• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Diversi Terhadap Anak Sebagai Pelaku Dalam Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Diversi Terhadap Anak Sebagai Pelaku Dalam Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan) Chapter III V"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PENERAPAN DIVERSI DI PENGADILAN NEGERI MEDAN TERHADAP

ANAK SEBAGAI PELAKU DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS A.Pengaturan Diversi dalam Sistem Hukum Peradilan Pidana Anak

1. Pelaksanaan Diversi Berdasarkan Peraturan yang Berlaku di

Indonesia

Sistem pemidanaan merupakan aturan perundang-undangan yang

berhubungan dengan sanksi pidana dan pemidanaan (the statutory rules relating

to penal sanction and punishment). Sistem pemidanaan dimaksud dapat dilihat

dari sudut fungsional dan sudut norma substansional. Dari sudut fungsional

diartikan sebagai keseluruhan sistem yang mengatur tentang bagaimana hukum

pidana ditegakkan secara konkrit sehingga seseorang dijatuhi sanksi pidana.

Sistem pemidanaan demikian identik dengan sistem penegakkan hukum pidana

yang terdiri dari substansi hukum pidana materiil, substansi hukum pidana formal,

dan substansi hukum pelaksanaan pidana. Sistem pemidanaan fungsional dapat

diartikan pula sebagai sistem pemidanaan dalam arti luas.148

Dilihat dari sudut norma-substantif, sistem pemidanaan dapat diartikan

sebagai keseluruhan sistem norma hukum pidana materiil untuk menjatuhkan dan

pelaksana pidana. Sistem pemidanaan dalam arti substantif diartikan pula sebagai

sistem pemidanaan dalam arti sempit, yaitu menyangkut masalah aturan/ketentuan

tentang penjatuhan pidana.149

Sistem peradilan pidana anak merupakan suatu sistem penegakkan hukum

pidana anak yang dilaksanakan secara terpadu oleh 4 (empat) subsistem

148

Nandang Sambas,” Pembaruan Sistem Pidana Anak di Indonesia”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010. Hal : 1

149

(2)

kekuasaan, yaitu kekuasaan penyidikan, kekuasaan penuntutan, kekuasaan

mengadili/ menjatuhkan pidana, dan kekuasaan eksekusi atau pelaksanaan pidana,

berdasarkan hukum pidana materil anak, hukum pidana formal anak, dan hukum

pelaksanaan pidana anak, serta aktivitas dalam penegakan hukum pidana anak ini

lebih menekankan pada kepentingan perlindungan anak dan tujuan kesejahteraan

anak.150

Kebijakan penjatuhan pidana (khususnya pidana perampasan kemerdekaan)

terhadap anak menunjukkan adanya kecenderungan bersifat merugikan

perkembangan perkembangan jiwa anak di masa mendatang. Kecenderungan

bersifat merugikan ini akibat keterlibatan anak dalam peroses peradilan pidana

anak, dan dapat disebabkan akibat dari efek penjatuhan pidana yang berupa

stigma. Efek negatif pada anak akibat keterlibatan anak dalam proses peradilan

pidan dapat berupa peenderitaan fisik dan emosional seperti ketakutan,

kegelisahan, gangguan tidur, gangguan nafsu makan maupun gangguan jiwa.

Terjadinya efek negatif ini disebabkan oleh adanya proses peradilan pidana, baik

sebelum pelaksanaan sidang, saat pemeriksaan perkara, dan efek negatif

keterlibatan anak dalam pemeriksaan perkara pidana.151

Sistem pemidanaan anak berupa penjara sangatlah memberikan efek negatif

bagi tumbuh kembang seorang anak untuk itu diperlukan solusi cerdas untuk

mengatasi permasalahan tersebut agar anak dapat dijauhi dari efek negatif

pemidanaan. Untuk itu diversi diperlukan sebagai solusi untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut.

150

Setya Wahyudi,”Implementasi Ide Diversi dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

Anak di Indonesia”, Genta Publishing, Yogyakarta, 2011. Hal.37

151

(3)

Ide diversi dicanangkan dalam United Nations Standard Minimum Rules

for the Administration of Juvenile justice (SMRJJ) atau The Beijing Rules

(Resolusi Majelis Umum PBB 40/30 tanggal 29 November 1985), dimana diversi

(Diversion) tercantum didalam Rule 11.1, 11.2 dan Rule 17.4. Berdasarkan

United Nations Standard Minimum Rules for the Administration of Juvenile

justice (SMRJJ) (The Beijing Rules), diversi adalah pemberian kewenangan

kepada aparat pengak hukum untuk mengambil tindakan-tindakan kebijaksanaan

dalam menangani atau menyelesaikan masalah pelanggaran anak dengan tidak

mengambil jalan formal antara lain menghentikan atau tidak

meneruskan/melepaskan dari proses peradilan pidana atau

mengembalikan/menyerahkan kepada masyarakat dan bentuk-bentuk kegiatan

pelayanan sosial lainnya. Penerapan diversi dapat dilakukan di dalam semua

tingkatan pemeriksaan, dimaksudkan untuk mengurangi dampak negatif

keterlibatan anak dalam proses peradilan tersebut.152

Istilah diversi di Indonesia pernah di munculkan dalam perumusan hasil

seminar nasional peradilan pidana anak yang diselenggarakan oleh fakultas

hukum Universitas Padjadjaran Bandung pada Tanggal 5 Oktober 1996. Di dalam

perumusan hasil seminar disepakati antara lain, diversi yaitu kemungkinan hakim

menghentikan atau mengalihkan atau tidak meneruskan pemeriksaan perkara dan

pemeriksaan di muka sidang. Pengertian diversi di Indonesia dapat dilihat di

dalam dokumen pelatihan untuk polisi. Manual pelatihan untuk polisi

menyebutkan diversi adalah ide pemikiran tentang pengalihan proses formal

152

(4)

pemeriksaan perkara anak kepada proses informal dalam bentuk program-program

diversi, jika memenuhi syarat-syarat tertentu.153

Diversi didalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 adalah pengalihan

penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar

peradilan pidana. Ide diversi sebagai bentuk pengalian atau penyampingan

penanganan kenakalan anak yang bersifat pelayanan kemasyarakatan, dan ide

diversi dilakukan untuk menghindarkan anak pelaku dari dampak negatif praktek

penyelenggaraan peradilan pidana anak. Program diversi memberikan keuntungan

pada masyarakat dalam penanganan yang awal dan cepat terhadap pelaku

menyimpang. Penanganan awal ini juga menghemat biaya yang dikeluarkan oleh

polisi setempat. Anak pelaku tindak pidana tersebut akan diberi petunjuk oleh

polisi, pembina pidana bersyarat remaja, petugas departemen kehakiman, dan

sekolah menghubungi polisi, kemudian remaja secara sukarela mengikuti

konsultasi dan atau pendidikan yang cocok dan kegiatan sosial kemasyarakatan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni Batu Bara,

SH,MH.154 Seorang anak harus menjalani proses diversi karena anak adalah aset bangsa yang harus dilindungi kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya

walaupun anak tersebut merupakan seorang pelaku tindak pidana, anak haruslah

memperoleh perlindungan hukum sebab kesalahan anak adalah kesalahan orang

tua yang mendidiknya maupun lingkungannya dan agar perampasan kemerdekaan

153

Ibid, Hal. 58

154

(5)

dan pemidanaan merupakan upaya hukum terakhir bagi anak pelaku tindak

pidana.155

Manfaat pelaksanaan program diversi bagi pelaku anak, dapat

dikemukakan sebagai berikut :

a. Membantu anak-anak belajar dari kesalahannya melalui intervensi

selekas mungkin.

b. Memperbaiki luka-luka karena kejadian tersebut, kepada keluarga

korban dan masyarakat.

c. Kerjasama dengan pihak orang tua, pengasuh, dan diberi nasihat hidup

sehari-hari.

d. Melengkapi dan membangkitkan anak-anak untuk membuat keputusan

untuk bertanggung jawab.

e. Berusaha untuk mengumpulkan dana untuk restitusi kepada korban.

f. Memberikan tanggung jawab anak atas perbuatannya, dan memberikan

pelajaran tentang kesempatan untuk mengamati akibat-akibat dan efek

kasus tersebut.

g. Memberikan pilihan bagi pelaku untuk berkesempatan menjaga agar

tetap bersih atas catatan kejahatan.

h. Mengurangi beban pada peradilan dan lembaga penjara.

i. Pengendalian kejahatan anak/remaja.

