• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN LOGISTIK DI PASAR BLIMBING KOTA MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MANAJEMEN LOGISTIK DI PASAR BLIMBING KOTA MALANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN LOGISTIK DI PASAR BLIMBING KOTA MALANG

Renda Rezkita, Nailah Firdausiyah, Ismu Rini Dwi Ari

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886

Email: rendarezkita@gmail.com

ABSTRAK

Pasar Blimbing merupakan salah pasar tradisional kelas I yang berperan cukup penting di Kota Malang karena menjadi penyangga dari Pasar Besar serta dapat melayani kebutuhan masyarakat di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Blimbing dan sebagian Kecamatan Lowokwaru. Namun terdapat aktivitas logistik yang kurang baik di Pasar Blimbing sehingga menghambat pendistribusian barang seperti belum adanya area bongkar muat barang, gudang penyimpanan, serta lokasi parkir yang menyatu antara angkutan barang dengan angkutan penumpang. Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun arahan manajemen logistik sehingga dapat melancarkan kembali seluruh alur pendistribusian masuk dan keluar barang. Analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis sirkulasi, analisis kinerja parkir, dan analisis kinerja angkutan barang. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat crossing antara angkutan barang dengan angkutan penumpang di Pasar Blimbing, pendistribusian barang dari area parkir langsung dilakukan menuju kios dagang, kinerja parkir menunjukkan indeks parkir melebihi 100%, serta sebanyak 56% angkutan barang mengalami kelebihan muatan. Manajemen logistik yang diterapkan yaitu rute pendistribusian angkutan barang, manajemen sirkulasi, manajemen parkir, manajemen waktu dan manajemen angkutan.

Kata Kunci: distribusi-barang, angkutan-barang, manajemen-logistik, pasar-tradisional, kota-malang.

ABSTRACT

Blimbing Market is a class I traditional market that has an important role in Malang City because it is as buffer of Pasar Besar and can serve the needs of the community in several sub-districts such as Blimbing and part of Lowokwaru. However, there is a logistical activity that is not good in Blimbing Market that prevents the distribution of goods such as the lack of loading and unloading areas, storage warehouses, and parking locations that are united between freight transportation and passenger transportation. The purpose of this study is to arrange the direction of logistics management so that it can smooth back the entire distribution channel in and out of goods. The analysis used in this study are the analysis of the distribution of movement, analysis of circulation, analysis of parking performance, and analysis of the performance of freight transportation. From the results of research conducted showed that there was a crossing between freight transportation and passenger transportation in Blimbing Market, the distribution of goods from the parking area was directly carried out to the respective trade area, parking performance shows the parking index exceeds 100%, and as much as 56% of freight transportation is overloaded. The logistics management applied is the distribution route of freight transportation, circulation management, parking management, time management, and transport management.

Keywords: goods-distribution, freight-transportation, logistic-management, traditional-market, malang-city.

PENDAHULUAN

Kegiatan distribusi barang merupakan aktifitas logistik perkotaan yang merupakan bagian dari rantai pasok (supply chain) yang menangani arus barang melalui proses pengadaan (procurement), penyimpanan (warehousing), transportasi barang dan distribusi barang (Bowersox, 2002). Logistik memegang peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Hal tersebut dikarenakan logistik berperan sebagai fasilitator dalam sistem jual beli barang dan jasa.

Salah satu faktor meningkatnya kebutuhan akan logistik dipengaruhi dengan bertambahnya jumlah penduduk pada suatu wilayah, seperti yang terjadi di Kota Malang. Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur dengan jumlah penduduknya di Tahun 2019 yang mencapai 874.890 jiwa (BPS, 2019). Sebagai konsekuensinya akan meningkatkan kegiatan logistik di Kota Malang untuk memenuhi kebutuhan konsumen, karena ada hubungan yang cukup erat antara jumlah penduduk dengan kebutuhan konsumsinya (Bowersox et al., 2003).

Pasar Blimbing memiliki peran yang cukup penting di Kota Malang, karena menjadi salah

(2)

satu pasar tradisional kelas I serta menjadi penyangga Pasar Besar Kota Malang. Pasar ini berada pada lokasi strategis karena terletak di pintu gerbang utara Kota Malang sehingga cakupan pelayanan Pasar Blimbing dapat melayani lebih dari satu kecamatan yaitu Kecamatan Blimbing dan sebagian Kecamatan Lowokwaru. Berdasarkan RTRW Kota Malang Tahun 2011-2031, pusat pelayanan BWP Malang Timur Laut berada pada ruang kegiatan Pasar Blimbing dimana fungsi pelayanan primernya sebagai perdagangan dan jasa tunggal.

Penetapan pelayanan yang berada pada salah satu lokasi perdagangan dan jasa tersebut menjadikan kawasan ini sebagai roda penggerak aktivitas masyarakat bagian utara Kota Malang pada beberapa bidang kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar.

Menurut Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 12 Tahun 2004, salah satu fasilitas yang harus ada pada pasar tradisional adalah tersedianya ruang untuk bongkar muat barang.

Akan tetapi, belum terdapatnya ruang bongkar muat barang di Pasar Blimbing membuat banyaknya angkutan barang yang melakukan aktivitas bongkar muat barang dengan menggunakan badan jalan dan area parkir (UPT Pasar Blimbing, 2019). Selain itu, menurut SNI Nomor 8152 Tahun 2015 area parkir di pasar tradisional harus dipisah antara angkutan barang dengan angkutan penumpang. Namun, keberadaan lahan parkir di Pasar Blimbing tidak dapat memuat angkutan barang dikarenakan lokasinya yang dijadikan satu tempat dengan angkutan penumpang (Survei Pendahuluan, 2019). Serta terdapat sirkulasi kendaraan yang kurang baik karena adanya titik temu (crossing) antara angkutan barang dengan angkutan penumpang (Survei Pendahuluan, 2019). Tujuan penelitian ini adalah melakukan arahan manajemen logistik dengan merencanakanan, mengendalikan, dan mengawasi seluruh aktivitas logistik (Thompson dan Taniguchi, 2004) yang dilakukan di Pasar Blimbing. Adanya manajemen ini dapat mengontrol alur pendistribusian barang mulai dari keterjangkauan akses menuju lokasi hingga pengawasan terhadap muatan angkutan.

