• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENGHULU DALAM MEMINIMALISIR PERNIKAHAN DINI DI MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN JUNREJO KOTA BATU) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN PENGHULU DALAM MEMINIMALISIR PERNIKAHAN DINI DI MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN JUNREJO KOTA BATU) SKRIPSI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PENGHULU DALAM MEMINIMALISIR PERNIKAHAN DINI DI MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS DI KANTOR URUSAN

AGAMA KECAMATAN JUNREJO KOTA BATU)

SKRIPSI

OLEH:

RIFKI ALAUDDIN RAHMAT NPM. 21801012039

UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM 2022

(2)

ii

PERAN PENGHULU DALAM MEMINIMALISIR PERNIKAHAN DINI DI MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS DI KANTOR URUSAN

AGAMA KECAMATAN JUNREJO KOTA BATU)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Progam Sarjana (S1)

Pada Progam Studi Hukum Keluarga Islam

Oleh:

RIFKI ALAUDDIN RAHMAT NPM. 21801012039

UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM 2022

(3)

ABSTRAK

Rahmat, A. R. 2022. Peran Penghulu Dalam Meminimalisir Terjadinya Pernikahan Dini Dimasa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Di KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu). Skripsi, Progam Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Islam, Universitas Islam Malang, Pembimbing 1: Drs. H.

Ahmad Subekti M.Ag. Pembimbing 2: Dwi Ari Kurniawati, S.H.,M.H.

Kata Kunci: Penghulu, Meminimalisir, Pernikahan Dini, Pandemi Covid-19.

Pernikahan adalah merupakan suatu bentuk fitrah yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluk ciptaan-Nya. Pernikahan menurut UU No.16 Tahun 2019 sebagai perubahan UU No.1 Tahun 1974 tentang pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk hidup berumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan harus dapat dipertahankan oleh kedua belah pihak agar dapat mencapai tujuan dari pernikahan tersebut, sehingga dengan demikian perlu adanya kesiapan-kesiapan dari kedua belah pihak baik mental maupun material, artinya secara fisik laki-laki dan perempuan sudah sampai pada batas umur yang bisa dikategorikan menurut hukum positif dan baligh menurut hukum Islam.

Peran KUA terutama Penghulu dalam meminimalisir dan mencegah terjadinya pernikahan dini apalagi dimasa pandemi COVID-19 yaitu melalui cara memeriksa semua persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon pengantin untuk melangsungkan perkawinan. Fokus penelitian dalam pembahasan skripsi yang diajukan yaitu persyaratan pengajuan pernikahan di masa pandemi COVID-19 KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu, faktor terjadinya pernikhan dini di masa pandemi COVID-19 di KUA Kecamatan Junrejo, dan peran penghulu dalam meminimalisir pernikahan dini di KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu descriptif research (penelitian deskriptif) dengan menggunakan motode yuridis empiris. Dalam menggunakan metode deskriptif, penelitian dapat mempelajari dan memahami keaadan serta kondisi suatu objek melalui interpretasi yang tepat melalui tekniks wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini kemudian menghasilkan data dan selanjutnya di analisi kembali untuk menghasilkan sebuah teori dengan menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Yang mana sumber data primer dalam penelitian ini adalah Kepala KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu, Penghulu KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu, dan pelaku pernikahan dini di KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu. Sedangkan untuk sumber sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh untuk menjadi pelengkap atau pendukung dari data primer baik itu dari sumber internal maupun sumber eksternal yang dapat dijadikan sebagai pendukung informasi dan penunjangan penelitian.

Hasil penelitian yang pertama Persyaratan pernikahan dini di masa pandemi COVID-19 KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu mewajibkan seluruh masyarakat yang akan melaksanakan pernikahan di bawah umur menyertakan surat dispensasi nikah dari Pengadilan Agama, apabila tidak terpenuhi maka KUA akan menolak

