• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANFORMASI DAN AKSELERASI PEMBANGUNAN DAERAH DALAM MENGURANGI KESENJANGAN PEMBANGUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRANFORMASI DAN AKSELERASI PEMBANGUNAN DAERAH DALAM MENGURANGI KESENJANGAN PEMBANGUNAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

TRANFORMASI DAN AKSELERASI

PEMBANGUNAN DAERAH DALAM

MENGURANGI KESENJANGAN PEMBANGUNAN

Oleh:

Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA, Ph.D

Direktur Daerah tertinggal, Transmigrasi dan Perdesaan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

(2)

OUTLINE

PENDAHULUAN

BENCHMARKING PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DESA

DAN KAWASAN PERDESAAN

MEKANISME PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

STRATEGI PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN

KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN

(3)
(4)

AGENDA PEMBANGUNAN (NAWACITA)

Agenda pembangunan (Nawa Cita) yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019

menegaskan tentang pentingnya kebijakan, program dan kegiatan yang nyata dan

terukur untuk mendorong percepatan pembangunan desa dan daerah:

Nawa Cita 3: Membangun Indonesia DARI PINGGIRAN dengan MEMPERKUAT

DAERAH-DAERAH DAN DESA dalam kerangka Negara Kesatuan

Nawa Cita 6: Meningkatkan PRODUKTIVITAS RAKYAT dan DAYA SAING di pasar

internasional;

Nawa Cita 7:Mewujudkan KEMANDIRIAN EKONOMI dengan menggerakan

SEKTOR-SEKTOR STRATEGIS EKONOMI DOMESTIK

Daya saing nasional ditentukan oleh daya saing daerah

Daya saing daerah

ditentukan oleh DESA dan KAWASAN PERDESAAN yang MAJU, PRODUKTIF,

BERNILAI TAMBAH dan BERDAYA SAING TINGGI;

Percepatan pembangunan desa, kawasan perdesaan, daerah tertinggal,

transmigrasi dan perbatasan hanya dapat dilakukan dengan memperkuat

kerjasama dan kemitraan yang kuat antara Kementerian/Lembaga dengan

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, masyarakat, Pergurun tinggi

dan Swasta yang solid dan berkelanjutan.

(5)

5

TRANSFORMASI KEUNGGULAN

5

DAYA SAING

BERBASIS

FAKTOR INPUT

DAYA SAING

BERBASIS

EFISIENSI

DAYA SAING

BERBASIS

INOVASI

Sumber Daya Alam: Pertanian,

Kelautan dan Perikanan,

Pertambangan

Pariwisata: Wisata Alam, Wisata

Seni dan Budaya, Wisata Kuliner

SDM terampil dan terdidik

Infrastruktur dasar: jalan, air bersih, listrik,

telekomunikasi dan informasi

Infrastruktur ekonomi: pasar, bank, pusat

perdagangan

Jaringan transportasi darat, laut dan udara

Ekonomi kreatif

Pusat Inovasi, Riset dan

Pengembangan Daerah

Tenaga profesional

Kerjasama: Pemda-Universitas dan

Swasta

Diadaptasi dari: The Global Competitiveness Report 2011-2012 (World Economic Forum)

Keunggulan

Komparatif

Keunggulan

Kompetitif

Keunggulan

Kompetitif

2020

2025

2013

(6)

Aset

sosial

Aset SDA dan

Lingkungan

Aset

ekonomi

Aset

sosial

Aset SDA dan

Lingkungan

Aset

ekonomi

t

0

t

n

PEMBANGUNAN SEBAGAI PROSES AKUMULASI

MODAL (ASET)

Akumulasi modal sosial (

Social Capital Accumulation

)

Akumulasi modal fisik (

Physical Capital Accumulation

)

Akumulasi modal ekonomi (

Economic Capital Accumulation)

(7)

SDA

SDM

Pertanian dan

Pertambangan

Manufaktur dan Jasa

Peningkatan

Kapabil

it

as

(

Day

a Saing

,

Day

a

Tar

ik

dan

Day

a L

est

ar

i

)

Berburu dan

Pengumpul

Berpindah dan

Bertani

Masyarakat Maju

Masyarakat

Tradisional

Berkembang

Masyarakat

TRANSFORMASI SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI

DAN SUMBER DAYA

Sintesis dan

Daur Ulang

Prasarana

Informasi

Teknologi

Ruang

(darat dan laut)

