TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Sawah
Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi
sawah, baik terus menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan
tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi,
tetapi merupakan istilah umum seperti halnnya tanah hutan, tanah
perkebunan, tanah pertanian dan sebagainya. Sawah yang airnya berasal dari
irigasi disebut sawah irigasi sedang yang menerima langsung dari air hujan
disebut sawah tadah hujan. Di daerah pasang surut ditemukan sawah pasang
surut sedangkan yang dikembangkan daerah rawa-rawa lebak disebut sawah
lebak (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).
Tanah sawah (paddy soil) merupakan tanah yang dikelola sedemikian
rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana pada umumnya dilakukan
penggenangan selama atau sebahagian dari masa pertumbuhan padi.
Tergolong sebagai tanah tergenang (wetland soil), namun agak berbeda dari
tanah rawa (marsh soils) atau tanah terendam (waterlogged soils) ataupun
tanah subaquatik (subaquatic soils) dalam hal pengelolaannya karena tidak
terus menerus digenangi, disebut juga sebagai wetland rice soils (Musa dan
Mukhlis, 2006).
Sifat fisik tanah merupakan faktor yang bertanggung jawab terhadap
pengangkutan udara,panas, air dan bahan terlarut dalam tanah. Sifat fisik
berubah dengan pengolahan seperti temperatur tanah,permeabilitas,kepekaan
terhadap aliran permukaan (run-off), dan erosi, kemampuan mengikat air dan
menyuplai air untuk tanaman (Damanik et al.,2010). Sistem usaha tani
monokultur pangan pada lahan kering secara terus- menerus akan
mengakibatkan terganggunya keseimbangan biologi dan kimianya.
Pergantian aerobik dan anaerobik pada lahan sawah merupakan satu kontrol
alami yang efektif mengendalikan keseimbangan biologi dan nonbiologi
(Agus et al. , 2004).
Sifat fisik tanah sangat menentukan kesesuaian suatu lahan dijadikan
lahan sawah. Identifikasi dan karakterisasi sifat fisik tanah mineral
memberikan informasi untuk penilaian kesesuaian lahan terutama dalam
hubungannya dengan efisiensi penggunaan air. Jika lahan akan disawahkan
sifat tanah yang penting untuk diperhatikan adalah tekstur, struktur,
permiabilitas, drainase dan tinggimuka air tanah. Sifat-sifat tersebut sangat
berhubungan erat dengan pelumpuran dan efisiensi penggunaan air (Prasetyo
dkk., 2004).
Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang dialiri kemudian
disawahkan atau dari tanah rawa-rawa yang “dikeringkan” dengan membuat
saluran drainase. Tanah sawah yang berasal dari tanah kering yang dialiri
umumnya berupa sawah irigasi, baik berupa irigasi teknis (dengan bangunan
irigasi permanen), setengah teknis (dengan bangunan irigasi semipermanen),
Selama proses pembentukan sawah, sifat fisik tanah mengalami
banyak perubahan. Proses reduksi dan oksidasi merupakan proses-proses
utama yang dapat mengakibatkan perubahan baik sifat mineral, kimia, fisika,
dan biologi tanah (Prasetyo et al. , 2004). Perubahan sifat fisik tanah juga
banyak dipengaruhi oleh terjadinya iluviasi dan atau eluviasi bahan kimia
atau partikel tanah akibat proses pelumpuran dan perubahan
drainase(Hardjowigeno et al., 2004).
Penyiapan tanah sawah menyebabkan sifat-sifat fisik, kimia, biologi
dan morfologi tanah berupa nyata. Keadaan tanah alami berubah menjadi
keadaan tanah buatan dan menyimpang dari keadaan yang dikehendaki oleh
pertanaman lain, biasanya palawija, maka sehabis pertanaman padi keadaan
tanah harus diubah kembali sehingga sesuai dengan yang diperlukan
pertanaman palawija. Pengubahan keadaan tanah secara bolak-balik berarti
memanipulasi sumberdaya tanah secara mendalam.
