• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENENTUAN LOKASI LAYANAN REGISTRASI KEPENDUDUKAN BERGERAK DI KABUPATEN PATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI PENENTUAN LOKASI LAYANAN REGISTRASI KEPENDUDUKAN BERGERAK DI KABUPATEN PATI"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

STUDI PENENTUAN LOKASI LAYANAN REGISTRASI

KEPENDUDUKAN BERGERAK

DI KABUPATEN PATI

Skripsi

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

RADHITYO AJI K.B

I 0307080

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

LEMBAR PENGESAHAN

STUDI PENENTUAN LOKASI LAYANAN REGISTRASI KEPENDUDUKAN BERGERAK DI KABUPATEN PATI

SKRIPSI

Oleh :

Radhityo Aji Kusumo Bawono I 0307080

Telah disidangkan di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret dan diterima guna memenuhi persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana Teknik.

Pada hari : Kamis

Tanggal : 3 Januari 2013

Tim Penguji :

1. Roni Zakaria S.T., M.T. (………)

NIP 19750304 200012 1 006

2. Yusuf Priyandari S.T., M.T. (………)

NIP 19791222 200312 1 001

3. Dr. Cucuk Nur Rosyidi, S.T., M.T (………)

NIP 197111041999031001

4. Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT (………)

NIP. 197601221999032001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik,

(3)

commit to user

iii

SURAT PERNYATAAN

ORISINALITAS KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Radhityo Aji Kusumo Bawono

NIM : I 0307080

Judul TA : Studi Penentuan Lokasi Layanan Registrasi Kependudukan Bergerak

Di Kabupaten Pati

Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun tidak mencontoh

atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti bahwa Tugas Akhir

yang saya susun mencontoh atau melakukan plagiat dapat dinyatakan batal atau

gelar Sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau dicabut.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup menanggung

segala konsekuensinya.

Surakarta, 1 Februari 2013

Radhityo Aji K. B

(4)

commit to user

iv

SURAT PERNYATAAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Radhityo Aji Kusumo Bawono

NIM : I 0307080

Judul TA : Studi Penentuan Lokasi Layanan Registrasi Kependudukan Bergerak

Di Kabupaten Pati

Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat

lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan

Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian dari

Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk publikasi

dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat nasional maupun

internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian dari publikasi karya

ilmiah

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surakarta, 1 Feruari 20123

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan skripsi ini. Penyusunan laporan skripsi ini tentu tidak terlepas dari peran

banyak pihak, baik dalam hal materi maupun dorongan semangat. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala kemudahan dan kekuatan yang besar

sehingga penulis berhasil menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.

2. Ibunda, Ayah, kakak dan adik, serta keluarga besar yang selalu memberi

dukungan, semangat dan doa yang tak pernah putus.

3. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik

Industri Universitas Sebelas Maret dan selaku dosen Penguji I atas masukan

dan saran untuk laporan skirpsi.

4. Bapak Roni Zakaria, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing I atas kesabaran,

ilmu dan motivasi yang diberikan selama masa pengerjaan laporan skripsi.

5. Bapak Yusuf Priyandari, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing II dan Kepala

Laboratorium OPSI atas waktu, kesabaran, motivasi dan ilmu yang telah

diberikan selama masa kuliah dan pengerjaan laporan skirpsi.

6. Ibu Rahmaniyah Dwi Astuti, S.T., M.T., selaku dosen penguji II yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun demi terwujudnya hasil skripsi

yang lebih baik.

7. Bapak Murman Budiyanto S.T., M.T. selaku Pembimbing Akademis atas

bantuan dan dorongan yang diberikan sejak mengikuti masa perkuliahan

hingga penyelesaian skripsi.

8. Bapak Kunto dan seluruh pegawai Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati atas

kesempatan, kemudahan, dan kenyamanan yang diberikan selama menjalani

penelitian skripsi di kantor.

9. Seluruh dosen Teknik Industri yang telah memberikan ilmu-ilmu teknik

(6)

commit to user

vi

10.Mba Yayuk, mba Rina, mba Tutik dan karyawan Teknik Industri Universitas

Sebelas Maret atas kerjasama, dukungan dan bantuannya selama menjalani

masa-masa kuliah.

11.Bayu, Fathir, Dewangga, Dinar, Seto, Alfian dan seluruh penghuni kost

Wisma Indry atas dukungan dan teman satu atap selama hidup di Solo.

12.Seluruh Asisten OPSI mulai angkatan 2006 hingga 2009 atas bantuan selama

pengerjaan laporan skripsi.

13.Seluruh teman-teman angkatan 2007 teknik industri atas dukungan dan

kebersamaan selama ini.

14.Semua pihak yang belum tertulis di atas, yang telah membantu dalam proses

pengerjaan tugas akhir ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana

mestinya bagi siapa saja yang membutuhkan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima segala saran

dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

Surakarta, Desember 2012

(7)

commit to user

vii

ABSTRAK

Radhityo Aji Kusumo Bawono, NIM : I0307080, STUDI PENENTUAN LOKASI LAYANAN REGISTRASI KEPENDUDUKAN BERGERAK DI KABUPATEN PATI. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Desember 2012.

Menurut undang-undang kependudukan nomor 23 tahun 2006 Pasal 63, warga negara Indonesia diwajibkan untuk memiliki KTP, termasuk penduduk Kabupaten Pati. Dari data Dinas Catatan Sipil tahun 2011, Kabupaten Pati memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.190.993 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, 899.267 jiwa diwajibkan memiliki kartu tanda penduduk karena telah berumur 17 tahun ke atas, tetapi menurut Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati, hanya 498.485 jiwa yang telah memilik KTP, sehingga prosentase penduduk yang memiliki KTP hanya sebesar 55,43%. Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati membuat solusi untuk menambah prosentase penduduk yang memiliki KTP dengan membuat layanan

mobile unit. Mobile unit adalah layanan registrasi kependudukan yang berupa unit

bergerak, dimana layanan ini akan mengunjungi beberapa lokasi desa yang dianggap

potensial. Penelitian ini bertujuan menetukan lokasi alternatif pemberhentian mobile

unit kartu penduduk berdasarkan jumlah penduduk yang belum memiliki kartu

penduduk, jarak alternatif pemberhentian dengan desa sekitar dan kekuatan sinyal

Tahap penelitian diawali dengan mengumpulkan data jumlah penduduk yang belum memiliki kartu penduduk, data jarak alternatif pemberhentian dengan desa sekitar dan data kekuatan sinyal. Kemudian data-data tersebut diolah dengan

menggunakan model set covering problem untuk menentukan lokasi alternatif

pemberhentian mobile unit kartu penduduk. Data yang diolah dibagi menjadi tiga,

berdasarkan setiap provider, yaitu provider Telkomsel, provider Indosat dan

provider Excelcomindo. Running model set covering problem menggunakan

software Risk Solver Platform V9.0.

Penelitian ini menghasilkan tiga solusi lokasi alternatif pemberhentian

mobile unit kartu penduduk disertai dengan kekuatan sinyal masing-masing lokasi alternatif dan jumlah penduduk yang dapat dilayani oleh satu titik lokasi alternatif.

Solusi pertama adalah lokasi alternatif pemberhentian mobile unit kartu penduduk

untuk provider Telkomsel, solusi kedua adalah lokasi alternatif pemberhentian

mobile unit kartu penduduk untuk provider Indosat dan solusi ketiga adalah lokasi

alternatif pemberhentian mobile unit kartu penduduk untuk provider Excelcomindo.