Jawa dan Sumatera

Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Kalimantan

Kalimantan dan Sulawesi

Kemajuan suatu daerah ada Perbedaaan Arah (

Direction

), Besaran

(

Magnitude

) dan Kecepatan (

Speed

)

(8)

POTENSI DAERAH

Perikanan dan Kelautan

Pertanian dan Perkebunan

Industri pengolahan

Pariwisata

Jasa

MASALAH DAERAH

Kemiskinan

Pengangguran

Ketertinggalan

Keterisolasian

Rawan bencana

RPJMN 2015-2019

(TRISAKTI DAN NAWA

CITA)

STARTEGI DAN

KEBIJAKAN

PROGRAM DAN KEGIATAN

Meningkatnya Produktivitas, Nilai Tambah, Kesempatan Kerja,

Perdagangan, Pendapatan, Daya Saing dan Keunggulan Daerah

Pendapatan

Budidaya Produksi

TRANFORMASI DAN AKELERASI PEMBANGUNAN

Pelayanan Dasar

Sumber Daya Manusia

Prasarana dan Sasarana

Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Manajemen

Tata Kelola

FAKTOR PENENTU

Kesesuaian RTRW Kesiapan Lahan Keterlibatan Masyarakat Kesiapan Pemda

Kerjasama Perguruan Tinggi dan Kerjasama Swasta

MANAJEMEN KINERJA PEMDA

Regulasi

Pengorganisasin

Perencanaan

Penganggaran

Pelaksanaan dan Pelaporan

Pengendalian dan Evaluasi

Destinasi Wisata

Pendapatan

Jasa

(Akomodasi, Transportasi, Kerajinan dan

Festival)

Pemasaran

(Media, Promosi, Networking)

Pengolahan

(Iptek,

(9)

EVALUASI PENCAPAIAN

TUJUAN DAN SASARAN

(10)

RPJMN 2015-2019

2015

2016

2017

2018

2019

EV

A

LU

A

SI

M

O

N

IT

O

R

IN

G

P

ER

SI

A

PA

N

RE

N

C

A

N

A

RE

N

C

A

N

A

Keterkaitan program dan kegiatan dalam mendukung

pencapaian tujuan dan sasaran RPJMN 2015-2019.

MID-TERM REVIEW RPJMN 2015-2019

2

Tercapai/on-track/ on-trend

Perlu kerja keras

Sangat sulit tercapai

SASARAN NASIONAL

1. Berkurangnya Daerah tertinggal dari 122 menjadi

42 kabupaten

2. Meningkatnya rata-rata pertumbuhan ekonomi

daerah tertinggal menjadi 7,24%

3. Berkurangnya persentase penduduk miskin

daerah tertinggal menjadi 14%

4. Meningkatnya IPM daerah tertinggal menjadi 69,6

5. Berkurangnya 4.500 desa tertinggal menjadi

desa berkembang

6. Meningkatnya 1.800 desa berkembang menjadi

desa mandiri

7. Menguatnya keterkaitan desa-kota dan ekonomi

di 39 kawasan perdesaan untuk percepatan desa

mandiri

8. Terbangunnya dan berkembangnya 130 kawasan

transmigrasi/65 satuan permukiman transmigrasi

untuk percepatan desa berkembang

9. Menurunnya Indeks Risiko Bencana sebesar 30%

di 136 kabupaten/kota pusat pertumbuhan yang

memiliki risiko bencana tinggi

(11)

SASARAN RPJMN 2015-2019

INDIKATOR

(Baseline)

2014

2015

2016

2017

2018

2019

SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL & KAWASAN PERBATASAN

Persentase pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal (%) 6.89 6.96 7.02 7.08 7.15 7.24

Persentase penduduk miskin di daerah tertinggal (%) 16.42 16 15.42 14.9 14.43 14

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal 67.46 68.13 68.49 68.84 69.18 69.59

Pengembangan Pusat Ekonomi Kawasan Perbatasan 3 PKSN 10 PKSN 10 PKSN 10 PKSN 10 PKSN 10 PKSN

Pembangunan Kecamatan lokpri kawasan perbatasan 111 lokpri 50 lokpri 100 lokpri 150 lokpri 187 lokpri 187 lokpri