(4)

pernikahan tersebut.yang kedua Faktor pernikahan dini di masa pandemi COVID- 19 di KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu di sebabkan dengan beberapa faktor antara lain faktor ekonomi yang memburuk selama pandemi COVID-19 juga mendorong terjadinya pernikahan dini hal disebabkan banyak masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan dan memilih untuk menikahkan anaknya, faktor pendidikan sangat berpengaruh pada banyaknya pernikahan dini di akibatkan banyak anak putus sekolah pada masa pandemi COVID-19 dan memilih untuk melakukan pernikahan, dan faktor agama juga menjadi alasan terjadinya pernikahan dini karena minimnya pemahaman agama khususnya tentang hakikat pernikahan. dan yang ketiga Peran penghulu dalam meminimalisir pernikahan dini di KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu. Peranan Penghulu pada prinsipnya dapat dilakukan baik sebelum terjadinya pernikahan, setelah adanya pernikahan dan sampai dengan sebelum adanya putusan Pengadilan Agama terhadap perceraian yang diajukan. Hal yang dilakukan oleh penghulu KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu dalam meminimalisir pernikahan dini dengan cara Penolakan dan pengarahan kepada calon pengantin yang masih di bawah umur berdasarkan UU No. 16 tahun 2019 pasangan laki-laki atau perempuan yang masih berusia di bawah umur 19 tahun.

(5)

ABSTRAC

Rahmat, A. R. 2022. Penghulu's Role in Minimizing the Occurrence of Early Marriage during the Covid-19 Pandemic (Case Study in KUA, Junrejo District, Batu City). Thesis, Islamic Family Law Study Program, Faculty of Islam, Islamic University of Malang, Supervisor 1: Drs. H. Ahmad Subekti M.Ag. Supervisor 2: Dwi Ari Kurniawati, S.H., M.H.

Keyword: Penghulu, Minimizing, Early Marriage, Covid-19 Pandemic

Marriage is a form of fitrah that God Almighty has given to every creature of His creation. Marriage according to Law No.16 of 2019 as an amendment to Law No.1 of 1974 concerning marriage is an inner birth bond between a man and a woman to live a happy and eternal household based on the One True Godhead.

Marriage must be maintained by both parties in order to achieve the purpose of the marriage, thus it is necessary to have readiness from both parties both mentally and materially, meaning that physically men and women have reached the age limit that can be categorized according to positive law and baligh according to Islamic law.

The role of KUA, especially Penghulu, in minimizing and preventing early marriages, especially during the COVID-19 pandemic, is through checking all the requirements that must be met by the bride and groom to hold a wedding. The focus of the research in the discussion of the proposed thesis was the requirements for submitting a marriage during the COVID-19 pandemic KUA Junrejo District, Batu City, factors for the occurrence of early marriage during the COVID-19 pandemic in the Kua of Junrejo District, and the role of the penghulu in minimizing early marriage in the KUA of Junrejo District, Batu City.

In this study, the author used a qualitative approach, namely descriptive research (descriptive research) using an empirical juridical motto. In using descriptive methods, research can study and understand the condition and condition of an object through appropriate interpretation through interview techniques, observation and documentation. This research then produces data and then re- analyzes it to produce a theory using primary data sources and secondary data sources. The primary data sources in this study are the Head of KUA Junrejo District, Batu City, Penghulu KUA Junrejo District, Batu City, and early marriage perpetrators in KUA Junrejo District, Batu City. As for the secondary sources in this study, the data obtained to be a complement or supporter of primary data, both from internal and external sources that can be used as information support and research support.

The results of the first study Requirements for early marriage during the COVID-19 pandemic KUA Junrejo District, Batu City requires all people who will carry out underage marriages to include a marriage dispensation letter from the Religious Court, if it is not met, the KUA will reject the marriage.the second Factor of early marriage during the COVID-19 pandemic in KUA Junrejo District, Batu City is caused by several factors, including economic factors that deteriorate during the The COVID-19 pandemic has also encouraged the occurrence of early marriages because many people do not have jobs and choose to marry off their children, the education factor is very influential on the number of early marriages

(6)

caused by many children dropping out of school during the COVID-19 pandemic and choosing to do marriages, and religious factors are also the reason for the occurrence of early marriage because of the lack of religious understanding, especially about the nature of marriage. and the third role of penghulu in minimizing early marriage in KUA Junrejo District, Batu City. The role of Penghulu can in principle be carried out both before the occurrence of marriage, after the marriage and until before the decision of the Religious Court against the divorce filed. This is done by the kua penghulu of Junrejo Subdistrict, Batu City in minimizing early marriage by means of rejection and direction to prospective brides who are underage based on Law No. 16 of 2019 for male or female couples who are under the age of 19 years.