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini terdapat di Pasar Blimbing Kota Malang. Pasar Blimbing merupakan salah satu pasar tradisional Kelas I yang terdapat

di Jl. Borobudur dengan luas mencapai 11.320 m2 serta memiliki jumlah pedagang mencapai 1.250 jiwa. Berdasarkan RTRW Kota Malang 2010-2030, pusat pelayanan BWP Malang Timur Laut berlokasi di Pasar Blimbing dengan fungsi pelayanan primer sebagai perdagangan dan jasa tunggal. Aktivitas yang dilakukan cukup ramai dan padat terutama pada pagi hari dan sore hari, hal tersebut dikarenakan ramainya kegiatan jual beli antara pembeli dan pedagang maupun kegiatan bongkar muat barang.

Gambar 1. Lokasi Penelitian Variabel Penelitian

Berikut variabel penelitian yang digunakan dalam manajemen logistik di Pasar Blimbing (Tabel 1).

Tabel 1. Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel Data yang

dibutuhkan Sumber

Distribusi Pergerakan

Karakteristik Pergerakan

Zona pergerakan, jumlah pergerakan, rute yang dilewati

Erwan &

Suyono, 2010 Nurcholis, 2002 Asal Tujuan

Pergerakan

Asal dan Tujuan Perjalanan

Morlok, 1988

Sirkulasi

Sirkulasi angkutan barang

Pola pergerakan barang dalam pasar

Bowersox, 2003 Raihan, 2016 Distribusi

Barang

Asal, waktu, dan alur pengiriman

Kinerja Parkir

Akumulasi, volume, durasi, tingkat pergantian, indeks, dan kapasitas parkir

Jumlah angkutan yang masuk dan keluar pasar untuk parkir, Jumlah petak parkir, Jumlah angkutan terparkir sebelum pengamatan, Lama kendaraan parkir

Hoobs dalam Suthanaya, 2010

Kinerja Angkutan Barang

Headway Waktu

Kedatangan Morlok, 1988 Waktu

Antrian

Jumlah Antrian, Jumlah

(3)

D = (ΣNx x I) / V

KP = S / D

P = Nx / (S x Ts)

Variabel Sub Variabel Data yang

dibutuhkan Sumber angkutan yang

mengangkut barang

Daya Angkut

Rata-volume pengiriman per hari, Jumlah angkutan barang yang mengangkut, Kapasitas angkutan barang, Jumlah eksisting frekuensi pengiriman barang per hari

Elita, 2016

Manajemen Logistik

Rute pendistribusian angkutan

barang Thompson

dan Taniguchi, 2004 Manajemen Sirkulasi

Manajemen parkir Manajemen waktu Manajemen angkutan

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari survei primer dan survei sekunder. Survei primer dilakukan langsung di lokasi penelitian yang dapat dilakukan dengan Cara observasi dan wawancara. Sedangkan survei sekunder dilakukan dengan pengambilan data di instansi terkait.

Metode Analisis Analisis Sirkulasi

Pada penelitian ini, sirkulasi atau pola pergerakan yang akan dianalisis dalam Pasar Blimbing adalah sirkulasi angkutan barang dan sirkulasi/distribusi barang pasar. Pada sirkulasi angkutan barang dilakukan analisis dengan menggambarkan/memetakan pola pergerakan berdasarkan kondisi eksisting pada pasar Pada sirkulasi/distribusi barang dilakukan analisis dengan menjabarkan alur atau proses dalam mendistribusikan barang dalam pasar (Bowersox, 2003).

Analisis Kinerja Parkir

Analisis kinerja parkir adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah kapasitas parkir yang ada masih memenuhi dan menampung permintaan atau tidak. Perhitungan kinerja parkir dilakukan terhadap kendaraan barang dan kendaraan penumpung. Hal tersebut dikarenakan lokasi parkir dari kedua jenis kendaraan menyatu dan belum adanya area khusus kendaraan barang sehingga diperlukan perhitungan untuk membedakan rasio antara

kedua jenis kendaraan. Perhitungan kinerja parkir (Hoobs dalam Suthanaya, 2010):

Akumulasi Parkir AP = Ns + Nin - Nout

Keterangan:

AP = Akumulasi Parkir (kendaraan) Ns = Jumlah kendaraan sebelum survei Nin = Jumlah kendaraan yang masuk Nout = Jumlah kendaraan yang keluar Volume Parkir

V = Ns + Nin

Keterangan:

V = Volume Parkir (kendaraan)

Ns = Jumlah kendaraan sebelum pengamatan

Nin = Jumlah kendaraan yang masuk Durasi parkir

Keterangan:

D = Durasi parkir (jam/kendaraan)

Nx = Jumlah kendaraan yang parkir selama waktu interval survei (kendaraan)

I = Waktu interval survei (jam) V = Volume kendaraan (kendaraan) Kapasitas parkir

Keterangan:

KP = Kapasitas Parkir (kendaraan/jam) S = Jumlah petak

D = Durasi parkir (jam/kendaraan) Indeks Parkir

Perhitungan indeks parkir menggunakan rumus:

IP = (AP / V) x 100%

Keterangan:

IP = Indeks parkir (kendaraan/jam) AP = Kapasitas parkir (kendaraan) V = Volume parkir (kendaraan)

a. IP>100% kebutuhan parkir melebihi daya tampung

b. IP=100% kebutuhan parkir seimbang dengan daya tampung

c. IP<100% kebutuhan parkir dibawah daya tampung

Tingkat Pergantian Parkir

Keterangan:

P = Pergantian parkir (kendaraan/SRP/jam) Nx = Jumlah kendaraan yang parkir selama waktu interval survei (kendaraan)

S = Jumlah petak

Ts = Waktu interval survei (jam)

(4)

p = Ja / Jp

Analisis Kinerja Angkutan Barang Headway

Analisis headway pada penelitian ini dilakukan dengan menghitung jarak waktu kedatangan antara angkutan barang yang satu dengan yang lainnya (Morlok, 1988). Pelaksanaan survei untuk memperoleh data ini dengan cara observasi atau pengamatan terkait dengan waktu kedatangan pada masing-masing jenis angkutan barang di Pasar Blimbing.