Tujuan diversi di dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 disebutkan

bahwa diversi dilaksanakan untuk :

a. Mencapai perdamaian antara korban dan Anak;

155

(6)

b. Menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan;

c. Menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan;

d. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan

e. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak.156

Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 pasal 7 meyebutkan bahwa terdapat

beberapa tahap pelaksanaan diversi yaitu pada tahap penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan perkara Anak di pengadilan negeri wajib diupayakan Diversi,

mengenai teknis pelaksanaan diversi ini diatur di dalam Pemerintah No. 65 tahun

2015.

Syarat-syarat pelaksanaan diversi seperti yang terdapat didalam Pasal 7

ayat 2 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 dan Pasal 3 ayat 2 Peraturan

Pemerintah No. 65 Tahun 2015 yaitu, diversi dapat dilaksanakan apabila

mendapat persetujuan dari para pihak dan hanya dalam hal tindak pidana yang

dilakukan oleh anak yang ancaman hukumannya dibawah 7 (tujuh) tahun dan

bukan pengulangan tindak pidana.157 Pengulanagan tindak pidana atau residivis dalam hukum positif adalah dikerjakannya suatu tindak pidana oleh seseorang

sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat keputusan akhir.158 Dari sudut ilmu pengetahuan hukum pidana, pengulangan tindak pidana

dibedakan atas 3 jenis, yaitu :

a.) General residive (pengulangan umum), Tindak pidana yang termasuk

dalam pengulangan umum ini adalah tindak pidana yang dilakukan

seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan dengan putusan

156

Pasal 6 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

157

Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni Batu Bara SH,MH. Hakim yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 05-01-2017.

158

(7)

pemidanaan karena suatu tindak pidana yang dilakukannya, kemudian

menjalani pidana baik sebagian atau seluruhnya, belum melampaui waktu

5 (lima) tahun ia melakukan lagi tindak pidana yang berupa tindak pidana

apapun. Misalnya tindak pidana pertama yang dilakukan adalah tindak

pidana pencurian sedangkan tindak pidana berikutnya adalah pembunuhan.

b.) Special residive (pengulangan khusus) Tindak pidana yang termasuk

dalam pengulangan khusus ini adalah tindak pidana yang dilakukan

seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan dengan putusan

pemidanaan karena suatu tindak pidana yang dilakukannya, kemudian

menjalani pidana baik sebagian atau seluruhnya, belum melampaui waktu

5 (lima) tahun, ia melakukan lagi tindak pidana yang sama atau sejenis

dengan tindak pidana yang pertama.

c.) Tussen stelsel Tindak pidana yang termasuk dalam pengulangan umum ini

adalah tindak pidana yang dilakukan seseorang yang telah diputuskan oleh

pengadilan dengan putusan pemidanaan karena suatu tindak pidana yang

dilakukannya, kemudian menjalani pidana baik sebagian atau seluruhnya,

belum melampaui waktu 5 (lima) tahun ia melakukan lagi tindak pidana

yang berupa tindak pidana yang masih dalam satu kualifikasi tindak

pidana yang pertama. Misalnya tindak pidana pertama yang dilakukan

adalah tindak pidana pencurian sedangkan tindak pidana berikutnya adalah

tindak pidana pencurian pada malam hari.159

159

(8)

Pasal 9 ayat 2 UU No. 11 Tahun 2011, Diversi dalam pelaksanaanya harus

mendapatkan persetujuan korban dan/atau Keluarga korban serta kesediaan Anak

dan Keluarganya, kecuali untuk :

a.) Tindak pidana yang berupa pelanggaran

b.) Tindak pidana ringan

c.) Tindak pidana tampa korban

d.) Nilai kerugiannya tidak melebihi dari upah minimun provinsi setempat

Proses diversi dalam pelaksanaannya wajib mempertimbangkan

kepentingan korban, kesejahteraan dan tanggung jawab anak, penghindaran

stigma negatif, penghindaraan pembalasan, keharmonisan masyarakat, kepatutan,

kesusilaan, dan ketertiban umum.160 Didalam penjelasan Pasal 6 Ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan

Penanganan Anak yang Belum berumur 12 (Dua Belas) Tahun dijelaskan yang

dimaksud dengan :

a.) Kepentingan Korban adalah hak dari Korban atau Anak Korban harus

diperhatikan secara proporsional.

b.) Kesejahteraan dan tanggung jawab Anak adalah anak tetap diberikan

hak-haknya namun tetap dilakukan pembinaan atas kesalahannya agar

Anak tidak lepas dari tanggung jawab untuk melaksanakan

kesepakatan Diversi.161

Pelaksanaan diversi oleh penyidik, penuntut umum, dan hakim harus

melakukan 4 pertimbangan dalam pelaksanaan diversi yaitu pertama, ketentuan

160

Pasal 8 ayat 3 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

161

(9)

kategori tindak pidana yaitu ketentuan yang merupakan indikator bahwa semakin

rendah ancaman pidana semakin tinggi prioritas diversi, diversi tidak

dimaksudkan untuk dilaksanakan terhadap pelaku tindak pidana yang serius,

misalnya pembunuhan, pemerkosaan, pengedar narkoba, dan terorisme yang

diancam diatas 7 (tujuh) tahun, kedua yaitu umur anak, umur anak dalam

ketentuan ini untuk menentukan prioritas pemberian diversi semakin muda umur

anak semakin tinggi prioritas diversi, ketiga adalah hasil penelitian

kemasyarakatan dari Bapas, dan keempat adalah Dukungan lingkungan keluarga

dan masyarakat.162

Selama proses diversi sampai dengan kesepakatan diversi dilaksanakan,

Pembimbing Kemasyrakatan wajib melakukan pendampingan, pembimbingan dan

pengawasan.163 Anak harus ditempatkan atau didampingi oleh orang tua/wali selama menjalani proses diversi dan apabila anak tersebut tidak memiliki orang

tua atau wali maka anak tersebut ditempatkan di LPKS. Selanjutnya apabila

diversi telah mencapai kesepakatan maka hasil kesepakatan diversi dituangkan

kedalam Surat Kesepakatan Diversi dan harus di tetapkan oleh Ketua Pengadilan

Negeri di wilayah tempat terjadinya perkara atau di wilayah tempat kesepakatan

Diversi dibuat.164

PERMA No. 4 Tahun 2014 Pasal 4 ayat 2 Pelaksanaan diversi harus di

hadiri oleh Pihak-pihak di dalam proses pelaksanaan diversi yang terdiri dari :

a.) Anak dan orang tua/wali atau pendampingnya

b.) Korban dan/atau orang tua/walinya

162

Penjelasan Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

163

Pasal 14 ayat 2 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

164

(10)

c.) Pembimbing Kemasyarakatan

d.) Pekerja Sosial Profesional

e.) Perwakilan Masyarakat

f.) Pihak-pihak terkait lainnya yang dipandang perlu untuk dilibatkan dalam

Musyawarah Diversi.165

2. Tahapan dalam Proses Diversi

Dalam menangani perkara Anak, Anak Korban, dan/atau Anak Saksi,

Pembimbing Kemasyarakatan, Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga

Kesejahteraan Sosial, Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan Advokat atau

pemberi bantuan hukum lainnya wajib memperhatikan kepentingan terbaik bagi

Anak dan mengusahakan suasana kekeluargaan tetap terpelihara.166 A.)Tahap Penyidikan

Penyidikan terhadap perkara Anak dilakukan oleh Penyidik yang

ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia dengan kriteria penyidik yaitu :

1.) Telah berpengalaman sebagai penyidik.

2.) Mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah Anak.

3.) Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan Anak.

Pelaksanaan diversi pada tahap penyidikan dapat dilakukan dengan cara

musyawarah yang melibatkan anak dan orang tua/walinya, korban dan/atau orang

tua/walinya, pembimbing kemasyarakatan dan pekerja sosial profesional

berdasarkan pendekatan keadilan restoratif. Pasal 29 Undang-Undang No. 11

165

PERMA No. 4 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana Anak.

