• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Hak Derivatif Pemegang Saham Dalam Perseroan Terbatas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Hak Derivatif Pemegang Saham Dalam Perseroan Terbatas"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

HAK-HAK PEMEGANG SAHAM DALAM PERSEROAN

TERBATAS

A. Hak-hak pemegang saham mayoritas dalam perseroan terbatas

Ada beberapa pendapat ahli hukum yang mengartikan hak. Diantaranya sebagai berikut: Menurut Saut P. Panjaitan, hak adalah peranan yang boleh tidak dilaksanakan (bersifat fakultatif).Menurut J.B. Daliyo hak adalah kewenangan yang diberikan oleh hukum objektif kepada subjek hukum.25 Meijers mendefenisikan hak ialah sebagai suatu kewenangan seseorang yang diakui oleh hukum untuk menunaikan kepentingannya.Houwing menyatakan bahwa hak ialah sebagai suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum dengan cara tertentu.26

Pasal52 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk27

1. Menghadiri dan mengeluarkan suara saham dalam RUPS;

:

2. Menerima pembayaraan dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;

3. Menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang perseroan Terbatas ini.

Tetapi perlu diingat, hak yang disebut dalam pasal ini, dapat dikatakan merupakan hak yang paling pokok, karena ada lagi berbagai hak yang diatur pada pasal lain.

25

Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008) hal 82.

26Peter mahmud marzuki, Penghantar Ilmu Hukum (Jakarta : Kencana, 2009) hal 176 27Gunawan widjaja, Seri Pemahaman Perseroan Terbatas Hak Individual & Kolektif

(2)

Pasal 52 ini adalah hak utama pemilik saham yang tidak boleh dikurangi dalam anggaran dasar. Hak tersebut baru berlaku dan melekat pada diri pemilik saham, setelah saham itu dicatat dalam daftar pemegang saham atas nama pemiliknya. Akan tetapi, ketentuan mengenai hak menghadiri dan mengeluarkan suara dalam rapat umum pemegang saham dan menjalankan haknya berdasar undang-undang ini, “tidak berlaku” bagi klasifikasi saham tertentu sebagaimana yang ditetapkan dalam undang-undang ini. 28

Pelaksanaan hak-hak tersebut hanya dapat dilakukan setelah nama pemegang saham dicatat dalam daftar pemegang saham perseroan. Jadi dengan demikian berarti hanya pemegang saham yang namanya tercantum dalam daftar pemegang saham perseroan yang berhak melaksanakan haknya berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 ini. Namun demikian perlu diperhatikan, bahwa dalam hal perseroan mengeluarkan lebih dari satu jenis klarifikasi saham, maka hak-hak pemegang saham yang ada untuk tiap-tiap klasifikasi dapat dibaca dalam Anggaran Dasar perseroan.29

1. Pemegang saham diberi hak untuk tidak membagi atas satu saham

Di dalam Undang-Undang No.40 Tahun 2007 telah diatur mengenai hak-hak pemegang saham. Hak hak tersebut secara rinci akan diuraikan di bawah ini.

Hak ini dikemukakan pada pasal 52 ayat (4) penjelasan pasal ini mengatakan, berdasar ketentuan ini, para pemegang saham tidak diperkenankan membagi-bagi hak atas 1 (satu) saham menurut

(3)

kehendaknnya sendiri.30 Hak yang melekat pada tiap lembar saham adalah hak yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Dengan demikian berarti jika terdapat 1 (satu) lembar saham yang dimiliki oleh lebih dari 1 (satu) orang, maka hak yang ada pada dan lahir dari kepemilikan saham tersebut hanya dapat dipergunakan satu kali oleh satu subjek hukum. Dengan demikian berarti, jika 1 (satu) lembar saham dimiliki lebih dari 1 (satu) subjek hukum/orang perorangan dan atau badan hukum maka harus ditunjuk 1 (satu) orang atau badan hukum dari sekian banyak pemilik saham tersebut sebagai wakil bersama. Tindakan yang dilakukan atau apapun pelaksanaan hak yang diambil oleh wakil tersebut mengikat seluruhnya. Demikian juga halnya dengan pencatatan saham tersebut dalam daftar pemegang saham perseroan pada umumnya dicatatkan atas nama wakil bersama yang ditunjuk tersebut, dengan catatan sebagai kepemilikan bersama.31

2. Hak khusus untuk mencalonkan anggota direksi dan/atau anggota

komisaris.

Pemilik saham jenis ini mempunyai “hak berbicara khusus”. Dalam hal ini menurut pasal 50 ayat (4) huruf b, kepada pemilik saham diberi hak khusus untuk mencalonkan anggota direksi dan/atau dewan komisaris, dan hak ini tidak diberikan kepada pemilik klasifikasi saham yang lain. Oleh karena itu, pemilik saham klasifikasi ini, memiliki klausul “oligarki” mengenai pencalonan anggota direksi dan/atau anggota dewan komisaris secara mutlak.

(4)

3. Hak untuk mendapatkan dividen lebih dahulu

Saham klasifikasi ini, disebut juga “saham utama” (preferent aandelen). Saham ini memberi atau mempunyai hak lebih dahulu dari

“saham biasa” dalam memperoleh keuntungan dan/atau saldo. Oleh karena itu, saham yang mempunyai hak utama atau preferen, dapat lagi dipecah dalam subklasifikasi sebagai berikut.

1. Saham preferen atau saham utama memperoleh dividen

saham ini mempunyai hak lebih dahulu memperoleh pembagian dividen dari pemegang saham klasifikasi lain. Misalnya, kalau pemegang saham biasa menerima dividen 20%, maka saham utama lebih dahulu menerima dividen 20% ditambah 5% sehingga menjadi 25%.

2. Saham utama kumulatif

Saham ini mempunyai hak lebih dahulu daripada saham utama atau saham preferen untuk memperoleh hak atas “dividen tunggakan”. Umpamanya kalau pada satu tahun pemegang saham utama kumulatif karena keadaan tertentu, hanya menerima dividen, maka pada tahun berikutnya apabila keadaan telah memungkinkan, pemegang saham dapat menerima dividen yang tertunggak pada tahun yang lalu.

4. Hak pada pemegang saham utama menerima lebih dahulu pembagian

sisa kekayaan perseroan dalam likuidasi

(5)

klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan perseroan dalam likuidasi. Saham jenis ini, disebut juga liquidation preference. Memang pada umumnya, secara tradisional semua klasifikasi saham secara teoritis mempunyai hak untuk berpartisipasi memperoleh pembagian atas sisa kekayaan perseroan dalam likuidasi. Akan tetapi, dalam anggaran dasar dapat ditetapkan klasifikasi saham yang mempunyai hak utama memperoleh pembagian hasil sisa kekayaan likuidasi dari klasifikasi saham lain.

Hak utama memperoleh pembagian sisa kekayaan likuidasi dapat diberikan kepada satu klasifikasi saja atau lebih. Di luar saham utama likuidasi dapat juga ditetapkan klasifikasi saham yang tidak berpartisipasi atas hasil aset likuidasi. Dengan demikian, ada klasifikasi saham yang berpartisipasi dan ada juga yang tidak berpartisipasi terhadap pembagian hasil kekayaan perseroan dalam likuidasi.

(6)

saham bonus merupakan ganti atas hak tagihan kepada perseroan atas dana cadangan atau dana kelebihan dari modal yang ditempatkan. Hak menagih timbul disebabkan adanya keuntungan luar biasa dari operasional perseroan.32

5. Hak Agar Sahamnya Dibeli dengan Harga Wajar

Setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan berupa :

1. Perubahan anggaran dasar

2. Pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih perseroan; atau

3. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.

Apabila saham yang diminta untuk dibeli tersebut melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham oleh perseroan sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat (1) huruf b, perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga.33

1. Hak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli perseroan:

Dalam pasal 62 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

32M. Yahya Harahap, Op. Cit., hal. 263-268.