Karakteristik tanah sawah dapat diamati seperti tebal horizon, tekstur,
kadar bahan organik, reaksi tanah, kandungan hara tanaman dan kemampuan
mengikat air. Tanah mempunyai karakteristik yang berbeda-beda pada
masing-masing horizon dalam profil tanah. Kualitas tanah merupakan hasil
interaksi antara karakteristik tanah, penggunaan tanah dan keadaan
lingkungan. Petani tidak dapat mengubah karakteristik tanah akan tetapi
menyesuaikan prakteknya dengan kemampuan tanah (Darmawijaya, 1997).
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan binatang yang
terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk,
karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika dan kimia (Kononova, 1961).
Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan
sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik
adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui
penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur
remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi
dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran
permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang
menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat
terbentuknya agregat (Agrica, 2008).
Beberapa cara untuk mendapatkan bahan organik adalah : (1)
Pengembalian sisa panenan tanaman pangan. Jumlah sisa panenan tanaman
pangan yang dapat dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2-5 ton per hektar,
sehingga tidak dapat memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum.
Oleh karena itu, masukan bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.
(2) Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran
hewan peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari
hewan liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk
menambah kandungan bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan
kotoran hewan seringkali sulit dilakukan karena memerlukan biaya
diperoleh dari serasah dan dari pangkasan tanaman penutup yang ditanam
selama masa bera atau pepohonan dalam larikan sebagai tanaman pagar.
Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah dari famili leguminosae dapat
memberikan masukan bahan organik sebanyak 1,8-2,9 ton per hektar (umur 3
bulan) dan 2,7-5,9 ton per hektar untuk yang berumur 6 bulan
(Hairah dkk, 2000).
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan
kesuburan tanah baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologis tanah.
Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada
taranya.Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan
organik.Ia merupakan sumber hara tanaman.Disamping itu bahan organik
adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah. Dalam
memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber
dan susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya serta hasil dari
dokomposisi itu sendiri (Hakim, dkk., 1986).
Mengingat begitu penting peranan bahan organik, maka
penggunaannya pada lahan-lahan yang kesuburannya mulai menurun menjadi
amat penting untuk menjaga kelestarian sumberdaya lahan tersebut. Berikut
ini beberapa manfaat dari pupuk organik : Mampu menyediakan unsur hara
makro dan mikro yang relatif kecil jika dibandingkan dengan pupuk kimia,
Mampu memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan
untuk diolah, dan mudah ditembus akar, dapat meningkatkan daya menahan
air (water holding capacity), sehingga kemampuan tanah untuk menyediakan
memperbaiki kehidupan biologi tanah, mengandung mikrobia dalam jumlah
cukup yang berperan dalam proses dekomposisi bahan organik, aman bagi
lingkungan, dan dapat membantu peningkatan pH tanah (Pramono, 2004).
Jerami padi adalah batang padi yang ditinggalkan termasuk daun
sesudah diambil buahnya yang masak. Lebih kurang 30% jerami padi
digunakan untuk beberapa kepentingan manusia berupa atap rumah, kandang,
penutup tanah (mulsa), bahkan bahan bakar industri dan untuk pakan ternak
(bila terpaksa) selebihnya dibuang atau dibakar yang tidak jarang akibatnya
mengganggu keseimbangan lingkungan (Munif, 2000).
Pada lahan sawah dengan pola tanam padi dan palawija,
pengembalian jerami penting untuk memperbaiki sifat fisik tanah, antara lain
meningkatkan stabilitas agregat tanah dan memperbaiki struktur tanah sawah
yang memadat akibat penggenangan dan pelumpuran secara terus-menerus.
Tanah menjadi lebih mudah diolah dan cukup baik untuk pertumbuhan akar
tanaman palawija yang ditanam setelah padi (Balittan, 2009).