Pembangunan infrastruktur pendukung PLBN (Gedung Inti PLBN) -- 7 PLBN 7 PLBN 7 PLBN 7 PLBN 7 PLBN

SASARAN PEMBANGUNAN PERDESAAN

Pengurangan desa tertinggal menjadi desa berkembang -- 500 desa 1.500 desa 3.000 desa 4.500 desa 5.000 desa

Peningkatan desa berkembang menjadi desa mandiri -- 200 desa 600 desa 1.200 desa 1.800 desa 2.000 desa

Peningkatan Keterkaitan Desa-Kota dan ekonomi kawasan perdesaan untuk percepatan desa mandiri

14 Kaw 28 Kaw 39 Kaw 39 Kaw

-- Pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi untuk percepatan

desa berkembang 14 Kaw/ 7 SP 43 Kaw/ 22 SP 86 Kaw/ 43 SP 130 Kaw/ 65 SP 144 Kaw/ 72 SP

SASARAN REFORMA AGRARIA

Pengukuran dan Pemetaan Dasar 14.960.000 14.985.000 5.690.000 330.000 12.670.000 18.100.000

Sertipikat Prona 877.777 922.155 2.513.702 7.646.605 7.726.555

Sertipikat Redistribusi TORA -- 92.274 66.973 23.925 23.925 23.925

Sertipikat Konsolidasi Tanah 1.850 11.500 2.170 2.520 2.680

SASARAN PENURUNAN IRBI

Rata-rata Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) Nasional 156.3 151.6 146.9 142.2 137.5 132.8

(12)

Sasaran Satuan 2014 (baseline) 2015 2016 Target 2019 Perkiraan Capaian 2019 (Notifikasi)

Target Ralisasi Target Ralisasi

Jumlah Daerah Tertinggal Kabupaten

122 (termasuk 9 DOB)

*) - *) - 42

Kabupaten terentaskan Kabupaten - *) - *) - 80

Rata-rata pertumbuhan

ekonomi di daerah tertinggal persen

7,10

6.96 6.55 7.02

Belum tersedia

data 7.24

Rata-rata persentase penduduk miskin di daerah tertinggal (%) 16.64 16.00 18.77 15.42 Belum tersedia data 14.00 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah

tertinggal 68.46 68.13** 59.87*** 68.49** Belum tersedia data 69.59** Tidak dapat diperbandingkan Pengembangan Pusat

Ekonomi Perbatasan (Pusat Kegiatan Strategis Nasional/PKSN PKSN 3 - 2 10 9 10 PLBN - - - 7 7 7 Lokpri Kecamatan 111 50 50 100 78 150

Peningkatan keamanan dan kesejahteraan masyarakat perbatasan

Pulau-Pulau

Kecil Terluar 12 10 10 30 20 32

*) Berdasarkan PP 78/2014, penetapan daerah tertinggal dilakukan 5 (lima) tahun sekali, sehingga target jumlah daerah tertinggal dan kabupaten terentaskan tidak dapat dirinci per tahun

**) Menggunakan perhitungan IPM metode lama sesuai baseline dan target dalam RPJMN 2015-2019. ***) Menggunakan perhitungan IPM metode baru.

7 PLBN (Entikong, Paloh-Aruk, Nanga Badau, Motaain, Motamasin, Wini, Skouw)

10 PKSN (Entikong, Paloh-Aruk, Nanga Badau, Atambua, Jayapura, Sabang, Ranai, Nunukan, Tahuna, Saumlaki)

REV

ISI

TAR

GET

Terdapat perubahan asumsi dasar makro

& tahun dasar Terdapat penyesuaian data dengan nasional Terdapat perubahan metode perhitungan

CAPAIAN TARGET RPJMN 2015-2019

PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN KAWASAN PERBATASAN

On track/on trend/ tercapai

Perlu kerja keras Sangat sulit tercapai

(13)

Sasaran Satuan 2014 (baseline) 2015 2016 Target 2019 Perkiraan Capaian 2019 (Notifikasi)

Target Ralisasi Target Ralisasi

Jumlah Daerah Tertinggal Kabupaten

122 (termasuk 9 DOB)