Antrian

Analisis antrian dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat antrian angkutan selama proses pelayanan bongkar muat barang yang dapat dilakukan dengan rumus (Morlok, 1988):

Keterangan:

p = Waktu antrian

Ja = Jumlah antrian/tingkat kedatangan (kendaraan)

Jp = Jumlah angkutan barang yang mengangkut/tingkat pelayanan (kendaraan) a. P<1 tidak terjadi antrian karena jumlah

angkutan yang mengangkut lebih besar dari jumlah kedatangan angkutan

b. P>1 terjadi antrian karena jumlah kedatangan angkutan lebih besar dari jumlah angkutan yang sedang mengangkut

Daya Angkut

Analisis daya angkut digunakan dengan melakukan perhitungan antara kapasitas dalam memuat barang dengan volume permintaan/pengiriman barang. Hasil negatif (-) menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki daya angkut atau kapasitas mengangkut barang lebih besar dibandingkan dengan volume pengiriman. Hasil positif (+) pada kolom sisa volume barang yang tidak terangkut menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki daya angkut atau kapasitas mengangkut barang lebih kecil dibandingkan dengan volume pengiriman (Elita, 2016).

E = B – {(ΣA x C) x D}

Keterangan:

A = Jumlah angkutan barang yang mengangkut (kendaraan)

B = Rata-rata volume pengiriman per hari (kg) C = Kapasitas volume dalam satu kali angkut (kg) D = Frekuensi eksisting pengiriman barang per hari

E = Sisa volume yang tidak terangkut per hari (kg)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Distribusi Pergerakan Pasar Blimbing Zona asal pergerakan yang menuju Pasar Blimbing terbagi berdasarkan basis kecamatan baik yang ada di dalam Kota Malang maupun luar Kota Malang (Tabel 2).

Tabel 2. Zona Pergerakan Pasar Blimbing

Kode Zona

Zona Asal

Kecamatan Luas (Km2) Zona Tujuan

1 Lowokwaru 20,53

Pasar Blimbing

2 Klojen 8,83

3 Sukun 20,97

4 Kedungkandang 39,89

5 Pakis 53,62

6 Pakisaji 38,41

7 Singosari 118,51

8 Junrejo 26,23

Sumber: Survei Primer (2019)

Menurut Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2004, Pasar Blimbing yang merupakan pasar kelas I seharusnya memiliki skala pelayanan wilayah yang mencapai radius 3-5 km. Akan tetapi, pada kondisi eksisting pasar ini juga menerima asal pendistribusian barang sampai Kecamatan Junrejo Kota Batu. Hal ini dapat mengakibatkan adanya pengiriman barang yang berlebih dari cakupan pelayanan yang seharusnya. Berikut merupakan hasil MAT untuk pergerakan angkutan barang di Pasar Blimbing (Tabel 3).

Tabel 3. Asal dan Tujuan Pergerakan Pasar Blimbing

Kode Zona

Zona Asal

Kecamatan Zona Tujuan Jumlah Pergerakan

1 Lowokwaru

Pasar Blimbing

121

2 Klojen 103

3 Sukun 31

4 Kedungkandang 26

5 Pakis 84

6 Pakisaji 65

7 Singosari 79

8 Junrejo 52

Sumber: Survei Primer (2019)

Asal pergerakan internal tertinggi yang menuju Pasar Blimbing berada pada zona 1 yaitu Kecamatan Lowokwaru dan zona 2 yaitu Kecamatan Klojen. Hal tersebut dikarenakan zona tersebut didominasi dengan perdagangan dan jasa yang lokasinya berdekatan dengan Pasar Blimbing sehingga pendistribusian barang lebih cepat dilakukan. Asal pergerakan eksternal tertinggi berada pada zona 5 yaitu Kecamatan Pakis di Kabupaten Malang. Kecamatan Pakis merupakan wilayah potensial dengan adanya lahan pertanian untuk menunjang kebutuhan pasar. Banyak pedagang lokal yang membawa hasil komoditas pertanian tersebut untuk dijual

(5)

kembali ke luar kota ataupun melalui pedagang pengumpul (tengkulak) yang nantinya akan didistribusikan ke pasar. Tingginya pergerakan tersebut tentunya mengakibatkan adanya penumpukan kendaraan sehingga berimplikasi pada beban ruas jalan yang dilewati karena menahan muatan barang.

Gambar 2. Desire Line Pasar Blimbing Rute pergerakan yang dilewati oleh angkutan barang menuju Pasar Blimbing (Hasil survei primer, 2019) meliputi:

a. Jl. Raya Tlogomas – Jl. MT. Haryono – Jl.

Soekarno Hatta – Jl. Borobudur

b. Jl. Ahmad Yani – Jl. Borobudur, Jl. Laksada Adi Sucipto – Jl. Borobudur

c. Jl. Raya Gadang – Jl. Kolonel Sugiono – Jl.

Martadinata – Jl. Gatot Subroto – Jl.

Panglima Sudirman – Jl. Sunandar Priyo – Jl. Panji Suroso – Jl. Raden Intan – Jl.

Ahmad Yani – Jl. Borobudur

Akan tetapi rute tersebut melewati ruas Jl.

yang memiliki tingkat derajat jenuh/LOS E dan LOS F (Tatralok Kota Malang, 2015) seperti Jl.

Soekarno Hatta, Jl. MT. Haryono, Jl. Raya Tlogomas, Jl. Koloner Sugiono, Jl. Gatot Subroto, Jl. Sunandar Priyo, dan Jl. Raya Gadang (Gambar 3).

Gambar 3. LOS Jaringan Jalan Angkutan Barang Pasar Blimbing

Angkutan barang yang melewati ruas Jl.

dengan LOS tinggi dapat menyebabkan terhambatnya pergerakan angkutan sehingga beban ruas jalan yang dilewati juga semakin bertambah karena menahan muatan yang diangkut oleh angkutan barang.

Sirkulasi Pasar Blimbing Sirkulasi Angkutan Barang

Pergerakan angkutan barang di Pasar Blimbing dimulai dari pintu masuk sebelah barat di Jl. Borobudur. Pada kondisi eksistingnya kedatangan angkutan juga menggunakan pintu keluar, sehingga terjadi crossing atau penumpukan antara angkutan yang keluar dengan angkutan yang masuk ke pasar. Angkutan barang selanjutnya melakukan kegiatan bongkar muat barang yang dilakukan di semua area parkir yang tersedia. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya fasilitas ruang bongkar muat barang di dalam pasar. Aktivitas bongkar muat ini mengakibatkan tidak teraturnya sirkulasi karena dilakukan di area parkir yang juga bercampur dengan angkutan penumpang. Setelah itu, angkutan meninggalkan pasar melalui pintu keluar di sebelah timur. (Gambar 4).