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Pernikahan adalah merupakan suatu bentuk fitrah yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluk ciptaan-Nya. Terutama kepada manusia yang merupakan makhluk terbaik di dunia ini, karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain.

Beberapa kelebihan itu antara lain adalah manusia mempunyai akal yang dapat membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Oleh karena itu, ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam hukum perkawinan manusia berbeda dengan makhluk lainnya.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam jenis yang berbeda namun berpasangan dengan maksud agar dapat mengembangkan keturunan. Jalan yang sah untuk mengembangkan keturunan dalam Islam adalah melalui perkawinan.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. an-Nur ayat 32 yaitu:

ْ نِم ْهٰاللّ ْهمِهِن غهي َْءۤا َرَقهف ْا وهن وهكَّي ْ نِا ْ مهكِٕىۤاَمِا َو ْ مهكِداَبِع ْ نِم َْن ي ِحِلٰصلا َو ْ مهك نِم ى ٰماَيَ لْا ْاوهحِك نَا َو

ْ م يِلَع ْ عِسا َو ْهٰاللّ َو ْ هِل ضَف

Artinya:ْ“danْkawinkanlahْorang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hambahamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian- Nya)ْlagiْMahaْmengetahui” (Departemen Agama, 2015:548).

(8)

2

Pernikahan menurut UU No.1 Tahun 1974 tentang perkwinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk hidup berumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, pernikahan harus dapat dipertahankan oleh kedua belah pihak agar dapat mencapai tujuan dari pernikahan tersebut, sehingga dengan demikian perlu adanya kesiapan-kesiapan dari kedua belah pihak baik mental maupun material, artinya secara fisik laki-laki dan perempuan sudah sampai pada batas umur yang bisa dikategorikan menurut hukum positif dan baligh menurut hukum Islam. Akan tetapi faktor lain yang sangat penting yaitu kematangan dalam berfikir dan kemandirian dalam hidup sudah bisa memberikan nafkah kepada istri dan anaknya. Hal ini sering yang sering dilupakan oleh masyrakat.

Sedangkan tujuan yang lain dari pernikahan dalam Islam selain untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmani maupun rohani manusia juga sekaligus untuk membentuk keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan dalam menjalani hidupnya di dunia ini, juga pencegah perzinahan, agar tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat (Ramulyo, 1996: 27).

Sementara itu, sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia itu sendiri, muncul permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, yaitu sering terjadinya pernikahan yang dilakukan oleh seseorang yang belum cukup umur untuk melakukan pernikahan. Permasalahan ini memang sangat dilema. Di satu sisi seseorang harus menunggu sampai waktu-waktu tertentu, sampai sekiranya seseorang dianggap mampu memikul tugas sebagai suami dan istri, sedangkan

(9)

3

di sisi lain godaan dan ransangan begitu sporadis tersebar dimana – mana. Oleh karna itu, ketentuan batas usia pernikahan perlu diatur kembali dengan melihat hukum. Sesuai dengan prinsip hukum Islam, menciptakan kemaslahatan serta menolak kemafsadan, jabul masalih wa daf’ul masafi (Rofiq, 2000: 78).

Prinsip kematangan calon mempelai dimaksudkan, bahwa calon suami istri harus telah matang jasmani dan rohani untuk melangsungkan pernikahan, agar supaya dapat memenuhi tujuan luhur dari perkawinan dan mendapat keturunan yang baik dan sehat. Oleh karena itu harus dicegah adanya pernikahan di bawah umur. Di samping itu pernikahan mempunyai hubungan erat dengan masalah kependudukan. Ternyata bahwa batas umur yang lebih rendah bagi wanita untuk menikah mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi. Oleh karena itu ditentukan batas umur untuk menikah yaitu 19 tahun bagi pria dan 19 tahun bagi wanita. Masalah batas umur untuk bisa melaksanakan pernikahan sebenarnya telah ditentukan dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019. Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

1. Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun.