Kata kunci : Kabupaten Pati, model set covering problem, Kartu Tanda Penduduk

xv + 138 halaman; 24 gambar; 18 tabel; 8 lampiran

(8)

commit to user

viii

ABSTRACT

Radhityo Aji Kusumo Bawono, NIM : I0307080, STUDY OF

DETERMINATION LOCATION SERVICES REGISTRATION MOVING POPULATION IN DISTRICT PATI.. thesis. Surakarta : Industrial Engineering, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, Desember 2012.

According to law number 23 of 2006 the population of Article 63, citizens of Indonesia are required to have ID cards, including resident Pati. Of the Civil Service data in 2011, Pati has a population of 1,190,993 inhabitants. Of the total population, 899,267 required to have an identity card because it has been aged 17 years and over, but according to the Department of Civil Pati, only 498,485 having an ID card, so the percentage of residents who have ID cards by only 55.43%. Office of Civil Pati create solutions to increase the percentage of residents who have ID cards by making mobile service unit. Mobile unit is the residence registration services in the form of mobile units, where the service will visit some villages that are considered potential locations. This study aims to determine the location of the mobile unit stops alternate identity cards based on the number of people who do not have identity cards, an alternative distance dismissal with surrounding villages and signal strength

Research phase begins with collecting data on number of people who do not have identity cards, an alternative distance data stops with surrounding villages and data signal strength. Then the data is processed by using the model set covering problem to determine the location of the mobile unit stops alternate identity cards. The processed data is divided into three, based on each provider, the provider Telkomsel, Indosat and provider Excelcomindo provider. Running the model set covering problem using Risk Solver Platform V9.0 software.

This research resulted in the dismissal of three alternative locations of mobile solutions unit card along with the signal strength of each alternative location and the number of people who can be served by one point an alternative location. The first solution is an alternative location dismissal mobile unit Telkomsel resident card to the provider, the second solution is the dismissal of alternative locations for the mobile unit provider Indosat resident cards and third solution is the dismissal of alternative locations for the mobile unit provider Excelcomindo resident card.

Keyword : Pati Regency, model set covering problem, identity card, mobile unit.

xv + 138 pages; 24 figures; 18 tables; 8 appendixes

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...

LEMBAR PENGESAHAN...

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH...

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...

KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... I-1

2.1.1 Pengertian Facility Location ... ... II-1

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi ... II-2

2.1.3 Model Pemilihan Lokasi ... ... II-3

2.2 Pengertian Sistem Informasi Geografis ... II-9

2.3 Data Spasial ... ... II-10

2.3.1 Format Data Spasial ... ... II-11

2.3.1.1 Data Vektor ... II-11

2.3.1.2 Data Raster ... II-12

(10)

commit to user

x

2.3.2.1 Peta Analog ... II-13

2.3.2.2 Data Sistem Penginderaan Jarak Jauh ... II-13

2.3.2.3 Data Hasil Pengukuran Lapangan ... II-13

2.3.2.1 Data GPS (Global Positioning System) ... II-13

2.4 Peta, Proyeksi Peta, Sistem Koordinat, Survey dan GPS ... II-14

2.4.1 Peta... ... II-14

2.4.2 Proyeksi Peta ... ... II-14

2.4.2.1 Pengelompokkan Proyeksi Peta ... II-14

2.4.2.1.1 Berdasarkan Mempertahankan Sifat Aslinya ... II-14

2.4.2.1.2 Berdasarkan Bidang Proyeksi yang Digunakan... II-15

2.4.2.2 Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) ... II-15

2.4.2.2.1 Sifat-Sifat Proyeksi UTM ... II-15

2.4.2.2.2 Sistem Koordinat UTM ... II-16

2.4.2.2.2 Metoda Penentuan Posisi ... II-17

2.4.3 Sistem Koordinat ... ... II-17

2.4.4 Metode Penetuan Sistem Global (GPS) ... II-19

2.4.4.1 Sistem GPS ... II-19

2.4.4.1.1 Bagian Angkasa ... II-20

2.4.4.1.2 Bagian Pengontrol ... II-20

2.4.4.1.3 Bagian Pengguna ... II-20

2.4.4.2 Metoda-Metoda Penentuan Posisi dengan GPS ... II-21

2.5 Kekuatan Sinyal ... ... II-22

2.5 Kartu Tanda Penduduk ... .. II-24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Flowchart Penelitian ... .... III-1

3.2 Penjelasan Flowchart Penelitian . ... III-2

3.2.1 Tahapan Pengamatan... ... III-2

3.2.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data... ... III-3

3.2.3 Tahap Analisis ... ... III-9

(11)

commit to user

xi

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data ……….. ... IV-1

4.1.1 Peta Digital Kabupaten Pati... ... IV-1

4.1.2 Data Titik-Titik Koordinat Kantor Kepala Desa Dan Kantor

Kecamatan... ... IV-2

4.1.3 Data Kekuatan Sinyal Tiap Titik Koordinat Kantor Kepala

Desa dan Kantor Kecamatan ... ... IV-2

4.1.4 Data Kependudukan... ... IV-3

4.2 Pengolahan Data ……….. ... IV-4

4.2.1 Pemetaan Data Koordinat Kantor Kepala Desa dan

Kecamatan... ... IV-4

4.2.2 Pengolahan Data Kependudukan... ... IV-4

4.2.3 Pengolahan Data From-to Chart Antar Titik Alternatif

Pemberhentian dengan Tiap Desa... ... IV-6

4.2.4 Pengolahan Data Jarak Antar Titik Alternatif Pemberhentian

dengan Tiap Desa... ... IV-6

4.2.5 Menentukan Titik Alternatif Lokasi Terpilih dengan

Set Covering Problem... ... IV-6

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

5.1 Analisis Kriteria Penentuan Titik Alternatif Pemberhentian

Mobile Unit ... ... V-1

5.1.1 Analisis Demand... ... V-1

5.1.2 Analisis Jarak Antar Titik Alternatif Pemberhentian

Mobile Unit... ... V-3

5.1.3 Analisis Kekuatan Sinyal... ... V-4

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... ... VI-1

6.2 Saran ... ... VI-2

DAFTAR PUSTAKA

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data koordinat Kecamatan Dukuhseti………... IV-2

Tabel 4.2 Data kekuatan sinyal Kecamatan Dukuhseti ……….... IV-3

Tabel 4.3 Data kependudukan Kecamatan Dukuhseti………... IV-3

Tabel 4.4 Data demand Kecamatan Dukuhseti ………... IV-5

Data jarak antar titik alternatif pemberhentian untuk Kecamatan

Dukuhseti………...

Data sinyal Kecamatan Dukuhseti yang telah diberikan nilai mutlak

Titik alternatif mobile unit untuk provider Telkomsel…………...

Titik alternatif mobile unit untuk provider Indosat ……...

Titik alternatif mobile unit untuk provider Excelcomindo ………....

...

Tabel 5.2 Titik alternatif mobile unit untuk Kecamatan Dukuhseti…………... V-1

Tabel 5.3 Desa terlayani dan total jarak Kecamatan Trangkil... V-3

Tabel 5.4 Demand Kecamatan Trangkil Titik………... V-3

Tabel 5.5

Tabel 5.6

Tabel 5.7

Desa terlayani dan total jarak Kecamatan Trangkil …………...

Perbandingan kekuatan sinyal titik alternatif Kabupaten Pati………

Perbandingan kekuatan sinyal seluruh desa di Kabupaten Pati ……

V-4

V-4

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Klasifikasi Model Lokasi ………. II-3

Gambar 2.2 Uraian (Breakdown) Model Lokasi Discrete………... II-4

Gambar 2.3 Vektor ……… II-11

Pembagian Wilayah menggunakan UTM ……….

Sistem Kordinat ………

Sistem Kordinat Toposentrik……….

Prinsip GPS………

Bagian Utama GPS ………

Konstelasi Satelit di Luar Angkasa ………...