*) - *) - 42

Kabupaten terentaskan Kabupaten - *) - *) - 80

Rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal persen 7,10 6.96 6.55 7.02 Belum tersedia data 7.24 Rata-rata persentase penduduk miskin di daerah tertinggal (%) 16.64 16.00 18.77 15.42 Belum tersedia data 14.00 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal 68.46 68.13** 59.87*** 68.49** Belum tersedia data 69.59** Tidak dapat diperbandingkan Pengembangan Pusat

Ekonomi Perbatasan (Pusat Kegiatan Strategis Nasional/PKSN PKSN 3 - 2 10 9 10 PLBN - - - 7 7 7 Lokpri Kecamatan 111 50 50 100 78 150

Peningkatan keamanan dan kesejahteraan masyarakat perbatasan

Pulau-Pulau

Kecil Terluar 12 10 10 30 20 32

*) Berdasarkan PP 78/2014, penetapan daerah tertinggal dilakukan 5 (lima) tahun sekali, sehingga target jumlah daerah tertinggal dan kabupaten terentaskan tidak dapat dirinci per tahun

**) Menggunakan perhitungan IPM metode lama sesuai baseline dan target dalam RPJMN 2015-2019. ***) Menggunakan perhitungan IPM metode baru.

7 PLBN (Entikong, Paloh-Aruk, Nanga Badau, Motaain, Motamasin, Wini, Skouw)

10 PKSN (Entikong, Paloh-Aruk, Nanga Badau, Atambua, Jayapura, Sabang, Ranai, Nunukan, Tahuna, Saumlaki)

REV

IS

I T

A

R

GET

Terdapat perubahan asumsi dasar makro

& tahun dasar Terdapat penyesuaian data

dengan nasional Terdapat perubahan metode perhitungan

PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN KAWASAN PERBATASAN

On track/on trend/ tercapai Perlu kerja keras Sangat sulit tercapai

4

(14)

Sasaran

Satuan

2014

(baseline)

2015

2016

Target

2019

Perkiraan Capaian

2019 (Notifikasi)

Target

Realisasi

Target

Realisasi

1. mengurangi jumlah desa

tertinggal sampai 5.000 desa

desa

20.432 *)

500

N/A**)

1.000

N/A**)

5.000

2. meningkatkan jumlah desa

mandiri sedikitnya 2.000 desa

desa

50.763 *)

400

N/A**)

400

N/A**)

2.000

3. menguatkan 39 pusat

pertumbuhan dalam rangka

meningkatkan keterkaitan

kota dan desa

pusat

pertumbuhan

-

***)

***)

14

14

39

4. membangunan dan

mengembangkan kawasan

transmigrasi untuk

percepatan desa berkembang

kawasan

transmigrasi

619

14

37

43

54

144

PEMBANGUNAN PERDESAAN

4

*) Jumlah desa tertinggal dan berkembang (pada tahun baseline 2014) sebagaimana tertuang dalam Indeks

Pembangunan Desa.

**) Pencapaian target belum dapat diidentifikasi mengingat data yang diperlukan menggunakan data Potensi Desa yang dikeluarkan BPS setiap 3 tahun sekali.

***) Pencapaian target belum dapat didentifikasi karena pedoman umum pembangunan kawasan perdesaan baru disahkan pada awal tahun 2016 dan menjelang akhir tahun 2016 pemerintah pusat dan pemerintah daerah sedang menyelesaikan 14 dokumen masterplan pengembangan kawasan perdesaan.

On track/on trend/ tercapai Perlu kerja keras Sangat sulit tercapai

(15)

15

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA

15

Sasaran

Satuan

2014

2015

2016

Target

2018*

Target

2019*

Perkiraan

Capaian 2019

(Notifikasi)

(baseline) Target * Realisasi

Target*

Realisasi

Mengurangi Indeks

Risiko Bencana

Indonesia (IRBI)

Nasional

%

156.3

151.6

**)

146.9

Belum

tersedia

data

137.5

132.8

Mengurangi Indeks

Risiko Bencana di 136

Kab/Kota Sasaran

Prioritas Nasional

%

169.4

164.3

**)

159.2

Belum

tersedia

data

149.0

144

*) Target Penurunan Indeks Risiko Bencana sebesar 30% sampai dengan 2019 dengan melakukan peningkatan indeks kapasitas di Kabupaten/Kota