(a) (b)

Gambar 4. Crossing Sirkulasi Angkutan Barang Pasar Blimbing

Keterangan:

(a) Bongkar muat di area parkir angkutan penumpang (b) Titik temu angkutan barang yang masuk dan keluar Distribusi Barang

Asal pengiriman terbanyak untuk pengiriman dalam kota berasal dari Arjosari, Polowijen, Lowokwaru, dan Mojolangu dan pengiriman dari luar kota berasal dari Kabupaten Malang seperti Pakis, Singosari, dan Kota Batu.

Waktu pengiriman terbanyak adalah pukul 00.00- 06.00 dengan persentase terbesar sebanyak 41%

untuk jenis komoditas sayuran untuk memenuhi permintaan pembeli yang tinggi saat pagi hari.

Pada alur pengiriman barang, barang dagang akan langsung didistribusikan menuju kios masing-masing ketika sudah tiba di area parkir.

Tidak ada proses pemilahan barang (sortir) maupun penyimpanan (storage) yang dilakukan

(6)

karena belum adanya gudang penyimpanan sehingga dikhawatirkan tidak dapat terjaminnya mutu dan kualitas barang-barang pasar yang nantinya akan dikonsumsi langsung oleh pembeli.

Kinerja Parkir Pasar Blimbing Akumulasi Parkir

Saat weekday, akumulasi parkir tertinggi untuk kendaraan roda dua terletak pada segmen 3 sebanyak 23 kendaraan untuk motor penumpang dan dan segmen 1 sebanyak 16 kendaraan untuk motor barang. Saat weekend terletak pada segmen 3 sebanyak 50 kendaraan untuk motor penumpang dan 42 kendaraan untuk motor barang. Sedangkan untuk kendaraan roda empat saat weekday, akumulasi tertinggi terletak pada segmen 4 sebanyak 17 kendaraan untuk mobil penumpang dan 19 kendaraan untuk mobil barang. Saat weekend sebanyak 33 kendaraan untuk mobil penumpang dan 38 kendaraan untuk mobil barang.

Tabel 4. Akumulasi Parkir Tertinggi

Seg

men Jenis Kendaraan

Akumulasi Parkir Weekday

Akumulasi Parkir Weekend

1 Motor Penumpang 11 32

Motor Barang 16 24

2

Motor Penumpang 20 31

Motor Barang 14 28

Mobil Penumpang 13 25

Mobil Barang 9 20

3

Motor Penumpang 23 50

Motor Barang 12 42

Mobil Penumpang 12 27

Mobil Barang 16 31

4

Motor Penumpang 13 21

Motor Barang 10 16

Mobil Penumpang 17 33

Mobil Barang 19 38

Sumber: Survei Primer (2019)

Volume Parkir

Volume parkir tertinggi untuk jenis kendaraan roda dua pada weekday yang terletak pada segmen 1 sebanyak 81 kendaraan untuk motor penumpang dan 77 kendaraan untuk motor barang dan volume parkir kendaraan pada saat weekend sebanyak 146 kendaraan untuk motor penumpang dan 129 kendaraan untukmotor barang, sedangkan volume parkir jenis kendaraan roda empat pada saat weekday yang terletak pada segmen 4 sebanyak 38 kendaraan untuk mobil penumpang dan 47 kendaraan untuk mobil barang, sedangkan volume parkir pada saat weekend terletak pada segmen 3 sebanyak 93 kendaraan untuk mobil penumpang dan 82 kendaraan untuk mobil barang.

Tabel 5. Volume Parkir Tertinggi

Seg

men Jenis Kendaraan

Volume Parkir Weekday

Volume Parkir Weekend

1 Motor Penumpang 81 146

Motor Barang 77 129

2

Motor Penumpang 63 91

Motor Barang 59 84

Mobil Penumpang 31 67

Mobil Barang 39 59

3

Motor Penumpang 61 101

Motor Barang 60 92

Mobil Penumpang 36 93

Mobil Barang 44 82

4

Motor Penumpang 42 70

Motor Barang 35 56

Mobil Penumpang 38 85

Mobil Barang 47 73

Sumber: Survei Primer (2019)

Durasi Parkir

Persentase jumlah kendaraan tertinggi yang parkir dalam durasi parkir 1-15 menit di Pasar Blimbing yaitu 78% untuk motor barang.

Pada durasi parkir 16-30 menit di segmen 1 sebesar 85% untuk motor Penumpang, segmen 2 sebesar 74 % untuk motor Penumpang, segmen 3 sebesar 31% untuk motor Penumpang, dan segmen 4 sebesar 42% untuk mobil Penumpang.

Pada durasi parkir 31-45 menit di segmen 1 sebesar 28% untuk motor barang, segmen 2 sebesar 74% untuk mobil Penumpang, segmen 3 sebesar 100% untuk mobil Penumpang, dan segmen 4 sebesar 77% untuk motor Penumpang.

Pada durasi parkir 46-60 menit di segmen 2 sebesar 51% untuk mobil barang, segmen 3 sebesar 34% untuk motor barang, dan segmen 4 sebesar 88% untuk motor barang. Pada durasi parkir >60 menit di segmen 3 sebesar 80% dan segmen 4 sebesar 59% untuk mobil barang.

Tabel 6. Durasi Parkir Tertinggi

Segm en

Jenis Kendara

an

Lama Parkir (%) 1-15

Menit 16-30 Menit

31-45 Menit

46-60 Menit

>60 Menit

1

Motor Penum pang

- 85 15 - -

Motor

Barang - 72 28 - -

2

Motor Penum pang

- 74 26 - -

Motor

Barang 78 10 12 - -

Mobil Penum pang

- 26 74 - -

Mobil

Barang - - 49 51 -

3

Motor Penum pang

- 31 69 - -

Motor

Barang - - 26 34 40

(7)

Segm en

Jenis Kendara

an

Lama Parkir (%) 1-15

Menit 16-30 Menit

31-45 Menit

46-60 Menit

>60 Menit Mobil

Penum pang

- - 100 - -

Mobil

Barang - 20 - - 80

4

Motor Penum pang

- 23 77 - -

Motor

Barang - 12 - 88 -

Mobil Penum pang

- 42 58 - -

Mobil

Barang - - - 31 69

Sumber: Hasil Analisis (2020)

Kapasitas Parkir

Kapasitas parkir yang tersedia di segmen 1 sebanyak 39 kendaraan/jam untuk motor Penumpang dan 60 kendaraan/jam untuk motor barang. Segmen 2 tersedia kapasitas sebanyak 43 kendaraan/jam untuk motor Penumpang, 55 kendaraan/jam untuk motor barang, 36 kendaraan/jam untuk mobil Penumpang, dan 48 kendaraan/jam untuk mobil barang. Segmen 3 tersedia kapasitas sebanyak 32 kendaraan/jam untuk motor Penumpang, 43 kendaraan/jam untuk motor barang, 43 kendaraan/jam untuk mobil Penumpang, dan 35 kendaraan/jam untuk mobil barang. Segmen 4 tersedia kapasitas sebanyak 46 kendaraan/jam untuk motor Penumpang, 48 kendaraan/jam untuk motor barang, 48 kendaraan/jam untuk mobil Penumpang, dan 51 kendaraan/jam untuk mobil barang.