Prinsip Dasar Penentuan Posisi dengan GPS ………

Tampilan aplikasi MDMA ………

Mekanisme Pengurusan KTP ………

II-15

Gambar 3.1 Flowchart metodologi penelitian ……….. III-1

Gambar 4.1 Peta digital Kabupaten Pati... IV-1

Gambar 4.2 Grafik data kependudukan Kecamatan Dukuhseti ……… IV-4

Gambar 4.3 Plotting koordinat kantor kepala desa dan kecamatan ……….. IV-5

Gambar 5.1

Gambar 5.2

Grafik Perbandingan kekuatan sinyal titik alternatif Kabupaten Pati

Grafik Perbandingan kekuatan sinyal seluruh desa di Kabupaten Pati ...

V-5

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR RUMUS

Rumus 2.1 Fungsi Tujuan network model Melkote & Daskin ……….... II-6

Rumus 2.2 Batasan persamaan arus (flow equation)………... II-6

Rumus 2.3 Batasan satu titik demand………... II-6

Rumus 2.4 Batasan bahwa arus (flow) hanya melalui jalur yang dibangun …... II-7

Rumus 2.5 Batasan arus (flow) yang mengalir tidak bernilai negatif …………. II-7

Rumus 2.6 Batasan total permintaan tidak bernilai negatif……….. II-7

Rumus 2.7

Rumus 2.8

Fungsi tujuan model penentuan lokasi ritel ………..

Batasan persamaan arus (flow equation)... II-7

II-8

Rumus 2.9 Batasan lokasi area minimarket memiliki jumlah penduduk

minimal sebanyak 4000 orang …………... II-8

Rumus 2.10 Batasan single –assignment property…………... II-8

Rumus 2.11 Batasan skenario jumlah minimarket yang ingin dibangun………… II-9

Rumus 2.12 Batasan lokasi minimarket yang saling berpotongan………... II-9

Rumus 2.13 Nonnegatif Constraints ... II-9

Rumus 2.14 Binary Constrains ... II-9

Rumus 3.1 Fungsi tujuan model set covering problem ... III-7

Rumus 3.2 Batasan persamaan arus (flow equation)... III-8

Rumus 3.3 Batasan total demand yang menuju ke titik alternatif lebih besar

dari dari rata-rata total demand di kecamatan tersebut... III-8

Rumus 3.4 Batasan titik alternatif mobile unit memiliki kapasitas demand

diatas rata-rata total demand yang dilayani di kecamatan tersebut.... III-8

Rumus 3.5 Batasan skenario jumlah titik alternatif pemberhentian mobile unit

yang akan digunakan ... III-9

Rumus 3.6 Nonnegatif Constraints ... III-9

(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Lampiran Data Titik-Titik Koordinat Kantor Kepala Desa dan

Kantor Kecamatan ... L-1

Lampiran II Lampiran Data Kekuatan Sinyal Tiap Titik Koordinat Kantor Kepala

Desa dan Kantor Kecamatan... L-10

Lampiran III Lampiran Data Kependudukan... L-19

Lampiran IV Lampiran Grafik Data Kependudukan ... L-28

Lampiran V Lampiran data kependudukan dan data jarak yang siap diolah oleh

software Risk Solver Platform V9.0 ... L-39

Lampiran VI Lampiran data sinyal yang telah diberikan nilai ... L-47

Lampiran VII Lampiran Data From-to Chart Antar Titik Alternatif

Pemberhentian Dengan Tiap Desa... L-56

(16)

commit to user

II - 1 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang kajian teori dan landasan teori yang digunakan

untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan. Pengetahuan tentang Facility

location, sistem informasi geografis, data spasial, peta, proyeksi peta, sistem

koordinat, survey, GPS, kekuatan sinyal dankartu tanda penduduk.

2.1.Facility Location

2.1.1. Pengertian Facility Location

Facility location adalah suatu proses pengidentifikasian lokasi geografis

terbaik dari suatu fasilitas produksi atau jasa (Reid, 2005). Menurut Krajewsky

(2005) facility location adalah suatu proses pemilihan lokasi geografis untuk

operasi-operasi suatu perusahaan.

Dalam penentuan lokasi ada 3 alternatif pilihan yang dapat diambil.

Pertama tidak berpindah lokasi tetapi memperluas failitas yang telah ada (on-site

expansion). Kedua, membangun atau menambah fasilitas-fasilitas yang baru (

new location). Pilihan ketiga adalah menutup fasilitas yang ada dan berpindah ke

lokasi lain (relocation). On-site expansion mempunyai manfaat menjaga proses

manajerial menjadi satu, mengurangi waktu dan biaya konstruksi, serta

menghindari pemisahan operasi. Manfaat dari new location atau relocation adalah

dapat memperoleh tenaga kerja yang lebih produktif, dapat memajukan

perusahaan dengan mengaplikasikan teknologi baru, dan dapat mengurangi

transportation cost.

Pemilihan facility location diperlukan karena berbagai alasan, yaitu

sebagai berikut :

1.Memulai bisnis baru.

2.Memperluas usaha dan lokasi yang telah ada sudah tidak memenuhi.

3.Membuka cabang baru.

4.Lokasi dipindah karena waktu sewa telah habis.

(17)

commit to user

II - 2

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi

Manajer pada industri manufaktur maupun jasa, harus mempertimbangkan

banyak faktor ketika menetukan suatu lokasi yang diinginkan, meliputi kedekatan

dengan konsumen dan supplier, biaya tenaga kerja serta biaya transportasi.

Manajer secara umum dapat mengabaikan factor-faktor yang tidak sesuai

setidaknya dengan satu dari dua kondisi berikut ini (Krajewsky, 2005):

1. Faktor harus sensitif terhadap lokasi. Ini berarti manajer sebaiknya tidak

mepertimbangkan suatu faktor yang tidak terpengaruh oleh keputusan

pemilihan lokasi. Contohnya, jika perilaku-perilaku konsumen sama pada

semua alternatif lokasi, maka perilaku konsumen tersebut bukan merupakan

suatu faktor.

2. Faktor harus mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemampuan

perusahaan untuk mencapai tujuannya. Contohnya, meskipun lokasi yang

berbeda akan mempunyai jarak yang berbeda dengan supplier, tetapi jika

transportasi dan komunikasi dapat dijangkau dengan pengiriman semalam,

fax atau cara lain, maka jarak terhadap supplier tersebut sebaiknya

dipertimbangkan sebagai suatu faktor.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penentuan lokasi menjadi dapat

dibagi menjadi 2 yaitu dominant factorsdari secondary factors. Dominant factors

adalah faktor-faktor yang diturunkan dari competitive priorities (cost, quality,

time, flexibility) dan mempunyai dampak tertentu terhadap biaya dan penjualan.

Secondary factors juga penting untuk diperhatikan tetapi manajemen dapat

menurunkan atau bahkan mengabaikan beberapa dari secondary factors jika faktor

lain ternyata lebih penting.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan penentuan

lokasi menurut Murary (2009) adalah sebagai berikut :

1. Kedekatan dengan pasar.

2. Integrasi dengan bagian lain dalam suatu organisasi

3. Ketersedian skill dan tenaga kerja

4. Site cost.

5. Ketersedian fasilitas lain seperti : perumahan, rumah sakit dan lain-lain.

(18)

commit to user

II - 3

7. Kedekatan dengan jasa seperti : air, udara, drainase dan fasilitas

pembuangan.

8. Kesesuaian dengan suhu dan kondisi tanah.

9. Peraturan daerah setempat.

10.Ruang untuk ekspansi.

11.Perangkat keamanan.

12.Kondisi sosial, politik dan budaya

13.Pajak daerah, batasan ekspor atau impor.