**) Pencapaian target belum dapat didentifikasi karena perhitungan Indeks Risiko Bencana baru dilakukan pada awal tahun 2016 dan membutuhkan monitoring evaluasi penilaian kapasitas perangkat daerah dengan mengisi kuesioner yang terdiri dari 71 Indikator sebagai metode pengukuran

On track/on trend/ tercapai Perlu kerja keras Sangat sulit tercapai

1 2 : 3

Keterangan

(16)

16

PERMASALAHAN PENCAPAIAN TARGET

PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL RPJMN 2015-2019 (1/2)

6.89

6.96

7.02

7.08

7.15

7.24

5.39

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

2014

2015

2016

2017

2018

2019

Perubahan Target RPJMN 2015-2019

Laju Pertumbuhan Ekonomi di Dating

Semula

Menjadi

6,0-6,2

6,4-6,6

6,7-6,9

Terdapat perubahan asumsi dasar makro

Perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2017

5,1 persen

Terdapat perubahan tahun dasar

 tahun

2000 menjadi 2010

Mempertimbangkan capaian tahun 2015 =

sebesar 6,55% (sumber: Tinjauan Regional

PDRB Kabupaten/Kota 2011-2015, BPS),

maka ditargetkan perekonomian daerah

tertinggal dapat tumbuh rata-rata 6,3% per

tahun & ditargetkan tahun 2019 sebesar

6,9-7,1%

Perlu adanya

treatment

khusus pada daerah

tertinggal

yang

mengalami

kontraksi

perekonomian tinggi seperti di Kalimantan,

Papua dan juga daerah tertinggal dengan

PDRB yang rendah

5,6-5,8

(17)

17

Terdapat penyesuaian data

kemiskinan tahun dasar dengan data nasional (sumber data: Data &

Informasi Kemiskinan

Kabupaten/Kota 2015, BPS)

Sejalan dengan kondisi nasional, pada

tahun 2015 terjadi peningkatan persentase penduduk miskin di daerah tertinggal.

Oleh karena itu diperlukan upaya

penanggulangan kemiskinan secara lebih fokus pada daerah tertinggal yang mengadapi tingkat kemiskinan tinggi (>target RKP 2018 10%) dan pengangguran yang tinggi (>target RKP 2018 5,5%) 16.4% 16.0% 15.4% 14.9% 14.4% 14.0% 18.0% 18.8% 10.0% 12.0% 14.0% 16.0% 18.0% 20.0% 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Perubahan Target RPJMN 2015-2019 Kemiskinan di Daerah Tertinggal

Semula Menjadi 15,5-16% 17,5-18% 16-16,5% 15-15,5

%

No Wilayah Kabupaten Kemiskinan 2015 >10% Penanggura n 2015 >5,5% 1 Sumatera Aceh Singkil 21,72 7,03 2 Jawa Pandeglang 10,43 10,22 3 Nusra Lombok Tengah 16,26 7,42 4 Nusra Lombok Timur 19,14 6,46 5 Nusra Dompu 15,11 5,56 6 Nusra Sumbawa Barat 16,97 7,98 7 Kalimantan Landak 13,51 5,81 8 Sulawesi Sigi 12,75 5,74 9 Sulawesi Konawe 16,09 10,70 10 Sulawesi Gorontalo Utara 18,93 5,61 11 Kep Maluku Maluku Tengah 22,1 12,75

No Wilayah Kabupaten Kemiskinan 2015 >10% Penanggura n 2015 >5,5% 12 Kep Maluku Seram Bagian

Barat 26,35 8,21

13 Kep Maluku Seram Bagian

Timur 25,37 6,18

14 Kep Maluku Buru Selatan 17,58 9,14 15 Papua Teluk Bintuni 36,66 6,87 16 Papua Sorong 33,35 5,66 17 Papua Raja Ampat 20,94 5,59 18 Papua Merauke 11,1 9,08 19 Papua Nabire 24,37 10,14 20 Papua Biak Numfor 27,23 10,08 21 Papua Supiori 39,25 10,75 22 Papua Deiyai 45,74 5,64 67.46 68.13 68.49 68.84 69.18 69.59 59.23 59.87 60.63 61.34 62.06 62.78 52.00 56.00 60.00 64.00 68.00 72.00 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Perubahan Target RPJMN 2015-2019 IPM di Daerah Tertinggal

