ekspektasi publik terhadap masalah etika. Dimana akibatnya masyarakat akan lebih sadar akan pentingnya kontrol terhadap perilaku perusahaan yang tidak etis. Kesadaran publik tersebut berimbas pada dunia politik, yang menyatakan reaksinya dalam hal penyusunan hukum dan peraturan. Hal tersebut akan mengakomodasi kesadaran publik dalam proses penguatan institusi dan penegakan hukum.
Tabel 1. Faktor Penyebab Perubahan Ekspektasi Publik
Fisik Kualitas air dan udara, keamanan
Moral Keinginan atas keadilan dan hak di rumah dan lingkungan
Penilaian buruk Mengoperasikan kesalahan dan kompensasi eksekutif.
Aktivis Investor yang bersikap etis, konsumen dan pecinta lingkungan.
Ekonomi Kelemahan, tekanan untuk selamat, dan
Pemalsuan
Kompetisi Tekanan global
Penyalahgunaan jabatan keuangan Berbagai skandal, korban, ketamakan
Kesalahan pemerintah Pengakuan terhadap penilaian masalah etis dan pemerintahan yang baik.
Transparansi Keinginan untuk melakukan Transparansi
Sinergi Publisitas, keberhasilan perubahan
Penguatan institusi Peraturan baru
II.2 Ekepektasi Baru dalam Bisnis
Ekepektasi Baru dalam Bisnis akan meliputi:
a. Tugas baru dunia bisnis
Perubahan ekspektasi publik telah menyebabkan evolusi tugas-tugas dalam dunia bisnis. Kini kesuksesan perusahaan sangat tergantung pada seberapa sanggup perusahaan menyeimbangkan profit dan kepentingan stakeholder.
b. Kepemimpinan baru dan kerangka transparansi
Kinerja dewan direksi harus merefleksikan kepentingan stakeholder dalam hal pencapaian tujuan, proses, dan hasil.
c. Penguatan aturan untuk profesional akuntan
Ekspektasi publik akan kebenaran laporan kinerja perusahaan tidak lepas dari profesional akuntan yang menyiapkan atau mengaudit laporan keuangan tersebut.
Profesional akuntan tersebut berfokus pada loyalitas kepada kepentingan publik dan adoptasi prinsip independensi, penilaian, objektivitas dan integritas.
d. Kejelasan kepemimpinan dan model transparansi stakeholder
Sering dengan perubahan yang terjadi, perusahaan mulai memusatkan perhatian pada bagaimana menerapkan etika pada aktivitas perusahaan mereka, dan untuk mengurangi terjadinya masalah-masalah etika. Dari hal tersebut semakin jelas terlihat bahwa komando tradisional dan pendekatan pengendalian dari atas ke bawah tidak lagi cukup dan perusahaan perlu membuat lingkungan yang cocok untuk memelihara perilaku etika. Tanggung jawab perusahaan yang berkait dengan transparansi ditujukan kepada pemegang saham, pegawai, konsumen, suplier, aktivis, pemerintah dan kreditor. Dimana dalam hal ini perusahaan bertanggungjawab untuk melakukan transparansi atau pengungkapan atas laporan finansial dan nonfinansial perusahaan.
e. Manajemen berdasarkan nilai, reputasi, dan risiko
Dalam rangka menggabungkan kepentingan stakeholder ke dalam kebijakan, strategi dan operasi dari korporasi mereka, direksi, khususnya bila eksekutif manajer, dan karyawan lainnya harus memahami sifat kepentingan stakeholder mereka dan nilai- nilai yang mendukung mereka.
f. Akuntabilitas
Munculnya kepentingan pelaku kebijakan dan akuntabilitas dan debacles keuangan yang menakjubkan dari Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom, telah meningkatkan keinginan untuk laporan yang lebih relevan dengan berbagai kepentingan stakeholder, lebih transparan, dan lebih akurat daripada di masa lalu.
g. Perkembangan etika bisnis
Dua perkembangan ini berguna untuk memahami etika bisnis dan bagaimana bisnis dan penerapan profesi. Mereka adalah konsep stakeholder dan konsep kontrak sosial perusahaan
h. Pendekatan etis pengambilan keputusan melalui analisis dampak pemangku kepentingan
Peningkatan akuntabilitas kepada para pemangku kepentingan dalam versi yang lebih baru dari kontrak sosial telah membebankan tanggung jawab pada eksekutif untuk memastikan keputusan mereka mencerminkan nilai etis untuk sebuah perusahaan. Pendekatan ini dimulai dengan identifikasi stakeholder yang signifikan, investigasi kepentingan mereka, dan peringkat kepentingan- kepentingan untuk memastikan bahwa pemberian perhatian yang memadai pada analisis dan pertimbangan lebih besar pada tahap keputusan.