2.1.3. Model Pemilihan Lokasi

Model Lokasi pada dasarnya memodelkan hubungan antara titik

permintaan dan titik lokasi fasilitas pelayanan. Variabel keputusan pada model

lokasi umumnya menentukan dimana lokasi-lokasi optimal untuk dibangun

fasilitas pelayanan. Asumsi dan fungsi obyektif pada model lokasi adalah

berbeda-beda menurut variannya. Pemodelan lokasi diklasifikasikan menjadi 4

macam, yaitu analytical models, continous models, network models, dan discrete

models (Daskin, 2008). Pengklasifikasian pemodelan lokasi dapat dilihat pada

gambar 2.1.

Gambar 2.1 Klasifikasi Model Lokasi

Sumber : Daskin. “What You Should Know About Location Modeling”(2008)

Analytical models berasumsi bahwa alternatif lokasi fasilitas dan alternatif

titik-titik permintaan keduanya tersebar kontinyu (uniform) pada suatu area.

Continous models merupakan model dengan permintaan hanya muncul pada

lokasi atau titik tertentu, tetapi alternatif lokasinya mencakup seluruh titik pada

area tersebut. Network models dan discrete models keduanya berasumsi bahwa

alternatif lokasi dan titik tertentu saja dalam area. Network model mengasumsikan

(19)

commit to user

II - 4

adanya network / patch atau jalan yang menghubungkan titik permintaan dengan

titik alternatif lokasi sementara discrete models tidak memerlukan asumsi seperti

itu.

Lebih rinci lagi, Daskin (2008) membagi discrete models menjadi

varian-variannya yang dapat dilihat pada gambar 2.2. Discrete models terdiri dari 3

cabang, yaitu covering base models, median base models, p dispersion. Dalam

model ini menunjukkan bahwa adanya batasan-batasan permintaan pada suatu

titik (node) yang sekaligus dijadikan sebagai titik alternatif lokasi. Dalam model

lokasi discrete sendiri di bagi lagi menjadi beberapa bagian model.

Gambar 2.2 Uraian (Breakdown) Model Lokasi Discrete

Sumber : Daskin. “What You Should Know About Location Modeling”(2008)

Kelompok covering-based model dibedakan menjadi tiga model

berdasarkan fungsi objektifnya, yaitu set covering, max covering dan p_center.

Variabel keputusan ketiga model ini adalah sama yaitu dimana lokasi-lokasi yang

optimal untuk dibangun fasilitas pelayanan sehingga fungsi objektif tercapai.

1. Set Covering Problem

Model set covering bertujuan meminimumkan jumlah titik lokasi fasilitas

(20)

commit to user

II - 5 2. Maximal Covering Problem

Model lokasi maximal covering menunjukkan adanya suatu batasan pada

banyaknya fasilitas untuk dijadikan sebagai lokasi. Model max covering

memiliki fungsi objektif untuk memaksimumkan jumlah titik permintaan

yang terlayani dengan batasan hanya tersedia sejumlah p titik lokasi fasilitas

pelayanan yang dapat melayani titik-titik permintaan tersebut.

3. P-Center Problem

Model p-center fungsi obyektifnya adalah meminimumkan rata-rata jarak

terjauh (coverage distance) antara titik permintaan dan titik lokasi fasilitas

pelayanan. Fungsi objektif dalam model p-center sering disebut MinMax

objective.

Model lainnya adalah model p-median atau sering disebut Weber Problem.

Model p-median memiliki fungsi obyektif untuk meminimumkan rata-rata jarak

berbobot antara titik lokasi fasilitas pelayanan dan titik permintaan. Fixed Charge

model memiliki fungsi objektif untuk meminimumkan total biaya tetap (biaya

investasi) dan biaya variabel (transportation cost) yang ditanggung oleh fasilitas

pelayanan dan konsumen..

Melkote dan Daskin (2008) mengembangkan network model untuk

menentukan titik-titik lokasi fasilitas pelayanan dengan fungsi objektif minimasi

total biaya investasi yang ditanggung oleh fasilitas pelayanan dan biaya

transportasi yang ditanggung oleh konsumen. Adapun model matematikanya

dijelaskan sebagai berikut :

A. Notasi

N : Kumpulan beberapa titik-titik permintaan dalam sebuah network.

L : Kumpulan links dalam satu network.

di : besarnya permintaan pada titik i.

M : total besarnya permintaan pada network N

tij : Biaya transportasi per unit flow on link yang ditanggung konsumen.

fi : Biaya pembangunan fasilitas baru di titik i

Ki : Kapasitas fasilitas di titik i

(21)

commit to user

1, jika dibangun fasilitas pelayanan di titik i

Zi =

D. Batasan persamaan arus (flow equation)

Sistem yang berlaku dalam model ini adalah customer-to-server dimana

permintaan bergerak menuju fasilitas untuk dilayani oleh karena itu

diperlukan suatu persamaan yang mengatur arus (flow) permintaan ke dan

dari fasilitas pelayanan.

Inbound flow = Outbond flow, dimana inbound flow (arus ke fasilitas)

merupakan total Inbound demand ditambah demand di node sedangkan

outbond flow (arus dari fasilitas) merupakan outbond demand ditambah

demand yang terlayani di node, sehingga diperoleh persamaan :

i

E. Batasan satu titik demand

Single-Assignment Property menjadi acuan dalam masalah pelayanan.

Maksud dari Single-Assignment Property adalah bahwa setiap satu titik

permintaan akan dilayani oleh satu fasilitas saja sehingga tidak ada

pembagian demand ke titik fasilitas lainnya. Berdasarkan acuan tersebut,

maka diperoleh rumusan sebagai berikut

(22)

commit to user

II - 7

F. Batasan bahwa arus (flow) hanya melalui jalur yang dibangun.

Yij≥ MXij (i,j)

L (2.4)

G. Batasan arus (flow) yang mengalir tidak bernilai negatif

Xij

 

0,1 , (i,j)

L (2.5)

H. Batasan total permintaan tidak bernilai negatif

Wi≥ 0, i N (2.6)

Network model yang telah dikembangkan oleh Melkote dan Daskin (2008)

digunakan pada penelitian Eko Liquiddanu dan Yusuf Priyandari yang berjudul

“Pengembangan model lokasi jaringan ritel minimarket dalam upaya melindungi

pasar tradisional dan menghindari persaingan tidak sehat antar peritel”. Pada

penelitian tersebut terdapat beberapa penyesuian model agar dapat digunakan

dalam studi kasus penelitian tersebut.

Secara matematik, model penentuan lokasi ritel disajikan sebagai berikut :

A. Fungsi Tujuan

Untuk i =21, 26, 27….., 166(indeks ini adalah indeks dari titik lokasi usulan yang

telah disaring dari sebelumnya berjumlah 166 titik menjadi 33 titik)

Dengan :

Tji = besar biaya transportasi yang ditanggung oleh konsumen dari titik

permintaan (j)

Yji = jumlah konsumen dari j (mewakili titik RW) menuju titik lokasi

minimarket usulan i.

Zi = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila minimarket dibangun dan

bernilai 0 jika tidak

fi = besar biaya pembangunan tiap lokasi minimarket

i = menyatakan titik lokasi minimarket usulan

(23)

commit to user

II - 8

B. Batasan

1. Batasan persamaan arus (flow equation)

i

digunakan dan bernilai 0 jika tidak.

Y0i = jumlah konsumen yang tidak terlayani oleh minimarket usulan i.

Wi =jumlah konsumen yang dilayani oleh minimarket i.

i = menyatakan titik lokasi minimarket usulan

j = menyatakan titik permintaan konsumen tiap RW

2. Batasan lokasi area minimarket memiliki jumlah penduduk minimal sebanyak

4000 orang.

M =bilangan riil yang sangat besar.