Jerami merupakan sumber bahan organik utama di lahan sawah yang
kaya unsur kalium (K). Sumber bahan organik lain adalah pupuk hijau yang
ditanam di pematang/galengan seperti orok-orok, turi, sesbania yang
merupakan tanaman legum, sisa tanaman serta pupuk kandang (ayam,
kambing, sapi). Penggunaan pupuk organik di lahan sawah harus digalakkan,
karena di areal lahan sawah intensifikasi telah dibuktikan mengandung kadar
karbon organik (C-organik) rendah (<2%) yang berimplikasi pada
jerami, pupuk hijau, dan sisa tanaman ada dua cara: (1) bahan
dipotong-potong terlebih dahulu lalu dibenamkan dan diaduk bersamaan dengan
pengolahan tanah pertama, (2) mengomposkan bahan organik segar di
pematang/ galengan atau disebar merata di permukaan lahan sawah pada
waktu bera. Untuk mempercepat proses pengomposan dapat ditambahkan
dekomposer yang berisi bakteri selulolitik dengan dosis sesuai anjuran
(Adiningsih danAgus, 2005).
Aplikasi jerami 5 ton/ha/musim selama 4 musim menunjukkan bahwa
jerami dapat meningkatkan kadar C-organik 1,50%, K-dapat ditukar 0,22
me/100 g, Mg-dapat ditukar 0,25 me/100g, kapasitas tukar kation tanah 2
me/100 g, Si tersedia dan stabilitas agregat tanah. Apabila dihitung dalam
hektar, sumbangan hara dari jerami tersebut adalah 170 kg K, 160 kg Mg, 200
kg Si dan 1,70 ton C-organik yang sangat diperlukan bagi kegiatan jasad
renik tanah atau setara dengan 340 Kg KCl dan 361 Kg Kieserit (Adiningsih,
2005). Sehingga aplikasi bahan organik dapat memperkaya hara tanah
termasuk unsur hara makro.
Jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai mulsa, yang berfungsi
menekan pertumbuhan gulma dan merubah iklim mikro tanah. Hasil
penelitian Suhartina dan Adisarwanto (1996) melaporkan bahwa penggunaan
jerami padi sebagai mulsa yang dihamparkan merata di atas permukaan tanah
sebanyak 5 ton/ha dapat menekan pertumbuhan gulma 37-61% dibandingkan
dengan tanpa mulsa, sedangkan apabila jerami padi dibakar maka
pertumbuhan gulma hanya akan menurun 27-31%. Besar kecilnya pengaruh
mulsa yang digunakan, sehingga diperlukannya dosis mulsa yang tepat.
Mulsa adalah bahan yang dipakai pada permukaan tanah dan berfungsi untuk
menghindari kehilangan air melalui penguapan dan menekan pertumbuhan
gulma. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai mulsa adalah jerami
(Adisarwanto dan Wudianto, 1999 dalam Mariano., 2003).
Manfaat jerami padi tidak hanya dilihat dari sisi kandungan hara saja.
Kompos juga memiliki kandungan C-organik yang tinggi. Penambahan
kompos jerami akan menambah kandungan bahan organik tanah. Bahan
organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah dan dapat
mengikat partikel tanah menjadi lebih remah, meningkatkan stabilitas struktur
tanah, meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air perubahahan
moderate terhadap suhu tanah.
Fungsi mulsa jerami adalah untuk menekan pertumbuhan gulma,
mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, memperkecil erosi
permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan melindungi tanah dari
terpaan sinar matahari. Juga dapat membantu memperbaiki sifat fisik tanah
terutama struktur tanah sehingga memperbaiki stabilitas agregat tanah
(Thomas et al., 1993).