2. Dalam hal terjadi penyimpangan terhadap ketentuan umur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), orang tua pihak pria dan/atau orang tua pihak wanita dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan dengan alasan sangat mendesak disertai bukti-bukti pendukung yang cukup.

(10)

4

3. Pemberian dispensasi oleh Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib mendengarkan pendapat kedua belah calon mempelai yang akan melangsungkan perkawinan.

4. Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan seorang atau kedua orang tua calon mempelai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) dan ayat (4) berlaku juga ketentuan mengenai permintaan dispensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6) (Kesra, 2019 :13).

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, permohonan pernikahan yang telah didaftarkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan, tetap dilanjutkan prosesnya sesuai dengan ketentuan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan.

Pernikahan suatu cara yang dipilih Allah SWT sebagai jalan bagi manusia untuk beranak, berkembang baik dan kelestarian hidupnya, setelah masing- masing pasangan siap melakukan perannya yang positif dalam mewujudkan tujuan pernikahan (Sabiq, 1990: 19).

Adanya aturan tentang pembatasan umur dalam Undang-Undang perkawinan karena tidak terdapatnya aturan-aturan fiqih baik secara eksplisit maupun implisit. Tentu saja dengan alasan penetapan batas umur bagi kedua mempelai lebih menjamin kemaslahatan bagi keluarga itu sendiri (Nuruddin &

Tarigan, 2006: 74).

Untuk itu harus dicegah adanya pernikahan antara calon suami istri yang masih di bawah umur. Akan tetapi pada kenyataannya, tidak selamanya dan tidak seluruhnya masyarakat mengerti dan memahami Undang-Undang bahwasannya

(11)

5

masyarakat kurang menyadari tentang batasan usia perkawinan No. 16 Tahun 2019 pasal 7 ayat 1 yang telah ditetapkan oleh pemerintah. hal ini sebagaimana terjadi wilayah Kantor Urusan Agama Kecamatan Junrejo Kota Batu.

Dalam kaitan ini yang dilakukan oleh aparat Kantor Urusan Agama Kepala KUA atau Penghulu adalah melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas Pegawai Pencatat Nikah, melaksanakan pelayanan nikah dan rujuk serta melaksanakan pembinaan kehidupan beragama Islam di desa. Penghulu merupakan aparat yang menentukan suksesnya pelaksanaan, karena di samping sebagai pelaksana langsung yang memberikan pelayanan pencatatan dan bimbingan pada KUA Kecamatan, juga sebagai figur terdepan dalam menangani masalah keagamaan dalam masyarakat (Departemen Agama, 1997 :21).

Kebijakan pemerintah dalam meminimlisir terjadinya penyebaran virus COVID-19 pemberlakuan persyaratan pernikahan di masa pandemi COVID-19 yang bertujuan untuk mengurangi penyebaran serta melindungi pegawai dan seluruh masyarakat. Pemerintah mengeluarkan kebijakan Nomor: P- 001/DJ.III/HK.007/2021 tentang perberlakukan persyaratan swab test bagi kedua calon pengantin, wali, dan saksi yang dibuktikan dengan hasil negatif swab test yang berlaku minimal 1x24 jam sebelum pelaksanaan akad nikah.

Calon pengantin dan anggota kelurga yang mengikuti prosesi akad pernikahan harus membasuh tangan dengan sabun dan hand senitizer. Petugas wali nikah dan calon laki-laki harus menggunakan sarung tangan dan masker saat melakukan ijab qobul. Calon pengantin, dua orang saksi, dan wali wajib membawa dokumen hasil test swab antigen yang di buktikan dengan hasil negatif. Apabila hasil test swab antigen hasilnya positif, maka calon pengantin

(12)

6

tersebut tidak dapat melaksakan pernikahanya hingga test swab antigen dinyatakan negatif. Meskipun pandemi ini berlangsung begitu lama dan tidak berkunjung berkesudahan akan tetapi hal tersebut tidak lantas menyurutkan lonjakan pernikahan yang terjadi. Bahkan fenomena pernikahan dini juga ikut mengalami peningkatan.

