• Tidak ada hasil yang ditemukan

Embriogenesis Somatik Dari Bunga Betina Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Embriogenesis Somatik Dari Bunga Betina Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

iii ABSTRAK

Penelitian yang berjudul embriogenesis somatik dari bunga betina kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) telah dilakukan di laboratorium kultur jaringan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mencari konsentrasi zat pengatur tumbuh terbaik dalam pertumbuhan kalus, mencari posisi tandan terbaik dalam menginisiasi kalus, dan membentuk embrio somatik dengan kultur kalus dari eksplan bunga betina varietas Tenera. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan faktor pertama taraf konsentrasi 2,4 – D yaitu 33 mg/L, 66 mg/L, 99 mg/L dan 132 mg/L dan faktor kedua posisi eksplan yang berbeda yaitu basal, median dan apikal. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa konsentrasi 2,4 – D terbaik untuk induksi kalus primer yaitu 66 mg/L dan kalus embriogenik terdapat pada konsentrasi 2,4 – D 99 mg/L dan 132 mg/L. Posisi eksplan terbaik untuk induksi kalus primer dan embriogenik terdapat pada daerah basal. Pemberian zat pengatur tumbuh 2,4 – D memberikan pengaruh secara nyata terhadap berat basah dan berat kering kalus. Warna kalus embriogenik yang dihasilkan berwarna putih kehijauan dan putih susu, bertekstur kompak dan friabel.

(2)

iv ABSTRACT

This study entitle somatic embryogenesis from female flowers of oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) has been done in tissue culture laboratory university of Sumatera Utara. The purpose of this research are find the best concentration of growth regulators for callus growth, find the best position of bunches to initiate callus and establishment of somatic embryos from callus culture of explants with female flowers Var. Tenera. Data analysis of this research use factorial completely randomized design with first factor for concentration level of 2.4 - D are 33 mg/L, 66 mg/L, 99 mg/L and 132 mg/L and second factor for different explants position there are basal, median and apical. The result has shown the best 2,4 – D concentration for primary callus induction is 66 mg/L and the concentration of 2,4 – D for embryogenic callus contained 99 mg/L and 132 mg/L. The best position of explants for primary and embryogenic callus induction in basal region. Addition of plant growth regulators 2,4 - D significantly influence the fresh and dry weight of callus. The color of embryogenic callus are greenish white and milky white with compact and friabel textured.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pasal 729 Jika seseorang mengizinkan orang lain untuk memakan suatu makanan, maka orang yang diberi izin setelah mendapatkannya tidak boleh bertindak seolah-olah barang itu miliknya;

Penelitian ini meneliti perubahan histopatologi pada ginjal di 10 Plasmodium inui terinfeksi Macaca mulatta monyet oleh cahaya dan mikroskop elektron untuk mengembangkan model

Sewaktu memberitahu kpd ayahanda bahawa Misbah tidak sihat kerana mulai petang Jumaat badan Misbah (300 sendi) sudah sakit seolah-olah sudah nak datang sakaratul maut , malah

[r]

1.1 Melafalkan, surat al-Fatihah, an-Nas, al-Falaq, al-Ihlas, dan surat al-Lahab secara benar dan fasih.. 1.2 Menghafalkan, surat al- Fatihah, an-Nas, al-Falaq, al- Ihlas, dan

Berdasarkan Peraturan Bupati Bantul nomor 26 Tahun 2008 Tentang Jadwal Retensi Arsip Kepegawaian di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul, dengan ini kami minta

(3) Penyusutan arsip keuangan yang tercipta sebelum dikeluarkannya Jadwal Retensi Arsip Pemerintah Kabupaten disusutkan berdasarkan Surat Edaran Kepala Arsip Nasional Republik