Pupuk Petroganikadalah pupuk organik denganspesifikasi kandungan
C-organik minimal 15 %, C/N ratio sebesar 15-25, kadar air maksimal 2%,
pH 4-9, warna coklat kehitaman, bentuk granular. Manfaat pupuk petroganik
diantaranya adalah dapat memperbaiki struktur dan tata udara tanah sehingga
daya sangga air tanah sehingga ketersediaan air dalam tanah menjadi lebih
baik,menjadi penyangga unsur hara dalam tanah sehingga pemupukan
menjadi lebih efisien,dan dapat diaplikasikan pada semua jenis tanah dan
jenis tanaman.Keunggulan pupuk petroganik yaitu memiliki kadar C-organik
tinggi,berbentuk granul sehingga mudah dalam aplikasi, aman dan ramah
lingkungan (bebas mikroba patogen), bebas dari biji-bijian gulma, kadar air
rendah sehingga lebih efisien dalam pengangkutan dan penyimpanan,dan
dikemas dalam kantong kedap air.Dosis dan penggunaan pupuk petroganik
pada tanaman padi dan palawija yaitu sebesar 500 – 1.000 kg /ha.Penggunaan
pupuk petroganik pada tanaman pangan dan hortikultura diberikan seluruhnya
pada pemupukan dasar,sehingga pada tanaman keras diberikan pada awal dan
akhir musim hujan (Anonimus, 2014).
Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari campuran kotoran
ternak dan urine serta sisa-sisa makanan yang tidak dihabiskan dan umumnya
berasal dari ternak sapi, ayam, kerbau, kuda, babi dan kambing (Sarief, 1985).
Pupuk kandang selain mengandung hara makro seperti N, P dan K, pupuk
kandang juga mengandung unsur hara mikro seperti Zn, Bo, Mn, Cu,dan Mo
(Soepardi, 1983). Penanaman tanaman pertanian dapat menyebabkan
hilangnya unsur-unsur hara esensial melalui panen, apalagi bila diusahakan
secara terus menerus. Dengan demikian kesuburan suatu tanah akan menurun
secara terus-menerus, sehingga mencapai suatu keadaan dimana penambahan
unsur hara melalui pemupukan mutlak diperlukan untuk memperoleh hasil
Secara umum, pupuk kandang digunakan untuk meningkatkan
kesuburan tanah baik fisik, kimia, maupun biologi tanah. Dari segi kimia,
pupuk kandang adalah sumber beberapa hara seperti nitrogen, fosfor, kalium
dan lainnya. Manfaat Pupuk kandang bagi sifat fisik tanah adalah
memperbaiki sifat fisik tanah seperti struktur, kemampuan menahan air dan
porositas tanah. Pemberian pupuk kandang secara terus menerus dapat
menyebabkan tanah menjadi gembur, mudah diolah, dan menyimpan air lebih
lama. Sedangkan dari sisi biologi tanah, pemberian pupuk kandang dapat
meningkatkan aktivitas organisme tanah seperti cacing, semut dan lain-lain
karena merupakan sumber makanan bagi hewan di dalam tanah,
meningkatkan pertumbuhan mikroba dan perputaran hara dalam tanah
(Kurniawan, 2010).
Keistimewaan penggunaan pupuk kandang antara lain: Merupakan
pupuk lengkap, karena mengandung semua hara makro yang dibutuhkan oleh
tanaman, juga mengandung hara mikro, mempunyai pengaruh susulan, karena
pupuk kandang mempunyai pengaruh untuk jangka waktu yang lama dan
merupakan gudang makanan bagi tanaman yang berangsur-angsur menjadi
tersedia, memperbaiki struktur tanah sehingga aerasi di dalam tanah semakin
baik, meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air, meningkatkan
kapasitas tukar kation sehingga hara yang terdapat di dalam tanah mudah
tersedia bagi tanaman, mencegah hilangnya hara (pupuk) dari dalam tanah
akibat proses pencucian oleh air hujan atau air irigasi, mengandung hormon
pertumbuhan yang dapat memacu pertumbuhan tanaman (Souri, 2001).