166

(11)

tahun 2012, diversi dapat dilakukan penyidik dalam hal ini pihak kepolisian

melakukan diskresi kebijakan Penyidik Anak dalam menetapkan suatu perkara

anak pelaku tindak pidana, tidak dilanjutkan pemeriksaanya dengan pertimbangan

hukum yang sesuai dengan perundang-undangan dan demi kepentingan terbaik

bagi anak. Oleh karena itu penyidik berwenang untuk melakukan diskresi dengan

dikeluarkan surat penetapan penghentikan penyidikan.

Penyidikan terhadap perkara Anak, Penyidik wajib meminta pertimbangan

atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan setelah tindak pidana dilaporkan

atau diadukan. Dalam hal dianggap perlu, Penyidik dapat meminta pertimbangan

atau saran dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater, tokoh agama, Pekerja Sosial

Profesional atau Tenaga Kesejahteraan Sosial, dan tenaga ahli lainnya. Dalam

melakukan pemeriksaan terhadap Anak Korban dan Anak Saksi, Penyidik wajib

meminta laporan sosial dari Pekerja Sosial Profesional atau Tenaga Kesejahteraan

Sosial setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan.167

Penyidik menyampaikan surat pemberitahuan dimulainya penyidikan dan

berkoordinasi dengan penuntut umum dalam jangka waktu 1 x 24 (satu kali dua

puluh empat jam) sejak surat perintah penyidikan diterbitkan dan sejak

dimulainya penyidikan.168 Penyidik memberitahu dan menawarkan penyelesaian perkara melalui diversi kepada Anak dan/atau orang tua/wali, korban atau Anak

Korban dan/atau orang tua/wali dalam jangka waktu 7 x 24 (tujuh kali dua puluh

empat jam) sejak dimulainya penyidikan. Jika semua pihak sepakat melakukan

diversi, penyidik menentukan tanggal dimulainya musyawarah diversi.

167

Pasal 27 Undang-undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

168

(12)

Hasil kesepakatan diversi dituangkan kedalam bentuk Surat Kesepakatan

dan hasil dari kesepakatan diversi harus ditetapkan oleh Pengadilan Negeri di

wilayah tempat terjadinya perkara atau di wilayah tempat kesepakatan Diversi.169 Musyawarah diversi pada tahap penyidikan dipimpin oleh Penyidik sebagai

fasilitator dan Pembimbing Kemasyarakatan sebagai wakil fasilitator.170 Jika musyawarah diversi mencapai kesepakatan Surat Kesepakatan Diversi

ditandatangani oleh Anak dan/atau orang tua/wali, korban, Anak Korban, dan/atau

orang tua/wali, penyidik, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial,171 selanjutnya penyidik menyampaikan Surat Kesepakatan Diversi dan Berita Acara

Diversi Kepada atasan langsung penyidik dan dalam jangak waktu 3 (tiga) hari

terhitung sejak tanggal dicapainya kesepakatan diversi atasan langsung Penyidik

mengirimkan Surat Kesepakatan Diversi dan berita acara Diversi kepada Ketua

Pengadilan Negeri untuk memperoleh penetapan.172 Sedangkan apabila proses musyawarah diversi tidak mencapai kesepakatan, maka penyidik harus membuat

laporan dan berita acara proses diversi dan mengirimkan berkas kepada penuntut

umum serta melanjutkan proses persidangan pidana.173 B.)Tahap Penuntutan

Proses diversi pada tahap penuntutan dilakukan apabila pada tahap

penyidikan diversi gagal dilakukan dan tidak memperoleh kesepakatan diversi.

Dalam hal penyidikan sudah dianggap selesai penyidik menyerahkan tanggung

169

Pasal 15 Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum berumur 12 (Dua Belas) Tahun.

170

Pasal 16 Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum berumur 12 (Dua Belas) Tahun.

171

Pasal 18 Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum berumur 12 (Dua Belas) Tahun.

172

Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum berumur 12 (Dua Belas) Tahun.

173

(13)

jawab atas anak dan barang bukti kepada Penuntun Umum.174 Pelaksanaan diversi pada tahap penuntutan dilakukan oleh Penuntut Umum, dengan melibatkan Anak

dan Orang Tua/Walinya, Korban atau Anak Korban dan/atau orang tua/walinya.

175

Pelaksanaan diversi dilakukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari

terhitung sejak tanggal dimulainya diversi. Diversi pada tahap penuntutan

dipimpin oleh Penuntut umum sebagai fasilitator dan Pembimbing

Kemasyarakatan sebagai wakil fasilitator dan dapat melibatkan masyarakat.176 Proses diversi pada tahap penuntutan apabila telah mencapai kesepakatan

maka Surat Kesepakatan Diversi ditandatangani oelh anak dan/atau orang

tua/Wali, Anak Korban dan/atau orang tua/wali, Penuntut Umum, Pembimbing

Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional serta dicatat kedalam berita acara

Diversi.177 Selanjutnya penuntut umum menyampaikan Surat Kesepakatan Diversi dan Berita Acara Diversi kepada atasan langsung Penuntut Umum. Dalam jangka

waktu 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal dicapainya kesepakatan diversi, atasan

langsung Penuntut Umum mengirimkan Surat Kesepakatan Diversi dan berita

acara Diversi kepada ketua Pengadulan Negeri untuk memperoleh

penetapan,178dan Ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan penetapan kesepakatan Diversi sekaligus menetapkan status barang bukti dalam jangka waktu 3 (tiga )

174

Pasal 31 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum berumur 12 (Dua Belas) Tahun.

175

Pasal 33 ayat 3 Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum berumur 12 (Dua Belas) Tahun.

176

Pasal 34 Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum berumur 12 (Dua Belas) Tahun.

177

Pasal 36 Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum berumur 12 (Dua Belas) Tahun.

178

(14)

hari terhitung sejak tanggal kesepakatan Diversi dan berita acara diterima.179 Apabila musyawarah diversi tidak mencapai kesepakatan, Penuntut Umum

membuat laporan dan berita acara proses diversi dan melimpahkan perkara

Diversi kepada Pengadilan.180

C.)Tahap Pemeriksaan di Pengadilan

Tahap pemeriksaan dipengadilan dilakukan apabilan proses diversi tingkat

penuntutan tidak berjalan dengan baik atau tidka mencapai kesepakatan. Setelah

berkas dilimpahkan ke Pengadilan Negeri katua pengadilan dalam jangka waktu 3

(tiga) hari terhitung sejak tanggal pelimpahan perkara diterima dari Penuntut

Umum.181

Hakim dalam pelaksanaan proses diversi adalah hakim anak seperti yang

terdapat di dalam pasa1 1 angka 10 bahwa di dalam Undang-Undang No 11

Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak hakim adalah hakim Anak.

Hakim Anak adalah hakim yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung yang

berwenang memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara Anak Nakal di

Pengadilan.182

Berkaitan dengan hakim anak, dalam Pasal 10 Undang-Undang No. 3

Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak ditentukan syarat-syarat untuk dapat

ditetapkan sebagai Hakim Anak yaitu :

a.) Telah berpengalaman sebagai hakim di Pengadilan dalam lingkungan

Pengadilan Umum, dan

179

Pasal 38 Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum berumur 12 (Dua Belas) Tahun.

180

Pasal 35 Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum berumur 12 (Dua Belas) Tahun.

181

Pasal 49 Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum berumur 12 (Dua Belas) Tahun.

182Sri Sutatiek, “

(15)

b.) Mempunyai minat perhatian, dedikasi, dan memahami masalah

anak.183

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak secara tersirat dapat dipahami bahwa Hakim Anak mempunyai

peran besar dalam mengemban amanat penanganan anak nakal berdasarkan

kepentingan terbaik anak. Undang-undang memberikan peran aktif dan dominan

kepada hakim anak dalam proses pemidanaan, dibandingakan dengan peran

penyidik, dan Penuntut Umum. Karena itu titik sentral penanganan anak nakal

bertitik tumpu pada pada kebijaksanaan hakim anak. Jika Hakim anak tidak

memahami kondisi anak dalam perpektif perlindungan dan kesejahteraan anak

serta teknis yudisial pengadilan anak maka hakim akan terjebak pada pola

penerapan yang sama dengan sistem peradilan orang dewasa.184

Proses diversi dalam pemeriksaan di pengadilan dilakuakan dengan

melalui musyawarah diversi.185 Pelaksanaan musyawarah diversi di pengadilan melibatkan Hakim, Anak dan/atau Orang tau/Wali, Pembimbing Kemasyarakatan,

dan Pekerja Sosial profesional serta dapat melibatkan masyarakat yang terdiri atas

tokoh agama, guru, tokoh masyarakat, pendamping dan/atau Advokat atau

Pemberi Bantuan Hukum.186

Musyawarah diversi dilakukan oleh hakim sebagai fasilitator dan

Pembimbing Kemasyarakatan sebagai wakil fasilitator. Dalam proses

musyawarah diversi mencapai kesepakatan, Surat Kesepakatan Diversi ditanda

183

Ibid, Hal. 16

184

Ibid, Hal. 4

185

Pasal 51 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum berumur 12 (Dua Belas) Tahun.

