2.1 Air Susu Ibu (ASI)
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4-6 bulan (Khairuniyah, 2004). Menurut Hanson (2003) ASI adalah makanan ideal yang tiada bandingnya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi karena mengandung nutrient yang dibutuhkan untuk membangun dan penyediaan energi serta meningkatkan sistem kekebalan pada bayi.
Berdasarkan waktu poduksi, ASI dapat dibagi tiga (Suratmadja, 1997) yaitu: 1. Kolostrum
pada hari-hari pertama setelah melahirkan, dan walaupun dalam jumlah kecil kolostrum cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi (Depkes, 2005).
2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI Matur, disekresi dari keempat hingga kesepuluh dari masa laktasi, kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar kadar lemak dan karbohidrat semaikin tinggi dan jumlah volume semakin meningkat.
3. Air Susu Mature
ASI disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relative konstan, merupakan makanan yang dianggap paling aman bagi bayi, dimana ASI mudah didapat, selalu tersedia, siap dierikan kepada bayi temperature juga sesuai dengan bayi dan mengandung cacasienat riboflavin dan karotin.
Banyak keunggulan Air Susu Ibu dibanding dengan susu sapi (Depkes, 2005) antara lain:
1. Air Susu Ibu mengandung zat makanan yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang cukup dengan susunan zat gizi yang sesuai untuk bayi.
2. Air Susu Ibu sedikit sekali berhubungan dengan udara luar, sehingga Air Susu Ibu bersih dan kecil kemungkinan tercemar oleh kuman (bibit penyakit).
4. Mengandung zat kekebalan (immunoglobulin). Antibodi dalam Air Susu Ibu dapat bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk ke mukosa usus.
5. Air Susu Ibu tidak menimbulkan alergi. Kolostrum (susu awal) adalah Air Susu Ibu yang keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran bayi, berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental, karena banyak mengandung vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Kolostrum juga mengandung vitamin E dan K serta beberapa mineral seperti natrium dan seng.
2.1.1 Fisiologi Laktasi
ASI diproduksi oleh jaringan kelenjar susu atau pabrik ASI pada payudara wanita dewasa. Mamae terbentuk atas berjuta-juta kelenjar air susu. ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Ketika bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI keluar. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengeluaran atau disebut juga dengan “let-down reflex” (Roesli,
2000).
2.1.2 Komposisi ASI
dengan lainnya. Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia yang sangat tepat ini bagi suatu “simfoni nutrisi bagi pertumbuhan bayi” sehingga tidak mungkin
ditiru oleh buatan manusia (Roesli, 2000). Komposisi ASI antara lain:
1. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat yang terdapat dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan dalam susu sapi atau susu formula. Angka kejadian diare karena laktosa sangat jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini dikarenakan penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi maupun laktosa susu formula (Walker, 2006). Didalam usus laktosa akan dipecah menjadi dua yaitu glukosa dan galaktosa. Galaktosa adalah zat yang sangat penting untuk membantu dan menunjang pertumbuhan otak, sedangkan glukosa adalah zat gula yang penting untuk membantu perubahan energi dalam tubuh.
2. Protein
Kandungan protein dalam ASI cukup tinggi. Protein yang terdapa pada ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Rasio perbandingan antara kandungan whey dengan casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi, ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65% sedangkan susu sapi hanya 35%. Komposisi ini menyebabkan proei ASI lebih mudah diserap dibandingkan dengan susu sapi, sedangkan kandungan casein pada ASI adalah 20% dan susu sapi sebanyak 80%, sehingga ASI lebih mudah diserap oleh tubuh (Depkes, 2001). ASI mempunyai jenis asam aminoyang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satunya adalah taurin,dimana asam amino jenis ini banyak ditemukan di ASI yang mempunyaiperan pada perkembangan otak. Selain itu ASI juga kaya akan nukleutidadimana nukleutida ini berperan dalam meningkatkan pertumbuhan dankematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik yang ada didalam usus dan meningkatkan penyerapan besi dan meningkatkan dayatahan tubuh (Walker, 2006).
3. Lemak
dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Lemak omega 3 dan omega 6 banyak ditemukan dalam ASI yang berperan dalam perkembangan otak. DHA dan ARA hanya terdapat dalam ASI yang berperan dalam perkembangan jaringan saraf dan retina mata. ASI juga mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang, yang baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah (Hendarto dan Pringgadini, 2008). Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak apabila dipanaskan. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan susu formula yaitu 6:1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh, yang berfungsi memacu perkembangan sel syaraf otak bayi.
4. Karnitin
Karnitin dalam ASI sangat tiggi dan memiliki fungsi membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh (Hendarto dan Pringgadini, 2008).
5. Vitamin K
Vitamin K dalam ASI jumlahnya sangat sedikit sehingga perlu tambahan vitamin K yang biasanya dalam bentuk suntikan. Vitamin K ini berfungsi sebagai faktor pembekuan darah (Walker, 2006).
6. Vitamin D
pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D (Walker, 2006).
7. Vitamin E
Salah satu keuntungan ASI adalah kandungan vitamin Enya cukup tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah (Hendarto dan Pringgadini, 2008). 8. Vitamin A
ASI mengandung vitamin A dan betakaroten yang cukup tinggi. Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. Inilah yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik (Hendarto dan Pringgadini, 2008).
9. Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin larut air terdapat dalam ASI. Seperti vitamin B, vitamin C dan asam folat. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi vitamin B6 dan B12 serta asam folat rendah terutama pada ibu yang kurang gizi. Sehingga perlu tambahan vitamin ini pada ibu yang menyusui (Walker, 2006). 10. Mineral
kalsium pada susu sapi lebih tinggi, tetapi sebagian besar tidak dapat diserap. Hal ini akan memperberat kerja usua dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi yang mendapat ASI eksklusif beresiko sangat kecil untuk kekurangan zat besi, walaupun kadar zat besi dalam ASI rendah. Hal ini dikarenakan Zat besi yang terdapat dalam ASI lebih mudah diserap daripada yang terdapat dalam susu sapi. Mineral yang cukup tinggi terdapat dalam ASI dibandingkan susu sapi dan susu formula adalah selenium, yang sangat berfungsi pada saat pertumbuhan anak cepat (Hendarto dan Pringgadini, 2008).
2.2 ASI Eksklusif
Menurut Departemen Kesehatan melalui direktorat Jendaral Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat (2005). Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (PP Nomor 33 Tahun 2012).
kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia enam bulan kecuali vitamin dan obat. Menurut Roesli (2000) yang dimaksud ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lainnya seperti susu formula, jeruk, madu, the, air putih dan tanpa makanan tambahan padat seperti pisang, papaya, buuk susu, biscuit, bubur nasi dan tim. Pemberian ASI Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya empat bulan, tetapi bila dimungkinkan sampai enam bulan.
Adapun alasan pemberian ASI eksklusif adalah:
1. ASI mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin tumbuh kembang sampai umur 6 bulan. Bayi yang mendapat makanan lain, misalnya nasi lumat atau pisang hanya akan mendapat karbohidrat, sehingga zat gizi yang masuk tidak seimbang.
2. Bayi dibawah usia 6 bulan belum mempunyai enzim pencernaan yang sempurna, sehingga belum mampu mencerna makanan dengan baik. ASI mengandung beberapa enzim yang memudahkan pemecahan makanan.
3. Ginjal bayi yang masih muda belum mampu bekerja dengan baik. Makanan tambahan termasuk susu sapi biasanya mengandung banyak mineral yang dapat memberatkan fungsi ginjal yang belum sempurna pada bayi.
4. Makanan tambahan mungkin mengandung zat tambahan yang berbahaya bagi bayi misalnya zat warna dan zat pengawet.
2.2.1 Manfaat Pemberian ASI Ekslusif
Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI ekslusif yang dapat dirasakan. Berikut manfaat terpenting yang diperoleh bagi:
1. Bayi
Manfaat asi eksklusif bagi bayi terdiri dari beberapa aspek antara lain: a. Aspek Nutrisi
ASI adalah makan yang sempurna dengan kadar nutrisi seimbang, baik kualitas maupun kuantitasnya. Jika dibandingkan dengan susu formula, ASI mengandung kebutuhan nutrisi yang leih lengkap dan ideal untuk pertumbuhan, kesehatan serta kecerdasan bayi. Berbagai zat gizi terdapat dalam ASI yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Kolostrum merupakan sumber zat gizi utama bagi bayi baru lahir yang mengandung zat kekebalan Immunoglobulin A untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama ISPA dan diare. Selain itu juga mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
b. Aspek Meningkatkan Daya Tahan Tubuh (Immunologi)
bebas kontaminasi. Kolostrum pada ASI mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih tinggi dari susu matang. Zat ini melindungi bayi dari penyakit siare, infeksi telinga, batuk dan alergi. Hal inilah yang menyeabkan bayi yang dierikan ASI Ekslusif lebih sehat dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI Ekslusif (Sears, 2007). Di dalam ASI terkandung :
1) Immunoglobulin E (IgE) yang sekretorinya tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri pathogen E.coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
2) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
3) Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E.coli dan salmonella) dan virus.
4) Faktor Bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
c. Aspek Kecerdasan
bahwa bayi prematur yang diberikan ASI memiliki Intelectual Question (IQ) lebih tinggi 8,3 poin dibandingkan bayi yang tidak diberikan ASI (Sears, 2007). Dengan memberikan ASI Ekslusif sampai bayi berusia enam bulan akan menjamin tercapainya perkembangan potensi kecerdasan anak secara optimal.
d. Manfaat kesehatan lainnya
Menurut Sears (2007) pemberian ASI memberikan manfaat untuk stimulasi penglihatan yang baik, pencegahan infeksi telinga, memiliki barisan gigi yang kuat, jantung lebih sehat, proses pencernaan yang baik, jarang mengalami infeksi usus dan sembelit, memiliki tubuh yang lebih ramping, dan terhindar dari diabetes.
2. Ibu
Manfaat ASI Eksklusif bagi bayi terdiri dari beberapa aspek antara lain: a. Aspek Kesehatan
Menurut Roesli (2000), bayi yang disusui segera setelah melahirkan akan mengurangi kemungkinan terjadinya perdarahan. Hal ini dikarenakan pada saat ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang menyebabkan vasokonsktiksi sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.
b. Aspek Keluarga Berencana
kadar oksitosin yang menyebabkan vasokonsktiksi sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.
c. Aspek Psikologis
Laktasi adalah salah satu proses interaksi antara bayi dan ibu yang saling mempengaruhi. Pertumbuhan perkembangan psikologis bayi tergantung pada ikatan bayi dengan ibu tersebut. Ikatan masih kasih sayang antara ibu dengan bayi terjadi disebabkan berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit, aroma yang khas antara ibu dengan bayi.
d. Mengurangi Risiko Terjadinya Anemia
Aktivitas menyusui menyebabkan kontraksi pada otot polos yang menyebabkan kontraksi pada otot polos yang menyebabkan uterus mengecil dan kembali ke bentuk normal. Gerakan mengecilnya uterus akan mengurangi risiko perdarahan. Perdarahan secara terus-menerus dapat menyebabkan anemia (Garwati, 2010)
e. Lebih Cepat Ramping
Tubuh mengubah lemak yang tertimbun selama hamil menjadi energi. Saat menyusui dibutuhkan energi yang cukup. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke erat badan sebelum hamil (Roesli, 2000).
f. Mengurangi Resiko Kanker
berkurang 25% jika memberikan ASI Eksklusif dan menjalankannya sampai 2 tahun. menyusui juga mengurangi resiko kankaer indung telur sebesar 20-25% (Roesli, 2000).
3. Negara
Pemberian ASI Eksklusif akan menghemat devisa negara dalam hal untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu. Menghemat subsidi biaya kesehatan masyrakat, obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan. Menciptakan/ menjamin sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara (Depkes, 2002).
2.2.2 Masalah dalam Pemberian ASI 1. Putting susu lecet
Putting susu lecet dapat disebabkan trauma pada putting susu saat menyusui, selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada putting susu sebenarnya bisa sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.
Penyebab :
a. Teknik menyusui yang tidak benar.
b. Putting susu terpapar oleh sabun, krim, alcohol ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan putting susu.
c. Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu. d. Bayi dengan tali lidah pendek.
2. Payudara bengkak
Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontiniu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus.Hal ini dapat terjadi pada hari ke tiga setelah melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta keadaan putting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.
3. Saluran susu tersumbat
Penyebab tersumbatnya saluran susu pada payudara adalah :
a. Air susu mengental hingga menyumbat lumen saluran, hal ini terjadi sebagai akibat air susu jarang dikeluarkan.
b. Adanya penekanan saluran air susu dari luar. c. Pemakaian bra yang terlalu ketat.
d. Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara.Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari 10 dan hari ke-28 setelah kelahiran.
Penyebab :
a. Payudara bengkak karena menyusui yang jarang/tidak adekuat b. Bra yang terlalu ketat
c. Putting susu lecet dan menyebabkan infeksi.
e. Abses payudara
Abses payudara berbeda dengan mastitis.Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak ditangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi.Payudara tampak lebih parah, lebih mengkilap dan berwarna merah dan ada benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeberian ASI eksklusif antara lain: 1. Umur
Menurut Wawan & Dewi (2010) usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
2.Paritas
Pengalaman menyusui bagi ibu merupakan suatu riwayat menyusui yang akan mempengaruhi proses menyusui selanjutnya. Menurut Nelson (2000) pengalaman menyusui yang baik akan mendorong keinginan ibu untuk menyusui kembali pada kelahiran bayi berikutnya. Sebaliknya pengalaman yang buruk akan membuat ibu menjadi trauma untuk mulai menyusui kembali. Petugas kesehatan perlu mengetahui pengalaman ibu sehubungan dengan pemberian makanan bayi. Hal ini berkaitan dengan jumlah anak yang pernah disusui ibunya, di mana menurut Sajogyo et al. (1994) perlu ada jarak antara kelahiran anak yang satu dengan kehamilan berikutnya setidaknya 18 bulan sampai 2 tahun agar ibu memiliki kesempatan untuk menyusui. Keadaan fisik ibu akan terlalu berat jika harus menyusui dan hamil lagi. Di samping itu kehamilan juga akan mengurangi jumlah ASI yang dikeluarkan bahkan mungkin berhenti sama sekali.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Hidayat, 2005). Menurut Notoadmodjo (2010) sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan informasi dan akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang.
sebagai pekerja lepas (buruh). Selain itu 13,33% ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif masih mengemukakan ASI tidak bermanfaat terhadap bayinya serta 23,02% masih membuang kolostrumnya.
4. Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Ibu bekerja menghabiskan waktu ditempat kerja sehingga kecil kemungkinan untuk menyusukan atau mempengaruhi terhadap intensitas menyusui, sedangkan ibu yang tidak bekerja dapat dengan mudah meyusukan anak apabila anak membutuhkan.
5. Budaya
norma yang berlaku di masyarakat (sosial), dan kepercayaan (agama). Menurut triandisi menyatakan bahwa kebanyakan budaya yang ada dimasyarakat tercermin dalam kognisi dan asumsi tak diperiksa yang dirasakan bersama (shared). Budaya merupakan fenomena yang sulit didefinisikan dengan kaitanya makanan hampir selalu dipandang sebagai bagian utama budaya. Akan tetapi budaya dipandang sebagai faktor utama yang mempengaruhi pemilihan makanan tertentu.Kesukaan pada intensitas cita rasa tertentu terhadap makanan ditemukan beragam antar budaya yang ternyata bergantung jenis dan bahan makanannya.Secara keseluruhan variasi kultur budaya berpengaruh pada pemilihan tingkat cita rasa bersifat spesifik terhadap bahan makanan yang dibutuhkan.Oleh karena itu, variasi budaya dimasyarakat sangat berpengaruh pada pemilihan makanan yang disebabkan oleh pengalaman, kebiasaan makan, dan sikap seseorang terhadap makanan (Basha A. 2007).
Mustamin (1998) dalam bukunya membahas pengaruh budaya terhadap pemberian ASI pada masyarakat To Bunggu. ASI keluar beberapa jam setelah kelahiran pada masyarakat dan kolostrum yang keluar harus dibuang karena masyarakat menganggap kolostrum dapat membuat bayi sakit perut. Masyarakat beranggapan bayi harus mulai diberi makanan tambahan saat bayi sudah sering menangis ketika diberi ASI. Hal ini mununjukkan budaya memberikan pengaruh yang besar terhadap pemberian ASI eksklusif karena masyarakat lebih percaya pada pengetahuan budaya yang mereka peroleh.
ASI keluar beberapa jam setelah kelahiran pada masyarakat dan kolostrum yang keluar harus dibuang karena masyarakat menganggap kolostrum dapat membuat bayi sakit perut.Masyarakat beranggapan bayi harus mulai diberi makanan tambahan saat bayi sudah sering menangis ketika diberi ASI. Hal ini menunjukkan budaya memberikan pengaruh yang besar terhadap pemberian ASI Eksklusif karena masyarakat lebih percaya pada pengetahuan budaya yang meraka peroleh.
Hasil penelitian yang dilakukan Ludin di Pekan Baru tahun 2010 menyatakan bahwa hambatan paling utama dalam pemberian ASI Eksklusif adalah faktor budaya, dimana ibu-ibu yang mempunyai bayi masih dibatasi oleh kebiasaan, adat istiadayat maupun kepercayaan yang telah menjadi tata aturan kehidupan suatu wilayah, dimana faktor budaya tersebut mempunyai kecenderungan mengarahkan perilaku ibu untuk tidak memberikan ASI Eksklusif.
Rumbai dengan pemberian ASI Eksklusif. Tradisi/budaya yang ada biasanya memberikan madu, air putih, susu formula, memberikan pisang, bubur kepada bayi karena sering menangis terus dan masih terlihat lapar. Sedangkan penelitian Widodo (2001) di Jawa Barat mengungkapkan bahwa madu, air madu, air matang dan susu formula diberikan kepada bayi baru lahir alasan pemberian makanan. Minuman ini adalah ASI belum keluar, agar bayi tidak lapar, disarankan oleh orang tua dan ibu belum kuat menyusui bayinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Media (2005) menyatakan bahwa faktor budaya merupakan faktor yang melatarbelakangi pemberian ASI Eksklusif. Pemberian madu, air putih, pisang, bubur dan biskuit pada bayi usia dini merupakan pola perilaku yang dilakukan turun-temurun yang didasari nilai-nilai masyarakat setempat, sehingga menyebabkan ibu-ibu tidak bisa memberikan ASI secara Eksklusif. Pola perilaku/kebiasaan tersebut merupakan hambatan budaya terhadap pemberian ASI Eksklusif.
6. Dukungan Keluarga
adalah suami, orang tua dan mertua, saudara/ipar dan anggota keluarga lainnya termasuk pengasuh atau asisten rumah tangga (Nurani, 2013).
Keluarga adalah orang terdekat yang akan menemani dan membantu ibu dan bayi mulai dari masa kehamilan, kelahiran hingga saat menyusui. Ibu juga akan meminta bantuan keluarga untuk mengasuh dan menjaga buah hati di kala ibu tidak sedang berada di rumah. Keluarga adalah tempat di mana ibu bisa percaya dan yakin, saling menjaga, dan mengasihi, jujur dan ikhlas dalam membantu ibu. Tidak dapat dipungkiri bahwa dukungan (support) yang besar dan tulus justru berasal dari keluarga di kala ibu mengalami permasalahan (Nurani, 2013).
Peran keluarga sangat besar dalam menjaga atau mempertahankan integritas seseorang baik secara fisik ataupun psikologis. Keluarga merupakan orang yang berada dalam keadaan stres akan mencari dukungan dari orang lain sehingga dengan adanya dukungan tersebut, maka diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi. Selain berperan dalam melindungi seseorang terhadap sumber stres, dukungan keluarga juga memberikan pengaruh positif terhadap kondisi kesehatan seseorang. Seseorang dengan dukungan keluarga dengan baik dapat mengatasi masalah lebih baik. Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga. Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan (Friedman, 2010).
Setelah keluarga mengetahui dan memiliki pemahaman yang sama mengenai ASI maka tidaklah sulit bagi ibu untuk meneruskan perjuangan ibu dalam memberikan ASI. Dengan demikian, kehadiran dan keterlibatan keluarga dapat menentukan sukses atau tidaknya ibu menyusui (Nurani, 2013).
1. Dukungan Emosional
Dukungan emosional memberikan ibu perasaan nyaman, merasa dicintai, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat kepada iu dalam membeikan ASI ekslusif.
2. Dukungan Instrumental
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pemberian uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. dimana benda atau jasa yang diberikan akan membantu memecahkan masalah, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, menyediakan transportasi, membantu pekerjaan rumah, menyediakan peralatan yang dibutuhkan oleh ibu saat menyusui.
4. Dukungan Informasi
Dukungan informasi merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga dalam bentuk memberikan saran atau masukan, nasehat atau arahan dan memberikan informasi-informasi penting yang sangat dibutuhkan oleh ibu menyusui dalam upaya peningkatan status kesehatannya. Pada saat ini mudah mendapatkan sumber-sumber informasi seperti buku, alamat situs atau web, memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu menyusui tentang ASI Eksklusif, manfaat ASI Eksklusif, pemenuhan gizi ibu menyusui, dan lain sebagainya. 5. Dukungan Penghargaan
Dukungan penghargaan adalah dukungan dari keluarga dalam bentuk memberikan umpan balik, membingbing dan memberikan penghargaan melalui respon positif. Keluarga bertindak untuk membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan dan perhatian.
7.Dukungan Petugas Kesehatan
Lestarie (2004) menyatakan ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif.
Teori Green fasilitaspelayanan kesehatan seperti puskesmas,rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes,pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta merupakan faktor pendukung(enabling factors)yang memungkinkanterjadinya perilaku kesehatan termasukpemberian MP-ASI tepat pada waktunya.Frekuensi yang lebih sering ke tempatpelayanan kesehatan memungkinkankesempatan untuk memberikan pengetahuan dari petugas pelayanankesehatan lebih besar.
2.4 Landasan Teori
Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
Secara lebih terinci perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), meliputi:
b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. c. Perilaku terhadap makanan.
d. Perilaku terhadap lingkungan kerja.
Kerangkan teori pada penelitian ini adalah modifikasi dari beberapa landasan teori perubahan perilaku kesehatan. Green and Kruiter dalam Glanz (2005), mengemukakan ada 3 faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor antesenden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi perilaku dan yang termasuk didalamnya adalah: pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai-nilai, norma serta persepsi individu untuk melakukan tindakan.
2. Faktor pemungkin (Enabling factor), merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan motivasi atau aspirasi terlaksana dan yang termasuk dalam faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana kesehatan.
3. Faktor penguat (reinforcing factor), adalah konsekuensi dari perilaku yang ditentukan apakah pelaku menerima umpan balik yang positif atau negatif dan mendapatkan dukungan sosial setelah perilaku dilakukan. Faktor penguat mencakup: dukungan sosial dari tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, keluarga, pengaruh sebaya.
disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam tiga kelompok yakni: ciri demografi (umur, jenis kelamin), struktur sosial (tingkat pendidikan, pekerjaan, ras), serta mempunyai keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan.
1. Karakteristik pendukung (enabling characteristics), hal ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak akan bertindak menggunakan kecuali bila ia mampu menggunakannnya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar.
2. Karakteristik kebutuhann (need characteristics)
2.5 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian ini secara skematis dapat digambarkan pada bagan berikut ini :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemberian ASI Eksklusif. Variabel indepanden dalam penelitian ini adalah predisposisi (umur, paritas, pendidikan, pekerjaan dan budaya) danfactor pendorong (dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan).
Faktor Predisposisi 1. Umur
2. Paritas 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Budaya
Pemberian ASI Eksklusif Faktor Pendorong
1. Dukungan Keluarga 2. DukunganPetugas