Semula Menjadi

Terdapat perbedaan metode perhitungan

IPM

Target dihitung berdasarkan data back

casting IPM per kabupaten dengan metode baru periode 2010-2015 (sumber

data: http://ipm.bps.go.id/data/nasional)

Strategi peningkatan IPM difokuskan pada

kabupaten dating dengan IPM rendah (<rata2 59,87) dengan laju rata-rata kenaikan IPM 2010-2014 yang rendah

(<rata2 1,3% atau dibawah 2 point) 

sesuai dengan capaian aspek pembentuk IPM yang rendah

No Pulau Kab/Kota IPM Rata-rata Laju Kenaikan

IPM 2010-2015

1 Sumatera Nias Barat 58,25 1,25%

2 Sumatera Kepulauan Mentawai 57,41 0,62%

3 Nusa Tenggara Alor 58,50 1,08%

4 Nusa Tenggara Rote Nda 58,32 1,26%

5 Nusa Tenggara Sumba Barat Daya 57,91 0,56%

6 Nusa Tenggara Manggarai Timur 56,83 0,93%

7 Nusa Tenggara Malaka 57,51 1,21%

8 Maluku Maluku Barat Daya 58,64 1,01%

9 Maluku Pulau Morotai 59,27 1,15%

10 Maluku Pulau Taliabu 58,26 1,23%

11 Papua Maybrat 55,78 1,15%

12 Papua Paniai 54,20 0,62%

13 Papua Boven Digoel 59,02 1,01%

14 Papua Mappi 56,11 0,74%

15 Papua Lanny Jaya 44,18 1,27%

16 Papua Deiyai 48,28 1,15%

PERMASALAHAN PENCAPAIAN TARGET

(18)

Investasi baik dalam negeri maupun asing masih TERPUSAT di JAWA-BALI dengan

share

yang sangat besar dan menunjukkan

ketimpangan yang sangat besar dengan wilayah Maluku dan Papua

18

WILAYAH

Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Desa

2012 2017 2015 2016

(Rp. Juta) (%) (Rp. Juta) (%) (Rp. Miliar) % (Rp. Miliar) %

SUMATERA 6.851.757

26

13.900.538

28%

6.257

30%

17.997

30%

JAWA-BALI 7.742.110

30

10.090.094

20%

6.699

32%

19.187

32%

KALIMANTAN 2.255.279

9

5.583.367

11%

1.812

9%

5.258

9%

SULAWESI 3.815.923

15

8.590.687

17%

2.376

11%

6.873

11%

NUSA TENGGARA 1.891.945

7

4.731.792

9%

1.115

5%

3.225

5%

MALUKU 951.193

4

2.522.538

5%

625

3%

1.794

3%

PAPUA 2.607.741

10

4.491.047

9%

1.883

9%

5.665

9%

TOTAL 26.115.948

100

49.910.063

100%

20.766

100,00

60.000

100,00

WILAYAH

Investasi PMA Investasi PMDN Kredit Perbankan

2010 2015 2010 2015 2010 2015

(US$ Juta) % (US$ Juta) % (US$ Juta) % (US$ Juta) % (Rp. Juta) % (Rp. Juta) %

SUMATERA 747

5%

3.733

13%

4.224

7%

37.752

21%

2.909.267 15% 6.956.623

15%

JAWA-BALI 11.777

73%

15.929

54%

35.454

58%

105.009

59%

13.878.402

72%

33.076.014

71%

KALIMANTAN 224

1%

769

3%

1.806

3%

1.644

1%

1.107.361

6%

2.865.978

6%

SULAWESI 2.011

12%

5.843

20%

14.576

24%

20.007

11%

858.798

4%

2.241.382

5%

NUSA TENGGARA 859

5%

1.560

5%

4.338

7%

13.668

8%

201.939

1%

565.480

1%

MALUKU 249

2%

286

1%

-

0%

48

0.03%

68.124

0.4%

184.122

0.4%

PAPUA 347

2%

1.156

4%

229

0.4%

1.339

1%

119.017

1%

386.138

1%

TOTAL 16.215

100%

29.276

100%

60.626

100%

179,466

100%

19.142.909

100%

46.275.737

100%

ALOKASI SUMBERDAYA ANTARWILAYAH TAHUN 2016

Alokasi dana transfer daerah

(DAK dan Dana Desa) TIDAK

MEMIHAK (AFIRMATIF)

terhadap wilayah timur

Indonesia. Alokasi KBI jauh

lebih besar dibanding KTI

terutama Nusa Tenggara,

(19)

PERTANYAAN KRITIS

19

1. Bagaimana membangun desa, kawasan dan daerah sebagai bentuk

pelaksanaan

NAWA CITA

secara

NYATA, TERUKUR

dan

SISTEMATIK

?