186

(16)

tangani oleh anak dan/ atau Orang tua/Wali, korban, Anak Korban dan atau Orang

Tua/ Wali, hakim, Pembimbing kemasyarakatan dan pekerja sosial profesional

dan pelaksanaan diversi dicatat dalam berita acara Diversi. Selanjutnya Surat

Kesepakatan Diversi dan berita acara Diversi oleh hakim yang menangani

perkara tersebut disampaikan kepada Ketua Pengadilan Negeri dan Ketua

Pengadilan Negeri memintakan Hakim untuk menerbitkan penetapan penghentian

pemeriksaan perkara berdasarkan pelaksanaan kesepakatan Diversi.187

Tahapan Musyawarah diversi di pengadilan menurut PERMA No.4 Tahun

2004 adalah :

1.) Persiapan Diversi :

a.) Setelah ketua pengadilan mengeluarkan penetapan untuk

melaksanakan diversi, hakim yang ditunjuk sebagai fasilitatator diversi

mengeluarkan penetapan hari Musyawarah diversi.

b.) Hakim memerintahkan Penuntut umum untuk mengadirkan para pihak

dalam diversi.

2.) Tahapan Musyawarah diversi

a.) Musyawarah diversi dibuka oleh fasilitator diversi

b.) Fasilitator diversi menjelaskan tugas fasilitator diversi

c.) Fasilitator diversi menjelaskan secara ringkas dakwaan dan

pembimbing kemasyarakatan memberikan informasi tentang perilaku

dan keadaan sosial anak serta memberikan saran untuk memperoleh

penyelesaian.

187

(17)

d.) Fasilitator diversi wajib memberikan kesempatan bagi anak untuk di

dengan keterangannya perihal dakwaan. Orang tua/wali untuk

menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan anak dan

bentuk penyelesaiannya.

e.) Pekerja soaial profesional memberikan informasi tentang keadaan

sosial anak korban dan memberikan saran untuk memperoleh

penyelesaian.

f.) Bila dipandang perlu fasilitator diversi dapat memanggil perwakilan

masyarakat maupun pihak lain.

g.) Bila dipandang perlu, fasilitator diversi dapat melakukan pertemuan

terpisah dengan para pihak.

h.) Fasilitator diversi menuangkan hasil musyawarah kedalam

kesepakatan diversi.

i.) Penyusunan kesepakatan diversi, fasilitator diversi memperhatikan dan

mengarahkan agar kesepakatan diversi tidak bertentangan dengan

hukum, agama, kepatutan masyarakat setempat, kesusilaan atau

memuat hal-hal yang tidak dapat dilaksanakan oleh anak atau memuat

itikad tidak baik.

3. Pertanggung Jawaban Pidana Anak sebagai Pelaku dalam Kasus

Kecelakaan Lalu Lintas

Masalah pertanggung jawaban dan khususnya pertanggung jawaban

pidana berkaitan dengan beberapa hal. Permasalahannya antara lain :

(18)

b. Tingkat kemampuan bertanggung jawab: mampu, kurang mampu, tidak

mampu.

c. Batas umur untuk dianggap mampu atau tidak mampu bertanggung

jawab.188

Kemampuan bertanggung jawab merupakan salah satu unsur kesalahan

yang tidak dapat dipisahkan dengan dua unsur tindak pidana yang lain. Istilah

dalam bahasa Belanda adalah toerekeningsvatbaar, tetapi pompe lebih suka

menggunakan teorekeninbaar. Pertanggung jawaban yang merupakan inti dari

kesalahan yang di maksud didalam hukum pidana adalah pertanggung jawaban

menurut hukum pidana. Walaupun sebenarnya menurut hukum etika setiap orang

bertanggung jawab atas segala perbuatannya tetapi dalam hukum pidana yang

menjadi pokok permasalahan hanyalah tingkah laku yang mengakibatkan hakim

menjatuhkan hukuman pidana.189 KUHP mengatur mengenai ketentuan tentang arti kemampuan tentang arti kemampuan bertanggung jawab, yang berhubungan

dengan itu adalah Pasal 44 : “yaitu barang siapa melakukan perbuatan yang tidak

dapat dipertanggung jawaban kepadanya, karena jiwanya, cacat dalam tubuh atau

jiwa yang terganggu karena penyakit. Kalau tidak dapat

dipertanggungjawabkannya itu disebabkan karena hal lain, misalnya jiwanya tidak

normal karena masih sangat muda atau lain-lain, pasal tersebut tidak dapat di

pakai.190

Tentang kemampuan bertanggungjawab ini terdapat beberapa batasan

yang dikemukakan oleh para pakar, antara lain :

188 Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, “Politik Hukum Pidana”, Pustaka

Belajar, Yogyakarta, 2005. Hal. 62

189

Ibid, Hal. 65.

190

(19)

a.) Simons, Kemampuan bertanggung jawab dapat diartikan suatu keadaan psikis

sedemikian rupa, sehingga penerapan suatu upaya pemidanaan, baik ditinjau

secara umum maupun dari sudut orangnya dapat dibenarkan, selanjutnya

dikatakan, seorang pelaku tindak pidana mampu bertanggung jawab apabila :

1.) Mampu mengetahui/menyadari bahwa perbuatannya bertentangan

dengan hukum.

2.) Mampu menentukan kehendaknya sesuai dengan kesadaran tadi.

b.) Van Hamel, kemampuan bertanggung jawab adalah keadaan normalitas

kejiwaan dan kematangan yang membawa tiga kemapuan, yaitu :

1.) Mengerti akibat/nyata dari perbuatan sendiri

2.) Menyadari bahwa perbuatannya tidak di perbolehkan oleh masyarakat

(bertentangan dengan ketertiban masyarakat).

3.) Mampu menentukan kehendaknya untuk berbuat.

c.) Pompe, batasannya memuat beberapa unsur tentang pengertian ini adalah :

1.) Kemampuan bersifat pada pelaku yang memungkinkan pelaku menguasai

fikirannya dan menentukan kehendaknya

2.) Pelaku dapat mengerti makna dan akibat tingkah lakunya

3.) Pelaku dapat menentukan kehendaknya sesuai dengan pendapatnya

(tentang makna dan akibat tingkah lakunya).191

Hubungan pertanggungjawaban pidana dan sistem pertanggung jawaban bagi

seseorang yang usianya belum dewasa (anak-anak) didasarkan kepada

“kemampuan” bertanggung jawab. Selain itu ditentukan pula batas-batas umur

tertentu, misanya : anak dibawah umur 16 tahun, jika melakukan suatu tindak

191

(20)

pidana, tidak dipidana. Sistem yang mendasarkan kepada kemampuan

bertanggungjawab (kemampuan membedakan antara yang baik dan yang jelek),

dan batas usia tertentu bagi seseorang anak, tidak dianut lagi dalam hukum pidana

di Indonesia dewasa ini.192 Sistem pertanggung jawaban yang anut sekarang ialah sistem pertangung jawaban yang menyatakan bahwa semua anak, asal jiwanya

sehat dianggap mampu bertanggung jawab dan dapat dituntut. Namun terhadap

anak yang dimungkinkan untuk tidak dipidana, terutama bagi anak yang masih

sangat muda. Anak tersebut belum menginsyafi nilai maupun akibat serta

ketercelaan dari tindakannya, sehingga kesalahannya ditiadakan. Akan tetapi,

tidak harus diartikan bahwa undang-undang masih mengadakan pembeda antara

yang mampu dan tidak mampu bertanggung jawab.193

Kitab Undang-undang Hukum Pidana disamping dianut sistem yang

menyatakan semua anak mampu bertanggung jawab, asal jiwanya sehat, juga

dikenal batas usia sebelum 16 tahun (belum dewasa). Tetapi batas usia di sini

berbeda dengan batas usia pada sistem pertanggung jawaban yang di anut

sebelumnya. Jika batas usia 16 tahun berdasarkan sistem-sistem pertanggung

jawaban yang dianut sekarang, hakim dapat menjatuhkan pidana kepada

seseorang anak yang bersalah melakuakan suatu tindak pidana, maka batas usia

sebelumnya, anak tersebut tidak dipidana.194

Kitab Undang-undang Hukum Pidana jika seseorang anak belum berusia 16

tahun bersalah melakukan suatu tindak pidana, kepada hakim diberi kekusaan

untuk menentukan, apakah anak tersebut :

a. Dikembalikan kepada orang tuanya, tanpa pidana apapun.

