• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1693/B/PK/PJK/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1693/B/PK/PJK/2016"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PUTUSAN

Nomor 1693/B/PK/PJK/2016

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

Memeriksa permohonan peninjauan kembali perkara pajak telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara:

DIREKTUR JENDERAL PAJAK, berkedudukan di Jalan Jend. Gatot Subroto Nomor 40-42, Jakarta, dalam hal ini memberi kuasa kepada:

1. ABC, Direktur Keberatan dan Banding, Direktorat Jenderal Pajak;

2. DEF, Kasubdit Peninjauan Kembali dan Evaluasi, Direktorat Keberatan dan Banding;

3. GHI, Kepala Seksi Peninjauan Kembali, Subdit Peninjauan Kembali dan Evaluasi, Direktorat Keberatan dan Banding;

4. JKL, Penelaah Keberatan, Subdit Peninjauan Kembali dan Evaluasi, Direktorat Keberatan dan Banding;

Keempatnya betindak baik bersama-sama atau sendirisendiri berdasarkan Surat Kuasa Khusu Nomor SKU 1718/PJ./2012 Tanggal 25 Oktober 2012;

Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Tergugat;

melawan:

PT. AAA, beralamat di QQQ Lantai X, Jl. WWW Kav.XX Jakarta 12930;

Termohon Peninjauan Kembali dahulu Penggugat;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Tergugat, telah mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.39164/PP/M.V/99/2012 Tanggal 16 Juli 2012 yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan Termohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Penggugat, dengan posita perkara sebagai berikut:

Bahwa Penggugat dalam Surat Gugatan Nomor 0206/DM-KPP.WPB2/2010 Tanggal 4 Februari 2010. Pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

Penjelasan:

Bahwa pemeriksaan dilakukan berdasarkan Surat Tugas Kepala Kantor Wilayah X Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Tengah dan DIY Nomor ST-978/WBC.10/2007 Tanggal 7 Juni 2007 yang dilakukan oleh Tim Audit Kantor Wilayah X Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terhadap Penggugat yang terletak di Jalan EEE Nomor X Salatiga, dalam kapasitasnya sebagai Importir Produsen penerima fasilitas PKB merangkap PDKB untuk periode audit 01 Oktober 2002 sampai dengan 14 Juni 2007;

Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Audit Pemeriksa telah diterbitkan SPKPBM Nomor S-

OO2866/SPKPA/WBC.O6/KP.01/2008 Tanggal 03 September 2008 menyatakan kurang bayar dengan rincian sebagai berikut:

Jenis Tagihan Tagihan Bea Cukai Tagihan pajak Jumlah Tagihan

(2)

Bea masuk Cukai PPN

PPnBM PPh Pasal 22 Denda Achninistrasi

1.440.803.907 0000

1.440.803.907

00

22.173.833.3430 10.039.453.5780

1.440.803.907 0

22.173.833.343 0

10.039.453.578 1.440.803.907

Total 2.891.607.814 32.213.286.921 35.104.894.735

Bahwa terhadap jumlah tagihan pada SPKPBM Nomor S-002866/SPKPA/WBC.06/KP.01/2008 Tanggal 03 September 2008 telah dilakukan pembayaran sebagai berikut:

Jenis Tagihan Tagihan Bea Cukai Pembayaran via SSPCP Tgl.

31/1012008 + 17/12/2008

Sisa Tagihan Bea masuk

PPN

PPh Pasal 22 Denda Adm

1.440.803.907 22.173.833.343 10,039,453578 1.450.803.907

725.000.000 +

715,803,90711,100,000,000 5,025,000,000.750.000,000+

700,803.907

011.073.833.343 5.014,453,5780

Jumlah 35.104.894.735 17,600,000,000 + 16.088,286,921

Bahwa terhadap SPKPBM tersebut Penggugat telah mengajukan permohonan banding ke Pengadilan Pajak melalui Surat Nomor 0264/Pemb/DM/X/08 Tanggal 30 Oktober 2008;

Bahwa terhadap permohonan banding Penggugat telah diproses Pengadilan Pajak dan diterbitkan Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.19921/PP/M.VI11/19/2009 Tanggal 29 September 2009 yang mengabulkan sebagian permohonan banding dan menetapkan tagihan bea masuk dan pajak dalam rangka impor serta denda administrasi yang harus dibayar menjadi sebagai berikut:

Bea masuk PPN

PPh Pasal 22 Denda Administrasi Jumlah

: : : : :

Rp 426.934.445,00;

Rp2.668.935.011,00;

Rp 288.081.887,00;

Rp 436.934.445,00 Rp3.820.885.788,00;