Karbon merupakan bahan organik yang utama yang diserap tanaman
dan berasal dari CO2 udara, kemudian bahan organik didekomposisikan
kembali dan membebaskan sejumlah karbon. Sejumlah CO2 bereaksi dalam
bentuk asam Carbonat Ca, Mg, K atau Bikarbonat. Pengaruh pemberian
bahan organik terhadap sifat biologi tanah adalah meningkatkan aktivitas
mikroorganisme, sehingga kegiatan mikroorganisme dalam menguraikan
bahan organik juga meningkat, dengan demikian unsur hara yang terdapat di
dalam tanah menjadi tersedia bagi tanaman. Tersedianya bahan organik
dalam tanah mempengaruhi populasi dan jenis mikroflora (bakteri, jamur dan
aktinomycetes) di dalam tanah (Hakim dkk, 1986).
Penambahan bahan organik dalam tanah dapat memperbaiki sifat
fisik, kimia dan biologi tanah meningkatkan total ruang pori tanah,
menurunkan kepadatan tanah yang dapat menyebabkan kemampuan mengikat
air dalam tanah tinggi. Bahan organik juga dapat menyumbangkan unsur hara
N, P, K, Ca, Mg serta mengurangi fiksasi fosfat oleh Al dan Fe dalam tanah
(Sutanto, 2005).
Bulk Density
Bulk density merupakan rasio bobot kering mutlak (suhu 105oC) suatu
unit tanah terhadap volume total, yang sering dinyatakan dalam gr/cm3
(Hillel, 1980). Menurut Hardjowigeno (2007), kerapatan limbak atau Bulk
Density (BD) adalah berat tanah kering per satuan volume tanah (termasuk
total (total porosity) tanah dengan dasar bahwa kerapatan tanah (particle
density) adalah 2,65 g/cc.
Kepadatan tanah erat hubungannya dengan penetrasi akar dan
produksi tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah maka air dan udara akan sulit
disimpan dan ketersediaanya akan terbatas dalam tanah dan menyebabkan
terhambatnya pernafasan akar dan penyerapan air rendah, selain itu memiliki
unsur hara yang rendah dan aktivitas mikroorganisme nya juga rendah
(Hakim, dkk, 1986).
Partikel Density
Partikel density adalah perbandingan antara massa total fase padat
tanah dan volume fase padat. Massa bahan organik dan anorganik
diperhitungkan sebagai massa padatan tanah dalam penentuan partikel
density.Partikel density mempunyai satuan mg m-3 atau g cm-3
Pada kebanyakan tanah-tanah mineral, kerapatan jenis partikel
rata-rata sebesar 2,6-2,7 gr/cm3, yang mirip dengan kerapatan kuarsa, pada
tanah-tanah pasir. Mineral liat aluminosilikat memiliki kerapatan yang sama.
Adanya oksida besi, dan berbagai mineral berat, akan meningkatkan nilai
rata-rata kerapatan jenis partikel, sedangkan terdapatnya bahan organik akan
memperkecil kerapatan jenis partikel. Kadang kerapatan dinyatakan dengan
istilah gravitasi spesifik, yaitu perbandingan kerapatan bahan terhadap
kerapatan air pada suhu 4oC dan tekanan 1 atmosfer. Dalam sistem metrik,
karena densitas air pada suhu standar mempunyai nilai 1, maka gravitasi
Kadar Air Tanah
Adapun kadar air tanah sering disebut sebagai kandungan air
(moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar
air tanah dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan
istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu (a) lengas tanah
(soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan; (b)
air tanah (soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan
kedap air, (c) air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontiniu
yang berada ditanah bagian dalam (Sutanto, 1998).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar air dalam tanah antara lain
anasir iklim, kandungan bahan organik, fraksi lempung tanah, topografi, dan
adanya bahan penutup tanah baik organik maupun anorganik(Walker and
Paul, 2002).
Total Ruang Pori
Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat
tanah (terisi oleh udara dan air). Pori tanah dapat dibedakan menjadi pori
kasar (macro pore) dan pori halus (micro pore). Pori kasar berisi udara atau
air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori halus
berisi air kapiler dan udara (Hardjowigeno 2007).