192

Djoko Prakoso, “Hukum Penitensir Di Indonesia”, Liberty, Yogyakarta, 1988, Hal.162

193

Ibid, Hal.163

194

(21)

b. Atau memerintahkan agar yang bersalah diserahkan kepada pemerintahan

tanpa pidana apapun sampai anak tersebut berusia 18 tahun dengan syarat

sebagaimana ditentukan dalam pasal 45 dan 46 Kitab Undang-undang

Hukum Pidana.

c. Atau dipidana dengan maksimum pidana pokok dikurang sepertiga.195 Pertanggung jawaban pidana anak tidaklah cukup kalau hanya didasarkan

pada hukum materii seperti yang diatur didalam KUHP, karena KUHP tersebut

ketentuan hukumnya tidak saja brsifat konvensional yang mengacu kepada

kepentingan hukum kolonial Belanda, tetapi juga karena perilaku dan peradaban

manusia sudah demikian kompleks bahkan perkembangannya jauh lebih cepat

daripada aturan yang ada.196 Melalui pasal 103 KUHP, masih dibenarkan adanya perbuatan lain yang menurut undang-undang selain KUHP dapat dipidana

sepanjang undang-undang itu bertalian dengan masalah anak dan tidak

bertentangan dengan ketentuan KUHP. Untuk menentukan apakah perbuatan

tersebut memenuhi unsur tindak pidana atau tidak, dapat dilihat melalui tiga visi :

1. Subjek, artinya apakah anak tersebut dapat diajukan kepersidangan anak ?

apakah anak tersebut memiliki kemampuan bertanggung jawab terhadap

apa yang telah dilakukan? Bertalian dengan kemampuan bertanggung

jawab, Muljatno menuliskan bahwa kemampuan bertanggung jawab harus

ada :

1.) Kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk,

yang sesuai hukum dan yang melawan hukum.

195

Ibid, Hal.165

(22)

2.) Kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsyafan

tentang baik dan buruknya perbuatan tadi.

Kemampuan untuk menentukan mana baik dan buruk dalam melakukan

perbuatan melanggar hukum adalah tindakan yang menyangkut aspek

moraldan kejiwaan. Tanpa memiliki kekuatan moral dan kejiwaan ini,

seseorang tidak dapat dimintai pertanggung jawaban hukum atas tindakan

yang dilakukan.

2. Adanya unsur kesalahan, artinya apakah benar anak itu telah melakukan

perbuatan yang dapat dipidana atau dilarang oleh undang-undang. Hal ini

diperlukan untuk menghindari asas Geen Straf Zonder Schuld (tidak ada

pidana, jika tidak ada kesalahan).

3. Keakurasian alat bukti yang diajukan penuntut umum dan terdakwa untuk

membuktikan kebenaran surat dakwaannya. Alat bukti ini, minimal harus

ada dua, jika tidak terpenuhi terdakwa tidak dapat dipidana.197

Kasus kecelakaan lalu lintas yang di sebabkan oleh anak, dalam hal

pertanggung jawaban pidana, orang tua juga bertanggung jawab dalam hal ini

sebab peran orang tua dalam mengawasi anak-anak mereka sangatlah penting,

orang tua tidak seharusnya memperbolehkan anak-anak mereka membawa

kendaraan sendiri untuk berpergian dan harus ada pengawasan ketat dari orang tua

dan masyarakat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan seperti

kecelakaan lalu lintas.

Terhadap kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh anak dibawah umur

pertanggung jawaban sebenarnya tidaklah tertumpu pada anak itu sediri, tetapi

197

(23)

orang tua, pihak sekolah, masyarakat, dan aparat kepolisian saling keterkaitan

dalam mengurangi angka kecelakaan lalu lintas dan anak yang sengaja baik tidak

sengaja agar tidak bertambah angka kecelakaan lalu lintas yang di sebebkan oleh

anak.198

Anak sebagai pelaku kecelakaan lalu lintas tetap dapat diminta

pertanggung jawaban dalam kasus kecelakaan lalu lintas secara hukum dan dapat

di proses sesuai dengan Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak mulai dari tahap penyidikan sampai dengan tahap

pembimbingan setelah menjalani pidana.199

B.Penerapan Diversi pada Kasus Kecelakaan Lalu Lintas oleh Anak sebagai Pelaku (Studi Pengadilan Negeri Medan)

Pengadilan Negeri Medan terletak di Ibukota Provinsi Sumatera Utara

yakni Kota Medan. Pengadilan Negeri Medan merupakan salah satu pelaksana

kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan umum. Tugas pokok Pengadilan

Negeri Medan adalah sebagai berikut: 200

1.) Mengadili dan menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya sesuai

dengan Undang-Undang No. 84 Tahun 2004 tentang Kekuasaan

Kehakiman Peradilan Umum.

2.) Menyelenggarakan Administrasi Perkara dan Administrasi Umum lainnya.

198

Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni Batu Bara SH,MH. Hakim Anak yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 05-01-2017.

199

Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni Batu Bara SH,MH. Hakim Anak yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 05-01-2017.

200

Profil pengadilan Negeri Medan

http://www.pn-medankota.go.id/mdn/index.php/tentang-pengadilan/profil-pengadilan/sejarah-pengadilan Diakses

(24)

Pengadilan Negeri Medan memiliki Hakim sebanyak 38 orang, Hakim ad

hoc sebanyak 23 orang, Panitera sebanyak 47 orang, Jurusita Pengganti sebanyak

21 orang, dan Pegawai sebanyak 30 orang, untuk Hakim Anak, hampir seluruh

Hakim di Pengadilan Negeri Medan telah memperoleh sertifikasi hakim anak.201 Pengadilan Negeri Medan memiliki wilayah yurisdiksi yang masuk kedalam

wilayah hukum Pengadilan Tinggi Sumatera Utara dan daerah hukumnya meliputi

wilayahdengan luas kurang lebih 26.510 Km2 yang terdiri dari 21 kecamatan

yang ada di kota Medan.

Pengadilan Negeri Medan memiliki Pengadilan Anak, dibentuk dan

didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997, yang merupakan

implementasi dari Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi, bahwa setiap anak

berhak atas perlindungan, baik terhadap eksploitasi, perlakuan kejam dan

perlakuan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana dan Yurisdiksi

Peradilan Anak dalam hal perkara pidana adalah mereka yang telah berusia 8

tetapi belum mencapai 18 Tahun. Berdasarkan data dari tahun 2015-2016 kasus

tindak pidana oleh anak di Pengadilan Negeri Medan sebanyak 180 kasus dan 150

yang dapat dilaksanakan diversi, dari 143 kasus yang di diversi yang berhasil

menacapai kesepakatan diversi sebanyak 10 kasus dan 133 kasus tidak berhasil

mencapai kesepakatan diversi.202

Mekanisme pelaksanaan diversi di Pendilan Negeri Medan di awali

dengan penetapan diversi yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan paling lama 3

201

Hasil Wawancara dengan Ibu Riana Br. Pohan, S.H, M.H. Hakim Anak yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 26-01-2017.