Bahwa sebagai akibat Putusan Pengadilan Pajak diatas telah menimbulkan lebih bayar Pajak dan telah Penggugat mohonkan kepada Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua melalui surat Penggugat Nomor 1009/DMKPP.WPB2/2009 Tanggal 20 Oktober 2009 untuk direstitusi dan diberikan imbalan bunga dengan perhitungan sebagai berikut:

Uraian Put.Pengadilan Tgl 29/09/2009

Disetor via SSCP Tgl 31/10/2009

Lebih bayar/register Imbalam bunga

PPN PPh. 2,668,935,011 11,100,000.000 8,431,064,989 1,854,834,297

Ps.22 288,081,887 5,025,000,000 4,736,918,113 1,042,121,984

Jumlah: 2,957,016,898 16,125,000,000 13,167,983,102 2,896,956,281

Perhitungan Imbalan Bunga:

Jenis Pajak Tgl Putusan Pengadilan

tgl Setoran SSCP Masa Bunga

Lebih Bayar / Restitusi

Imbalan Bunga PPN PPh.

Ps.22

29/09/2009 29/09/2009

31/10/2008 31/10/2008

11 bulan 11 bulan

8,431,064,989 4,736,918,113

1,854,834,297 1,042,121,984

Jumlah: 2,896,956,281

Bahwa terhadap permohonan restitusi telah diterbitkan:

- SPMKP Nomor 092-0430-2009 Tanggal 11 Desember 2009, sebesar Rp.8.431.064.989,00;

- SPMKPNomor 092-0431-2009 Tanggal 11 Desember 2009, sebesar Rp.4.733.633.697,00;

Bahwa terhadap permohonan imbalan bunga telah diterbitkan Surat Penolakan Permohonan Imbalan Bunga Nomor S- 001/WPJ.19/KP.0206/2009 Tanggal 06 Januari 2010;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Alasan Penolakan:

Bahwa Pasal 27A ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 yang menjelaskan bahwa imbalan bunga diberikan berkenaan dengan Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding dan Putusan Peninjauan Kembali dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) yang telah dibayar menyebabkan kelebihan pembayaran pajak;

Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut diatas maka permohonan Penggugat untuk diberikan imbalan bunga atas Surat Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi dan Pajak dalam rangka Impor (SPKPBM) tidak dapat Tergugat berikan;

Alasan Gugatan:

Bahwa Pasal 27A ayat l Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 yang menjelaskan bahwa imbalan bunga diberikan berkenaan dengan Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding dan Putusan Peninjauan Kembali dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) yang telah dibayar menyebabkan kelebihan pembayaran Pajak;

Bahwa dalam memenuhi rasa keadilan yang berimbang/tidak sepihak (Penggugat terlambat bayar dikenakan Bunga Penagihan, lebih bayar tidak diberikan Imbalan Bunga, pembayaran 50% yang dilakukan Penggugat dalam rangka memenuhi syarat formal sebagaimana diatur pada Pasal 36 ayat (4) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002) maka pada hakekatnya Surat Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi dan Pajak dalam rangka Impor (SPKPBM) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah sama dan seharusnya diperlakukan sama dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak;

Bahwa Perhitungan Pajak Kurang Bayar Pada Surat Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi Dan Pajak Dalam Rangka Impor (SPKPBM) yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai, Penagihan dan Membayar Kembali Pajak sebagai akibat Keputusan Keberatan atau Putusan Pengadilan Pajak, administrasi dan

pelaksanaannya dilimpahkan/dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, sehingga seharusnya diperlakukan sama dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak;

Bahwa Pembayaran PPN dan PPh Pasal 22 sebagaimana terutang pada SPKPBM, SKPKB dan SKPKBT sama-sama

disetorkan ke rekening Kas Negara, sehingga konsekuensi yang timbul akibat pembayaran tersebut harus diperlakukan setara tanpa diskriminasi antara SPKPBM dengan SKPKB dan SKPKBT; Kesimpulan dan Usul;

Bahwa berdasarkan alasan gugatan Penggugat, disimpulkan bahwa Surat Penolakan Permohonan Imbalan Bunga Nomor S- 031/WPJ.19/KP.0206/2009 Tanggal 06 Januari 2009 telah mencederai rasa keadilan Penggugat yang telah berupaya melakukan pembayaran dalam mematuhi ketentuan pada Pasal 36 ayat (4) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 akibat kekeliruan yang dilakukan Terbanding pada penerbitan SPKPBM Nomor S-002866/SPKPA/WBC.06/ KP.01/2008 Tanggal 3 September 2008;