Zi = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila minimarket usulan i

digunakan dan bernilai 0 jika tidak.

i = menyatakan titik lokasi minimarket usulan

j = menyatakan titik permintaan konsumen tiap RW

3. Batasan single –assignment property

(24)

commit to user

II - 9

Zi = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila minimarket usulan i

digunakan dan bernilai 0 jika tidak.

i = menyatakan titik lokasi minimarket usulan

4. Batasan skenario jumlah minimarket yang ingin dibangun

L

digunakan dan bernilai 0 jika tidak.

L = jumlah minimarket yang ingin dibangun

i = menyatakan titik lokasi minimarket usulan

5. Batasan lokasi minimarket yang saling berpotongan

Batasan ini memastikan supaya apabila terdapat dua lokasi minimarket

usulan yang saling berdekatan sehingga memiliki wilayah pelayanan yang

berpotongan maka hanya akan dipilih satu lokasi usulan saja untuk melayani

dua area pelayanan tersebut.

1

digunakan dan bernilai 0 jika tidak.

i = menyatakan titik lokasi minimarket usulan

6. Nonnegatif Constraints

2.2.Pengertian Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang

(25)

commit to user

II - 10

yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis

(Aronoff, 1989).

Secara umum pengertian SIG sebagai berikut:

” Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data

geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk

memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola,

memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu

informasi berbasis geografis ”.

Dalam pembahasan selanjutnya, SIG akan selalu diasosiasikan dengan sistem

yang berbasis komputer, walaupun pada dasarnya SIG dapat dikerjakan secara

manual, SIG yang berbasis komputer akan sangat membantu ketika data geografis

merupakan data yang besar (dalam jumlah dan ukuran) dan terdiri dari banyak

tema yang saling berkaitan. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan

berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa

dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan

data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi

yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga

aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend,

pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem

informasi lainnya.

Telah dijelaskan diawal bahwa SIG adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri

dari berbagai komponen, tidak hanya perangkat keras komputer beserta dengan

perangkat lunaknya saja akan tetapi harus tersedia data geografis yang benar dan

sumberdaya manusia untuk melaksanakan perannya dalam memformulasikan dan

menganalisa persoalan yang menentukan keberhasilan SIG.

2.3.Data Spasial

Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial

yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu

sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya

berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif

(26)

commit to user

II - 11

1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat

geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya

informasi datum dan proyeksi.

2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang

memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya : jenis

vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.

2.3.1. Format Data Spasial

Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode

penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG, data

spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu:

2.3.1.1. Data Vektor

Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam

kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir

pada titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua

buah garis).

Gambar 2.3 Vektor

Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)

Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam

merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk

analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas

kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan

spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah

(27)

commit to user

II - 12 2.3.1.2. Data Raster

Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan

dari sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis

direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture

element).

Gambar 2.4 Raster

Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)

Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya.

Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan

bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan

bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster

sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual,

seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya.

Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi

resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran file-nya dan sangat tergantung pada

kapasistas perangkat keras yang tersedia.

Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Pemilihan format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan,

data yang tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta

kemudahan dalam analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran

file dan presisi dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi

matematik. Sedangkan data raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file

yang lebih besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan

(28)

commit to user

II - 13 2.3.2. Sumber Data Spasial

Salah satu syarat SIG adalah data spasial, yang dapat diperoleh dari beberapa

sumber antara lain :

2.3.2.1. Peta Analog

Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta

dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi,

kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata

angin dan sebagainya. Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta

analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara format raster diubah menjadi

format vektor melalui proses digitasi sehingga dapat menunjukan koordinat

sebenarnya di permukaan bumi.

2.3.2.2. Data Sistem Penginderaan Jauh

Data Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara dan sebagainya),

merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara

berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam satelit di

ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa memperoleh

berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya

direpresentasikan dalam format raster.

2.3.2.3. Data Hasil Pengukuran Lapangan

Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan

tersendiri, pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut contohnya:

batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan

hutan dan lain-lain.

2.3.2.4. Data GPS (Global Positioning System)

Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi

SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya

teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor. Pembahasan

(29)

commit to user

II - 14

2.4.Peta, Proyeksi Peta, Sistem Koordinat, Survey dan GPS

Data spasial yang dibutuhkan pada SIG dapat diperoleh dengan berbagai cara,

salah satunya melalui survei dan pemetaan yaitu penentuan posisi/koordinat di

lapangan. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas beberapa hal yang berkaitan

dengan posisi/koordinat serta metoda-metoda untuk mendapatkan informasi posisi

tersebut di lapangan.

2.4.1. Peta

Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh muka bumi baik yang terletak di

atas maupun di bawah permukaan dan disajikan pada bidang datar pada skala dan

proyeksi tertentu (secara matematis). Karena dibatasi oleh skala dan proyeksi

maka peta tidak akan pernah selengkap dan sedetail aslinya (bumi), karena itu

diperlukan penyederhanaan dan pemilihan unsur yang akan ditampilkan pada

peta.

2.4.2. Proyeksi Peta

Pada dasarnya bentuk bumi tidak datar tapi mendekati bulat maka untuk

menggambarkan sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan peta, perlu

dilakukan langkah-langkah agar bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat

didatarkan dan distorsinya dapat terkontrol, untuk itu dilakukan proyeksi ke

bidang datar.

2.4.2.1. Pengelompokan Proyeksi Peta

2.4.2.1.1. Berdasar Mempertahankan Sifat Aslinya

1. Luas permukaan yang tetap (ekuivalen)

2. Bentuk yang tetap (konform)

3. Jarak yang tetap (ekuidistan)

Perbandingan dari daerah yang sama untuk proyeksi yang berbeda :

Gambar 2.5Perbandingan Proyeksi

(30)

commit to user

II - 15

2.4.2.1.2. Berdasar Bidang Proyeksi yang Digunakan

1. Bidang datar

2. Bidang kerucut

3. Bidang silinder

Gambar 2.6 Bidang Datar Gambar 2.7Bidang Datar

Gambar 2.8Bidang Silinder

2.4.2.2. Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)

Proyeksi UTM dibuat oleh US Army sekitar tahun 1940-an. Sejak saat itu

proyeksi ini menjadi standar untuk pemetaan topografi.

2.4.2.2.1. Sifat-sifat Proyeksi UTM

1. Proyeksi ini adalah proyeksi Transverse Mercator yang memotong bola bumi

pada dua buah meridian, yang disebut dengan meridian standar. Meridian

pada pusat zone disebut sebagai meridian tengah.

2. Daerah diantara dua meridian ini disebut zone. Lebar zone adalah 6 sehingga

bola bumi dibagi menjadi 60 zone.

3. Perbesaran pada meridian tengah adalah 0,9996.

4. Perbesaran pada meridian standar adalah 1.

5. Perbesaran pada meridian tepi adalah 1,001.

(31)

commit to user

II - 16 2.4.2.2.2. Sistem Koordinat UTM

Gambar 2.9Sistem koordinat UTM

Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)

Untuk menghindari koordinat negatif dalam proyeksi UTM setiap meridian

tengah dalam tiap zone diberi harga 500.000 mT (meter timur). Untuk harga-harga

ke arah utara, ekuator dipakai sebagai garis datum dan diberi harga 0 mU (meter

utara). Untuk perhitungan ke arah selatan ekuator diberi harga 10.000.000 mU.