Hasil wawancara sementara yang peneliti lakukan kepada Keapala KUA Kec. Junrejo Bapak Supriadi pada tanggal 06 Desember 2021, data pernikahan di bawah umur yang terjadi di Kecamatan Junrejo Kota Batu, data yang tercatat di Kantor KUA Junrejo pada tahun 2020/2021 jumlah pernikahan di bawah umur 19 tahun pada masa pandemi COVID-19 sebanyak 29 orang (wawancara, 10 februari 2021).

Peran KUA terutama Penghulu dalam meminimalisir dan mencegah terjadinya pernikahan dini apalagi dimasa pandemi COVID-19 yaitu melalui cara memeriksa semua persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon pengantin untuk melangsungkan perkawinan dan mensosialisasikan tentang perkawinan dengan cara memberikan pembinaan ceramah-ceramah tentang perkawinan untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat terkait Undang-Undang perkawinan (wawancara, 10 februari 2022).

Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang Penghulu dalam meminimalisir terjadinya pernikahan dini di masa pandemi COVID-19. Penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut permasalahan dalam bentuk skripsi dengan judul Peran Penghulu Dalam Meminimalisir Terjadinya Pernikahan Dini Dimasa Pandemi COVID-19 (Studi Kasus Di KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu).

(13)

7

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan apa yang telah di uraikan dalam Konteks Penelitian diatas maka, dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana persyaratan pengajuan pernikahan dini di masa pandemi COVID- 19 KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu?

2. Apa saja yang menjadi penyebab faktor pernikahan dini di masa pandemi COVID-19 di KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu?

3. Bagaimana peran penghulu dalam meminimalisir pernikahan dini di KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Konteks Penelitian diatas, maka tujuan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan persyaratan pengajuan pernikahan di masa pandemi COVID-19 di KUA Junrejo Kota Batu.

2. Untuk mendeskripsikan apa saja yang menjadi faktor pernikahan dini di masa pandemi COVID-19 di KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu.

3. Untuk mendeskripsikan peran Penghulu dalam meminimalisir pernikahan dini di KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dan manfaat.

Dalam hal ini penulis membagi dalam dua perspektif, yaitu pertama secara teoritis dan yang kedua secara praktis, dengan penjabaran sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

(14)

8

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran baru bagi Universitas Islam Malang khususnya Fakultas Agama Islam Program Studi Hukum Keluarga Islam, tentang peran Penghulu KUA dalam meminimalisir pernikahan dini studi kasus di KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu terhadap pernikahan dini, yakni sebagai upaya pengembangan wawasan keilmuan secara empiris, sehingga diperoleh pemahaman yang utuh dan integral mengenai berlakunya hukum dalam masyarakat.

2. Secara Praktis a. Bagi Penulis

Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Progam Studi Hukum Keluarga Islam, selain itu diharapkan dapat meningkatkan penalaran keluasan wawasan serta kemampuan pemahaman penulis tentang hukum pernikahan dini dikalangan masyarakat.

b. Bagi Masyarakat

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat terutama kepada pemuda-pemudi di Kecamatan Junrejo, hendaknya dapat mematuhi aturan undang-undang tentang perkawinan demi kemaslahatan dan tercapainya tujuan perkawinan.

c. Bagi KUA

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada untuk menanggulangi pernikahan dini tidak hanya melalui ceramarah saja akan tetapi bisa dengan menggunakan media sosial, surat berita dan sebagainya di zaman sakarang ini.

(15)

9

E. Definisi Oprasional 1. Penghulu

Adalah petugas representasi dari pemerintah yang bertugas untuk menikahkan kedua mempelai untuk mengantikan wali dari pihak keluarga. Ia juga sekaligus mencatat pernikahan tersebut kedalam catatan pemerintahan.

2. Pernikahan Dini

Pernikahan yang dilakukan oleh pasangan atau salah satu pasangan yang masih berusia di bawah umur 19 tahun.

3. Meminimalisir

Memperkecil atau biasa digunakan mengutarakan bahwa sesuatu itu memang tidak dapat dihilangkan atau diselesaikan sepenuhnya tetapi hanya bisa beberapa persen yang bisa terselesaikan.

4. Pandemi COVID-19

Peristiwa memnyebarnya Penyakit koronavirus 2019.