(7)

Hak itu diberikan kepada “setiap pemegang saham” tanpa mempersoalkan berapa besar jumlah saham yang dimilikinya, dengan demikian, setiap pemegang saham dapat mempergunakan hak tersebut sesuai dengan keadaan dan kebutuhan.

2. Harga yang diminta, harga yang wajar (fair value):

Pemegang saham yang bersangkutan dapat menuntut kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar (fair value), dan perseroan tidak boleh sewenang-wenang menentukan harga saham yang tidak wajar. 3. Dasar alasan yang dibenarkan hukum meminta Perseroan membeli saham

pemegang saham:

Apabila pemegang saham tersebut, tidak menyetujui tindakan perseroan, dan tindakan yang tidak disetujuinya itu, merugikan pemegang saham atau perseroan, berupa tindakan:

Perubahan anggaran dasar, pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih perseroan. Yang dimaksud dengan “kekayaan bersih” menurut Penjelasan Pasal 62 ayat (1) huruf b adalah kekayaan bersih menurut neraca terbaru yang disahkan dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan. 4. Pembelian saham yang diminta pemegang saham, tidak melebihi batas

pembelian kembali saham oleh perseroan.

(8)

nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan dan gadai atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh Perseroan sendiri dan/atau perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang di tempatkan dalam perseroan.

Bertitik tolak dari ketentuan ini, pasal 62 ayat (2) mengemukakan, apabila jumlah saham yang diminta pemegang saham untuk dibeli perseroan melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan: maka yang dapat dibelinya hanya sampai batas tidak melebihi 10% dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan, dan selanjutnya, perseroan wajib mengusahakan agar sisanya, dibeli oleh pihak ketiga.34

6. Hak untuk memperoleh saham dari penerbitan saham selanjutnya

(first right of refusal)35

Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas, yaitu hak untuk ditawarkan terlebih dahulu jumlah saham yang seimbang dengan kepemilikan sahamnya untuk klasifikasi saham yang sama, manakala perseroan terbatas bermaksud mengeluarkan saham baru dengan kelas saham yang sama.

;

Pasal 43 ayat (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas, yang menyatakan dalam hal saham yang akan dikeluarkan untuk penambahan modal merupakan saham yang klasifikasinya belum pernah dikeluarkan, pemegang saham yang ada

(9)

berhak mengambil bagian terlebih dahulu adalah seluruh pemegang saham sesuai dengan perimbangan jumlah saham yang dimilikinya.36

7. Hak berkaitan dengan RUPS

Hak-hak pemegang saham dalam penyelenggaraan RUPS disinggung dalam pasal 79 ayat (2), dimana disebutkan bahwa penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan atas permintaan :

1. 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili satu persepuluh atau lebih jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali dengan anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil; atau

2. Dewan komisaris.

Selain itu, dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari Direksi dan/atau Dewan Komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan perseroan (pasal 75 ayat (2)).

Apabila Direksi dan Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 79 ayat (5) dan ayat (7), maka pemegang saham yang meminta penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya

(10)

meliputi tempat kedudukan perseroan untuk menetapkan pemberian izin kepada pemohon melakukan sendiri pemanggilan RUPS tersebut (pasal 80 ayat (1)).37

1. Apabila direksi atau dewan komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari dari tanggal penerimaan surat permintaan;

Dalam pasal 80 ayat (1), hak pemegang saham terbuka mengajukan “permohonan” (verzoek, petition) kepada ketua pengadilan negeri meminta penyelenggaraan RUPS:

2. Bentuknya adalah permohonan yang dituangkan dalam surat permohonan (verzoekschrift, petition), bukan gugatan (vordering, claim);

3. Diajukan kepada ketua pengadilan negeri sesuai asas actor sequitor forum rei, yakni yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan

perseroan;

4. Isi permintaan permohonan, agar ketua pengadilan negeri menetapkan pemberian izin kepada pemohon melakukan sendiri pemanggilan RUPS.

Memperhatikan ketentuan diatas, hak pemegang saham mengajukan permohonan meminta penyelenggaraan RUPS, tidak langsung demi hukum terbuka. Harus ditempuh terlebih dahulu permintaan kepada direksi atau dewan komisaris. Apabila mereka tidak memenuhi permintaan paling lambat dalam

(11)

jangka waktu 15 (lima belas) hari dari tanggal surat permintaan diterima, baru terbuka hak pemegang saham mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri.

Meskipun permintaan kepada ketua pengadilan negeri berbentuk “permohonan” yang bersifat voluntair, namun menurut pasal 80 ayat (2), sistem pemeriksaannya:

a. Tidak bersifat ex parte atau tidak hanya memeriksa dan mendengar pihak pemohon saja sebagaimana lazimnya pemeriksaan permohonan,

b. Tetapi bersifat kontradiktoir atau bersifat inter partes: ketua pengadilan negeri harus memanggil direksi dan/atau dewan komisaris, juga memanggil dan mendengar pemohon,

Ketentuan ini bersifat imperatif (mandatory rule). Oleh karena itu, pengadilan tidak dapat mengeluarkan penetapan pemberian izin kepada pemegang saham memanggil RUPS, sebelum mamanggil dan mendengar pemohon dan direksi atau dewan komisaris.

Pasal 80 ayat (2), memikul beban wajib bukti (bewijslast, burden of proof) kepada pemegang saham tersebut.

(12)

dewan komisaris, namun telah lewat tenggang waktu 15 (lima belas) hari dari tanggal surat permintaan mereka terima, tidak dilakukan pemanggilan RUPS.

b. Membuktikan pemohon mempunyai kepentingan yang wajar untuk diselenggarakan RUPS. Cara pembuktiaannya menurut pasal 80 ayat (2), cukup dilakukan pemohon “secara sumir”. Tidak dituntut penerapan hukum pembuktian sebagaimana lazimnya dalam proses pemeriksaan perkara perdata pada umumnya.

Apabila pemohon berhasil membuktikan secara sumir hal-hal yang disebut diatas, ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan penetapan pemberian izin kepada pemegang saham tersebut untuk melakukan sendiri pemanggilan RUPS. Sebaliknya, jika pemohon tidak dapat membuktikan “secara sumir” persyaratan telah dipenuhi dan pemohon mempunnyai kepentingan yang wajar RUPS diselenggarakan, ketua pengadilan “menolak” permohonan. Kalau ketua Pengadilan Negeri mengabulkan permohonan, maka pengabulan itu dituangkannya dalam bentuk “penetapan” yang memuat diktum atau amar:

1. memberi izin kepada pemohon melakukan sendiri pemanggilan RUPS, 2. menetapkan (hal-hal berikut):

a. bentuk RUPS, tahunan atau RUPSLB,

b. mata acara RUPS sesuai dengan permohonan pemegang saham, c. menetapkan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang

(13)

d. menunjuk ketua rapat sesuai dengan atau tanpa terikat pada ketentuan UUPT 2007 atau anggaran dasar.

3. Memerintahkan direksi dan/atau dewan komisaris wajib hadir dalam RUPS.

Yang dimaksud mengenai kuorum kehadiran dan ketentuan tentang persyaratan pengabilan keputusan RUPS dalam penetapan pengadilan tersebut menurut penjelasan pasal 80 ayat (3), adalah khusus berlaku untuk RUPS ketiga.

Mata acara RUPS berdasar permohonan pemegang saham, menurut pasal 80 ayat (6), hanya boleh membicarakan mata acara yang tercantum dalam amar penetapan pengadilan. Dilarang membicarakan mata acara lain, di luar yang disebut dalam penetapan. Apabila ketua pengadilan negeri mengabulkan permohonan, hal itu dituangkan dalam bentuk penetapan: sifat penetapan itu langsung “final” dan mempunyai kekuatan hukum tetap, terhadapnya tertutup segala upaya hukum biasa (banding dan kasasi) maupun upaya luar biasa (peninjauan kembali).

(14)

(7), bahwa sata-satunya upaya hukum yang mungkin dipergunakan pemohon terhadap penolakan permohonan, hanya upaya hukum kasasi dan tidak munngkin mengajukan peninjauan kembali. Ketentuan yang diatur pada pasal 80 ayat (1) tentang hal ini berlaku juga kepada perseroan terbuka tanpa mengurangi ketentuan yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.38

Selain itu, pemegang saham, baik sendiri maupun diwakili berdasarkan surat kuasa berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya (pasal 85 ayat (1)).39

8. Hak mendahulu untuk ditawarkan dan untuk membeli saham dari

pemegang saham lainnya yang hendak menjual sahamnya (manakala

diatur dalam anggaran dasar perseroan)40

Pasal 51 jo. 48 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas tentang hak untuk memperoleh setiap lembar yang dikeluarkan oleh perseroan terbatas.Hak untuk menjual dan atau mengalihkan dalam bentuk apapun saham yang dimilikinya olehnya sebagaimana diatur dalam pasal 56 Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Pengalihan hak milik atas saham dapat terjadi dengan berbagai macam cara yang memungkinkan terjadinya peralihan hak milik atas benda lainnya. Pada umumnya peralihan hak milik dapat terjadi karena:

;

a) Perjanjian, misalnya dalam bentuk jual-beli, tukar menukar atau hibah;

38M. Yahya Harahap, op. Cit., hal. 319-322. 39Azizah, Op. Cit., hal. 83.

(15)

b) Undang-undang, misalnya dalam hal terjadinya penawaran;

c) Karena putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap atau yang dipersamakan dengan itu, seperti halnya melalui pelelangan.

Selanjutnya oleh karena saham adalah:

a) Bukti penyertaan pemegang saham dalam perseroan terbatas, yang memberikan hak tagih atas sisa hasil pembubaran perseroan terbatas, yang merupakan piutang atas nama;

b) Bukti pemilikan harta bersama yang terikat dalam perseroan terbatas, yang keberadaannya telah melalui mekanisme pendaftaran di Menteri Hukum dan HAM ;

Maka peralihan hak milik atas saham wajib memenuhi persyaratan;

a) Dibuat dalam bentuk akta yang bertujuan untuk mengalihkan hak atas saham, misalnya akta jual beli, akta tukar menukar, akta hibah, akta pembagian dan pemisahan harta warisan atau akta berita acara lelang;

b) Wajib dicatatkan akta pemindahan hak atas saham tersebut, tanggal, dan hari pemindahan hak tersebut ke dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus, dan

(16)

dilaporkan ke Menteri Hukum dan HAM dan selanjutnya didaftarkan dalam Daftar Perseroan.

Undang-Undang Perseroan Terbatas selanjutnya menentukan bahwa jika saham yang hendak dialihkan adalah saham dalam perseroan terbatas tertutup, maka dalam Anggaran Dasar perseroan terbatas tersebut dapat diatur adanya ketentuan yang:

a) Mewajibkan dilakukannya penawaran kepada pemegang saham dalam perseroan terbatas terlebih dahulu sebelum saham perseroan terbatas tersebut dijual kepada pihak ketiga; dan dalam hal anggaran dasar mengharuskan pemegang saham penjual menawarkan terlebih dahulu sahamnya kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau pemegang saham lain, dan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal penawaran dilakukan ternyata pemegang saham tersebut itdak membeli, pemegang saham penjual dapat menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak ketiga.

Setiap pemegang saham penjual yang diharuskan menawarkan sahamnya tersebut berhak menarik kembali penawaran tersebut, setelah lewatnya jangka waktu 30 (tiga puluh) hari tersebut. Kewajiban menawarkan kepada pemegang saham lain tersebut hanya berlaku 1 (satu) kali.

(17)

perseroan terbatas untuk membeli setiap lembar saham yang hendak dijual oleh pemegang saham perseroan, maka pemegang saham yang akan menjual sahamnya wajib untuk menawarkan terlebih dahulu sahamnya yang hendak dijual tersebut kepada pemegang saham dalam klasifikasi tertentu (sesuai dengan kelas sahamnya) atau pemegang saham lain (dalam hal tidak ada kelas saham atau pemegang kelas sahamnya sudah tidak ada lagi yang berminat). Kewajiban menawarkan kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau pemegang saham lain tersebut hanya berlaku 1 (satu) kali. Penawaran dilakukan terus menerus secara proporsional menurut imbangan besarnya kepemilikan saham masing-masing pemegang saham yang ada dalam perseroan, hingga tidak ada lagi pemegang saham dalam perseroan yang bermaksud membeli saham tersebut.

Jika dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal penawaran terakhir yang dilakukan ternyata pemegang saham yang ditawarkan tersebut tidak membeli, pemegang saham penjual dapat menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak ketiga. Walau demikian tidak menutup kemungkinan bahwa setiap pemegang saham penjual yang diharuskan menawarkan sahamnya untuk menarik kembali penawaran tersebut, setelah lewatnya jangka waktu 30 (tiga puluh) hari, manakala tidak ada pemegang saham yang berminat untuk membeli.

(18)

menerima permintaan persetujuan pemindahan hak tersebut. Jika dalam hal jangka waktu tersebut telah lewat dan organ perseroan tidak memberikan pernyataan tertulis, organ perseroan dianggap menyetujui pemindahan hak atas saham tersebut. Jika hal pemindahan hak atas saham disetujui oleh organ perseroan, pemindahan hak harus dilakukan dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan diberikan.

c) Mensyaratkan diperolehnya persetujuan/ izin instansi yang berwenang terlebih dahulu. Jika perseroan terbatas tersebut adalah perseroan terbatas yang terbuka, maka berlakulah ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dalam bidang pasar modal, termasuk Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan BAPEPAM sebagai pelaksana dari Undang-Undang Pasar Modal.41

9. Hak suara

Pemegang saham melaksanakan kontrol akhir melalui voting, dalam hal ini, pemegang saham mempunyai satu suara untuk setiap saham (one vote for one share), kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar. Terkadang, hak suara tidak

disebutkan secara tegas dalam Anggaran Dasar, namun demikian, hak suara itu melekat secara inheren pada pemegang saham. Saham yang ada dalam simpanan tidak memiliki voting right dirinya., karena tidak logis perseroan bertindak

(19)

sebagai pemegang saham atas dirinya.42

42Azizah, Op. Cit., hal. 84.

(20)
(21)

tidak dibenarkan. Namun penjelasan pasal tersebut mengatakan lebih lanjut, bagi Perseroan Terbuka suara berbeda yang dikeluarkan oleh bank kustodian atau perusahaan efek yang mewakili pemegang saham dalam dana bersama (mutual fund) bukan merupakan suara yang berbeda sebagaimana dalam ketentuan ini.

Yang dapat ditunjuk sebagai kuasa oleh pemegang saham dalam pemungutan suara yaitu diatur dalam pasal 85 ayat (4) serta penjelasannya yaitu dalam menetapkan kuorum RUPS, saham dari pemegang saham yang diwakili oleh siapa pun ikut dihitung, akan tetapi kalau kuasa yang mewakili pemegang saham terdiri dari Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan Karyawan Perseroan dalam pungutan suara tidak berhak mengeluarkan suara. Jadi dalam pemungutan suara, anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan karyawan Perseroan yang bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham, dilarang bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham tersebut. Menurut Pasal 85 ayat (5), kalau pemegang saham memberi kuasa kepada seseorang untuk menghadiri RUPS, akan tetapi pemegang saham yang bersangkutan hadir sendiri dalam RUPS, dalam kasus yang demikian, surat kuasa yang diberikan tidak berlaku untuk RUPS tersebut. Fungsi dan kapasitas penerima kuasa, hanya sebatas mendampingi tanpa berhak mengeluarkan pendapat dan suara. Bahkan kalau bertitik tolak dari pasal 85 ayat (6), ketua rapat berhak menentukan apakah kuasa tersebut boleh atau berhak hadir dalam RUPS dengan memperhatikan ketentuan undang-undang dan anggaran dasar perseroan yang bersangkutan.

(22)

(3) dan ayat (6), terhadap Perseroan Terbuka berlaku juga ketentuan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.43

10. Hak untuk menjaminkan saham-saham tersebut sebagai jaminan

utang;

Dalam hal diatur dalam anggaran dasar, hak untuk ditawarkan terlebih dahulu jumlah saham seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama, manakala ada pemegang saham yang bermaksud untuk menjual sahamnya (pasal 57 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas);44

11.Hak atas dividen

Hak pemegang saham atas dividen diatur dalam pasal 71 ayat (2), bahwa seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 70 ayat (1) dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, kecuali ditentukan lain dalam RUPS.45

Pasal 71 Undang-Undang Perseroan Terbatas terkait dengan pembagian dividen dan pasal 72 terkait dengan dividen intern. Pada umumnya, dividen dibagikan setelah berakhirnya tahun buku. Dividen hanya dapat dibagikan jika cadangan wajib telah mencapai jumlah sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor. Dalam hal cadangan wajib tersebut telah dipenuhi, maka seluruh laba bersih yang diperoleh perseroan, setelah dikurangi biaya-biaya lain dan hal-hal yang diputuskan dalam Rapat

(23)

Pemegang Umum Saham Tahunan akan dibagikan dalam bentuk dividen. Selanjutnya perseroan juga dimungkinkan dilakukannya pembagian dividen interim tersebut diatur dalam anggaran dasar perseroan, dan:

a) Pembagian dividen interm tersebut hanya dapat dilakukan apabila jumlah kekayaan bersih perseroan tidak menjadi lebih kecil daripada jumlah modal ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib, dan

b) Pembagian dividen interim tersebut tidak boleh menggangu atau menyebabkan perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannyapada kreditor atau menggangu kegiatan Perseroan.

Berbeda dengan pembagian dividen final setelah berakhirnya tahun buku, yang dilakukan berdasarkan keputusan Direksi setelah memperoleh persetujuan Dewan Komisaris. Dengan demikian berarti jika setelah tahun buku berakhir ternyata Perseroan mengalami kerugian, dividen interim yang telah dibagikan harus dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan. Dalam hal pemegang saham tidak dapat mengembalikan dividen interim yang telah diterimanya tersebut, maka Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian Perseroan.46

12.Hak memeriksa

Pemegang saham juga mempunyai hak untuk memeriksa sebagaimana ditentukan dalam pasal 100 ayat (3) dan (4). Bahwa atas permohonan tertulis dari

(24)

pemegang saham, Direksi memberi izin kepada pemegang saham untuk memeriksa daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan laporan tahunan. Namun, tidak menutup kemungkinan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal menentukan lain mengenai ini.

13.Hak memohon pemeriksaan kepada pengadilan negeri

Hak pemegang saham untuk mengajukan permohonan pemeriksaan kepada pengadilan negeri terhadap perseroan ditentukan dalam pasal 138. Pemeriksaan terhadap perseroan dapat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data atau keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa : Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau pihak ketiga ;atau anggota direksi atau dewan komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengajukan permohonan secara tertulis beserta alasannya ke pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan. Dalam hal ini, 1(satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan negeri.47

14.Hak pemegang saham yang tidak setuju atas penggabungan

Berdasarkan pasal 126 ayat (2), pemegang saham yang “tidak setuju” terhadap keputusan RUPS mengenai penggabungan, hanya boleh menggunakan haknya

(25)

sebagaimana dimaksud pasal 62. Hanya sebatas itu hak yang dibolehkan undang-undang dipergunakan pemegang saham, yakni

a. Meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar,

b. Pada prinsipnya perseroan diwajibkan membelinya,

c. Apabila saham yang diminta untuk dibeli perseroan melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham oleh perseroan sebagaimana yang digariskan pasal 37 ayat (1) huruf b, perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham itu dibeli oleh pihak ketiga.

Menurut penjelasan pasal 126 ayat (2), yang dimaksud harga wajar saham dari perseroan adalah sebagaimana dimaksud dalam penjelasan pasal 128 ayat (2) huruf c (harga wajar saham dari perseroan yang menggabungkan diri serta harga wajar saham dari perseroan yang menerima penggabungan untuk menentukan perbandingan penukaran saham dalam rangka konversi saham). Penggunaan hak pemegang saham yang meminta agar sahamnya dibeli dengan harga wajar oleh perseroan tidak menghentikan proses pelaksanaan penggabungan. Hal itu ditegaskan dalam pasal 126 ayat (3) yang berbunyi:

pelaksanaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menghentikan proses pelaksanaan penggabungan, penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.48.

(26)

15.Hak Pemegang Saham Yang Tidak Setuju Atas Pengambilalihan

Pasal 126 ayat (2) memberi hak kepada pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS menganai pengambilalihan. Hak itu adalah hak yang diberikan pasal 62 UUPT 2007, yakni meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar, dengan syarat apabila pengambilalihan itu merugikan pemegang saham tersebut. Hak ini juga berlaku terhadap penggabungan dan peleburan.

Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham oleh perseroan yang digariskan pasal 37 ayat (1) huruf b, perseroan “wajib” mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga. Pada dasarnya hak ini merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap pemegang saham. Akan tetapi, sesuai dengan ketentuan pasal 126 ayat (3), pelaksanaan hak meminta sahamnya dibeli dengan harga yang wajar, tidak menghentikan proses pelaksanaan pengambilalihan.49

16. Hak pemegang saham yang tidak setuju atas pemisahan

Terhadap pemisahan, berlaku juga ketentuan pasal 126 ayat (2), sebagaimana juga halnya terhadap penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan. Pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS mengenai pemisahan:

a. Berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar sesuai dengan ketentuan pasal 62;

(27)

b. Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham oleh perseroan sebagaimana dimaksud pasal 37 ayat (1) huruf b, perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham tersebut dibeli oleh pihak ketiga;

c. Pelaksanaan hak pemegang saham itu, tidak menghentikan proses pelaksanaan pemisahan (pasal 126 ayat (3)).50

B. Hak-hak Pemegang saham minoritas

Di dalam perseroan terbatas seringkali bertengtangan kepentingan antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Untuk itu, agar terpenuhinya unsur keadilan, diperlukan suatu keseimbangan sehingga pihak pemegang saham mayoritas tetap dapat menikmati haknya selaku mayoritas, termasuk mengatur perseroan. Di lain pihak,pihak pemegang saham minoritas pun perlu diperhatikan kepentingannya dan tidak bisa begitu saja diabaikan haknya. Untuk menjaga kepentingan di kedua belah pihak, dalam ilmu hukum perseroan dikenal bebarapa instrumen hukum untuk melindungi pemegang saham minoritas. Diantaranya sebagai berikut51

1. Prinsip perlakuan yang sama di antara pemegang saham

:

Sebagai akibat dari proses internasionalisasi perusahaan-perusahaan Indonesia, berkembanglah beberapa prinsip hukum yang ideal, seperti prinsip equel protection, termasuk equel protection di antara para pemegang saham

dalam suatu perusahaan, tanpa melihat apakah dia merupakan pemegang saham

50Ibid hal. 524-525.

51Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, (Bandung : Utomo, 2005)

(28)

minoritas ataupun pemegang saham mayoritas. Tentang pemberlakuan prinsip equel protection ini undang-undang perseroan terbatas menggariskan suatu prinsip

umum dalam pasal 53 ayat (2) undang-undang perseroan terbatas yang menyatakan bahwa “Setiap saham dalam klarifikasi yang sama memberikan kepada pemegangnya hak yang sama.”

Persamaan hak di antara para pemegang saham merupakan salah satu hak dari pemegang saham di samping hak-hak lainnya. Pada prinsipnya, hak-hak dari pemegang saham dalam suatu perusahaan adalah sebagai berikut52

1. Hak atas managemen dan pengontrolan perusahaan, antara lain terdiri dari :

:

a. Hak voting untuk memilih dan memberhentikan direksi dan komisaris. b. Hak voting untuk melakukan perubahan fundamental terhadap

perusahaan.

c. Hak voting untuk merubah anggaran dasar dalam hal pengaturan tentang direksi, komisaris, RUPS dan lain-lain.

d. Hak untuk meminta agar perusahaan dikelola dengan baik untuk kepentingan perusahaan yang berarti juga untuk kepentingan seluruh pemegang saham.

2. Hak atas kepemilikan perusahaan, antara lain terdiri dari : a. Hak atas pembagian dividen.

b. Hak atas pembagian asset pada waktu perusahaan dilikuidasi.

(29)

c. Hak atas pemberlakuan yang sama oleh managemen dan pemegang saham mayoritas terhadap transaksi-transaksi penting, seperti penerbitan saham baru, perubahan anggaran dasar, dan lain-lain.

d. Hak untuk didaftarkan sebagai pemegang saham dalam buku register perusahaan.

e. Hak untuk mendapatkan kekebalan (privillege of immunity) dari tanggung jawab pribadi atas tanggung jawab terhadap utang-utang perusahaan.

3. Hak remedial dan hak-hak tambahan lainnya, antara lain terdiri dari : a. Hak atas informasi dan pemeriksaan perusahaan.

b. Hak untuk menggugat derivatif (atas nama perusahaan) untuk menyelamatkan perusahaan atau mencegah kerugian atas perusahaan. c. Hak untuk membawa gugatan dan meminta ganti rugi atas pelanggaran

hak individu.

2. Hak appraisal dari pemegang saham

Pemegang saham minoritas mempunyai hak yang disebut dengan hak memberikan dissenting opinion, yakni hak untuk berbeda pendapat, termasuk untuk tidak menyetujui tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan oleh direksi. Tindakan-tindakan tertentu tersebut haruslah tindakan-tindakan yang substansial bagi pemegang saham atau bagi perusahaan secara keseluruhan, misalnya merger, akuisisi dan lain-lain.53

53Ibid hal 177

(30)

dissenting opinion tersebut, dan pihak pemegang saham mayoritas tetap pada

pendiriannya dalam arti tetap berbeda pendapat dengan pemegang saham minoritas, maka pihak pemegang saham minoritas dapat mempergunakan hak appraisalnya (appraisal right), atau yang sering disebut dengan istilah dissenters right, yang merupakan hak untuk keluar dari perusahaan dengan kewajiban dari

pihak perusahaan atau pihak pemegang saham lain untuk membeli saham pemegang saham yang keluar tersebut dengan saham yang dinilai pada harga yang pantas.54 Hak ini digunakan oleh pemegang saham minoritas untuk membela kepentingannya dalam rangka menilai harga saham.55

Hak appraisal ini merupakan suatu hak untuk menggantikan ketentuan dalam hukum korporat yang sudah terbilang kuno di beberapa negara bahwa terhadap tindakan korporat tertentu, seperti merger dan akuisisi, perubahan anggaran dasar, dan lain-lain sebagainya, perlu terlebih dahulu disetujui oleh rapat umum pemegang saham yang diputuskan secara aklamasi dalam arti 100% harus menyetujui tindakan tersebut.56

54

Ibid hal 178.

55Chatamarrasjid Ais, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-Soal Aktual Hukum

Perusahaan, (Citra Aditya Bakti, 2004), Hal 35

56Munir Fuady, Op. Cit., hal. 178.

(31)

dibubarkan, dan juga bisa permohonan pembubaran perusahaan ke pengadilan, karena keadilan dapat dicapai dengan pembubaran perusahaan tersebut.57

Undang-undang perseroan terbatas hanya memberikan hak appraisal terhadap tindakan-tindakan sebagai berikut58

a. Perubahan anggaran dasar;

:

b. Penjualan, penjaminnan, pertukaran sebagian besar atau seluruh kekayaan perseroan terbatas; atau

c. Penggabungan, peleburan, atau penggambilalihan perseroan. (Vide Pasal 62 ayat 1 undang-undang perseroan terbatas).

Pemberian hak dissenting hanya terhadap tindakan-tindakan sebagaimana disebut dalam pasal 62 undang-undang perseroan terbatas tersebut tidaklah cukup, karena masih banyak tindakan lain yang memerlukan hak dissenting dari pemegang saham minoritas. Misalnya terhadap tindakan-tindakan seperti59

1. Pembubaran perseroan,

:

2. Permohonan pailit oleh perusahaan sendiri, 3. Penyertaan pada perusahaan lain,

4. Pengalihan bisnis ke perusahaan lain. 5. Share swap

6. Going publik atau going private,

tanggal 01 april 2017)

(32)

7. Perubahan bisnis inti,

8. Diservisifikasi usaha yang tidak ada sangkut paut dengan core bisnis, 9. Investasi yang bersifat spekulatif.

10. Dan lain-lain,

Secara teoritis, penggunaan hak disenting oleh pemegang saham minoritas dapat dilakukan with cause atau without cause. Maksudnya adalah bahwa ketika pemegang saham minoritas menolak dilakukannya tindakan tertentu dengan meminta agar sahamnya dibeli oleh perusahaan, pihak pemegang saham minoritas tersebut dapat menyebutkan alasannya seperti adanya kelalaian dari direksi atau tindakan yang dia tidak setuju tersebut merugikan perusahaan. Bahkan secara teoritis, dia dapat menolaknya tanpa menyebutkan alasan sama sekali.60

Undang-Undang Perseroan Terbatas secara sangat sempit mengakui dissenting opinion ini yakni diakui hanya jika terdapat alasan yang sudah

ditentukan, dan sebabnya itu hanyalah jika tindakan tersebut merugikan pemegang saham atau perseroan, vide pasal 62 ayat (1) undang-undang perseroan terbatas. Dapat dibayangkan betapa sulitnya membuktikan bahwa tindakan tersebut menyebabkan kerugian atau akan adanya kerugian bagi pemegang saham atau bagi perusahaan secara keseluruhan, apalagi karena pada pemegang saham minoritas saat bersikap dissenting, umumnya tindakan perseroan yang diperdebatkan tersebut masih belum dilakukan atau baru mulai dilakukan sehingga belum kelihatan kerugiannya. Hal tersebut mengakibatkan bahwa pasal

(33)

62 ayat (1) dari undang-undang perseroan terbatas tersebut sangat sulit untuk diterapkan oleh pihak pemegang saham minoritas.61

Diberikannya dissenting opinion kepada pemegang saham minoritas, tidak berarti bahwa pihak pemegang saham minoritas tersebut dapat mencegah atau menghalang-halangi terjadinya tindakan perseroan yang tidak disetujuinya tersebut. Karena jika pemegang saham minoritas sampai mempunyai hak untuk mencegah atau membatalkan tindakan perseroan tersebut, tanpa melalui proses pengadilan, seperti terhadap perbuatan merger misalnya, maka yang terjadi justru ketidakseimbangan di mana hak pemegang saham minoritas terlalu besar bahkan bisa menjadi suatu tirani minoritas. Oleh sebab itu, hukum hanya memberikan hak kepada pemegang saham minoritas yang tidak setuju dengan tindakan perseroan tersebut untuk meminta perseroan yang bersangkutan membeli saham-saham dari pihak yang tidak setuju tersebut untuk meminta perseroan yang bersangkutan membeli saham-saham dari pihak yang tidak setuju tersebut dengan harga yang layak. Karena itu, dari hak dissenting tadi, kemudian muncul hak yang disebut dengan hak appraisal.62

Tentang hak appraisal ini, Pasal 55 undang-undang nomor 1 tahun 1995 diubah jadi pasal 62 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas haruslah dibaca bersama-sama dengan pasal 30 ayat (1) diubah menjadi pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 30 ayat (1) diubah menjadi pasal 37 ayat (1) Undang-Undang

61Ibid.

(34)

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tersebut menyatakan sebagai berikut63

a. Dibayar dari laba bersih sepanjang tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan undang-undang ini;

:

Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan ketentuan :

b. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dimiliki oleh perseroan bersama dengan anak perseroan dan gadai saham tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan.

Dari ketentuan dalam Pasal 55 undang-undang nomor 1 tahun 1995 diubah jadi pasal 62 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan pasal 30 ayat (1) diubah menjadi pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tersebut terlihat bahwa syarat-syarat agar suatu perusahaan dapat membeli kembali saham-sahamnya sebagai berikut64

1. Hak appraisal adalah hak dari setiap pemegang saham tanpa memperhatikan prosentase kepemilikan sahamnya tersebut.

:

2. Harga saham yang dibeli oleh perseroan haruslah harga yang wajar.

(35)

3. Hak appraisal baru ada jika perseroan melakukan tindakan korporat tertentu yang merugikan kepentingan pemegang saham, yaitu tindakan-tindakan sebagai berikut :

a. Perubahan anggaran dasar;

b. Penjualan, penjaminan, pertukaran sebagian besar atau seluruh kekayaan perseroan; atau

c. Penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan perseroan.

4. Jika perusahaan tidak dapat membelinya lagi karena melebihi batas maksimun sebagaimana ditentukan dalam pasal 37 ayat 1 (b) undang-undang perseroan terbatas, maka perusahaan wajib mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak lain, meskipun hal tersebut tentu tidak gampang dilakukan.

5. Harga pembelian saham oleh perusahaan harus diambil dari laba bersih perusahaan.

6. Pembelian kembali oleh saham tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan yang diwajibkan.

7. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dimiliki perseroan bersama dengan yang dimiliki oleh anak perusahaan dan gadai saham yang dipegang, tidak melebihi 10% dari jumlah modal yang ditempatkan.

(36)

9. Perolehan saham oleh perseroan yang bertentangan dengan pasal 37 undang-undang perseroan akan batal demi hukum.

10. Jika ada pihak ketiga yang beritikad baik yang dirugikan karena batalnya perolehan saham tersebut, akan ditanggung secara renteng oleh direksi perseroan.

11. Perusahaan dapat membeli saham di luar ketentuan hak appraisal asal saja tidak melebihi batas maksimum sebagaimana ditentukan oleh pasal 37 ayat (1) undang-undang perseroan terbatas.

3. Kontrak antar pemegang saham

Kontrak antara pemegang saham dijadikan suatu instrumen untuk melindungi pemegang saham minoritas dalam suatu perseroan terbatas. Kontrak antar pemegang saham tersebut dapat dibuat dalam bentuk-bentuk sebagai berikut65

1. Voting Agreement.

:

2. Voting Trust.

3. Kontrak antar pemegang saham lainnya.

Yang dimaksud dengan voting agreement adalah kontrak antara pemegang saham, khususnya yang dibuat dalam rangka voting di rapat umum pemegang saham, di mana para pemegang saham dengan cara-cara tertentu dan untuk hal-hal tertentu. Misalnya untuk tidak menyetujui jika perusahaannya melakukan perubahan anggaran dasar kecuali jika semua mereka memang bersepakat untuk

(37)

merubah anggaran dasar tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa undang-undang mengharuskan perusahaan melakukan dengan quorum dan voting secara mayoritas super jika anggaran dasar mau dirubah. Jadi mungkin sekali persetujuan pemegang saham mayoritas saja masih belum cukup.66

Sedangkan yang dimaksud dengan “voting trust” adalah semacam voting agreement, tetapi dalam hal ini, suara dari saham tersebut benar-benar sudah

dipisahkan dari sahamnya, dan suara tersebut dialihkan, dengan atau tanpa reserve, atau dilakukan pooling pada pihak tertentu (pihak trustee) yang akan

menggunakan dan mengelola suara tersebut dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pertimbangan pihak trustee itu sendiri.67

1. Kontrak antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas, atau

Selanjutnya, kontrak pemegang saham dapat dibuat antara pihak-pihak sebagai berikut :

2. Kontrak antar pemegang saham minoritas.

Kontrak antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas dapat dibuat misalnya agar pemegang saham mayoritas dalam melakukan voting dalam rapat umum pemegang saham tidak dilakukan secara merugikan pihak pemegang saham minoritas. Misalnya pemegang saham mayoritas setuju dalam rapat umum pemegang saham untuk memberikan suara yang mengharuskan perusahaan setiap tahunnya membagi-bagikan dividen

(38)

sebesar persentase tertentu dari laba bersih perusahaan. Atau pihak pemegang saham mayoritas tidak akan menyetui tindakan-tindakan merger, akuisisi atau likuidasi perusahaan, kecuali dengan persetujuan seluruh (100%) pemegang saham dalam perusahaan tersebut.

Selain itu, suatu kontrak juga dapat dibuat antara sesama pemegang saham minoritas. Misalnya untuk saling mendukung satu sama lain dalam rapat umum pemegang saham, sehingga besarnya suara minoritas dalam rapat umum pemegang saham menjadi lebih signifikan. Kontrak antara pemegang saham minoritas ini, meskipun dalam rapat umum pemegang saham penjumlahan suara mereka masih tetap minoritas, dalam arti lebih kecil dari suara pemegang saham mayoritas, akan tetapi kontrak antar pemegang saham minoritas mempunyai arti yang penting untuk maksud-maksud sebagai berikut68

1. Agar pihak pemegang saham mayoritas tidak sewenag-wenang dalam mengambil keputusan tersebut.

:

2. Agar pihak pemegang saham minoritas ikut terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan, khususnya jika quorum dan voting harus dilakukan dengan menggunakan mayoritas super.

3. Agar pihak pemegang saham minoritas dapat memperoleh jatah yang lebih banyak dalam waktu memilih direksi atau komisaris dengan sistem voting kumulatif.

(39)

4. Agar lebih banyak pemegang saham minoritas yang berpartisipasi khususnya dalam hal pengajuan gugatan langsung ataupun gugatan derivatif.

(40)

seperti itu, maka kontrak antar pemegang saham tersebut hanya realistis jika dilakukan antar pemegang saham minoritas saja.69

Selain dari prinsip diatas ada juga prinsip lain dalam perlindungan pemegang saham minoritas atas tindakan-tindakan korporasi dalam perseroan terbatas, dalam ilmu hukum perseroan dikenal prinsip “Mayority Rule Minority Protection.” Menurut prinsip ini, yang memerintah di dalam perseroan tetap pihak

mayoritas, tetapi kekuasaan pihak mayoritas tersebut haruslah dijalankan dengan selalu melindungi pihak minoritas.70

Berdasarkan prinsip Mayority Rule Minority Protection ini, maka setiap tindakan perseroan tidaklah boleh disengaja atau membawa akibat terhadap kerugian pihak pemegang saham minoritas. Banyak tindakan curang yang dapat dilakukan dalam perseroan oleh direksi yang dikontrol oleh pihak pemegang saham mayoritas, baik disengaja maupun tidak, yang dapat merugikan pihak pemegang saham minoritas. Beberapa contoh dari tindakan curang tersebut adalah sebagai berikut71

a. Tindakan yang mempunyai konflik kepentingan direksi dan atau dengan pemegang saham mayoritas, seperti akuisisi internal, self dealing, corporate opportunity, dan lain-lain.

:

b. Menerbitkan saham lebih banyak sehingga pihak minoritas terdilusi saham yang dipegangnya.

(41)

c. Mengalihkan asset perusahaan ke perusahaan lain, sehingga nilai perusahaan yang mengalihkan tersebut menjadi kecil.

d. Tawaran dengan berbagai cara untuk membeli saham-saham dari pemegang saham minoritas.

e. Menjalankan perusahaan lain dengan mengambil pihak pelanggan dari perusahaan asal.

f. Membuat pengeluaran perusahaan menjadi besar, seperti membayar gaji yang tinggi, sehingga perusahaan berkurang keuntugannya. Konsekuensinya, dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham minoritas menjadi berkurang.

g. Tidak membagi dividen pada saatnya dengan berbagai alasan.

h. Memecat direktur dan/atau komisaris yang pro kepada pemegang saham minoritas.

i. Menerbitkan saham khusus yang dapat merugikan pemegang saham minoritas.

j. Menghilangkan pengakuan pre-emptive rights dalam anggaran dasar.

Ada berbagai kepentingan pihak pemegang saham minoritas yang harus dijaga oleh hukum antara lain sebagai berikut72

a. Pihak pemegang saham minoritas sama sekali tidak berdaya dalam suatu perusahaan karena selalu kalah suara dalam rapat umum pemegang saham selaku pemegang kekuasaan tertinggi.

:

(42)

b. Pihak pemegang saham minoritas tidak mempunyai kewenangan untuk mengurus perusahaan karena tidak mempunyai cukup suara untuk menunjuk direktur atau komisarisnya sendiri, atau kalaupun ada kesempatan untuk menunjuk direktur atau komisaris, biasanya direktur atau komisaris tersebut juga tidak berdaya karena kalah suara dalam rapat-rapat direksi atau komisaris.

c. Pihak pemegang saham minoritas tidak memiliki kewenangan untuk melakukan hal-hal yang penting baginya, seperti kewenangan untuk mengangkat pegawai perusahaan, menandatangani cek, mereview kontrak perusahaan, dan melakukan tindakan-tindakan penting lainnya. d. Jika perusahaan berbisnis secara kurang baik, pihak pemegang saham minoritas umumnya tidak dapat berbuat banyak, kecuali membiarkan perusahaan tersebut terus menerus merugi sambil mempertaruhkan sahamnya di sana.

e. Terutama dalam suatu perusahaan tertutup, saham pihak minoritas umumnya tidak marketable, sehingga sangat sulit dijual ke pihak luar. Hal tersebut biasanya dimaklumi benar oleh pihak pemegang saham mayoritas, yang kalaupun siap membeli saham pihak minoritas, tentu akan membelinya dengan harga yang rendah.

(43)

menimbulkan ketimpangan yang dapat merugikan kepentingan pemegang saham minoritas, sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut73

Berlandaskan kepada prinsip Mayority Rule Minority Protection ini, maka hukum mengenal beberapa hak dari pemegang saham minoritas, yang jika dilihat dari cara pelaksanaannya, ada berbagai model dari hak pihak pemegang saham minoritas, yaitu sebagai berikut

:

74

a. Hak positif yaitu jika pihak pemegang saham minoritas diberikan

kesempatan untuk mengambil inisiatif-inisiatif tertentu sehingga pelaksanaan bisnis perusahaan tidak merugikan kepentingannya. Tanpa inisiatif yang diambil oleh pemegang saham minoritas tersebut, mungkin saja perusahaan tersebut ujung-ujungnya akan merugikan kepentingan pemegang saham minoritas. Misalnya kepada pemegang saham minoritas diberikan kesempatan untuk memanggil dan menentukan mata agenda rapat umum pemegang saham untuk membicarakan hal-hal khusus.

:

b. Hak negatif yaitu bahwa pihak pemegang saham minoritas diberikan hak

untuk memblokir/menghambat/menveto terhadap tindakan-tindakan tetentu yang diambil oleh perusahaan yang merugikan kepentingan pemegang saham minoritas. Misalnya, terhadap perusahaan terbuka, di tangan pemegang saham minoritas (pemegang saham independen) ada hak untuk bila perlu melarang perusahaan untuk melakukan transaksi yang

(44)

berbenturan kepentingan dengan direksi/komisaris/pemegang saham mayoritas.

c. Hak normalisasi yaitu bahwa pihak pemegang saham minoritas diberikan

hak untuk memaksa peusahaan untuk menuruti ketentuan yang ada dalam peraturan peundang-undangan atau dalam anggaran dasar perusahaan.

d. Hak kompensasi yaitu bahwa jika terjadi tindakan yang merugikan

pemegang saham minoritas, maka kepada pemegang saham minoritas tersebut itdak diberikan hak untuk menghambat atau memblokir tindakan perusahaan, meskipun tindakan dengan perseroan tersebut, kepentingan pemegang saham minoritas akan dirugikan. Jika memang pihak pemegang saham minoritas menderita kerugian karenanya, maka kepadanya oleh hukum diberikan hak yang besifat remedial, yakni hak untuk mendapatkan kompensasi atau ganti rugi atas kerugiannya itu. Misalnya diberikannya hak appraisal (hak untuk menjual saham) kepada pihak pemegang saham minoritas.

Undang-Undang Perseroan Terbatas memberikan perlindungan kepada pemegang saham minoritas. Perlindungan tersebut diberikan karena pemegang saham minoritas tidak bisa menolak suatu tindakan yang hendak dilakukan oleh perseroan, meskipun hal tersebut sudah diputuskan oleh RUPS.75

Pemegang saham minoritas tidak lagi harus patuh dan menerima putusan RUPS ataupun tindakan Direksi maupun Dewan Komisaris tersebut. Oleh karenanya, dengan perlindungan yang diberikan kepada pemegang saham

(45)

minoritas, maka pemegang saham mayoritas maupun RUPS yang merupakan kepanjangan dari pemegang saham mayoritas tidak dapat lagi dengan leluasa melakukan keputusan dengan orientasi sepihak.

Sesungguhnya, perlindungan yang diberikan oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas kepada pemegang saham minoritas tidak hanya diberikan kepada kepentingan pribadi pemegang saham minoritas yang didasarkan pada hak perorangan, melainkan juga kepentingan perseroan yang diwakilkan kepada pemegang saham minoritas untuk menjaga. Hak perorangan adalah hak yang dimiliki oleh pemegang saham (minoritas) untuk menuntut perseroan apabila pemegang saham tersebut dirugikan akibat perbuatan perseroan. Dalam hal ini, pemegang saham minoritas dapat membela kepentingan apabila tindakan perseroan merugikan pemegang saham tersebut. Hak ini lahir dari perikatan.76

Hak-hak pemegang saham minoritas tersebut adalah: hak mengajukan gugatan terhadap anggota Direksi dan Dewan Komisaris; hak meminta penyelenggaraan Dalam kaitan ini, setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap Perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan yang wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi dan/atau Dewan Komisaris. Gugatan ini diajukan ke pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan (pasal 61).

(46)

RUPS; hak memeriksa; dan hak meminta pembubaran perseroan. Secara lebih rinci, hak-hak tersebut akan dijelaskan di bawah ini.77

1. Hak Mengajukan Gugatan

Hak mengajukan gugatan ini bisa dilakukan terhadap tiga objek, yakni terhadap perseroan (pasal 61), terhadap anggota direksi (pasal 97 ayat (6)) dan terhadap komisaris (114 ayat (6)). Terhadap perseroan, setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris. Gugatan tersebut diajukan ke pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan.78Terhadap anggota direksi, pemegang saham yang mewakili paling sedikit satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara atas nama perseroan, dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan ke pengadilan negeri.Terhadap komisaris, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara79

1. Bentuknya gugatan (vordering claim)

Pasal 65 mengatur hak pemegang saham pengajuan gugatan, sesuai dengan ketentuan berikut.

(47)

Gugatannya bersifat partai atau inter-partes, dengan proses pemeriksaan secara kontradiktor, dan bukan permohonan (verzoek, petition) yang bersifat ex-parte.

2. Legal standing atau yang berhak mengajukan gugatan:

Diberikan undang-undang kepada “setiap pemegang saham” tanpa digantungkan kepada jumlah saham yang dimilikinya, oleh karena itu, dapat diajukan oleh seorang pemegang saham saja atau lebih. 3. Yurisdiksi relatifnya:

Diajukan ke pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan, dengan demikian, gugatan ditujukan ke pengadilan negeri sesuai dengan asas actor sequitor forum rei yang digariskan pasal 118 ayat (1) HIR.

4. Yang ditarik sebagai tergugat:

Pihak yang ditarik sebagai tergugat adalah perseroan, oleh karena itu, supaya gugatan tidak cacat formil dalam bentuk error in persona, gugatan harus ditujukan terhadap perseroan, bukan

terhadap direksi atau dewan komisaris. 5. Dasar dalil gugatan (fundamentum petendi)

(48)

menimbulkan kerugian kepada pemegang saham yang bersangkutan.

6. Petitum Gugatan

Mengenai petitum gugatan, dikemukakan dalam penjelasan pasal 61 ayat (1) tersebut, yang terdiri atas:

Menuntut atau memohon ke Pengadilan agar Perseroan menghentikan tindakan yang merugikan tersebut; dan menuntut agar perseroan mengambil langkah tertentu, baik untuk mengatasi akibat yang sudah timbul maupun untuk mencegah tindakan serupa di kemudian hari.

Yang perlu diperhatikan, sehubungan dengan dalil gugatan. Terminus tidak adil dan tanpa alasan yang wajar, mengandung pengertian luas (broad meaning), dan bahkan abstrak. Oleh karena itu, agar gugatan itdak kabur (obscur

libel), harus benar-benar penggugat dapat menunjukkan fakta-fakta konkret dan

objektif tindakan mana yang tidak adil dan tanpa alasan yang wajar yang dilakukan oleh Perseroan tersebut.80

1. Syarat kepemilikan saham

Pasal 114 ayat (6), memberi hak kepada pemegang saham mengajukan gugatan ke pengadilan terhadap anggota dewan komisaris, sesuai dengan acuan dan syarat sebagai berikut.

Pemegang saham baru mempunyai legal standing (legal persona standi in judicio) menggugat anggota dewan komisaris harus memiliki paling

sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan

(49)

hak suara, boleh satu atau beberapa orang pemegang saham, dengan syarat asal mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara.

2. Gugatan diajukan atas nama perseroan

Pemegang saham tersebut, mengajukan gugatan atas nama perseroan bukan atas nama pribadinya. Dalam hal ini, pemegang saham itu, bertindak mewakili untuk dan atas nama perseroan. Berarti pemegang saham yang bersangkutan mengambil posisi direksi yang ditentukan pasal 5 dan pasal 98 ayat (1) yang memberi kapasitas kepadanya mewakili perseroan di dalam pengadilan.

3. Yang ditarik sebagai tergugat

Pihak yang ditarik sebagai tergugat adalah anggota dewan komisaris yang melakukan kesalahan atau kelalaian melaksanakan tugas pengawasan dan pemberian nasihat.

4. Dasar dalil gugatan

Posita atau dalil gugat yang ditujukan kepada anggota dewan komisaris tersebut, telah melakukan kesalahan atau kelalaian melaksanakan tugas pengawasan dan pemberian nasihat terhadap pengurusan perseroan yang dijalankan direksi, yang mengakibatkan perseroan mengalami kerugian. 5. Yurisdiksi absolut dan relatif

(50)

anggota dewan komisaris yang bersangkutan sesuai dengan asas actor sequitor forum rei yang digariskan pasal 118 ayat (1) HIR.81

2. Hakmeminta peyelenggaraan RUPS

Pemegang saham minoritas memiliki hak-hak untuk meminta Direksi menyelenggarakan RUPS, dalam hal ia mewakili satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali Anggaran Dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil (pasal 79 ayat (2) UUPT). Pemegang saham minoritas mempunyai hak untuk mengusulkan agar diadakannya RUPS jika beranggapan bahwa ada hal-hal penting yang perlu diputuskan dalam rapat. Namun apabila direksi atau komisaris tidak mau menyelenggarakan RUPS atas permintaan pemegang saham minoritas, pihak pemegang saham yang meminta diselenggarakannya RUPS dapat mengajukannya ke Pengadilan Negeri unntuk memberi izin agar pemegang saham yang bersangkutan dapat menyelenggarakannya RUPS dapat mengajukannya ke Pengadilan Negeri untuk memberi izin agar pemegang saham yang bersangkutan dapat menyelenggarakan sendiri RUPS. Hal ini diatur dalam Pasal 80 UUPT ayat (1) yang berbunyi: dalam hal Direksi atau Dewan komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (5) dan ayat (7), pemegang saham yang meminta penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan untuk menetapkan

(51)

pemberian izin kepada pemohon melakukan sendiri pemanggilan RUPS tersebut.82

3. Hak memeriksa

Melalui Pasal 138 Ayat (3) huruf a, 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara atau pemegang saham minoritas dapat melakukan pemeriksaan dengan mengajukan permohonan pemeriksaan ke pengadilan negeri. Pemeriksaan terhadap Perseroan dapat dilakukan apabila terdapat dugaan bahwa : Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau pihak ketiga; atau anggota Direksi atau Dewan Komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan Perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga.83

4. Hak meminta pembubaran perseroan

Permohonan diajukan ke pengadilan negeri setelah permohonan terlebih dahulu meminta data atau keterangan kepada Perseroan dalam RUPS dan Perseroan tidak memberikan data atau keterangan tersebut juga harus didasarkan atas alasan yang wajar dan itikad baik.

Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 144 Undang-Undang Perseroan Terbatas, 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan

(52)

hak suara begitu juga dengan Direksi atau Dewan Komisaris dapat mengajukan usul pembubaran Perseroan kepada RUPS.84

Referensi

Dokumen terkait

Seperti halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2013 juga masih didominasi oleh sektor keuangan-real estat-jasa

Las frecuencias asignadas a las estaciones VOR TERMINAL está comprendidas entre 108 y 111,95. megahertz, con décima par

Secara umum perdagangan ubikayu dunia adalah dalam bentuk pellet dan chip untuk kebutuhan pakan (70 persen) dan sisanya dalam bentuk pati dan tepung yang

BAHARUDDIN Pokja I Unit Layanan Pengadaan Koordinat or Pengadilan Tinggi Kendari Pokja I Unit Layanan Pengadaan Koordinat or Pengadilan Tinggi Kendari m enet apkan Pem enang

Oleh karena itu, semua perumusan delik dalam UU Narkotika terfokus pada penyalahgunaan dari peredaran narkobanya (mulai dari penanaman, produksi, penyaluran, lalu lintas,

Pengujian kuat lentur dilakukan setelah pelat beton berumur 28 hari dan pengujian dilakukan pada 12 buah pelat beton dengan dimensi 50 x 25 x 8 (cm), yang terdiri dari

Làm thế nào để bảo vệ đa dạng sinh học trên nông trại của

Indikator kemampuan komunikasi matematis tulis dalam penelitian ini diturunkan dari NCTM terdiri dari lima macam yaitu (1) siswa menuliskan ide matematis menggunakan