Tabel 7. Kapasitas Parkir

Seg

men Jenis Kendaraan Jumlah Petak

Kapasitas Parkir 1 Motor Penumpang

15 39

Motor Barang 60

2

Motor Penumpang

12 43

Motor Barang 55

Mobil Penumpang

16 36

Mobil Barang 48

3

Motor Penumpang

10 32

Motor Barang 43

Mobil Penumpang

18 43

Mobil Barang 35

4

Motor Penumpang

13 46

Motor Barang 48

Mobil Penumpang

21 48

Mobil Barang 51

Sumber: Survei Primer (2019)

Indeks Parkir

Ada beberapa indeks parkir di wilayah studi bermasalah (>100%) yang menunjukkan bahwa lahan parkir sudah tidak mampu menampung volume kendaraan karena pada segmen tersebut jumlah petak parkir yang tersedia terbatas

dibandingkan jumlah kendaraan yang terus meningkat (Tabel 8).

Tabel 8. Rata-Rata Indeks Parkir Tertinggi

Seg

men Jenis Kendaraan

Indeks Parkir Weekday

Indeks Parkir Weekend 1 Motor Penumpang 73,33% 166,67%

Motor Barang 51,11% 75,56%

2

Motor Penumpang 56,06% 92,82%

Motor Barang 38,10% 66,67%

Mobil Penumpang 59,26% 85,19%

Mobil Barang 45,83% 54,17%

3

Motor Penumpang 81,25% 125,00%

Motor Barang 53,03% 80,30%

Mobil Penumpang 56,06% 106,06%

Mobil Barang 61,11% 90,74%

4

Motor Penumpang 69,57% 78,26%

Motor Barang 52,78% 66,67%

Mobil Penumpang 43,06% 79,17%

Mobil Barang 39,74% 57,69%

Sumber: Hasil Analisis (2020)

Permintaan lahan parkir kendaraan saat weekend sangat tinggi diakibatkan karena waktu libur sehingga banyak pembeli yang berdatangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari.

Tingginya permintaan barang pasar saat weekend juga membuat jumlah kendaraan barang yang datang lebih tinggi dari weekday untuk menyediakan berbagai barang kebutuhan dalam kurun waktu yang cepat.

Tingkat Pergantian Parkir

Sebagian besar tingkat pergantian di wilayah studi memiliki nilai lebih dari satu dapat diartikan bahwa volume parkir lebih besar dibandingkan kapasitas ruang parkirnya, selain itu penggunaan lahan yang lebih lama dapat mempengaruhi tingkat pergantian parkir lebih lama.

Tabel 9. Tingkat Pergantian Parkir Tertinggi

Seg

men Jenis Kendaraan

Tingkat pergantian

parkir Weekday

Tingkat pergantian parkir Weekend

1 Motor Penumpang 1,77 3,24

Motor Barang 1,70 2,86

2

Motor Penumpang 1,61 2,53

Motor Barang 1,59 2,29

Mobil Penumpang 1,14 1,39

Mobil Barang 1,15 1,21

3

Motor Penumpang 2,02 3,32

Motor Barang 1,97 3,02

Mobil Penumpang 1,09 1,70

Mobil Barang 1,06 1,49

4

Motor Penumpang 1,77 1,95

Motor Barang 1,41 1,79

Mobil Penumpang 0,75 1,35

Mobil Barang 0,69 1,28

Sumber: Hasil Analisis (2020)

Kapasitas ruang parkir yang disediakan pada tidak sebanding dengan permintaan kendaraan dalam penggunaan lahan di wilayah studi. Selain itu, tingginya aktivitas perdagangan

(8)

menjadikan waktu penggunaan lahan cenderung lebih lama dan kapasitas ruang parkir yang disediakan tidak sebanding dengan volume parkir di wilayah studi yang semakin meningkat.

Kinerja Angkutan Barang Pasar Blimbing

Jenis angkutan barang yang ada di Pasar Blimbing terdiri dari 2 jenis, yaitu angkutan roda dua meliputi motor barang serta angkutan roda empat yang meliputi pick up, grand van, dan truk CDE.

Headway

Headway merupakan selisih waktu antar kendaraan yang beriringan yang melewati suatu titik tertentu. Headway akan berpengaruh pada waktu tunggu konsumen untuk mendapatkan barang dagangannya. Berikut ini adalah headway yang terdapat di Pasar Blimbing (Tabel 10).

Tabel 10. Headway Angkutan Barang

Jenis Barang

Dagang Jenis Kendaraan

Headway Eksisting (menit)

Buah- Buahan

Roda Dua Motor Barang 28

Roda Empat

Pick Up 46

Grand Van 34

Truk CDE 125

Rata-Rata 58

Daging dan Ikan

Roda Dua Motor Barang 48

Roda Empat

Pick Up 37

Grand Van 41

Truk CDE 131

Rata-Rata 64

Sayuran

Roda Dua Motor Barang 35

Roda Empat

Pick Up 49

Grand Van 43

Truk CDE 164

Rata-Rata 73

Pakaian dan ART

Roda Dua Motor Barang 17

Roda Empat Pick Up 23

Grand Van 30

Rata-Rata 23

Makanan

Roda Dua Motor Barang 13

Roda Empat Pick Up 22

Grand Van 18

Rata-Rata 18

Sumber: Survei Primer (2019)

Barang dagang buah-buahan, daging dan ikan, serta sayuran memiliki headway yang panjang dengan rata-rata mencapai 58 menit - 73 menit. Rute pengiriman barang tersebut menggunakan jalan utama Kota Malang yang memiliki tingkat LOS tinggi sehingga angkutan barang yang akan mendistribusikan barang ke Pasar Blimbing akan mengalami hambatan. Selain berpengaruh pada terhambatnya penyaluran barang dagang ke konsumen, terjadinya penundaan pendistribusian barang dagang juga dapat berpengaruh pada kondisi jalan yang dilewati karena terlalu lama menahan beban muatan yang besar.