Sebagai lingkungan etis untuk bisnis berubah, pengamat dan eksekutif menyadari bahwa orang lebih banyak dari pemegang saham hanya memiliki kepentingan dalam perusahaan atau aktivitasnya. Sebagaimana dicatat sebelumnya, meskipun beberapa tidak memiliki klaim hukum pada korporasi, mereka memiliki kapasitas yang sangat nyata untuk mempengaruhi perusahaan baik atau tidak baik. Selain itu, seiring berjalannya waktu , klaim dari beberapa pihak yang berminat membuat modifikasi melalui undang-undang atau peraturan. Ini menjadi jelas bahwa kepentingan dari seseorang dengan saham dalam bisnis atau dampaknya yang terpengaruh oleh atau dapat mempengaruhi pencapaian organisasi objektif harus dipertimbangkan dalam rencana perusahaan dan keputusan. Untuk kemudahan referensi, orang-orang ini datang untuk diketahui sebagai stakeholder dan kepentingan pihak mereka sebagai hak-hak merka . Contoh kelompok stakeholder akan mencakup karyawan, pelanggan, pemasok, kreditur, debitur, masyarakat tuan rumah, pemerintah, lingkungan, dan tentu saja, pemegang saham. stakeholder normal Acorporation telah di petakan.
Gambar 1 : Peta Akuntabilitas pemegang saham
Gambar 2: Kerangka Akuntabilitas Stakeholder dan Tata Kelola Perusahaan
Para direktur, eksekutif, manajer, dan karyawan lain harus memahami sifat dari kepentingan stakeholder dan nilai yang dapat mendukung mereka untuk menggabungkan kepentingan stakeholder ke dalam kebijakan, stategies, dan kegiatan operasional perusahaan.
Reputasi perusahaan dan tingkat dukungan dari stakeholder akan tergantung pada pemahaman dan kemampuan perusahaan untuk mengelola risiko yang dihadapi perusahaan
Dewan Direksi, Subkomite Audit, Tata Kelola, Kompensasi
Stakeholde r
Auditor Pemegang Saham
Memili h
Fungsi Utama Dewan Pengendalian:
Menetapkan bimbingan dan batasan kebijakan, kode, budaya, kepatuhan (hukum, regulasi, aturan)
Mengatur arah strategi, sasaran remunerasi, insentif
Menunjuk CEO, CFO, dan eksekutif lainnya
Mengatur sumber daya
Memantau feedback operasional, kepatuhan kebijakan, laporan keuangan
Laporan untuk pemegang saham, pemerintah
Menentukan auditor
Alur Info Tindakan
secara langsung, maupun risiko yang berdampak pada para stakeholder. Reputasi ditentukan oleh empat faktor, yaitu kredibilitas, keandalan, kepercayaan dan tanggungjawab.
Suatu hypernoms adalah nilai-nilai yang dihormati oleh sebagian besar kelompok atau budaya di seluruh dunia. Hypernoms terdiri dari enam nilai dasar, yaitu kejujuran, keadilan, empati, integritas, prediktabilitas, tanggung jawab. Keenam hypernorms memiliki relevansi yang signifikan terhadap keberhasilan perusahaan di masa depan. Oleh karena itu, hypernorms tersebut harus dikembangkan menjadi sebuah kode etik, kebijakan, strategi, dan
kegiatan perusahaan sebagai upaya untuk memastikan bahwa kepentingan kelompok stakeholder dihormati, dan bahwa reputasi perusahaan akan memperoleh dukungan maksimal.