Bahwa berdasarkan kesimpulan tersebut maka diusulkan kepada Majelis Hakim yang Terhormat untuk berkenan mengabulkan permohonan gugatan Penggugat untuk memperoleh Imbalan Bunga atas Lebih Bayar yang timbul sebagai akibat kekeliruan yang dilakukan pada penerbitan SPKPBM Nomor S-002866/SPKPA/WBC.O6/KP.01/2008 Tanggal 03 September 2008, dengan perhitungan imbalan bunga sebesar Rp2.896.056.281,00 (dua milyar delapanratus sembilan puluh enam juta limapuluh enam ribu duaratus delapan puluh satu rupiah);

Bahwa dalam surat gugatannya Penggugat melampirkan fotokopi dokumendokumen sebagai berikut:

Menimbang, bahwa amar Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.39164/PP/M.V/99/2012 Tanggal 16 Juli 2012 yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut:

(4)

Menyatakan mengabulkan seluruhnya gugatan Penggugat terhadap keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor S- 001/WPJ.19/KP.0206/2009 Tanggal 6 Januari 2010, tentang Penolakan Permohonan Imbalan Bunga atas nama PT.

AAA, NPWP 0X.000.XXX.X-0XX.X00, Alamat QQQ Lantai X, Jalan WWW, Kav. XX, Jakarta 12930 dengan perhitungan sebagai berikut:

Jenis Pajak Tgl Putusan Pengadilan

tgl Setoran SSCP Masa Bunga

Lebih Bayar / Restitusi

Imbalan Bunga PPN PPh.

Ps.22

29/09/2009 29/09/2009

31/10/2008 31/10/2008

11 bulan 11 bulan

8,431,064,989 4,736,918,113

1,854,834,297 1,042,121,984

Jumlah: 2,896,956,281

Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yaitu Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.39164/PP/M.V/99/2012 Tanggal 16 Juli 2012 diberitahukan kepada Pemohon Peninjauan Kembali pada Tanggal 13 Agustus 2012, kemudian terhadapnya oleh Pemohon Peninjauan Kembali dengan perantaraan kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor SKU 1718/PJ/2012 diajukan permohonan peninjauan kembali secara tertulis di Kepaniteraan Pengadilan Pajak Nomor PKA-1705/SP.5.1/AB/XI/2012 Tanggal 5 November 2012, dengan disertai alasan-alasannya yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Pajak tersebut pada Tanggal 5 November 2012;

Menimbang, bahwa tentang permohonan peninjauan kembali tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama pada Tanggal 26 Desember 2012, kemudian terhadapnya oleh pihak lawannya diajukan Jawaban yang diterima di

Kepaniteraan Pengadilan Pajak tersebut pada Tanggal 11 Maret 2013;

Menimbang, bahwa permohonan peninjauan kembali a quo beserta alasan-alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, juncto Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, maka permohonan peninjauan kembali tersebut secara formal dapat diterima;

ALASAN PENINJAUAN KEMBALI

Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah mengajukan alasan Peninjauan Kembali yang pada pokoknya sebagai berikut:

I. Tentang Pokok Sengketa Pengajuan Memori Peninjauan Kembali:

Bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam permohonan Peninjauan Kembali ini adalah:

A. Bahwa menurut Pemohon Peninjauan Kembali (semula Tergugat), Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.39164/PP/M.V/99/2012 Tanggal 16 Juli 2012 adalah suatu kekeliruan dan nyata-nyata tidak sesuaidengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku;

B. Tentang Penerbitan Keputusan Tergugat Nomor S-001/WPJ.19/KP.0206/2009 Tanggal 06 Januari 2010 tentang Penolakan Permohonan Imbalan bunga yang tidak disetujui Penggugat;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

II. Tentang Pembahasan Pokok Sengketa Peninjauan Kembali:

Bahwa setelah Pemohon Peninjauan Kembali (semula Tergugat) membaca, memeriksa dan meneliti Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put. 39164/PP/M.V/99/2012 Tanggal 16 Juli 2012, maka dengan ini menyatakan sangat keberatan atas putusan Pengadilan Pajak tersebut, karena Majelis Hakim Pengadilan Pajak telah mengabaikan fakta dan pembuktian yang telah diajukan Pemohon Peninjauan Kembali (semula Tergugat) dalam pemeriksaan gugatan di Pengadilan Pajak (tegenbewijs), sehingga pertimbangan hukum dan penerapan dasar hukum yang telah digunakan menjadi tidak tepat serta menghasilkan putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan dalildalil serta alasan-alasan hukum sebagai berikut:

A. Bahwa menurut Pemohon Peninjauan Kembali (semula Tergugat), Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.39164/PP/M.V/99/2012 Tanggal 16 Juli 2012 adalah suatu kekeliruan dan nyata-nyata tidak sesuaidengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku:

1. Bahwa Termohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) setelah membaca seluruh putusan Majelis Hakim Pengadilan Pajak tersebut dengan seksama, teliti, baik dalam pertimbangan hukum maupun amar putusannya, dengan ini Termohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) menolak dengan tegas seluruh dalil yang dikemukakan oleh Pemohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) dalam Memori Peninjauan Kembali terhadap Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.39164/PP/M.V/99/2012Tanggal 16 Juli 2012;

2. Bahwa Surat Tergugat S-001/WPJ.19/KP.0206/2009 tanggal 06 Januari 2009 tentang Penolakan Pemberian Imbalan Bunga sehubungan dengan diterbitkannya Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.19921/ PP/M.VIll/19/2009 Tanggal 14 September 2009, tidak termasuk dalam objek sengketa Gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Undang-Undang KUP), stdd Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Pengadilan Pajak, gugatan Penggugat tidak memenuhi ketentuanformal;

3. Bahwa Pasal 31 ayat (3) Undang-undang Pengadilan Pajak, menyebutkan sebagai berikut:

Pasal 31 ayat (3):

”Pengadilan Pajak dalam hal gugatan memeriksa dan memutus sengketa atas pelaksanaan penagihan pajak atau Keputusan pembetulan atau Keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 (selanjutnya disebut dengan Undang- Undang KUP)”;

4. Bahwa Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang KUP), menyatakan:

Pasal 23 ayat (2)

Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap:

a. Pelaksanaan surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan, atau pengumunan lelang;

b. Keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;

c. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26; atau

d. Penerbitan surat ketetapan pajak atau surat keputusan keberatan yang dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan;

5. Bahwa Surat Tergugat S-001/WPJ.19/KP.0206/2009 Tanggal 06 Januari 2009 tentang Penolakan Pemberian Imbalan Bunga, jelasjelas tidak termasuk dalam objek sengketa Gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Undang-Undang KUP), stdd Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Pengadilan Pajak, gugatan Penggugat tidak memenuhi ketentuan formal;

B. Tentang Penerbitan Keputusan Tergugat Nomor S-001/WPJ.19/KP.0206/2009 Tanggal 06 Januari 2010 tentang Penolakan Permohonan Imbalan Bunga yang tidak disetujui Penggugat;

1. Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali (semula Tergugat) sangat keberatan dengan pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Pajak, yang antara lain berbunyi sebagai berikut :

Halaman 18 Alinea ke-6 dan halaman 19 alinea ke-5 s.d. alinea ke-6:

“Bahwa akan tetapi Majelis memandang bahwa SPKPBM (sekarang SPTNP) adalah sarana DJBC melakukan penetapan yang identik dengan ketetapan DJP dalam rangka menagih kekurangan pembayaran Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi dan Pajak dalam rangka import sehingga esensi SPKPBM/SPTNP sama dengan SKPKB;”

“Bahwa dari uraian diatas Majelis memutuskan bahwa SPKPBM fungsinya bisa dipersamakan dengan SKPKB sehingga perlakuannya sama dengan SKPKB yang mendapat imbalan bunga apabila ada putusan banding yang mengakibatkan pajak yang dibayar lebih besar dari yang seharusnya;”

“Bahwa dengan demikian putusan Tergugat yang menolak pemberian imbalan bunga tidak dapat dipertahankan dan gugatan Penggugat dikabulkan seluruhnya;”

2. Bahwa berkenaan dengan amar pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang tertuang dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.39164/PP/M.V/99/2012 Tanggal 16 Juli 2012 tersebut di atas, maka Pemohon Peninjauan Kembali (semula Tergugat) dengan ini menyatakan bahwa Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang telah memeriksa dan mengadili sengketa gugatan tersebut telah salah dan keliru atau setidak-tidaknya telah membuat suatu kekhilafan (error facti) dalam membuat pertimbangan- pertimbangan hukumnya dengan telah mengabaikan fakta hukum dan atau prinsip perpajakan yang berlakukhususnya atas dikabulkannya permohonan gugatan Termohon Peninjauan Kembali (semula Penggugat) terhadap Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-001/WPJ.19/KP.0206/2009 Tanggal 06 Januari 2010 tentang Penolakan Permohonan Imbalan Bunga oleh Majelis Hakim Pengadilan Pajaksehingga hal tersebut nyata-nyata telah melanggar asas kepastian hukum dalam bidangperpajakan di Indonesia;

3. Bahwa berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, menyebutkan sebagai berikut:

Pasal 69 ayat (1):

Alat bukti dapat berupa:

a. Surat atau tulisan;

b. Keterangan ahli;

c. Keterangan para saksi;

d. Pengakuan para pihak; dan/atau e. Pengetahuan Hakim”

Pasal 70 huruf d:

Surat-surat lain atau tulisan yang tidak termasuk huruf a, huruf b, dan huruf c yang ada kaitannya dengan banding atau gugatan;

Pasal 76:

Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian pembuktian dan untuk sahnya pembuktian diperlukan paling sedikit 2 (dua) alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1);

Pasal 78

Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan Hakim;

4. Bahwa berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang KUP) menyebutkan sebagai berikut:

Pasal 1 angka 15

Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi surat ketetapan pajak kurang bayar, surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, surat ketetapan pajak nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar:

Pasal 1 angka 16:

Surat ketetapan pajak kurang bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar;

Pasal 27A ayat (1) s.d. ayat (3):

1) Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau seluruhnya, sepanjang utang pajak sebagaimana dimaksud dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan ataau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan telah dibayar yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, maka kelebihan pembayaran dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya Keputusan Keberatan atau Putusan Banding”;

2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga diberikan atas pembayaran lebih sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4) dan atau bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) berdasarkan Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi, sebagai akibat diterbitkan Keputusan Keberatan atau Putusan Banding yang menerima sebagian atau seluruh permohonan wajib pajak.”

3) Tata cara penghitungan pengembalian kelebihan bayar dan pemberian imbalan bunga diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan";

5. Bahwa Pasal 9 ayat 8 huruf h Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 menyatakan: “Pajak masukan tidak dapat dikreditkan menurut cara sebagaimana diatur dalam ayat (2) bagi pengeluaran untuk perolehan barang kena pajak yang pajak masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapanpajak”;

6. Bahwa berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.03/2005 tentang Tata Cara Pemberian Imbalan Bunga Kepada Wajib Pajak (selanjutnya disebut dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.03/2005) menyatakan sebagai berikut:

Pasal 2:

Imbalan bunga diberikan kepada wajib pajak dalam hal terdapat:

a. Keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) KUP;

b. Keterlambatan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (3) KUP;

c. Kelebihan pembayaran pajak karena pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau seluruhnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27A ayat (1) KUP; atau

d. Kelebihan pembayaran sanksi administrasi Pasal 14 ayat (4) dan atau Pasal 19 ayat (1) karena pengurangan sebagai akibat diterbitkan Keputusan Keberatan atau Putusan Banding, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27A ayat (2) KUP;

7. Bahwa dalam Pasal 1 angka 5 Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-06/BC/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penagihan Piutang Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi Bunga dan Pajak Dalam Rangka Impor dinyatakan bahwa:

SPKPBM adalah Surat Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi, Bunga dan Pajak dalam rangka impor yang berfungsi sebagai surat penagihan secara administratif;

8. Bahwa Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-02/PJ.51/2002 tentang PPN Impor Yang Dibayar Berdasarkan SPKPBM Yang Diterbitkan Oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai yang antara lain menyatakan:

Angka 1:

SPKPBM yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai bukan merupakan surat ketetapan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf h Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 dan Pasal 1 angka 14, Pasal 13 ayat (1), Pasal 15 ayat (1), Pasal 17, dan Pasal 17A Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- undang Nomor 16 Tahun 2000;

Angka 3.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, apabila PPN atas impor yang ditagih dengan SPKPBM sudah dibayar dengan Surat Setoran Pajak dan pengeluaran atas impor tersebut tidak termasuk dalam pengeluaran yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000, maka PPN yang dibayar atas impor tersebut merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan;

9. Bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dan berdasarkan hasil pemeriksaan sengketa gugatan di Pengadilan Pajak sebagaimana yang telah dituangkan dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.39164/PP/M.V/99/2012 Tanggal 16 Juli 2012serta fakta-fakta yang telah dapat diketahui secara jelas dan nyata-nyata terungkap pada persidangan,PemohonPeninjauan Kembali (semula Tergugat) berpendapat sebagai berikut:

9.1. Bahwa yang digugat oleh Termohon Peninjauan Kembali (semula Penggugat) adalah penerbitan surat Pemohon Peninjauan Kembali (semula Tergugat) Nomor S- 001/WPJ.19/KP.0206/2009 Tanggal 06 Januari 2010 tentang Penolakan Pemberian Imbalan Bunga sehubungan dengan diterbitkannya Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.

19921/PP/M.VIll/19/2009 Tanggal 14 September 2009 yangmengabulkan sebagian permohonan Termohon Peninjauan Kembali (semula Penggugat) atas besarnya tagihan bea masuk dan pajak dalam rangka impor serta denda administrasi dalam SPKPBM Nomor S- 002866/SPKPA/WBC.06/KP.01/2008 Tanggal 3 September 2008;

9.2. Bahwa SPKPBM Nomor S-002866/SPKPA/ WBC.06/KP.01/2008 Tanggal 3 September 2008 yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Wilayah X Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Tengah dan DIY merupakan sarana untuk menagih pungutan PPh Pasal 22 Impor dan PPN Impor yang kurang dibayar oleh Termohon Peninjauan Kembali (semula Penggugat), sesuai dengan wewenang pemungutan PPh Pasal 22 Impor dan PPN Impor yang diberikan oleh Menteri Keuangan RI kepadaDirektorat Jenderal Bea dan Cukai;

9.3. Bahwa dalam Pasal 1 angka 5 Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP- 06/BC/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penagihan Piutang Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi Bunga dan Pajak Dalam Rangka Impor dinyatakan bahwa SPKPBM adalah Surat Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi, Bunga dan Pajak dalam rangka impor yang berfungsi sebagai suratpenagihan secara administratif;

9.4. Bahwa ketentuan mengenai pemberian imbalan bunga diatur sebagai berikut:

- Pasal 2 huruf c Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.03/2005 tentang Tata Cara Pemberian Imbalan Bunga Kepada Wajib Pajak menyebutkan bahwa Imbalan bunga diberikan Kelebihan pembayaran pajak karena pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau seluruhnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27A ayat (1) KUP;

- Pasal 27A ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2009 menyebutkan bahwa:

Apabila pengajuan keberatan, permohonan banding, atau permohonan peninjauan kembali dikabulkan sebagian atau seluruhnya, selama pajak yang masih harus dibayar sebagaimana dimaksud dalam Surat Ketetapan Pajak kurang bayar, surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, surat ketetapan pajak nihil, dan surat ketetapan pajak lebih bayar yang telah dibayar menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, kelebihan pembayaran dimaksud dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dengan ketentuan sebagai berikut:

Untuk surat ketetapan pajak kurang bayar dan surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan dihitung sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaranpajak sampai dengan diterbitkannya surat keputusan keberatan, putusan banding, atau putusan peninjauan kembali; atau

Untuk surat ketetapan pajak nihil dan surat ketetapan pajak lebih bayar dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali;

9.5. Bahwa Surat Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi dan Pajak Dalam Rangka Impor (SPKPBM) Nomor S- 002866/SPKPANVBC.06/KP.01/2008 Tanggal 3 September 2008 tidak termasuk dalam ruang lingkup pengertian Surat Ketetapan Pajak sebagaimana yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-UndangNomor 16 Tahun 2009;

9.6. Bahwa berdasarkan fakta di persidangan, Termohon Peninjauan Kembali (semula Penggugat) telah melakukan pengkreditan PPN Impor dalam SPKPBM. Atas hal ini berlaku ketentuan:

Pasal 9 ayat 8 huruf h Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang PPN stdd Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 menyatakan bahwa Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan menurut cara sebagaimana diatur dalam ayat (2) bagi pengeluaran untuk perolehan barang kena pajak yang pajak masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;

9 7. Bahwa berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-02/PJ.51/2002 tentang PPN Impor Yang Dibayar Berdasarkan SPKPBM Yang Diterbitkan Oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai, terhadap permohonan Termohon Peninjauan Kembali (semula Penggugat) terkait Pemberian Imbalan Bunga sehubungan dengan diterbitkannya Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.19921/PP/M.VIll/19/2009 Tanggal 14 September 2009 yang mengabulkan sebagian permohonan Termohon Peninjauan Kembali (semula Penggugat) atas besarnya tagihan bea masuk dan pajak dalam rangka impor serta denda administrasi dalam SPKPBM Nomor S-002866/SPKPA/WBC.06/KP.01/2008 Tanggal 3 September 2008, tidak dapat dikabulkan karena tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 27A ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-UndangNomor 16 Tahun 2009;

9 8. Bahwa dengan demikian, surat Pemohon Peninjauan Kembali (semula Tergugat) Nomor S- 001/WPJ.19/KP.0206/2009 Tanggal 06 Januari 2010 perihal penolakan pemberian imbalan bunga yang dimintakan oleh Pemohon Peninjauan Kembali (semula Tergugat) dalam suratnya Nomor 1009/DM-KPP. WPB2/2009 tanggal 20 Oktober 2009 sudah benar dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakanyang berlaku;

10. Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali (semula Tergugat) sangat keberatan dengan pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Pajak, yang antara lain berbunyi sebagai berikut :

10.1. Halaman 18 Alinea ke- 6 dan Halaman 19 Alinea ke-5 yang menyatakan :

“Bahwa akan tetapi Majelis memandang bahwa SPKPBM (sekarang SPTNP) adalah sarana DJBC melakukan penetapan yang identik dengan ketetapan DJPdalam rangka menagih

kekurangan pembayaran Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi dan Pajak dalam rangka import sehingga esensi SPKPBM/SPTNP sama dengan SKPKB;”

“Bahwa dari uraian diatas Majelis memutuskan bahwa SPKPBM fungsinya bisa dipersamakan dengan SKPKB sehingga perlakuannya sama dengan SKPKB yang mendapat imbalan bunga apabila ada putusan banding yang mengakibatkan pajak yang dibayar lebih besar dari yang seharusnya”;

Adalah sangat tidak sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Bahwa pernyataan Majelis yang menyatakan bahwa SPKPBM identik dan fungsinya bisa dipersamakan dengan SKPKB jelas merupakan intepretasi Majelis Hakim sendiri. Bahwa pengertian Surat Ketetapan Pajak dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayarjelas didefinisikan dalam Pasal 1 angka 15 dan 16 Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2009;

10 2. Halaman 19 Alinea ke-6 yang menyatakan:

“Bahwa dengan demikian putusan Tergugat yang menolak pemberian imbalan bunga tidak dapat dipertahankan dan gugatan Penggugat dikabulkan seluruhnya;”

Adalah tidak sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 87 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2002 yang menyatakan Apabila putusan Pengadilan Pajak mengabulkan sebagian atau seluruh banding, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku;

11. Bahwa ketentuan perpajakan yang berlaku tentang imbalan bunga adalah Pasal 27A ayat 1 Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009. Dalam pasal tersebut jelas dinyatakan bahwahal-hal yang harus dipenuhi agar pemberian imbalan bunga dapat diberikan, adalah sebagaiberikut:

1. Diterbitkannya keputusan keberatan dan Putusan Banding yang menerima sebagian atau seluruhnya permohonan wajib pajak;

2. Adanya kelebihan pembayaran pajak

3. Terkait dengan penerbitan surat ketetapan pajak kurang bayar atau surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, surat ketetapan pajak nihil dan surat ketetapan pajak lebih bayar;

bahwa dengan demikian putusan Majelis yang telah mengabulkan gugatan dari Termohon Peninjauan Kembali (semula Penggugat), nyatanyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

12. Bahwa dengan demikian, surat Pemohon Peninjauan Kembali (semula Tergugat) Nomor S- 001/WPJ.19/KP.0206/2009 Tanggal 06 Januari 2010 perihal penolakan pemberian imbalan bunga sudah benar dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yangberlaku;

13. Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum (fundamentum petendi) tersebut di atas secara keseluruhan telah membuktikan secara jelas dan nyata-nyata bahwa Majelis Hakim Pengadilan Pajak telah mengabaikan fakta-fakta yang terungkap di persidangan dan dasar-dasar hukum perpajakan yang berlaku dalam amar pertimbangan dan amar putusannya tersebut, sehingga pertimbangan dan amar putusan Majelis Hakim pada pemeriksaan sengketa gugatan di Pengadilan Pajak nyata-nyata telah salah dan keliru serta tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (contra legem), khususnya dalam

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(6)

III. Bahwa dengan demikian, putusan Majelis Hakim Pengadilan Pajak Nomor Put.39164/PP/M.V/99/2012 Tanggal 16 Juli 2012yang menyatakan :

Menyatakan mengabulkan seluruhnya permohonan gugatan Penggugat terhadap Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-001/WPJ.19/KP.0206/2009 tanggal 06 Januari 2010 tentang Penolakan Permohonan Imbalan Bunga atas nama: PT. AAA, NPWP: 0X.000.XXX.X-0XX.000, alamat QQQ Lantai X, Jalan WWW Kav.XX, Jakarta 12930; Adalah tidak benar dan telah nyata-nyata bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku;

PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut, Mahkamah Agung berpendapat:

Alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali tidak dapat dibenarkan, karena putusan Pengadilan Pajak yang menyatakan mengabulkan seluruhnya gugatan Penggugat terhadap Keputusan Tergugat Nomor S-001/WPJ.19/KP.0206/2009 Tanggal 06 Januari 2010 tentang Penolakan Permohonan Imbalan Bunga atas nama Penggugat, NPWP 0X.000.XXX.X- 0XX.000, adalah sudah tepat dan benar dengan pertimbangan:

a. Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo yaitu :

A. Bahwa menurut Pemohon Peninjauan Kembali (semula Tergugat), Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.39164/PP/M.V/99/2012 tanggal 16 Juli 2012 adalah iuatu kekeliruan dan nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku;

B. Tentang Penerbitan Keputusan Tergugat Nomor S-001/WPJ.19/KP.0206/2009 Tanggal 06 Januari 2010 tentang Penolakan Permohonan Imbalan Bunga yang tidak disetujui Penggugat ;

Tidak dapat dibenarkan, karena setelah meneliti dan menguji kembali dalildalil yang diajukan dalam Memori Peninjauan Kembali oleh Pemohon Peninjauan Kembali dihubungkan dengan Kontra Memori Peninjauan Kembali tidak dapat menggugurkan fakta- fakta dan melemahkan buktibukti yang terungkap dalam persidangan serta pertimbangan hukum Majelis Pengadilan Pajak, karena dalam perkara a quo fungsi self assessment sebagai politik hukum pemungutan pajak antara perpajakan dan kepabean adalah sama dan memiliki keterkaitan hubungan hukum pajak bahwa SPKPBM memiliki perlakuan yang sama dengan SKPKB, sehingga wajib menerima imbalan bunga atas kelebihan pembayaran pajak dan oleh karenanya koreksi Tergugat (sekarang Pemohon Peninjauan Kembali) mengenai perkara a quo tidak dapat dipertahankan karena tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana diatur dalam Pasal 27A ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan juncto Pasal 2, 2A dan Pasal 30 Undang-Undang Kepabenan;

b. Bahwa dengan demikian, tidak terdapat putusan Pengadilan Pajak yang nyata-nyata bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana diatur dalam Pasal 91 huruf e Undang-UndangNomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali: Direktur Jenderal Pajak, tersebut tidak beralasan sehingga harus ditolak;

Menimbang, bahwa dengan ditolaknya permohonan peninjauan kembali, maka Pemohon Peninjauan Kembali dinyatakan sebagai pihak yang kalah, dan karenanya dihukum untuk membayar biaya perkara dalam peninjauan kembali;

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak serta peraturan perundang-undangan yang terkait;

MENGADILI,

Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali: DIREKTUR JENDERAL PAJAK tersebut;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(7)

Menghukum Pemohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya perkara dalam pemeriksaan Peninjauan Kembali ini sebesar Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Kamis, tanggal 15 Desember 2016, oleh Dr. H. PLM, S.H., M.Hum., Ketua Muda Mahkamah Agung Republik Indonesia Urusan Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. H. IJN, S.H., M.S., dan TFC, S.H., M.H., Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota Majelis, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota Majelis tersebut dan dibantu oleh ESZ, S.H., Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak.

Anggota Majelis : ttd.

Dr. H. IJN, S.H., M.S.

ttd.

TFC, S.H., M.H.

Ketua Majelis, ttd.

Dr. H. PLM, S.H., M.Hum.

Panitera Pengganti, ttd

ESZ, S.H.

Biaya-biaya

1. Meterai ……... Rp 6.000,00 2. Redaksi ……... Rp 5.000,00 3. Administrasi …... Rp2.489.000,00 Jumlah …... Rp2.500.000,00

Untuk Salinan MAHKAMAH AGUNG R.I.

a.n. Panitera

Panitera Muda Tata Usaha Negara,

BTG, S.H.

NIP. XX0000XXX

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Dalyono, (2007:55-60) berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri

Sistem yang sedang berjalan sat ini adalah pembelajaran dari guru untuk siswa yang terbagi menjadi 4 bagian yaitu, berbicara yang memberikan materi dengan cara guru

2) ayat 4 Konvensi berlaku untuk Pasal 5 ayat 3 P3B Indonesia-Australia (yang dimodifikasi dengan Pasal 13 ayat 2 Konvensi) sehingga Pasal 5 ayat 3 P3B Indonesia- Australia

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-22/PJ/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perpanjangan Jangka Waktu Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan

Dalam hal PKP yang mengajukan permohonan pengembalian pendahuluan Pasal 9 ayat (4c) Undang-Undang PPN tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf c

d) tenaga kerja yang disediakan masuk dalam struktur kepegawaian pengguna jasa tenaga kerja. 3) Kriteria jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja adalah jasa tersebut

Perpanjangan jangka waktu pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada huruf c tidak termasuk jangka waktu pengajuan keberatan Pajak Bumi dan Bangunan, namun

Sehubungan dengan telah selesainya prosedur pengesahan dan penyampaian instrumen pengesahan Multilateral Convention to Implement Tax Treaty Related Measures to