Antrian

Kinerja sistem antrian merupakan berapa lamanya suatu kendaraan mengantri pada jalur yang disediakan dimana dapat diketahui jika antrian memiliki ρ (tingkat pelayanan) lebih dari 1 yang berarti bahwa tingkat kedatangan lebih besar dari tingkat pelayanan sehingga dapat dipastikan bahwa akan terjadi antrian.

Tabel 11. Kinerja Antrian

Jam Jenis Kendaraan Jumlah Antrian

Jumlah yang dilayani

ρ

07.00- 09.00

Roda Dua

Motor

Barang 27 22 1.23

Roda Empat

Pick Up 38 33 1.15

Grand

Van 3 11 0.27

Truk

CDE 0 2 0.00

13.00- 15.00

Roda Dua

Motor

Barang 0 8 0.00

Roda Empat

Pick Up 0 15 0.00

Grand

Van 0 4 0.00

Truk

CDE 0 0 0.00

16.00- 18.00

Roda Dua

Motor

Barang 13 18 0.72

Roda Empat

Pick Up 20 14 1.43

Grand

Van 0 6 0.00

Truk

CDE 0 1 0.00

Sumber: Hasil Analisis (2020)

Antrian ini menandakan bahwa tingkat kedatangan melebihi tingkat pelayanan. Saat weekend, tingkat pelayanan terjadi pada waktu pagi dan sore hari dikarenakan lamanya kegiatan bongkar muat barang di Pasar Blimbing khususnya yang banyak dilakukan oleh jenis angkutan motor barang dan pick up. Akan tetapi setelah kegiatan bongkar muat, angkutan tersebut tidak segera meninggalkan area sehingga menimbulkan antrian bagi angkutan barang yang datang untuk melakukan bongkar muat.

Daya Angkut

Analisis daya angkut digunakan dengan melakukan perhitungan antara kapasitas dalam memuat barang dengan volume permintaan/pengiriman barang.

Jumlah Angkutan Barang

Jumlah angkutan barang yang mengangkut disesuaikan dengan tingginya permintaan akan barang kebutuhan sehari-hari (Tabel 12).

Tabel 12. Jumlah Angkutan Barang

Jenis Barang Dagang

Jumlah Angkutan Barang yang Mengangkut Motor

Barang Pick Up Grand

Van Truk CDE Buah-

Buahan 18 20 5 2

(9)

Jenis Barang Dagang

Jumlah Angkutan Barang yang Mengangkut Motor

Barang Pick Up Grand

Van Truk CDE Daging dan

Ikan 13 15 8 2

Sayuran 22 27 10 2

Pakaian

dan ART 10 12 17 0

Makanan 8 5 11 0

Total 71 79 51 2

Sumber: Survei Primer (2019)

Kapasitas Angkutan

Kapasitas angkutan didapatkan berdasarkan perhitungan berat maksimum yang dapat ditampung oleh kendaraan dengan jumlah angkutan barang per harinya. Berikut merupakan hasil rata-rata kapasitas angkutan.

Tabel 13. Kapasitas Angkutan

Jenis Barang Dagang

Kapasitas Angkutan (Kg) Motor

Barang Pick Up Grand

Van Truk CDE Buah-

Buahan 900 14.000 4.450 4.000

Daging dan

Ikan 650 10.500 7.120 6.000

Sayuran 1.100 18.900 8.900 4.000

Pakaian

dan ART 500 8.400 15.130 0

Makanan 400 3.500 9.790 0

Rata-rata 710 11.060 9.078 2.800 Sumber: Survei Primer (2019)

Volume/Tonase Pengiriman Barang per Hari Volume pengiriman barang per hari didapatkan berdasarkan hasil wawancara kepada setiap supir angkutan barang kemudian dilakukan rata-rata volume pengiriman barang tersebut pada setiap jenis angkutan barang.

Tabel 14. Volume Pengiriman Barang per Hari

Jenis Barang Dagang

Volume Pengiriman Barang Per Hari (Kg) Motor

Barang Pick Up Grand

Van Truk CDE Buah-

Buahan 6.000 45.000 7.000 10.000

Daging dan

Ikan 1.500 22.000 12.500 9.000

Sayuran 4.000 40.000 15.000 5.000 Pakaian

dan ART 700 13.500 26.000 0

Makanan 300 5.000 18.000 0

Rata-rata 2.500 25.100 15.700 8.500 Sumber: Survei Primer (2019)

Frekuensi Pengiriman Barang per Hari

Frekuensi pengiriman barang per hari didapatkan berdasarkan hasil wawancara kepada setiap supir angkutan barang kemudian dilakukan rata-rata frekuensi pengiriman barang tersebut pada setiap jenis angkutan barang. Rata-rata frekuensi pengiriman terbanyak pada angkutan motor barang dilakukan untuk pengiriman barang dagang buah-buahan, daging dan ikan, serta sayuran.

Tabel 15. Frekuensi Pengiriman Barang per Hari

Jenis Barang Dagang

Frekuensi Pengiriman Barang Per Hari Motor

Barang Pick Up Grand

Van Truk CDE Buah-

Buahan 3 3 2 2

Daging dan

Ikan 3 2 2 2

Sayuran 2 2 2 2

Pakaian

dan ART 2 2 2 0

Makanan 2 2 2 0

Rata-rata 2 2 2 2

Sumber: Survei Primer (2019)

Sisa Volume Tidak Terangkut

Perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya akan digunakan untuk menghitung sisa volume yang tidak terangkut pada masing- masing jenis angkutan barang. Hasil negatif (-) menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki daya angkut atau kapasitas mengangkut barang lebih besar dibandingkan dengan volume pengiriman. Hasil positif (+) pada kolom sisa volume barang yang tidak terangkut menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki daya angkut atau kapasitas mengangkut barang lebih kecil dibandingkan dengan volume pengiriman.