Ruang pori tanah yaitu bagian dari tanah yang ditempati oleh air dan
udara, sedangkan ruang pori total terdiri atas ruangan diantara partikel pasir,
Total ruang pori dapat dihitung dengan menggunakan data bobot jenis
partikel-partikel dan bobot isi tanah sebagai berikut:
TRP = {1- (BD/PD)} x 100%
dimana:
TRP = Total Ruang Pori
BD = Bulk Density (gr/cm3)
PD = Partikel Density
(Sutanto, 2005).
Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada
tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori kasar sulit menahan air sehingga
tanaman mudah kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori total (jumlah
pori-pori makro + mikro), lebih tinggi daripada tanah pasir. Tanah remah
memberikan kapasitas infiltrasi akan lebih besar daripada tanah liat. Tanah
dengan pori-pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil dibandingkan
tanah dalam keadaan kering. Tanah pasir memiliki pori drainase yang baik
sehingga infiltrasinya tinggi tetapi tidak dapat mengikat air tersebut
(Hardjowigeno 2003).
Tekstur tanah menunjukan perbandingan butir-butir pasir (2mm -
50μ), debu (2μ-50 μ), dan liat (< 2μ) di dalam fraksi tanah halus
(Hardjowigeno, 2007). Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah
Pengamatan tekstur tanah dapat dilakukan dengan cara merasa dengan
tangan (texture by feel), analisis mekanis di laboratorium.Penetapan tekstur
tanah dengan cara merasa dengan tangan (texture by feel) dilakukan dengan
cara merasa dengan cara memijit tanah dengan jari dan kemudian dirasakan.
Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan kelas teksturnya maka tanah
digolongkan menjadi: (1) Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir, berarti
tanah yang mengandung minimal 70% pasir : bertekstur pasir atau pasir
berlempung. (2) Tanah bertekstur halus atau kasar berliat, berarti tanah yang
mengandung minimal37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat
berpasir. (3) Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung.
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah,
akibat melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain. Satu unit struktur
disebut ped (terbentuk karena proses alami). Struktur tanah memiliki bentuk
yang berbeda-beda yaitu Lempeng (platy), prismatik (prismatic), tiang
(columnar), gumpal bersudut (angular blocky), gumpal membulat
(subangular blocky), granular (granular), remah (crumb) (Hardjowigeno,
2003).
Arsyad (2005) mengemukakan, struktur adalah kumpulan butir-butir
tanah disebabkan terikatnya butir-butir pasir, liat dan debu oleh bahan
organik, oksida besi dan lain-lain. Struktur tanah yang penting dalam
mempengaruhi infiltrasi adalah ukuran pori dan kemantapan pori. Pori-pori
yang mempunyai diameter besar (0,06 mm atau lebih) memungkinkan air
keluar dengan cepat sehingga tanah beraerasi baik, pori-pori tersebut juga
Tanaman Semangka
Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh
merambat. Tanaman ini berasal dari Afrika, kemudian berkembang dengan
pesat ke berbagai negara baik di daerah tropis maupun subtropis, seperti:
Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Tanaman semangka bersifat
semusim, tergolong cepat berproduksi karena umurnya hanya sampai 6 bulan
(Syukur, 2009).
Semangka biasanya di tanam pada dataran rendah dan akan berhasil
baik
bila ditanam dengan keadaan daerah dengan ketinggian 100-300 m dpl.
Topografi datar, tekstur tanah berpasir atau lempung berpasir, struktur remah
dan gembur, banyak mengandung bahan organik, pH berkisar 5,9-7,2, tempat
terbuka, penyinaran penuh dengan kisaran suhu 220C - 300C dan kelembaban
kurang dari 80%. Rata-rata curah hujan 40-50 mm/bulan (Jaya,2000).
Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah
yangcukup gembur, sedikit berpasir, kaya bahan organik, bukan tanah
asam. Keasaman tanah (pH) yang diperlukan antara 6,5-7,2. Jika pH <
5,5 (tanah asam) maka perlu pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan