• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Health Belief Model pada Pemanfaatan Pelayanan Klinik Voluntary Counselling and Testing (VCT) RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Health Belief Model pada Pemanfaatan Pelayanan Klinik Voluntary Counselling and Testing (VCT) RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2013"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mengkhawatirkan dan memerlukan perhatian yang sangat serius, karena di samping belum ditemukan obat dan vaksin untuk pencegahan, penyakit ini juga memiliki window period dan fase asimtomatik yang relative panjang dalam perjalanan penyakitnya. Hal ini menyebabkan pola perkembangannya seperti fenomena gunung es (iceberg phenomena) (Depkes RI, 2006)

Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia terus meningkat meskipun berbagai upaya preventif terus dilaksanakan. Sehingga WHO (World Health Organisation) menargetkan penurunan jumlah infeksi baru HIV dalam tujuan ke-6 kesepakatan Millenium Development Goals (MDGs). Setiap negara diharapkan dapat melakukan upaya yang efektif khususnya terhadap kelompok risiko tinggi.(Kemenkes RI, 2011)

(2)

Prevalensi HIV/AIDS di Indonesia secara umum rendah yaitu sebesar 0,3% pada tahun 2011, tetapi Indonesia digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemic yang terkonsentrasi yaitu adanya prevalensi lebih dari 5% pada sub populasi tertentu seperti penjaja seks dan penyalahguna NAPZA. Hal ini menunjukkan tingkat perilaku berisiko yang cukup aktif menularkan penyakit di dalam suatu sub populasi tertentu. Selanjutnya perjalanan epidemik akan ditentukan oleh jumlah dan sifat hubungan antara kelompok berisiko tinggi dengan populasi umum. (WHO, 2012, Depkes, 2006)

Pada awalnya penyebaran HIV/AIDS di Indonesia terjadi pada pekerja seks komersil (PSK) beserta pelanggannya dan kaum homoseksual. Setelah itu mulai terjadi penularan ke ibu-ibu rumah tangga yang tertular dari pasangannya dan berlanjut ke bayi-bayi yang lahir dari ibu yang positif HIV. Kemudian saat ini problem yang sangat mengancam yaitu penularan yang cepat pada kelompok pengguna napza suntik (penasun/IDU = Injecting Drug User). Pada tahun 2011 WHO memperkirakan di Indonesia terdapat sekitar 180.000 orang terinfeksi HIV, sedangkan data yang tercatat oleh Departemen Kesehatan RI sampai dengan bulan Juni 2011 tercatat 26.483 orang hidup dengan HIV/AIDS (Kemenkes RI, 2011).

(3)

tingkat tertinggi yaitu 76,3% disusul IDU 16,3% dan perinatal 4,7%. (Kemenkes RI, 2011)

Provinsi Sumatera Utara merupakan urutan ke-11 jumlah kumulatif penderita AIDS yang dilaporkan di Indonesia yaitu sebanyak 509 kasus (Kemenkes RI, 2011). Laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara sampai bulan Maret 2013 ditemukan sebanyak 6668 kasus HIV/AIDS. (4405 AIDS dan 2263 HIV). Kabupaten/kota dengan jumlah kasus HIV/AIDS tinggi terdapat di kabupaten/kota dengan mobilitas yang tinggi dan mempunyai layanan VCT dan Infeksi Menular Seksual (IMS). Penderita HIV/AIDS terbanyak adalah kota Medan yaitu sebesar 5907 kasus (88,58%) dari total seluruh penderita. (Dinkes Provsu,2013)

(4)

Konseling dalam VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV dan AIDS, mencegah penularan HIV, mempromosikan perubahan perilaku yang bertanggungjawab, pengobatan ARV dan memastikan pemecahan berbagai masalah terkait dengan HIV dan AIDS ( Depkes RI, 2006)

Layanan konseling dan testing HIV/AIDS sukarela dapat dilakukan di sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Tujuan dari layanan ini adalah sebagai upaya untuk menurunkan angka kematian HIV/AIDS melalui peningkatan mutu pelayanan konseling dan testing HIV/AIDS sukarela dan perlindungan bagi petugas layanan VCT dan klien. (Pedoman VCT,2006)

Pertambahan data kumulatif pengidap HIV/AIDS dan adanya penemuan kasus HIV baru salah satunya disebabkan tingkat kesadaran akan pentingnya arti pemeriksaan diri ke pusat-pusat VCT pada berbagai rumah sakit dan puskesmas yang ada dan adanya sosialisasi VCT ke kelompok-kelompok risiko tinggi baik oleh LSM dan pemerintah. Jumlah kasus HIV yang ditemukan dari layanan VCT di Indonesia pada triwulan ke 2 tahun 2011 yaitu sebanyak 6087 orang. (Kemenkes RI,2011)

(5)

Hasil pelaksanaan layanan VCT di Provinsi Sumatera Utara tahun 2006-2012 menunjukkan kenaikan orang yang melakukan post test setelah melakukan kunjungan untuk pertama kalinya. Dimana pada 75,5% pada tahun 2006 menjadi 95,5% pada tahun 2012. Akan tetapi orang yang ditemukan HIV (+) tidak semuanya bersedia datang kembali untuk mendapatkan terapi pengobatan. (Dinkes Provsu, 2013)

Di kota Medan terdapat 9 klinik VCT yang aktif pada tahun 2012 yaitu 4 di rumah sakit masing-masing di RSUD Dr. Pirngadi, RS Haji, RS Bhayangkara, RS Kesdam Putri Hijau, 4 klinik khusus yaitu di KKP Belawan, klinik Veteran, klinik Bestari dan Rutan Tanjung Gusta serta di Puskesmas Teladan. Dari ke sembilan tempat tersebut, jumlah pengunjung yang positif HIV ke klinik VCT di RSUD Dr. Pirngadi adalah yang terbanyak (209 kasus), kemudian klinik VCT RS Bayangkara (63 kasus) dan RS Kesdam Putri Hijau (41 kasus). (Dinkes Provsu, 2013)

(6)

Kunjungan ke klinik VCT dan IMS sangat erat kaitannya dengan berbagai faktor perilaku individu. Ramandey (2007) dalam penelitiannya tentang perilaku pencarian pengobatan terhadap infeksi menular seksual dan HIV-AIDS pada perempuan pekerja seks jalanan (PPSJ) di kota Jayapura menemukan bahwa pengetahuan dan sikap (predisposing factor) merupakan faktor yang berhubungan terhadap perilaku pencarian pengobatan pada PPSJ ke fasilitas kesehatan (p<0,05). Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa jarak dan penghasilan (enabling factor) merupakan faktor yang berhubungan dengan perilaku pencarian pengobatan PPSJ, (p<0,05). Selain itu, ditemukan pula bahwa kunjungan pendampingan (reinforcing factor) merupakan faktor yang berhubungan terhadap perilaku pencarian pengobatan PPSJ ke fasilitas kesehatan (p=0,000).

Hutagalung tahun 2011 di RS HKBP Balige Toba Samosir menemukan bahwa umur, lama bekerja sebagai PSK, pendapatan dan pengetahuan mempengaruhi PSK untuk memanfaatkan VCT dan pengetahuan tentang HIV/AIDS merupakan faktor yang dominan memengaruhi pemanfaatan klinik IMS/HIV-AIDS.

Perilaku pencarian pengobatan seseorang atau masyarakat yang merasa dirinya sakit erat kaitannya dengan persepsi individu/masyarakat tersebut terhadap sehat/sakit. Respons seseorang bila sakit akan menimbulkan berbagai macam perilaku dan usaha, diantaranya tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action), mengobati diri sendiri (self treatment), mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan tradisional

(7)

diselenggarakan pemerintah, swasta dan dokter praktik (private medicine)

(Notoatmodjo, 2007).

Jika Ramandey menemukan bahwa terdapat pengaruh faktor predisposing, enabling, dan reinforcing terhadap pencarian pengobatan ke fasilitas kesehatan. Selain itu, Hutagalung menemukan bahwa pengetahuan tentang HIV/AIDS paling berpengaruh terhadap pemanfaatan klinik IMS/HIV-AIDS, peneliti tertarik untuk melihat beberapa variable yang berhubungan dengan pelayanan klinik VCT di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan menggunakan analisis Health Belief Model (HBM). HBM memfokuskan kepada persepsi subjektif seseorang terhadap suatu penyakit dalam hal ini HIV/AIDS. Dalam konsep ini persepsi tersebut dipengaruhi oleh factor sosiodemografi (umur, pendidikan, status pernikahan), sosiopsikologi (dorongan peer group atau reference group), structural (pengetahuan dan akses ke pelayanan kesehatan) yang secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku kesehatan.

1.2 Permasalahan

Dari latar belakang diatas dapat di tarik permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh faktor sosiodemografi, sosiopsikologi, struktural dan persepsi tentang HIV/AIDS pada pelayanan klinik VCT RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2013”.

1.3 Tujuan Penelitian

(8)

group), struktural ( pengetahuan dan akses ke pelayanan kesehatan), dan persepsi tentang HIV/AIDS terhadap pelayanan klinik VCT RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2013.

1.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh faktor sosiodemografi (umur, pendidikan, status pernikahan), (dorongan peer atau reference group), struktural (pengetahuan, akses ke pelayanan kesehatan) dan persepsi tentang HIV/AIDS terhadap pelayanan klinik VCT RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi instansi penelitian sebagai masukan dalam meningkatkan penyuluhan komunikasi, informasi, edukasi (KIE) tentang HIV/AIDS dan sebagai bahan referensi dalam menyusun program pencegahan HIV/AIDS.

2. Bagi Program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKM USU dapat menjadi tambahan masukan dalam upaya pengembangan dan penerapan ilmu kesehatan masyarakat khususnya mengenai perilaku pencarian pengobatan penderita HIV/AIDS.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Keberadaan situs ini diharapkan tidak hanya dapat memenuhi tuntutan era globalisasi tapi juga dapat menjawab keinginan para wisatawan terhadap suatu media informasi yang dapat

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Dengan perkembangan fungsi komputer tersebut, penulis melihat bahwa suatu materi pelajaran dapat ditampilkan dalam bentuk animasi dan modul interaktif yang dapat meningkatkan

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Pengolahan data from-to chart antar titik alternatif pemberhentian dengan tiap desa Pemetaan data koordinat kantor kepala. desa

Pada hari ini, Rabu tanggal Tiga Puluh Satu bulan Oktober tahun Dua Ribu Dua Belas, dimulai pukul 09.30 WIB (10.30 WITA), sampai dengan pukul 14.30 WIB (15.30 WITA) telah