2. Bagaimana

STRATEGI

,

RENCANA

dan

TAHAPAN INVESTASI

PENGEMBANGAN DESA, KAWASAN

dan

DAERAH

?

3. Bagaimana mengukur

PERKIRAAN MANFAAT

dan

DAMPAK

pengembangan

DESA, KAWASAN

dan

DAERAH

?

4. Bagaimana membangun

KERJASAMA, KOORDINASI

dan

SINERGI

PEMERINTAH, PEMDA, PERGURUAN TINGGI, SWASTA

dan

MASYARAKAT

yang solid?

5. Bagaimana

POLA MANAJEMEN ASSET DAERAH

dan

MANAJEMEN

KAWASAN PERDESAAN

yang

BAIK, ADIL, MENGUNTUNGKAN

dan

BERKELANJUTAN

?

6. Bagaimana

BERBAGI PENGETAHUAN

(

knowledge sharing

) dan

MANAJEMEN PENGETAHUAN

(

knowledge management

) pembagunan

(20)

20

PERSIAPAN PELAKSANAAN

(21)

SINKRONISASI DAN SINERGI KEGIATAN TAHUN 2017

1. RKP 2017 sebagai

ACUAN UTAMA

dengan pendekatan

MONEY

FOLLOW GOALS

and

PROGRAMS

;

2. Setiap program dan kegiatan mempunyai

TARGET KINERJA

yang

BENAR-BENAR JELAS

,

TERUKUR

dan

BERKAITAN LANGSUNG

dengan

1) AKSELERASI

(PERCEPATAN) peningkatan

PRODUKSI, NILAI

TAMBAH

dan PENDAPATAN MASYARAKAT dan DAERAH

2) TRANSFORMASI

(PERUBAHAN) KEHIDUPAN SOSIAL, EKONOMI dan

BUDAYA MASYARAKAT DESA menjadi lebih

MAJU, SEJAHTERA

dan

BERMARTABAT

;

3. Sinkronisasi

LOKASI

,

KELOMPOK SASARAN

dan

KEGIATAN

dengan

menggunakan pendekatan WILAYAH

Papua, Maluku, Nusa tenggara,

Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan Jawa-Bali;

4. Pelaksanaan program dan kegiatan benar-benar memperhatikan

KARAKTERISTIK SOSIAL, BUDAYA

, dan

EKONOMI DAERAH

.

(22)

BENCHMARKING PEMBANGUNAN

KAWASAN PERDESAAN

(23)

INDONESIA

JEPANG

(24)

INDONESIA

JEPANG

(25)

INDONESIA

JEPANG

Referensi

Dokumen terkait

Selain faktor protein, asam lemak, dan mineral, diduga tingginya laju pertumbuhan pada perlakuan pemberian pakan maggot silase ikan karena terdapat kandungan asam

Permasalahan yang ada yaitu petugas parkir yang bertugas di tempat itu hanya memberikan karcis kepada pemilik atau pengemudi kendaraan bermotor kalau meminta karcis tersebut

Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba kemangi memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan dan dapat menginduksi kematian sel kanker

Anggota tim 3 kolaborasi (Alila) S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi &amp; Bisnis Finance and Accounting Studies Anggota Reguler (Sri rahayu) S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi &amp;

4.23 Gambaran Tanggapan Responden Terhadap Tourist Perceived Value di Destinasi Wisata Alam Cibulan

Sedangkan faktor- faktor lain yaitu kepemilikan asing (FOROWN), leverage (LEV), target keuangan (ROA), efektivitas pengawasan (IND), transaksi pihak istimewa (RPT) tidak

Komitmen anggota BEMA untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program kerjanya harus lebih ditingkatkan

Bapak Rama Okta Wiyagi S.T., M.Eng., selaku Dosen Teknik Elektro arus lemah yang telah memberikan saran, motivasi, dan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.. Seluruh Dosen