(16)

72 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan

Setelah penulis meneliti dan menganalisis peran penghulu dalam meminimalisir pernikahan dini Studi di KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. Persyaratan pernikahan dini di masa pandemi COVID-19 KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu mewajibkan seluruh masyarakat yang akan melaksanakan pernikahan di bawah umur menyertakan surat dispensasi nikah dari Pengadilan Agama, apabila tidak terpenuhi maka KUA akan menolak pernikahan tersebut.

2. Faktor pernikahan dini di masa pandemi COVID-19 di KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu di sebabkan dengan beberapa faktor antara lain faktor ekonomi yang memburuk selama pandemi COVID-19 juga mendorong terjadinya pernikahan dini hal disebabkan banyak masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan dan memilih untuk menikahkan anaknya, faktor pendidikan sangat berpengaruh pada banyaknya pernikahan dini di akibatkan banyak anak putus sekolah pada masa pandemi COVID-19 dan memilih untuk melakukan pernikahan, dan faktor agama juga menjadi alasan terjadinya pernikahan dini karena minimnya pemahaman agama khususnya tentang hakikat pernikahan.

3. Peran penghulu dalam meminimalisir pernikahan dini di KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu. Peranan Penghulu pada prinsipnya dapat dilakukan baik sebelum terjadinya perkawinan, setelah adanya perkawinan dan sampai

(17)

73

dengan sebelum adanya putusan Pengadilan Agama terhadap perceraian yang diajukan. Hal yang dilakukan oleh penghulu KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu dalam meminimalisir pernikahan dini dengan cara Penolakan kepada calon pengantin yang masih di bawah umur berdasarkan UU No.16 tahun 2019 pasangan laki-laki atau perempuan yang masih berusia di bawah umur 19 tahun, maka KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu menolak pernikahan tersebut dan memberikan pengarahan tentang pernikahan kepada calon pengantin yang masih di bawah umur dengan memberikan pemahaman tentang hakikat perkawinan tidak semata-mata untuk menyalurkan hawa nafsunya, melaikan untuk membina keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrahma.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saya sampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Pihak KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu, agar dalam upaya menaggulangi pernikahan di bawah umur khususnya penghulu dilakukan secara terprogram, berkala dan jelas. KUA Kecamatan seharusnya tidak berfokus pada kegiatan penyuluhan atau sosialisasi yang bersifat ceramah saja, akan tetapi KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu bisa menggunakan media sosial, surat berita dan sebagainya.

2. Aparatur Pemerintah Desa, tokoh Agama terutama orang orang diharapkan berperan aktif juga dalam menangani pernikahan di bawah umur, membantu KUA menyadarkan pentingnya menikah sesuai umur yang sudah ditentukan

(18)

74

oleh undang-undang, lebih memberikan edukasi dan pemahaman kepada pemuda-pemuda di wilayah Kecamatan Junrejo.

(19)

75

DAFTAR RUJUKAN

Ali, Z. (2006). “Hukum Perdata Islam di Indonesia”, Jakarta: Sinar Grafika.

Amalia. (2017). “Pernikahan di bawah Umur Perspektif Hukum Islam dan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia”. Jurnal Al-Ashriyyah,

(online), Volume 2, No. (1),

http://jurnal.nuruliman.or.id/index.php/alashriyyah/article/view/23/19.

Diakses 12 Desember 2021.

Amelia. (2011). “Disharmoni Pengaturan Pemberian Izin dan Dispensasi Melangsungkan Perkawinan dengan Pengaturan Perlindungan Anak dan Kesehatan”, Jakarta: Sinar Grafika

Bastomi, H. (2016). “Pernikahan Dini dan Dampaknya (Tinjau Hukum Islam dan Hukum Perkawinan Indonesia)”Yudisia, (online), Vol. 7 No (2), https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/article/view/2160.

Diakses Desember 13 Desember 2021.

Candra, M. (2021). “Aspek Perlindungan Anak Indonesia Analisis tentang Perkawinan di Bawah Umur”. Jakarta: Kencana.

Daly, P. (1998). “Hukum Perkawinan Islam: Suatu Studi Perbandingan Kalangan Ahlu Sunnah dan Negara-Negara Islam”. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Departemen Agama RI. (1997). “Pedoman Pegawai Pencatat Nikah dan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah, Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf”. Jakarta : Sinar Grafika.

Fauzi, F. (2020) “Larangan Perkawinan Sepersusuan ditinjau dari Perspektif Hukum Islam dan Medis”, Jurnal Peradaban dan Hukum Islam,

(online), Vol.3 No.(2),

https://media.neliti.com/media/publications/335031-larangan-

perkawinan-sepersusuan-ditinjau-64d97a64.pdf. Diakses 9 Januari 2022.

Ghazali. (2008). “Fikh Munakahat”. Jakarta: Kencana Pranata Media Group.

Hakim, R. (2000) “Hukum Perkawinan Islam”, Bandung: Pustaka Setia.

Hasanuddin. (2004) “Rukun dan Syarat dalam Ibadah Nikah Menurut Empat Mazhab Fiqih” Jurnal Rukun dan Syarat Nikah, (online), Vol.4 No. (2), https://mimbarakademika.com/index.php/jma/article/view/42. Diakses 20 Desember 2021.

Hermanto, A. (2017). “Larangan Perkawinan Perspektif Fikih dan Relevansinya dengan Hukum Perkawinan di Indonesia”, Muslim Heritage, (online), Vol.2,No.(1),https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/muslimherita ge/article/view/1049. Diakses 23 Desember 2021.

Hizbullah, M.A. (2019). “Eksistensi Dispensasi Perkawinan Terhadap Pelaksanaan Perlindungan Anak di Indonesia”, Jurnal Hawa, (online)

(20)

76

Vol.1.No.(2),https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/hawa/articl e/view/2608. Diakses 15 Januari 2022.

Inpres No. 1 tahun (1991). “Kompilasi Hukum Islam KHI”, Pasal 39 ayat 3.

Inpres No. 1 Tahun (1991). “Tentang Kompilasi Hukum Islam KHI”, Pasal 2.

Inpres No. 1 tahun (1991).”Kompilasi Hukum Islam KHI“, Pasal 27 huruf a.

Kartikawati, D.R. (2014) “Dampak Perkawinan Anak Indonesia”, Kurna Studi

Pemuda, (online) Vol. 3, No.(1).

https://journal.ugm.ac.id/jurnalpemuda/article/view/32033. Diakses 17 Januari 2022.

Kasmudin. (2019). “Rekrontruksi Pengaturan Perkawinan Anak di Bawah Umur Berbasis Nilai Keadilan”. Jurnal Hukum Kaidah, (online), Vol.18,No.(2).https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/jhk/article/view/1182 . Diakses 20 Maret 2022.

KESRA. Perkawinan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6401.

Mardani. (2011). “Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern”, Yogyakarta: Graha Ilmu,

Mardani. (2016). “Hukum Keluarga Islam di Indonesia”, Jakarta: Kencana Prenadamedia.

Mufarida, B. (2021). Menkes Beberkan Faktor Meningkatnya Pernikahan Dini saat PandemiCovid-19.(online)

https://nasional.okezone.com/read/2021/03/18/337/2379901/menkesbe berkanfaktormeningkatnya-pernikah an-dini-saat-pandemi-covid-19.

Diakses 23 Maret 2022.

Mughniyyah, M.J. (2008). “al-Fiqh ‘ala al-Madzhabi al-Khǎmsah Fiqih Lima Mazhab”, Jakarta: Lentera.

Muthia, A.(2017). “Hukum Islam Dinamika Seputar Hukum Keluarga”.

Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Nuruddin, A., dan A, A.Tarigan. (2006). ”Hukum Perdata Islam di Indonesia Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih, UU No 1/1974 sampai KHI”. Bandung: Prenada Media Group.

Rahman, K. (2016). “Hukum Perkawinan Islam” Semarang: IAIN Walisongo.

Ramulyo, I. (2014) “Tinjauan Beberapa Pasal UU No. 1 tahun 1974 Dari Segi Hukum Perkawinan Islam”, Jakarta : PT Bumi Aksara

Ramulyo, M.I. (1996), “Hukum Pernikahan Islam”, Jakarta: Bumi Aksara.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2005 tentang Wali Hakim.

Rofiq, A. (2000). “Hukum Islam di Indonesia”, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(21)

77

Rofiq, A. (2013). “Hukum Perdata Islam di Indonesia”, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ruysd, I. (2012) “Bidayatul Mujtahid”, Qahirah: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah.

Sabiq, S. (1990). “Fikih Sunah Jilid 6”, Bandung: PT. Al Maarif.

Salam, S. (2017). “Dispensasi Perkawinan Anak di bawah Umur: Persfektif Hukum Adat, Hukum Negara & Hukum Islam”, Pagaruyung Law Journal,

(online), Vol. 1 No.

(1).https://web.archive.org/web/20180427141530id_/http://joernal.um sb.ac.id/index.php/pagaruyuang/article/viewFile/273/230. Diakses 17 Februari 2022.

Sanjaya, U. H., dan A, R. Faqih. (2017). “Hukum Perkawinan Islam di Indonesia”, Yogyakarta: Gama Media.

Sari, T.N.I. (2016). “Fenomena Pernikahan Usia Muda di Masyarakat Madura (Studi Kasus di Desa Serabi Barat Kecamatan Modung Kabupaten Bangkalan.”. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Sinar Grafika.

Shomad, A. (2010). “Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia”, Jakarta: Kencana.

Subadio, M.U., 1987, “Peranan dan Kedudukan Wanita Indonesia”, Yogyakarta:

UGM Press.

Syarifuddin, A. (2014) “Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan)”, Jakarta: Kencana.

Syarifuddin, A. (2014). “Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan)”, Jakarta: Kencana.

Tihami., Dan ,. Sahrani. (2014). “Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap”, Jakarta: Rajawali Pers.

Triyanto, W. (2013). “Dampak Pernikahan di Bawah Umur dalam Perspektif Hukum Islam dan UU. No.1 Tahun 1974”, Jurnal Lex Privatum,

(online), Vol. I,

No.(3).https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view /3038. Diakses 18 Januari 2022.

Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan, Perubahan atas Undang- Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 1.

Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan, Perubahan atas Undang- Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 7.

Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan, Perubahan atas Undang- Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 8.

Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama, Pasal. 49.

(22)

78

Wafa, M.A. (2017) “Telaah Kritis Terhadap Perkawinan Usia Muda Menurut Hukum Islam”, Ahkam-Jurnal Ilmu Syariah, (online) Vol. 17, No.

(2).https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/ahkam/article/view/6232.

Diakses 26 Januari 2022.

Wibisana, W. (2016). “Pernikahan dalam Islam”, Jurnal Pendidikan Agama Islam,

Ta’lim, (online), Vol. 14, No. (2).

http://jurnal.upi.edu/file/05_PERNIKAHAN_DALAM_ISLAM_- _Wahyu.pdf. Diakses 25 Januari 2022.

Yamali. (2019). “Faktor Ekonomi Dalam Perniakahan Dini”. Jakarta : Sinar Grafika.

Zuhaily, W. (1989). “al-Fiqh al-Islami wa ‘Adillatuhu,Jilid IX”, Bairut: Dǎr al- Fikr.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian tersebut dapat dianalisa bahwa proses komunikasi pada mesin ATM Bank Mega dilakukan dengan menggunakan satu komputer pusat (HOST) yang menangani

PERAN TOKOH AGAMA DALAM MENANGANI PENYEBARAN PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH ZONA MERAH (STUDI KASUS KECAMATAN CIRACAS JAKARTA

Penelitian ini berjudul strategi dakwah mahasiswa KPI di masa pandemi covid-19 menggunakan media online Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Mataram 2021,

Diajukan kepada Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang.. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Yang kedua penulis mempersembahkan skripsi ini kepada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta khususnya Fakultas Agama Islam Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Dari hasil penelitian uji Cochran yang telah dilakukan pada ketiga produk tersebut menyimpulkan bahwa NU Green Tea merupakan minuman teh hijau dalam kemasan siap minum yang

Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan Universitas Muhammadiyah Malang khususnya Fakultas Agama Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam yang telah banyak membantu

Proposal dibuat sebanyak 3 copy, diserahkan pada kaprodi magister kimia (melalui TU kimia) untuk ditandatangani. Setelah ditandatangani, satu copy untuk arsip prodi,