202

(25)

(tiga) haru sejak tanggal pelimpahan perkara anak oleh penuntut umum.203 Hakim yang telah ditunjuk oleh Ketua Pengadilan terlebih dahulu menawarkan dan

mengenalkan proses diversi kepada Anak dan/atau Orang Tua/Wali, Korban atau

Anak Korban dan/atau Orang Tua/Wali dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak

tanggal Ketua Pengadilan Negeri menetapkan Hakim yang akan menjadi

fasilitator diversi. Jika para pihak sepakat melakukan diversi, hakim menentukan

tanggal dimulainya musyawarah diversi.204

Tahapan musyawarah diversi di Pengadilan Negeri Medan dilakukan

dengan cara, musyawarah diversi di Pengadilan Negeri Medan dibuka oleh

Fasilitator Diversi dengan memperkenalkan para pihak yang hadir dalam proses

diversi tersebut. Fasilitator diversi menjelaskan secara ringkas dakwaan yang telah

di ajukan oleh Penuntut umum mengenai pemasalahan atau kasus yang dihadapi

oleh pelaku dan pasal yang didakwakan kepada pelaku,205 dan Pembimbing Kemasyarakatan memberikan informasi tentang pelaku dan keadaan sosial anak

serta memberikan saran untuk memperoleh penyelesaian terbaik bagi anak pelaku

tindak pidana.206

Fasilitator diversi memberikan kesempatan kepada anak untuk didengar

keterangannya perihal dakwaan yang di dakwakan kepadanya, agar terdakwa

dapat menjelaskan apa yang sebenarnya telah terjadi dan memperoleh kesamaan

203

Hasil Wawancara dengan Ibu Riana Br. Pohan, S.H, M.H. Hakim Anak yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 26-01-2017.

204

Hasil Wawancara dengan Ibu Riana Br. Pohan, S.H, M.H. Hakim Anak yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 26-01-2017.

205

Hasil Wawancara dengan Ibu Riana Br. Pohan, S.H, M.H. Hakim Anak yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 26-01-2017.

206

(26)

keterangan antara anak pelaku tindak pidana dengan keterangan yang diajukan

oleh Penuntut Umum agar tercapainya keadilan.207

Korban/Anak korban, Orang Tua/Wali setelah mendengarkan keterangan

korban maka Fasilitator Diversi memberikan kesempatan untuk memberikan

tanggapan penyelesaian terbaik bagi keduabelah pihak dan bentuk penyelesaian

yang diharapkan oleh pihak korban.208 Pekerja sosial memberikan informasi tentang keadaan sosial anak korban serta memberikan saran untuk penyelesaian

yang diharapkan.

Apabila telah mencapai kesepakatan diversi, Fasilitator diversi

menuangkan hasil musyawarah diversi kedalam kesepakatan diversi dan berita

acara diversi dan akan diserahkan kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk

memperoleh penetapan. Penyusunan kesepakatan diversi fasilitator diversi

mengfokuskan dengan memperhatikan dan mengarahkan agar kesepakan diversi

tidak bertentangan dengan hukum, agama, kepatutan masyarakat setempat,

kesusilaan, atau memuat hal-hal yang tidak dapat dilaksanakan oleh anak atau

memuat itikad tidak baik.209

Musyawarah diversi dicatat dalam berita acara diversi dan ditanda tangani

oleh fasilitator diversi dan panitera pengganti. Selanjutnya kesepakatan diversi

ditanda tangani oleh para pihak dan dilaporkan kepada ketua pengadilan oleh

fasilitator diversi. Ketua pengadilan mengeluarkan penetapan kesepakatan para

pihak dan sekaligus menetapkan status barang bukti dalam jangka waktu 3 (tiga)

207

Hasil Wawancara dengan Ibu Riana Br. Pohan, S.H, M.H. Hakim Anak yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 26-01-2017.

208

Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni Batu Bara SH,MH. Hakim yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 05-01-2017.

209

(27)

hari sejak tanggal kesepakatan diversi ditandatangani.210 Setelah menerima penetapan dari ketua pengadilan, hakim menerbitkan penetapan penghentian

pemeriksaa perkara.211

Hakim meminta para pihak untuk melaksanakan diversi yang telah

disepakati dengan diawasi oleh Ketua Pengadilan Negeri terhadap pelaksanaan

diversi, serta Pembimbing Kemasyaraktan melakukan pendampingan,

pembimbingan, dan pengawasan dalam pelaksanaan diversi oleh kedua belah

pihak. 212

Diversi dilasanakan di Pengadilan Negeri Medan apabila proses diversi

pada tahap penyidikan di Kepolisian dan Penuntutan di Kejaksaan gagal

dilaksanakan.213 Diversi dilaksanakan di Pengadilan Negeri Medan dilaksanakan setelah menerima Penetapan Ketua Pengadilan dengan memuat waktu

pelaksanaan diversi dan tempat pelaksanaan diversi di lakukan di ruang mediasi

Pengadilan Negeri Medan dengan memerintahkan kepada Penuntut Umum untuk

mengahadirkan :

1.) Anak Pelaku dan Orang Tua/ Wali Pelaku

2.) Anak Korban/Korban dan Orang Tua/ Wali Korban

3.) Pembimbing Kemasyarakatan bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 05-01-2017.

211

Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni Batu Bara SH,MH. Hakim yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 05-01-2017.

212

Hasil Wawancara dengan Ibu Riana Br. Pohan, S.H, M.H. Hakim Anak yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 26-01-2017.

213

Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni Batu Bara SH,MH. Hakim yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 05-01-2017.

213

(28)

6.) Pihak-pihak lainnya yang di pandang perlu untuk dilibatkan dalam

musyawarah diversi.214

Hakim dalam proses pelaksanaan diversi adalah sebagai fasilitator dalam

musyawarah diversi untuk membantu agar tercapainya kesepakatan diversi

dengan mendengarkan keinginan anak, orang tua anak, dan korban atau orang tua

korban dan pembimbing kemasyarakatan serta pekerja sosial.215 Apabila dalam pelaksanaan diversi mengalami kegagalan atau tidak mencapai kesepakatan maka

dilanjutkan dengan proses peradilan pidana anak.216

Diversi di Pengadilan Negeri Medan sudah diterapkan sejak keluarnya

PERMA No. 04 Tahun 2014 tanggal 24 Juli 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan

Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana Anak.217 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni Batu Bara, SH,MH,. Proses diversi di Pengadilan Negeri

Medan sudah dijalankan berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun

2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi Dan Penanganan Anak Yang Belum

Berumur 12 (Dua Belas) Tahun serta Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4

Tahun 2014.218

Diversi di Pengadilan Negeri Medan dilakukan hanya untuk tindak pidana

yang dilakukan oleh anak yang ancaman hukuman tindak pidana tersebut dibawah

214

Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni Batu Bara SH,MH. Hakim yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 05-01-2017.

215

Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni Batu Bara SH,MH. Hakim yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 05-01-2017.

216

Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni Batu Bara SH,MH. Hakim yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 05-01-2017.

217

Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni Batu Bara SH,MH. Hakim yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 05-01-2017.

218

(29)

7 (tujuh tahun) dan bukan pengulangan tindak pidana.219 Untuk kasus kecelakaan lalu lintas dilihat bentuk kesalahan dan dilihat dari cara melakukan tindak pidana

tersebut :

a.) Untuk bentuk kesalahannya yaitu terdiri dari :

1. Delik Dolus (dolusen delicten) , yaitu perbuatan yang dilarang dan

diancam dengan pidana yang dilakukan dengan sengaja, rumusan

undang-undang mempergunakan kalimat “opzettelik”, akan tetapi juga

dikenal sebagai perbuatan yang dilakukan karena dolus atau opzet.220 Di dalam undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan No. 22 Tahun

2009 delik ini terdapat di dalam Pasal 311.

2. Delik Kulpa (culpose delicten), yaitu perbuatan yang dilarang oleh dan

diancam dengan pidana yang dilakukan dengan kealpaan, atau

nalatigheid” atau onachtzammheid”.221 Didalam UU No. 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diatur didalam pasal

310.

b.) Untuk cara melakukan tindak pidana yaitu berkenaan dengan Delik Omisi

(ommissie delicten) yaitu tindakan Pasif (passive handeling) yang

diharuskan, yang jika tidak melakukannya diancam dengan pidana.222 Didalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

diatur didalam pasal 312.

219

Hasil Wawancara dengan Ibu Riana Br. Pohan, S.H, M.H. Hakim Anak yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 26-01-2017.

220 Mohammad Eka Putra, “Dasar

-Dasar Hukum Pidana”. USU Press, Medan, 2014. Hal.102

221

Ibid, Hal.102

222

(30)

Kasus kecelakaan lalu lintas didalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009

tentang kecelakaan lalu lintas dibagi atas:

d. Kecelakaan Lalu Lintas ringan merupakan kecelakaan yang

mengakibatkan kerusakan Kendaraan dan/atau barang ;

e. Kecelakaan Lalu Lintas sedang merupakan kecelakaan yang

mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang;

f. Kecelakaan Lalu Lintas berat merupakan kecelakaan yang mengakibatkan

korban meninggal dunia atau luka berat.

Penyelesaian kasus kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh anak sebagai

pelaku tidak ada pembedaan proses diversinya apabila kasus nya berbeda, setiap

kasus kecelakaan lalu lintas di dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan baik yang karena disengaja ataupun tidak disengaja, baik

korban meninggal dan/atau mengalami luka ringan atau berat, semuanya

dilakukan berdasarkan mekanisme diversi yang terdapat di dalam PERMA No.4

Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana

Anak seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya mengenai

mekanisme proses diversi di Pengadilan Negeri Medan.223 Table 7.

Data Kasus Tindak Pidana Anak di PN Medan mengenai Kecelakaan

Lalu Lintas Menggukan Proses Diversi dari 2015-2016

(31)

UU No.

Sumber : Data di olah dari Penitera Muda Pidana PN Medan

Diversi di dalam Pengadilan Negeri Medan mengenai kasus kecelakaan

(32)

kecelakaan lalu lintas dan ketiganya berhasil mendapatkan kesepakatan diversi.224 Suatu diversi apabila berhasil dilakukan atau mencapai kesepakatan maka

pelaksanaan diversi dilakukan oleh anak pelaku tindak pidana dengan diawasi

oleh Pembimbing Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan dan apabila ternyata

setelah diberi penetepan tidak dilaksanakan oleh terdakwa maka dapat dimintakan

eksekusi ke Pengadilan yang berwenang.225

Kasus kecelakaan lalu lintas dalam hal merumuskan kesepakatan diversi

pihak korban lebih banyak meminta ganti kerugian yang dialami oleh korban,

biasanya dalam hal merumuskan diversi hakim sebagai fasilitator diversi

mendengarkan besarnya ganti rugi yang diinginkan oleh pihak korban dan

kesanggupan pihak keluarga anak pelaku tindak pidana untuk membayar ganti

rugi dan mencari jalan keluar terbaik bagi anak pelaku tindak pidana dan bagi

anak korban/korban sehingga rasa keadilan tercapai.226

Cara pemberian ganti rugi, PP No. 65 tahun 2015 mensyaratkan

pembayaran ganti kerugian atau pengembalian pada keadaan semula,

kesepakatann diversi dilakukan dalan jangka waktu yang telah disepakati dalam

diversi namun tidak boleh melebihi 3 (tiga) bulan. kesepakatan diversi yang telah

ditetapkan oleh ketua pengadilan apabila pelaku atau orang tua/wali pelaku tidak

melaksanakan ketentuan yang telah di sepakati maka dapat dibawa keranah pidana

224

Data di ambil dari Panitera Hukum Pidana Pengadilan Negeri Medan Pada Tanggal 05-01-2017.

225

Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni Batu Bara SH,MH. Hakim yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 05-01-2017.

226

(33)

atau perdata sesuai yang di perjanjikan dan fasilitator diversi tidak dapt dikenakan

pertanggung jawaban pidana maupun perdata atas isi Kesepakatan Diversi.227 Penerapan diversi dalam kasus kecelakaan lalu lintas yang disebabkan

oleh anak di Pengadilan Negeri Medan telah dilakukan hal ini terlihat dari

beberapa kasus kecelakaan lalu lintas yang telah memperoleh kesepakatan diversi

yaitu :

1. Kasus kecelakaan lalu lintas yang di sebabkan oleh anak dengan No. Reg.

Perkara: 46/Pid.Sus-Anak/2015/PN-Medan.

Didalam kasus ini pasal yang didakwakan adalah pasal 310 ayat (3) UU

No.22/2009 Sub 312 UU No.22/2009 yaitu setiap orang yang mengemudikan

Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu

Lintas dengan Korban Luka Berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 5

(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.10.000.000,00 (dua belas juta rupian)

dan subsider pasal 312 yaitu setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor

yang terlibat Kecelakaan Lalu Lintas dan dengan sengaja tidak menghentikan

kendaraannya, tidak memberikan pertolongan atau tidak melaporkan Kecelakaan Lalu

Lintas Kepada Kepolisian Negera RI tampa alasan yang patut dipidana penjara paling

lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp 75.000.000,00 ( tujuh puluh lima juta

rupiah).228

Kasus ini telah mendapatkan kesepakatan diversi pada tanggal 03 September

2015 bertempat di ruang mediasi Pengadilan Negeri Medan dihadapan

fasilitator diversi dan didampingi oleh orang tua terdakwa, wali korban,

227

Hasil Wawancara dengan Ibu Riana Br. Pohan, S.H, M.H. Hakim Anak yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 26-01-2017.

228

(34)

pembimbing kemasyarakatan, dan penasihat hukum terdakwa dengan hasil

kesepakatan diversi yaitu :

a.) Pemberian Uang Duka Rp. 35.000.000. (tiga puluh lima juta rupiah) kepada

korban.

b.) Pemberian Uang Duka oleh pihak terdakwa telah dilaksanakan pada hari

Rabu, 9 September 2015 jam 19.30 di rumah pihak korban.

c.) Tercapainya diversi ini maka dengan demikian tidak ada lagi penuntutan

dikemudian hari dari pihak keluarga korban kepada keluarga terdakwa.

Hasil kesepakatan diversi ini akhirnya di tetapkan oleh Ketua Pengadilan

Negeri pada Tanggal 22 September 2015.

2. Kasus kecelakaan lalu lintas yang di sebabkan oleh anak dengan No. Reg.

Perkara: 82/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Mdn.

Dalam Kasus ini pasal yang di dakwakan adalah Pasal 310 Ayat (3) Jo Pasal 106

ayat (4) UU No. 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang isi nya

mengenai pasal 310 adalah setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor

yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan Korban

Luka Berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

paling banyak Rp.10.000.000,00 (dua belas juta rupian), junto pasal 106 yaitu

mengenai setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di jalan wajib

mematuhi ketentuan:

a.) Rambu Perintah atau Rambu Larangan

b.) Marka Jalan

c.) Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

d.) Gerakan Lalu Lintas

(35)

f.) Peringatan dengan Bunyi dan Sinar

g.) Kecepatan Maksimal atau Minimal dan

h.) Tata cara penggandengan dan penempelan dengan kendaraan lain.

Kasus ini telah mendapatkan kesepakatan diversi pada tanggal 03 September

2015 bertempat di ruang mediasi Pengadilan Negeri Medan dihadapan

fasilitator diversi dengan didampingi oleh Panitera Pengganti, Pembimbing

Kemasyarakatan Bapas Kelas I Medan, Penasihat Hukum Terdakwa, Orang

Tua Terdakwa, Korban, Pendamping Kedua Korban, Perwakilan Masyarkat,

dan Jaksa Penuntut Umum dengan menghasilkan Kesepakatan Diversi yaitu :

a.) Permohonan maaf dari atas kejadian tersebut dari pihak terdakwa kepada

pihak korban.

b.) Pemberian uang ganti kerugian dari pihak terdakwa kepada pihak korban

sebesar Rp. 4.000.000 (empat juta rupiah) secara tunai.

c.) Pihak korban setelah menerima uang ganti rugi tidak akan melakukan

penuntutan dikemudian hari.

d.) Orang tua terdakwa berjanji akan menjauhkan anak nya dari lingkungan

yang sekarang dengan membawanya ke kampung halamannya.229

Jika dilihat dari contoh diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

diversi terhadap anak sebagai pelaku dalam kecelakaan lalu lintas berhasil

dilakukan atau berhasil mendapatkan kesepakatan diversi. Kesepakatan diversi

pada kasus kecelakaan lalu lintas lebih efektif dengan penyelesaian perkara

menggunkan ganti kerugian, hal ini lebih baik jika dibandingkan dengan proses

peradilan pidana tampa menggunakan proses diversi, anak dapat dikenakan

229

(36)

hukuman penjara yang mengancam masa depannya, anak akan dihadapkan

dengan situasi penjara yang keras dan penuh dengan orang-orang yang lebih jahat

sebab penjara adalah sekolah bagi kejahatan, bisa saja anak tersebut dapat

melakukan hal yang lebih berbahaya lagi dibandingkan dengan kejahatan

sebelumnya yang ia lakukan.

(37)

BAB IV

HAMBATAN PELAKSANAAN PROSES DIVERSI DI PENGADILAN

NEGERI MEDAN MENGENAI KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS OLEH ANAK SEBAGAI PELAKU

A.Hambatan Pelaksanaan Diversi di Pengadilan Negeri Medan

Pelaksanaan diversi di Indonesia mengalami berbagai macam hambatan

tidak terkecuali di Pengadilan Negeri Medan. Pelaksanaan diversi yang menagcu

pada Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

ternyata tidak lagsung diterapkan dalam penyelesaian kasus perkara pidana anak

yang ancaman hukumannya dibawah 7 tahun teapi baru efektif di terapkan pada

tahun 2014 setelah keluarnya Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2015 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Diversi Dan Penuunganan Anak Yang Belum Berumur 12

(Dua Belas) Tahun dan Peraturan Mahkamah Agung No.4 tahun 2014 tentang

Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam Sitem Peradilan Pidana Anak.312 Hambatan pelaksanaan diversi di Pengadilan Negeri Medan disebabkan oleh:313

1. Pengetahuan masyarakat mengenai proses diversi dalam penyelesaian

kasus perkara tindak pidana yang dilakukan oleh anak.

Penyelesaian perkara tindak pidana anak melalui mekanisme diversi baru

efektif dilakukan pada tahun 2014, oleh sebab itu masyarakat belum

mengetahui apa sebenarnya diversi dan keutamaan diversi apabila

dilakukan untuk kepentingan kesejahteraan anak pelaku dan korban.

2. Aparat penegak hukum yang kurang berkompeten dalam menjalankan

proses diversi.

312

Hasil wawancara dengan Panitera Muda Hukum Pidana Pengadilan Negeri Medan.

313

(38)

Dalam pelaksanaan diversi oleh aparat penegak hukum masih banyak

ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku

misalnya tidak dilakukan diversi pada tahap pemeriksaan di kepolisian dan

pada tahap penuntutan sehingga seringkali diversi langsung di serahkan

kepengadilan.

3. Ketidak percayaan pihak korban terhadap hasil kesepakatan diversi.

Meskipun diversi telah dilakukan dan memperoleh kesepakatan diversi

seringkali pihak korban tidak merasa puas terhadap hasil yang telah

diperoleh, pihak korban sering berpendapat bahwa diversi tidak akan

dilaksanaka atau pihak keluarga pelaku tidak akan memenuhi hasil

kesepakatan diversi, misalnya pemberian ganti rugi.

4. Pihak pelaku tidak dapat memenuhi besarnya tuntutan ganti rugi dari pihak

korban.

Sering kali dalam pelaksanaan diversi terjadi ketidak sepakatan terhadap

besarnya ganti rugi yang harus diberikan oleh pihak pelaku kepada pihak

korban dikarenakan ketidak mampuan pihak pelaku untuk membayar ganti

rugi tersebut.

5. Perbedaan makna Persepsi Keadilan antara Keluarga Pelaku dengan

Keluarga Korban.

Dalam pelaksanaan diversi terkadang keluarga korban sering

mengintimidasi pelaku dan keluarga pelaku untuk mengganti kerugian

yang disebabkan oleh pelaku namun ternyata akibat dari ketidaksamaan

pemikiran mengenai besarnya ganti rugi sering sekali keluarga pelaku

(39)

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sri Wahyuni Batu Bara, SH,

MH., selaku hakim anak di Pengadilan Negeri Medan dalam hal penyelesaian

kasus kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh anak sebagai pelaku, tidak

banyak hambatan yang ditemukan dalam pelaksanan proses diversi hanya lebih

kepada perumusan kesepakatan mengenai ganti rugi yang di inginkan oleh pihak

korban dan kesanggupan membayar dari pihak pelaku atau keluarga pelaku tindak

pidana sehingga sering sekali terjadi perseteruan dan mengakibatkan sulitnya

memperoleh kesepakatan yang baik dan adil bagi kedua belah pihak.314

Selain mengenai perumusan kesepakatan ganti rugi hambatan lain dalam

penerapan diversi mengenai kasus kecelakaan lalu lintas yaitu apabila dalam

kecelakaan lalu lintas meyebabkan matinya orang atau korban meninggal dunia

keluarga korban lebih sering menuntut agar korban dikenakan hukuman penjara

saja dan tidak ingin melakukan diversi. Walaupun jika dilihat peraturan mengenai

penanganan anak yang bermasalah dengan hukum sudah ada namun disisi lain

masih banyak hambatan yang terjadi didalam proses penerapannya.

B.Upaya Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Diversi di Pengadilan Negeri

Medan

Upaya dalam mengatasi hambatan pelaksanaan diversi di Pengadilan

Negeri Medan terlebih dahulu dilihat dari hambatan apa yang menjadi

permasalahannya, upaya yang dapat diterapkan dalam menghadapi hambatan

pelaksanaan diversi di Pengadilan Negeri Medan dilakukan dengan cara :315

314

Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni Batu Bara SH,MH. Hakim yang telah bersertifikasi hakim anak di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 05-01-2017.

315

(40)

1. Hambatan pelaksanaan diversi terhadapa pengetahuan masyarakat

mengenai proses diversi dapat dilakukan upaya dengan memberikan

sosialisasi, masukan dan pemahaman kepada Masyarakat mengenai

penyelesaian perkara anak dengan cara diversi yang concern terhadap

penyelesaian perkara tindak pidana yang dilakukan oleh anak untuk

mengutamakan kepentingan anak. Sehingga masyarakat lebih mengerti

bahwa anak tidak seharusnya di hukum tetapi harus lah di bina agar anak

tersebut tumbuh dan berkembang lebih baik.

2. Aparat penegak hukum yang kurang berkompeten dalam menjalankan

proses diversi diperlukan upaya untuk mengatasinya dengan eningkatkan

peran aparat penegak hukum agar pelaksanaan diversi dapat berjalan

dengan baik dan memberikan pelatihan khusus kepada para aparat penegak

hukum seperti polisi, jaksa, dan pengacara tentang proses diversi.

3. Meningkatkan kerja sama antara masyarakat, korban dan atau orang

tua/wali korban, serta orang tua pelaku dan pelaku untuk mencapai

kesepakatan yang terbaik bagi kedua belah pihak yang berperkara.

4. Memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa diversi merupakan cara

terbaik untuk menhasilkan win-win solution dari pada harus menjalani

proses persidangan dengan menekankan kepada retributive justice serta

meningkatkan kepercayaan pihak korban terhadap hasil kesepakatan

diversi dengan dilakukannya pengawasan oleh pembimbing

(41)

5. Pemantauan terhadap lembaga kemasyarakatan agar kesepakatan hasil

diversi agar dijalankan dengan baik agar tidak timbul dikemudian hari

Gambar

Table 7. Data Kasus Tindak Pidana Anak di PN Medan mengenai Kecelakaan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Tidak demikian halnya dengan keragaan rumahtangga penyadap yang terlihat pada penelitian kali ini, dimana berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa secara agregat

Sebagai orang tua juga berperan dalam mengajarkan anak untuk toleransi dan membiasakan selalu mengajarkan kepada anak untuk berbuat baik kepada teman, tidak mengejek dalam bermain,

Dari Tabel 1 terlihat bahwa jenis tanaman sela yang diusahakan petani selama tiga tahun masa TBM pada umumnya adalah tanaman sela sayur- sayuran (cabai,

Salam-Salaman Bersama Teman Gambar 7...

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kewajiban pelaku usaha untuk beritikad baik dimulai sejak barang dirancang

(1) setiap orang yang memproduksi pangan olahan tertentu untuk diperdagangkan wajib menyelenggarakan tata cara pengolahan pangan yang dapat menghambat proses