Munculnya kepentingan stakeholder dan akuntabilitas telah meningkatkan keinginan untuk membuat laporan kinerja perusahaan yang lebih transparan dengan mempertimbangkan kepentingan para stakeholder. Hal tersebut membuktikan bahwa laporan perusahaan seringkali tidak memiliki integritas karena tidak mencakup beberapa isu, dan juga tidak selalu memberikan presentasi yang jelas dan seimbang tentang bagaimana kepentingan para stakeholder akan terpengaruh. Kadang-kadang masalah akan disebutkan, tetapi dengan cara tidak jelas, sehingga kurangnya transparansi akan membuat pemahaman pembaca menjadi samar. Akurasi atau representasi yang tepat merupakan dasar untuk memahami fakta-fakta yang mendasarinya. Perbaikan integritas, transparansi dan akurasi telah memotivasi para akuntan profesional untuk mengenali pedoman (aturan dan prinsip) yang seharusnya digunakan untuk menyusun laporan keuangan. Keinginan tersebut melahirkan laporan keuangan yang bersifat nonfinansial dan telah disesuaikan dengan kebutuhan para stakeholder yang berupa laporan CSR.
II.3 Perkembangan Etika Bisnis
Terdapat beberapa konsep dan istilah yang telah dikembangkan untuk memfasilitasi adanya perubahan akuntabilitas bisnis dan mengambil keputusan etis.
1. Pendekatan Filosofis untuk Etika Perilaku
Terdapat beberapa teori etika terkait dengan perilaku bisnis yaitu menurut filusuf Yunani (Aritoteles), filusuf Jerman (Immanuel Kant), filusuf Inggris (John Stuart Mill), filusuf Amerika (John Rawls. Teori ini menetapkan standar tinggi dalam perilaku bisnis yang dapat diterima. Teori ini dapat membantu direktur, eksekutif, dan akuntan untuk lebih memahami dasar etika bisnis dan dasar untuk melakukan bisnis yang bertanggung jawab secara sosial.
2. Pendekatan Untuk Pengambilan Keputusan Etis
Perkembangan akuntabilitas terhadap stakeholders dalam versi kontrak sosial perusahaan yang terbaru telah menjadikan eksekutif bertanggung jawab untuk memastikan bahwa keputusan mereka mencerminkan nilai etika yang diterapkan untuk perusahaan, dan tidak mengabaikan hak-hak para stakeholder. Hal ini menyebabkan perkembangan pengambilan keputusan etis yang menggabungkan kedua pendekatan filosofis dan teknik praktis, seperti analisis dampak stakeholder.
Prinsip-prinsip etika yang dikembangkan oleh filsuf memberikan wawasan tentang dimensi kunci penalaran etis. Pembuat keputusan harus memahami tiga pendekatan filosofis dasar: konsekuensialisme, deontologi, dan etika moralitas.
Konsekuensialisme mensyaratkan bahwa keputusan memiliki konsekuensi etis yang baik; deontologi menyatakan bahwa suatu tindakan etis tergantung pada tugas, hak, dan keadilan yang terlibat, dan etika moralitas menganggap suatu tindakan etis jika menunjukkan kebajikan yang diharapkan dari peserta.
Penggunaan analisis dampak stakeholder dalam manajemen pengambilan keputusan dan manajemen berbagai isu yang bertentangan akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan dan pemeliharaan dukungan para stakeholder pada kegiatan perusahaan.
II.4 Lingkungan Etika Untuk Akuntan Profesional
Apresiasi terhadap berlangsungnya arus perubahan dalam lingkungan etika untuk bisnis merupakan hal yang penting untuk memahami suatu informasi tentang bagaimana akuntan profesional harus menafsirkan kode profesi mereka sebagai karyawan perusahaan.
Meskipun masyarakat mengharapkan semua akuntan profesional untuk menghormati nilai- nilai profesional objektivitas, integritas, dan kerahasiaan, yang dirancang untuk melindungi hak-hak dasar publik, seorang karyawan-akuntan harus merespon ke arah manajemen dan kebutuhan pemegang saham saat ini. Akuntan profesional harus memastikan nilai-nilai etika mereka saat ini dan mereka siap untuk bertindak mematuhi nilai etika tersebut serta menjaga kredibilitas profesi akuntan.
Globalisasi dan internasionalisasi telah berkembang dalam dunia usaha, pasar modal, dan akuntabilitas perusahaan. Dalam profesi akuntansi, gerakan menuju harmonisasi secara global dalam sekumpulan prinsip-prinsip akuntansi dan audit yang berlaku umum (GAAP) dan (GAAS) untuk memberikan efisiensi analisis bagi penyedia pasar modal dunia serta efisiensi komputasi san audit di seluruh dunia. Akibatnya, ada rencana untuk menyelaraskan