Gambar 2.10Pembagian Wilayah menggunakan UTM

Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)

Wilayah Indonesia (90° – 144° BT dan 11° LS – 6° LU) terbagi dalam 9 zone

UTM, dengan demikian wilayah Indonesia dimulai dari zona 46 sampai zona 54

(32)

commit to user

II - 17 2.4.2.2.3. Metoda Penentuan Posisi

Metoda penentuan posisi adalah cara untuk mendapatkan informasi koordinat

suatu objek (contoh koordinat titik batas, koordinat batas persil tanah dan

lain-lain) di lapangan. Metoda penentuan posisi dapat dibedakan dalam dua bagian,

yaitu metoda penentuan posisi terestris dan metoda penentuan posisi

extra-terestris (satelit).

Pada metoda terestris penentuan posisi titik dilakukan dengan melakukan

pengamatan terhadap target atau objek yang terletak di permukaan bumi.

Beberapa contoh metoda yang umum digunakan adalah :

1. Metode poligon.

2. Metode pengikatan ke muka.

3. Metode pengikatan ke belakang.

4. Dan lain-lain.

Pada metode ekstra terestris penentuan posisi dilakukan berdasarkan

pengamatan terhadap benda atau objek di angkasa seperti bintang, bulan, quasar

dan satelit buatan manusia, beberapa contoh penentuan posisi extra terestris

adalah sebagai berikut :

1. Astronomi geodesi.

2. Transit Dopler.

3. Global Positioning System (GPS).

4. Dan lain-lain.

2.4.3. Sistem Koordinat

Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua-dimensi atau

tiga-dimensi) yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Sistem

koordinat itu sendiri dapat didefinisikan dengan menspesfikasi tiga parameter

berikut, yaitu :

a) Lokasi Titik Nol dari Sistem Koordinat

Posisi suatu titik di permukaan bumi umumnya ditetapkan dalam/terhadap

suatu sistem koordinat terestris. Titik nol dari sistem koordinat terestris ini dapat

berlokasi di titik pusat massa bumi (sistem koordinat geosentrik), maupun di salah

(33)

commit to user

II - 18

b) Orientasi dari Sumbu-sumbu Koordinat

Posisi tiga-dimensi (3D) suatu titik di permukaan bumi umumnya dinyatakan

dalam suatu sistem koordinat geosentrik. Tergantung dari parameter-parameter

pendefinisi koordinat yang digunakan, dikenal dua sistem koordinat yang umum

digunakan, yaitu sistem koordinat Kartesian (X,Y,Z) dan sistem koordinat

Geodetik (L,B,h), yang keduanya diilustrasikan pada gambar berikut :

Gambar 2.11Sistem Kordinat

Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)

Koordinat 3D suatu titik juga bisa dinyatakan dalam suatu sistem koordinat

toposentrik, yaitu umumnya dalam bentuk sistem koordinat Kartesian (N,E,U)

yang diilustrasikan pada gambar berikut.

Gambar 2.12Sistem Kordinat Toposentrik

Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)

Parameter - parameter (kartesian, curvilinear) yang digunakan untuk

mendefiniskan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut. Posisi titik juga

(34)

commit to user

II - 19

proyeksi tertentu (x,y) seperti Polyeder, Traverse Mercator (TM) dan Universal

Traverse Mercator (UTM).

2.4.4. Metode Penentuan Posisi Global (GPS)

GPS adalah sistem navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit yang

dikembangkan dan dikelola oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. GPS

dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan dan waktu di mana saja di

muka bumi setiap saat, dengan ketelitian penentuan posisi dalam fraksi milimeter

sampai dengan meter. Kemampuan jangkauannya mencakup seluruh dunia dan

dapat digunakan banyak orang setiap saat pada waktu yang sama (Abidin,H.Z,

1995). Prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS adalah perpotongan ke

belakang dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS

seperti gambar berikut :

Gambar 2.13Prinsip GPS

Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)

2.4.4.1 Sistem GPS

Untuk dapat melaksanakan prinsip penentuan posisi di atas, GPS dikelola

dalam suatu sistem GPS yang terdiri dari dari 3 bagian utama yaitu bagian

angkasa, bagian pengontrol dan bagian pemakai, seperti gambar berikut :

Gambar 2.14Bagian Utama GPS

(35)

commit to user

II - 20 2.4.4.1.1. Bagian Angkasa

Terdiri dari satelit-satelit GPS yang mengorbit mengelilingi bumi, jumlah

satelit GPS adalah 24 buah.Satelit GPS mengorbit mengelilingi bumi dalam 6

bidang orbit dengan tinggi rata-rata setiap satelit ± 20.200 Km dari permukaan

bumi.

Gambar 2.15Konstelasi Satelit di Luar Angkasa

Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)

Setiap satelit GPS secara kontinyu memancarkan sinyal-sinyal gelombang

pada 2 frekuensi L-band (dinamakan L1 dan L2). Dengan mengamati

sinyal-sinyal dari satelit dalam jumlah dan waktu yang cukup, kemudian data yang

diterima tersebut dapat dihitung untuk mendapatkan informasi posisi, kecepatan

maupun waktu.

2.4.4.1.2. Bagian Pengontrol

Adalah stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit yang berfungsi untuk

memonitor dan mengontrol kelaikgunaan satelit-satelit GPS. Stasiun kontrol ini

tersebar di seluruh dunia, yaitu di pulau Ascension, Diego Garcia, Kwajalein,

Hawai dan Colorado Springs. Di samping memonitor dan mengontrol fungsi

seluruh satelit, juga berfungsi menentukan orbit dari seluruh satelit GPS.

2.4.4.1.3. Bagian Pengguna

Adalah peralatan (Receiver GPS) yang dipakai pengguna satelit GPS, baik di

darat, laut, udara maupun di angkasa. Alat penerima sinyal GPS (Receiver GPS)

(36)

commit to user

II - 21

digunakan dalam penentuan posisi, kecepatan, maupun waktu. Secara umum

Receiver GPS dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Receiver militer

2. Receiver tipe navigasi

3. Receiver tipe geodetik

2.4.4.2 Metoda-metoda Penentuan Posisi dengan GPS

Pada dasarnya konsep dasar penentuan posisi dengan satelit GPS adalah

pengikatan ke belakang dengan jarak, yaitu mengukur jarak ke beberapa satelit

GPS yang koordinatnya telah diketahui. Perhatikan gambar berikut :

Gambar 2.16Prinsip Dasar Penentuan Posisi dengan GPS

Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)

Penentuan posisi dengan GPS dapat dikelompokkan atas beberapa metoda

diantaranya :

a) Metoda absolut,

Penentuan posisi dengan GPS metode absolut adalah penentuan posisi yang

hanya menggunakan 1 alat receiver GPS. Karakteristik penentuan posisi dengan

cara absolut ini adalah sebagai berikut :

1. Posisi ditentukan dalam sistem WGS 84 (terhadap pusat bumi).

2. Prinsip penentuan posisi adalah perpotongan ke belakang dengan

jarak ke beberapa satelit sekaligus.

3. Hanya memerlukan satu receiver GPS.

4. Titik yang ditentukan posisinya bisa diam (statik) atau bergerak

(kinematik).

(37)

commit to user

II - 22

Aplikasi utama untuk keperluan navigasi, metoda penentuan posisi absolut ini

umumnya menggunakan data pseudorange dan metoda ini tidak dimaksudkan

untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut ketelitian posisi yang tinggi.

b) Metoda Relatif (Differensial)

Yang dimaksud dengan penentuan posisi relatif atau metoda differensial

adalah menentukan posisi suatu titik relatif terhadap titik lain yang telah diketahui

koordinatnya, pengukuran dilakukan secara bersamaan pada dua titik dalam

selang waktu tertentu. Selanjutnya dari data hasil pengamatan diproses/dihitung

akan didapat perbedaan koordinat kartesian 3 dimensi (dx, dy, dz) atau disebut

juga dengan baseline antar titik yang diukur. Karakteristik umum dari metoda

penentuan posisi ini adalah sebagai berikut :

1. Memerlukan minimal 2 receiver, satu ditempatkan pada titik yang telah

diketahui koordinatnya.

2. Posisi titik ditentukan relatif terhadap titik yang diketahui.

3. Konsep dasar adalah differencing process dapat mengeliminir atau

mereduksi pengaruh dari beberapa kesalahan dan bias.

4. Bisa menggunakan data pseudorange atau fase.

5. Ketelitian posisi yang diperoleh bervariasi dari tingkat mm sampai dengan

dm.

6. Aplikasi utama : survei pemetaan, survei penegasan batas, survei geodesi

dan navigasi dengan ketelitian tinggi.

2.5.Kekuatan Sinyal

Kekuatan sinyal biasa di ukur sebagai Receive Signal Strength Indicator

(RSSI). RSSI adalah radio penerima teknologi generik metrik, yang biasanya

terlihat oleh pengguna dari perangkat yang berisi penerima, tetapi langsung

diketahui pengguna jaringan nirkabel IEEE 802.11. Dalam sistem RSSI IEEE

802.11 adalah kekuatan sinyal yang diterima relatif dalam lingkungan nirkabel,

dalam unit sewenang-wenang. RSSI merupakan indikasi dari tingkat daya yang

diterima oleh antena. Oleh karena itu, semakin tinggi jumlah RSSI (atau kurang

negatif dalam beberapa perangkat), semakin kuat sinyal. (Wikipedia,2011)

Satuan sinyal dari RSSI adalah dBm atau dB milliWatt. satuan dB (Decibel)

(38)

commit to user

II - 23

Penamaannya juga untuk mengenang Alexander Graham Bell (makanya huruf "B"

merupakan huruf besar). Satuan ini digunakan untuk menunjukkan efek dari

sebuah perangkat terhadap kekuatan atau daya pancar suatu sinyal. Sedangkan

dBm (dB milliWatt) merupakan satuan kekuatan sinyal atau daya pancar (Signal

Strengh or Power Level). 0 dbm didefinisikan sebagai 1 mW (milliWatt) beban

daya pancar, contohnya bisa dari sebuah Antenna ataupun Radio. Daya pancar

yang kecil merupakan angka negatif (contoh: -90 dBm).( Purbo, 2008).

Kekuatan sinyal terdapat batasan dalam menentukan apakah kekuatan sinyal

tersebut baik atau buruk. Hal ini diungkapkan oleh Marc Proulx, dalam artikel di

Koran Kompas berjudul “AXIS Sukses Uji Jaringan Sepanjang Jalur Mudik” yang

ditulis oleh Tenni Purwanti dan Tri Wahono, skala pengukuran kekuatan sinyal

adalah sangat bagus apabila berada di kisaran 0 hingga -75 dBm, apabila berada di

kisaran 75 hingga 85 dBm maka termasuk bagus, dan apabila berada di kisaran

-85 hingga -125 dBm, maka dianggap buruk.

Terdapat beberapa aplikasi yang dapat mengukur kekuatan sinyal suatu

lokasi. Salah satu aplikasi pengukur kekuatan sinyal adalah Mobile Data

Monitoring Application (MDMA). Aplikasi ini dapat mengukur kekuatan sinyal

dengan satuan dBm dan dapat mengukur berbagai jenis kekuatan sinyal seperti

HSDPA, 3G, EDGE dan GRPS. Contoh tampilan aplikasi MDMA dapat dilihat

pada gambar 2.17.

(39)

commit to user

II - 24 2.6.Kartu Tanda Penduduk

Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti

diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku diseluruh Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Undang-undang kependudukan nomor 23

tahun 2006 Pasal 63 menyatakan bahwa “Penduduk WNI dan orang asing yang

memiliki izin tinggal tetap yang berumur 17 (tujuh belas) tahun ke atas atau telah

kawin atau pernah kawin wajib memiliki kartu tanda penduduk (KTP).

Penduduk Indonesia adalah Warga Negara Indonesia dan orang Asing yang

bertempat tinggal di Indonesia. Setiap penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1

(satu) KTP dan wajib dibawa pada saat bepergian. Penduduk yang telah berusia

60 (enam puluh) tahun diberi KTP yang berlaku seumur hidup. KTP berlaku

secara Nasional dan mempunyai masa berlaku :

 Untuk WNI berlaku selama 5 (lima) tahun.

 Untuk Orang Asing Tinggal Tetap disesuaikan dengan masa berlaku Izin

Tinggal Tetap

Manfaat dan Kegunaan KTP adalah dokumen kependudukan utama yang

menjadi bukti resmi identitas diri yang dapat digunakan sebagai syarat

kelengkapan administrasi dalam mengurus berbagai kepentingan dan hak-hak

seseorang sebagai penduduk dan warga Negara Indonesia.

Pengurusan KTP melalu beberapa prosedur yang harus di lakukan oleh

penduduk yang akan membuat atau memperpanjang KTP. Berikut akan disajikan

(40)

commit to user

II - 25

Kepala Desa / Lurah Penduduk

· Penduduk mengisi dan menandatangani formulir permohonan KTP

· Petugas mencatat dalam buku harian · Petugas melakukan verifikasi dan validasi

data

· Kepala Desa/Lurah menandatangani formulir permohonan KTP · Petugas menyerahkan formulir

permohonan kepada penduduk untuk diteruskan ke Camat

Camat

· Petugas melakukan verifikasi dan validasi data kependudukan

· Camat menandatangani formulir permohonan KTP

· Petugas menyerahkan formulir permohonan kepada penduduk untuk diteruskan kepada Instansi Pelaksana

· Petugas melakukan verifikasi dan validasi data kependudukan

· Camat menandatangani formulir permohonan KTP

· Petugas menyerahkan formulir permohonan kepada penduduk untuk diteruskan kepada Instansi Pelaksana

Instansi Pelaksana

Gambar 2.18Mekanisme Pengurusan KTP

(41)

commit to user

I - 1 BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang dan identifikasi masalah

penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan

masalah, penetapan asumsi serta sistematika yang digunakan dalam penelitian.

Tujuan penulisan bab ini untuk memberikan gambaran mengenai permasalahan

yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

1.1.Latar Belakang Masalah

Pasal 13 UU No 23 Tahun 2009 tentang Administrasi Kependudukan telah

mengamanatkan bahwa setiap warga negara wajib memiliki Nomor Induk

Kependudukan (NIK) (Ayat 1), berlaku seumur hidup (Ayat 2), dan dicantumkan

dalam setiap dokumen kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, surat

izin mengemudi, nomor pokok wajib pajak, polis asuransi, sertifikat hak atas

tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Ayat 3). Selain itu

Undang-undang kependudukan nomor 23 tahun 2006 Pasal 63 menyatakan bahwa

“Penduduk WNI dan orang asing yang memiliki izin tinggal tetap yang berumur 17 (tujuh belas) tahun ke atas atau telah kawin atau pernah kawin wajib memiliki

kartu tanda penduduk (KTP). Tidak hanya KTP saja yang wajib dimiliki oleh

penduduk Indonesia, ada beberapa data kependudukan yang wajib dimiliki oleh

penduduk Indonesia, antara lain adalah akta kelahiran, surat nikah, surat kematian,

kartu keluarga dan lain-lain.

Menurut undang-undang di atas maka masyarakat di Kabupaten Pati

diwajibkan untuk memiliki KTP. Dari data Dinas Catatan Sipil, Kabupaten Pati

memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.190.993 jiwa. Dari jumlah penduduk

tersebut, 899.267 jiwa diwajibkan memiliki kartu tanda penduduk karena telah

berumur 17 tahun ke atas, tetapi menurut Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati,

hanya 498.485 jiwa yang telah memilik KTP. Prosentase penduduk yang memiliki

KTP hanya sebesar 55,43%. Menurut hasil survei Dinas Catatan Sipil Kabupaten

Pati pada tahun 2011, rendahnya jumlah penduduk yang memiliki KTP di

indikasikan karena kurangnya kesadaran penduduk untuk mengurus kartu

(42)

commit to user

I - 2

kecamatan yang membuat warga enggan untuk membuat KTP atau

memperpanjang KTP.

Pemerintah Kabupaten Pati membuat solusi untuk menangani dua indikasi

rendahnya jumlah penduduk yang memiliki KTP. Solusi kurangnya kesadaran

penduduk untuk mengurus kartu penduduk adalah dengan melakukan sosialisasi

pentingnya kartu kependudukan. Sosialisasi ini dilakukan oleh pengurus desa

setempat langsung kepada warganya. Solusi untuk jarak yang jauh antara kantor

kepala desa dengan kantor kecamatan adalah dengan membuat layanan mobile

unit.

Mobile unit adalah layanan registrasi kependudukan yang berupa unit

bergerak, dimana layanan ini akan mengunjungi beberapa lokasi desa dalam satu

kecamatan yang dianggap potensial. Mobile unit dapat berupa kendaran roda dua

maupun kendaran roda empat. Dengan mobile unit ini penduduk yang akan

mengurus pembuatan maupun perpanjangan KTP tidak perlu lagi datang ke kantor

kecamatan untuk mengurus pembuatan ataupun perpanjangan KTP, tetapi hanya

perlu mendatangi mobile unit.

Hal yang diperlukan untuk memfasilitasi mobile unit ini adalah efesiensi

pelayanan, yaitu lokasi penentuan desa yang akan dijadikan titik alternatif

pemberhentian mobile unit, karena mobile unit tidak mungkin dapat melayani

seluruh desa di Pati sehingga hanya ada beberapa lokasi saja yang akan dijadikan

alternatif pemberhentian mobile unit. Alternatif lokasi pemberhentian mobile unit

ini diharapkan sesedikit mungkin tetapi dapat mencakup semua titik demand.

Penentuan lokasi ini akan didasarkan oleh tiga kriteria, yaitu demand, jarak

antar titik alternatif pemberhentian mobile unit dan kekuatan sinyal. Semakin

banyak jumlah penduduk yang belum memiliki kartu penduduk ( demand ) maka

lokasi tersebut semakin berpotensi dijadikan lokasi alternatif pemberhentian

mobile unit. Kemudian jarak antara titik pemberhentian mobile unit dengan desa

sekitar akan menjadi pertimbangan juga. Selain jumlah penduduk dan jarak,

kekuatan sinyal di calon titik alternatif tersebut juga ikut mempengaruhi

penentuan lokasi, dikarenakan mobile unit bersifat semi-online dan membutuhkan

sinyal yang baik untuk pengiriman data. Ada tiga provider yang akan diukur

(43)

commit to user

I - 3

provider ini didasarkan bahwa ketiga provider tersebut memiliki jumlah BTS

terbanyak di Indonesia. Provider Telkomsel memiliki 51.006 BTS (Achmad R.N,

2012) provider Indosat memiliki BTS 19.253(PT Indosat Tbk, 2012) BTS dan

provider Excelcomindo memiliki 30.700 BTS (Rina Garmina, 2012).

Penentuan lokasi ini menggunakan metode Set Covering Problem yang

mengacu pada network model yang dikembangkan oleh Eko Liqquidanu untuk

menentukan titik-titik lokasi fasilitas pelayanan dengan fungsi objektif biaya

transportasi yang ditanggung oleh konsumen.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka dapat

dirumuskan suatu masalah yaitu :

“Bagaimana menetukan lokasi alternatif pemberhentian mobile unit kartu

penduduk berdasarkan jumlah penduduk yang belum memiliki kartu penduduk,

jarak alternatif pemberhentian dengan desa sekitar dan kekuatan sinyal?”

1.3.Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam masalah ini lebih terarah dan tidak terlalu meluas

serta untuk memahami permasalahan yang akan dibahas, maka perlu kiranya ada

batasan permasalahan. Adapun batasan-batasan permasalahan dalam penelitian ini

sebagai berikut :

a. Titik lokasi layanan hanya di pusatkan pada kantor kepala desa dan

kantor kecamatan.

b. Provider telekomunikasi yang digunakan hanya Telkomsel, Indosat

dan Excelcomindo.

c. Data Kependudukan yang digunakan adalah data kependudukan

periode April – Juni 2011.

1.4.Asumsi

a. Traffic data dari layanan mobile unit ke server di Kantor Catatan Sipil

Kabupaten Pati dapat di transfer melalui sinyal GPRS.

b. Pengumpulan data jarak antar desa menggunakan pendekatan visual.

(44)

commit to user

I - 4 1.5.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menentukan titik-titik

lokasi kunjungan untuk tiap kecamatan yang

memungkinkan dijadikan titik lokasi alternatif pemberhentian mobile unit.

1.6.Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah membantu Dinas Catatan Sipil

Kabupaten Pati untuk menentukan alternatif lokasi mobile unit untuk setiap

kecamatan.

1.7.Sistematika Penulisan

Pada bagian ini menguraikan gambaran umum mengenai tata cara penyusunan

laporan kerja praktek dan isi pokok dari laporan ini.

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan tugas akhir,

manfaat yang diperoleh dari hasil tugas akhir, batasan masalah yang

berfungsi membatasi laporan agar tidak terlalu luas dan menentukan secara

spesifik area pembahasan yang akan dilakukan, asumsi yang berfungsi

untuk menyederhanakan kompleksitas permasalahan yang dihadapi, dan

sistematika penulisan yang berisi urutan penulisan bab dalam tugas akhir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Memuat konsep dan teori pendukung penelitian dalam pengolahan data.

Sumber diperoleh dari referensi-referensi terkait.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi langkah-langkah penyelesaian masalah secara umum (gambaran

terstruktur tahap demi tahap proses penyelesaian masalah yang

digambarkan dalam bentuk flowchart).

BAB IV PENGUMPULAN DAN PEGOLAHAN DATA.

Berisi data-data yang diperlukan untuk penyelesaian masalah dan

pengolahannya secara bertahap.

BAB V ANALISIS

Berisi uraian analisa dan interpretasi hasil pengolahan yang telah

(45)

commit to user

I - 5 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan hasil dari pengolahan data dan analisa serta saran-saran

Gambar

gambar 2.1.
Gambar 2.2 Uraian (Sumber : DaskinBreakdown) Model Lokasi Discrete . “What You Should Know About Location Modeling”(2008)
Gambar 2.3 Vektor
Gambar 2.4 Raster
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya permasalahan tersebut, Koperasi Wanita Putri Harapan perlu manggunakan sistem terkomputerisasi yaitu dengan menggunakan sistem informasi simpan pinjam yang

Menyimak kuliah dari dosen, tanya jawab, mengerjakan tugas, diskusi Membuat rumusan pendekatan pembelajran dalam IPA (Sains)1. LCD , OHP Kapita Selekta

Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri,

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan struktur cerita anak karya Dyah Saptorini (2) Mendeskripsikan aspek psikologis tokoh utama dalam cerita anak karya

Sebelum tinggal di alamat sekarang, mereka membawa produk kursi lois (jenis kursi tamu yang modelnya berasal dari model kursi pada masa pemerintahan raja Louis dari Perancis)

Memang jika berbicara tentang pendidikan dikaitkan dengan kejahatan mungkin banyak permasalahan yang akan muncul, oleh karena itu penulis batasi seperti pendidikan

Tablica 5.6 Kritična dionica pumpe sustava potrošne tople

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini telah terbukti bahwa dengan meng- gunakan