Tabel 16. Sisa Volume Tidak Terangkut per Hari

Jenis Barang Dagang

Sisa Volume Tidak Terangkut Per Hari (Kg) Motor

Barang Pick Up Grand

Van Truk CDE Buah-

Buahan 3300 3000 -1900 2000

Daging dan

Ikan -450 1000 -1740 -3000

Sayuran 1800 2200 -2800 -3000

Pakaian

dan ART -300 -3300 -4260 0

Makanan -500 -2000 -1580 0

Sumber: Hasil Analisis (2020)

Dari hasil perhitungan sisa volume barang yang tidak terangkut, menunjukkan bahwa angkutan motor barang, pick up, dan truk CDE mengalami kelebihan muatan pada beberapa jenis barang dagang. Jenis barang dagang tersebut memiliki volume pengiriman yang melebihi kapasitas angkutan. Sehingga sebanyak 56% angkutan barang di Pasar Blimbing mengalami ketidaksesuaian antara volume pengiriman dengan kapasitas angkutan.

Angkutan barang yang memiliki volume pengiriman yang melebihi kapasitas daya angkutnya tentu sangat berbahaya bagi keselamatan pengemudi angkutan barang maupun keamanan barang yang diangkut.

Manajemen Logistik di Pasar Blimbing

Manajemen logistik bertujuan untuk melakukan perencanaan, pengendalian, dan

(10)

pengawasan terhadap seluruh aktivitas logistik.

Adanya manajemen ini sangat efektif dalam mengurangi biaya angkutan barang dan kemacetan lalu lintas. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya akan diterapkan rekomendasi penerapan sehingga dapat menghasilkan arus aktivitas logistik yang efektif dan efisien di Pasar Blimbing.

Rute Pendistribusian Angkutan Barang

Asal pergerakan dari Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan Klojen, dan Kecamatan Pakis yang melewati ruas jalan dengan LOS tinggi dapat memicu terhambatnya pendistribusian barang karena terkendala dengan adanya kemacetan. Rute pendistribusian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah rencana jalan alternatif yang ditentukan menurut RTRW Kota Malang Tahun 2010-2030 yang meliputi:

1. Jl. Borobudur – Jl. Soekarno Hatta – Jl.

Candi Panggung – Jl. Saxopohone (Jalan Tembus)

2. Jl. Karanglo – Jl. Raya Kepuharjo – Jl.

Panglima Sudirman – Jl. Drs. Moh Hatta (Jalan Lingkar Barat)

3. Jl. LA. Sucipto – Jl. Kerinci Raya – Jl. Ki Ageng Gribig – Jl. Muharto (Jalan Lingkar Timur)

Gambar 5. Rencana Jalan Alternatif Manajemen Sirkulasi

Rencana sirkulasi angkutan barang dalam Pasar Blimbing mengalami perubahan dibandingkan dengan sirkulasi eksisting. Rencana sirkulasi ini meliputi pergerakan angkutan saat masuk ke pasar untuk bongkar muat barang hingga keluar dari pasar.

1. Pemisahan Pintu Masuk dan Keluar

Pintu masuk angkutan barang diletakan di sebelah barat (belakang pasar) karena area tersebut sepi akan kegiatan sehingga tidak mengganggu kegiatan penyaluran barang kemudian pintu keluar akan diletakan di timur pasar.

2. Penataan Fungsi Sirkulasi Angkutan Barang Rencana sirkulasi pergerakan angkutan barang di Pasar Blimbing:

a. Angkutan barang masuk melalui pintu masuk di sebelah barat

b. Angkutan barang menuju area parkir khusus bongkar muat barang di sebelah timur

c. Angkutan barang keluar melalui pintu keluar di sebelah timur

3. Penyediaan Area Bongkar Muat Barang Tidak tersedianya area bongkar muat secara khusus telah menyebabkan kesemrawutan di seluruh sirkulasi Pasar Blimbing.

Penyediaan area khusus bongkar muat barang diarahkan berada di sebelah timur yang lokasinya menyatu dengan parkiran khusus angkutan barang seluas 48 m2. Sistem bongkar muat yang dilakukan adalah ketika barang dagangan sudah datang maka angkutan barang pergi menuju area parkir bongkar muat, setelah itu barang diturunkan dan langsung dibawa ke gudang.

4. Penyediaan Gudang Penyimpanan

Kegiatan yang dilakukan di gudang penyimpanan ketika barang dagangan yang masuk dari area bongkar muat maka akan masuk dalam proses pensortiran. Barang akan disortir berdasarkan kualitasnya sehingga apabila barang dagang tersebut masih dalam kondisi layak akan didistribusikan ke kios pasar untuk diperjualbelikan sedangkan barang yang tidak dalam kondisi layak akan dikembalikan.

Fungsi gudang yang seluas 156 m2 ini tidak hanya untuk penyortiran tetapi juga untuk penyimpanan barang dagangan.

Manajemen Parkir

Manajemen parkir yang dilakukan pada penelitian ini dengan penyediaan area parkir khusus angkutan barang. Tempat parkir khusus angkutan barang akan diarahkan terletak di segmen 4 (sebelah timur pasar) seluas 439 m2. Pemisahan lokasi parkir antara angkutan penumpang dan angkutan barang serta penambahan luas area parkir berpengaruh terhadap pengurangan indeks parkir hingga di bawah 100% pada masing-masing segmen.

Manajemen Waktu

Manajemen waktu dalam penelitian ini berupa pengaturan jadwal bongkar muat barang serta pembatasan waktu bongkar muat barang.

Pengaturan jadwal bongkar muat diarahkan pada jam tidak sibuk aktivitas pasar yaitu jam 03.00-

(11)

06.00, jam 09.00-12.00, dan jam 15.00-18.00 yang berpengaruh pada kelancaran arus masuk pengiriman barang. Sedangkan pembatasan waktu bongkar muat akan dibatasi berdasarkan rata-rata pada transportasi perkotaan yaitu 15-30 menit (Thompson dan Hassal, 2006). Setelah selesai melakukan waktu bongkar muat barang, angkutan tersebut harus segera meninggalkan area bongkar muat agar tidak terjadi penumpukan kendaraan.

Manajemen Angkutan

Rencana pembatasan angkutan barang ini dilakukan melalui penyediaan pos pemeriksanaan angkutan. Pos pemeriksaan angkutan yang terletak di pintu masuk angkutan barang akan melakukan pengecekan terhadap setiap angkutan barang yang akan masuk Pasar Blimbing. Pengecekan tersebut dilakukan untuk menjamin tidak adanya angkutan barang yang memiliki muatan berlebih. Pelaksanaan dari penyediaan pos pemeriksa ini dengan mengadakan pengecekan terhadap setiap jenis barang dagang dan jumlah muatan yang diangkut sehingga fungsi pos ini berkontribusi sebagai pengawas terhadap angkutan barang sehingga menjadi lebih efektif dan efisien dalam mendistribusikan barang.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian “Manajemen Logistik di Pasar Blimbing Kota Malang” dapat diambil kesimpulan:

1. Distribusi asal pergerakan tertinggi Pasar Blimbing berada pada Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan Klojen dan Kecamatan Pakis. Pergerakan tersebut melewati ruas jalan dengan derajat kejenuhan yang tinggi yaitu Jl. Soekarno Hatta – Jl. MT. Haryono – Jl. Tlogomas yang memiliki LOS E serta melewati ruas Jl.

Sunandar Priyo – Jl. Gatot Subroto – Jl.

Martadinata yang memiliki LOS F.

2. Aktivitas logistik yang terjadi di Pasar Blimbing meliputi:

a. Adanya crossing antara angkutan barang dengan angkutan pengunjung di seluruh area parkir dan pintu keluar b. Pendistribusian barang dilakukan

langsung menuju kios dagang dengan tidak melalui proses pemilahan barang dagang (sortir) maupun penyimpanan (storage) yang dilakukan karena belum adanya gudang penyimpanan

c. Kinerja parkir di Pasar Blimbing menunjukkan bahwa terdapatnya indeks parkir yang melebihi 100% pada segmen 1 dan segmen 3 karena kapasitas parkir yang tersedia tidak dapat menampung tingginya volume jumlah angkutan barang dan angkutan penumpang yang lokasi parkirnya menyatu

d. Kinerja angkutan barang pada Pasar Blimbing memiliki rata-rata waktu headway 58-73 menit untuk angkutan barang sayuran, buah-buahan, serta daging dan ikan. Selain itu, adanya nilai antrian yang melebih 1 (satu) menunjukkan bahwa jumlah angkutan barang yang datang (tingkat kedatangan) melebihi jumlah angkutan barang yang sedang mengangkut (tingkat pelayanan), Serta sebanyak 56% angkutan barang memiliki ketidaksesuaian antara kapasitas angkutan dengan volume pengiriman atau menunjukkan kelebihan muatan 3. Arahan manajemen logistik di Pasar

Blimbing:

a. Rute pendistribusian angkutan barang dengan penerapan berupa Jl.

alternatif

b. Manajemen sirkulasi dengan penerapan berupa pemisahan pintu masuk dan keluar angkutan barang, penataan fungsi sirkulasi, penyediaan area bongkar muat, dan penyediaan gudang penyimpanan

c. Manajemen parkir dengan penerapan berupa pemisahan lokasi parkir antara angkutan barang dengan angkutan penumpang

d. Manajemen waktu dengan penerapan berupa pengaturan jadwal bongkar muat dan pembatasan waktu bongkar muat barang

e. Manajemen angkutan dengan penerapan berupa penyediaan pos pemeriksaan angkutan untuk menjamin tidak adanya angkutan barang yang memiliki muatan berlebih

DAFTAR PUSTAKA

BAPPEDA Kota Malang. 2010. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang Tahun 2010-2030. Malang.

(12)

Bowersox, D. 2002. Manajemen Logistik

"Integrasi Sistem-Sistem Manajemen Distribusi Fisik dan Manajemen Material". Jakarta. Bumi Aksara.

Bowersox, Donald J., et al. 2003. Supply Chain Logistic Management. New York.

McGraw-Hill.

Elita, Norma. 2016. Penentuan Rute Pergerakan Angkutan Barang dari Perusahaan Logistic Service Provides (LSP) di Kota Malang. Skripsi. Universitas Brawijaya.

Erwan, K, dkk. 2010. Tinjauan Geometrik Jl. dan Kinerja Jl. dalam Penentuan Rute Pergerakan Angkutan Barang di Kota Pontianak. Jurnal Teknik Sipil Untan.

10(2):159-163.

Morlok, K. E. 1988. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta.

Erlangga.

Oppenlander, J.C. and Box P.C. 1976. Manual of Traffic Engineering Studies, 4th ed.

Washington DC. Institude of Transportation Engineering.

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 12 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Pasar dan Tempat Berjualan.

Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 Tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan jalan.

Raihan, Kiasati. 2018. Sirkulasi Ruang dalam Pasar Tawangmangu Malang.

Malang. Universitas Brawijaya.

Sevilla , C. 2007. Research Methods: Rex Printing Company. Quezon City.

SNI Nomor 8152 Tahun 2015 Tentang Pasar Rakyat.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D.

Bandung. Alfabeta.

Suthanaya, Putu Alit. 2010. Analisis Karakteristik dan Kebutuhan Ruang Parkir Pada Pusat Perbelanjaan di Kabupaten Badung. Denpasar. Universitas Udayana.

Thompson, R., & Hassall, K. 2006. City Logistics.

UKK.

Thompson, R., & Taniguchi, E. 2004. City Logistics

"Mapping The Future". CRC Press.

Willem, S. 2013. Supply Chain Management.

London. IN Media.

Gambar

Tabel 1. Variabel Penelitian
Gambar 2. Desire Line Pasar Blimbing  Rute  pergerakan  yang  dilewati  oleh  angkutan  barang  menuju  Pasar  Blimbing  (Hasil  survei primer, 2019) meliputi:
Tabel 5. Volume Parkir Tertinggi
Tabel 8. Rata-Rata Indeks Parkir Tertinggi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil : Konsentrasi daminozide 5500 ppm berpengaruh nyata terhadap terhadap tinggi tanaman, jumlah ruas, panjang akar, volume akar, jumlah daun, luas daun pada reagent pink

10 Apakah ibu memberikan oralit ketika anak diare walaupun anak belum memasuki tahap kekurangan cairan?. 1

Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Veronica (2013) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh

Di sisi lain lagi, dalam situasi ketika orang sedang kurang percaya pada segala bentuk ‘ grand-narrative’ , agama justru tampil sebagai salah satu ‘ grand-narrative’ yang

Menurut Eisenkraft (2012:26) tahapan-tahapan model pembelajaran Siklus Belajar 7E adalah: a) Elicit, guru berusaha menimbulkan atau mendatangkan pengetahuan awal siswa.

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PROAKTIF DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA YANG TELAH MENGIKUTI PELATIHAN

Harmonisa arus keluaran inverter juga mengakibatkan ripple pada torsi lebih besar 2 sampai 5 kali lipat, hal ini mengakibatkan kecepatan motor tidak stabil dan menimbulkan

Tanaman kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal persyaratan fisik dan kimia tanah yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao