• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Radiografi Periapikal Teknik Tube Shift dalam Menentukan Posisi Kanalis Mndibularis Terhadap Molar Tiga Impaksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Radiografi Periapikal Teknik Tube Shift dalam Menentukan Posisi Kanalis Mndibularis Terhadap Molar Tiga Impaksi"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiografi Kedokteran Gigi

Radiografi dibidang ilmu kedokteran gigi adalah pengambilan gambar

menggunakan radiografi dengan sejumlah radiasi untuk membentuk bayangan yang

dapat dikaji pada foto film ronsen. Radiografi memunyai peranan yang sangat

penting. Hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan data dukungan

pemeriksaan radiografi agar perawatan yang dilakukan mencapai hasil yang optimal.9 Radiografi kedokteran gigi merupakan bagian yang penting dalam perawatan

gigi. Bersamaan dengan pemeriksaan klinis rongga mulut, radiografi kedokteran gigi

memberikan gambaran yang lengkap. Radiografi sangat penting bagi praktisi

kedokteran gigi untuk:10 a. Menegakkan diagnosis

Dalam mendiagnosis penyakit atau kelainan pada gigi tidak selalu dapat

terlihat langsung melalui pemeriksaan klinis. Penggunaan radiografi kedokteran gigi

dapat membantu untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan, besarnya kerusakan

atau keparahan, serta hubungannya dengan jaringan di sekitarnya.

b. Rencana perawatan

Setelah diagnosis penyakit ditegakkan, maka dapat segera ditentukan rencana

perawatan yang akan dilakukan pada pasien.

c. Evaluasi hasil perawatan

Untuk melihat keberhasilan perawatan yang telah dilakukan, maka dilakukan

radiografi, sebagai contoh untuk mengetahui apakah apeks gigi telah menutup setelah

dilakukan perawatan apeksifikasi atau apakah ada terjadi karies sekunder pada pasien

(2)

2.2 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi

2.2.1 Radiografi Ekstraoral

Pemeriksaan radiografi ekstra oral adalah seluruh proyeksi pemotretan regio

orofasial dengan film yang diletakkan di luar mulut pasien.

Proyeksi-proyeksi pemotretan ekstra oral digunakan untuk memeriksa daerah yang tidak

tercakup dalam foto intra oral atau untuk melihat struktur fasial secara keseluruhan.

Radiografi ekstra oral bukan merupakan pemeriksaan rutin yang harus dilakukan di

rumah sakit atau poliklinik gigi yang besar. Dokter gigi harus

melakukan pemeriksaan klinis yang cermat sebelum merujuk pasien. Hal yang perlu

diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan radiografis adalah operator

kadang-kadang harus melakukan pemotretan dengan modifikasi teknik standar, terutama pada

pasien khusus yaitu:9,10,11

1. Anak kecil atau orang tua yang kurang kooperatif

2. Peka terhadap refleks muntah

Pemeriksaan ekstra oral merupakan pemeriksaan yang sulit dan kompleks

karena menyangkut banyak faktor yaitu teknik pemotretan, pengetahuan pesawat

ronsen, serta penguasaan struktur anatomis rahang dan kepala.

Indikasi Pemotretan Ekstra Oral 9,10

1. Kelainan yang mencakup daerah luas, lebih dari 4 gigi di rahang atas atau bawah

misalnya osteomyelitis atau abses yang mengenai gigi.

2. Kelainan yang berhubungan dengan struktur anatomi sekitarnya, misalnya

(3)

3. Periode gigi campuran, yang melakukan evaluasi gigi susu dan pertumbuhan

gigi permanen secara keseluruhan.

4. Pasien khusus, misalnya pembukaan mulut terbatas, tingkat kesadaran kurang,

kurang kooperatif, dan lain-lain.

5. Perawatan orthodonsi

Radiografi ekstra oral terdiri atas beberapa tipe, yaitu:9,10 1. Radiografi Panoramik

Istilah panoramik berarti gambaran suatu regio secara lengkap dari segala

arah. Panoramik radiografi adalah istilah yang dipakai untuk teknik pemotretan yang

memproyeksikan gigi geligi dan seluruh struktur jaringan penyangganya serta

struktur anatomis rahang atas dan bawah sampai setinggi rongga orbita dan mencakup

kondilus mandibula satu lembar film. Teknik foto ronsen ekstra oral dapat

menghasilkan gambar yang menunjukkan semua gigi dan jaringan pendukung.

Foto panoramik dikenal juga dengan panorex atau orthopantomogram dan

menjadi sangat populer di kedokteran gigi karena teknik yang sederhana, gambaran

mencakup seluruh gigi dan rahang dengan dosis radiasi yang rendah diterima pasien

untuk satu kali foto panoramik hampir sama dengan dosis empat kali foto intra oral.

2. Radiografi Lateral Jaw

Radiografi lateral jaw adalah radiografi yang digunakan untuk melihat

keadaan lateral tulang wajah, diagnosis fraktur dan keadan patologis tengkorak dan

wajah.

3. Radiografi Sefalometri

Foto sefalometri adalah radiografi yang distandardisasi dan reproducible,

terutama dipergunakan di bidang ortodonsi dan orthognatic surgery. Sefalometri

menggunakan sefalostat atau kraniostat untuk fiksasi kepala standar. Maksud

standardisasi adalah untuk memperoleh foto dengan posisi yang selalu sama terutama

untuk membandingkan foto sebelum, selama, dan sesudah perawatan ortodonsi.

(4)

Selain itu radiografi ini dapat digunakan untuk melihat stuktur wajah antara lain sinus

frontalis, ethmoidalis, fossa nasalis dan orbita.

5. Radiografi Antero-Posterior

Foto antero posterior (AP) merupakan teknik foto yang digunakan untuk

melihat kelainan pada bagian depan maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis,

sinus ethmoidalis, serta tulang hidung.

6. Radiografi Proyeksi Water’s

Proyeksi Water’s biasanya disebut juga proyeksi Occipito Mental. Semula

proyeksi ini ditujukan untuk sinus maksilaris. Namun, bagian postero-anterior yang

paling belakang akan tumpang tindih dengan prosesus alveolaris gigi posterior

sehingga harus ditambahkan proyeksi lainnya. Water’s foto ini terutama untuk

melihat sinus paranasal yaitu sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus ethmoidalis, dan

sinus sphenoidalis.

7. Radiografi Proyeksi Reverse-Towne

Radiografi reverse-towne adalah radiografi yang digunakan untuk melihat

keadaan kondilus pada pasien yang mengalami pergeseran kodilus dan untuk melihat

dinding postero lateral pada maksila.

8. Radiografi Submentovertex

Radiografi submentovertex adalah radiografi yang digunakan untuk melihat

keadaan dasar tengkorak, posisi mandibula, dinding lateral sinus maksila dan arkus

zigomatikus.

2.2.2 Radiografi Intraoral

Radiografi intra oral merupakan teknik pemotretan radiografis gigi geligi dan

jaringan sekitarnya, dengan film berada di dalam rongga mulut. Radiografi intraoral

terdiri dari teknik periapikal, bitewing, dan oklusal.9,11,12 1. Radiografi Periapikal

Radiografi periapikal menjelaskan teknik intraoral yang dirancang untuk

menunjukkan gigi individu dan jaringan di sekitar apeks. Setiap film biasanya

(5)

alveolar. Radiografi periapikal dibagi menjadi dua teknik yaitu paralel dan bisekting.

Teknik radiografi periapikal paralel dan bisekting memiliki kelebihan dan

kekurangan, yaitu teknik bisekting dianggap lebih mudah dan praktis dalam

pelaksanaannya dibandingkan dengan teknik paralel (kesejajaran). Dosis efektif untuk

satu kali foto sebesar 0,01-0,08 mSi. Keuntungan teknik bisekting yaitu teknik ini

dapat digunakan tanpa film holder. Kerugian teknik bisekting yaitu distorsi mudah

terjadi dan masalah angulasi (banyak angulasi yang harus diperhatikan).

Keuntungan teknik paralel yaitu tidak ada distorsi, gambar yang dihasilkan

sangat representatif dengan gigi sesungguhnya, mudah dipelajari dan digunakan serta

mempunyai validitas yang tinggi. Kerugian teknik paralel yaitu pemakaian film

holder mengenai jaringan sekitar sehingga mengurangi kenyamanan serta

kesulitanmeletakkan film holder didalam rongga mulut terutama pada anak-anak dan

pasien yang mempunyai mulut yang kecil.

2. Radiografi Bitewing

Radiografi bitewing adalah radiografi yang digunakan untuk melihat

permukaan gigi yang meliputi mahkota gigi, interproksimal dan puncak alveolar di

maksila dan mandibula daerah anterior maupun posterior dalam satu film khusus.

Radiografi ini juga dapat digunakan untuk mengetahui status jaringan periodontal dan

juga untuk melihat kalkulus pada interproksimal. Radiografi bitewing tidak

menggunakan pegangan film melainkan dengan cara pasien menggigit sayap film

untuk stabilisasi film di dalam rongga mulut. Radiografi bitewing lebih akurat

menunjukkan tingkat kerusakan tulang interproksimal daripada radiografi periapikal.

Dosis efektif untuk satu kali pengambilan foto adalah 0,01-0,08 mSi

Radiografi bitewing memiliki kelebihan yaitu dapat mendeteksi karies dini,

puncak tulang alveolar terlihat jelas dan memudahkan pasien yang memiliki refleks

muntah yang tinggi.Selain itu, radiografi bitewing juga memiliki kelemahan yaitu

periapikal dan ujung akar tidak terlihat serta pasien sulit mengoklusikan maksila dan

(6)

3. Radiografi Oklusal

Radiografi oklusal adalah radiografi yang digunakan untuk melihat anatomi

tulang maksila maupun mandibula dengan area yang luas dalam satu film. Radiografi

oklusal dapat mendeteksi adanya fraktur, celah di palatum, dan kelainan lainnya yang

terjadi pada area luas. Film yang digunakan adalah film khusus untuk oklusal. Dosis

efektif untuk satu kali pengambilan foto adalah 0,08 mSi. Teknik yang digunakan

untuk pengambilan radiografi, yaitu dengan cara menginstruksikan pasien untuk

mengoklusikan atau menggigit bagian film.

2.2.2.1 Radiografi Teknik Buccal Object Rule(Tube Shift)

Teknik lokasi yang digunakan untuk menetukan lokasi atau posisi dari gigi

atau suatu objek di rahang adalah buccal object rule dan right angle technique.

Radiografi kedokteran gigi akan memberikan gambaran dalam 2 dimensi. Sebuah

radiografi dapat melukiskan objek secara supero-inferior dan antero-posterior, tetapi

tidak dapat menggambarkan hubungan bukal dan lingual atau kedalaman dari objek

tersebut.1,9,10

Teknik lokasi ini dapat digunakan untuk memroleh informasi tiga dimensi

yang biasanya digunakan untuk melihat seperti yang tertera dibawah ini.9,13 a) benda asing (foreign body)

b) gigi terpendam atau (impacted and imbeded teeth)

c) gigi yang tidak tumbuh (unerupted teeth)

d) posisi akar (root position)

e) jarum patah (broken needles dan instruments)

Teknik ini berorientasi pada dua radiografi dengan angulasi penyinaran yang

berbeda. Satu film periapikal atau film bitewing yang disinari dengan teknik dan

angulasi yang biasa dan untuk film yang kedua baik periapikal ataupun bitewing

disinari dengan merubah arah sinar x secara vertikal atau horizontal dan kemudian

dibandingkan hasil 2 radiografi tersebut.9,13

Sebelum cara ini ditemukan oleh Clark (1910), cara yang lazim dipakai adalah

(7)

yang lebih jelas. Akan tetapi cara ini banyak kelemahannya karena tergantung pada

pemrosesannya, buccal object rule juga biasa disebut sebagai teknik pergeseran

tabung (teknik tube shift). Dasar teknik adalah kaidah yang menyebutkan bahwa gigi

yang terpendam atau benda asing yang bergerak searah dengan gerakan konus

menunjukan bahwa obyek berada dibagian lingual, apabila obyek bergerak

berlawanan dengan gerakan konus maka obyek berada di labial atau bukal.14

Gambar 1. Objek yang di bukal (bulatan garis) dan lingual (bulatan hitam) akan berimpit pada radiografi, jika arah sinar digeser ke mesial, bukal objek bergerak ke distal dan lingual objek bergerak, ke mesial9

Teknik Tube Shift / buccal object rule disebut metode dark rule's dapat

dipergunakan untuk menentukan posisi impaksi molar ketiga rahang bawah.

Diperlukan dua kali pembuatan radiografi, yang pertama proyeksi periapikal standar

(8)

Gambar 2. Terlihat pergeseran konus pada angulasi horizontal, menunjukan suatu obyek A dan B dengan pergeseran konus ke arah distal. Terlihat obyek A lebih dekat ke arah distal, sedangkan semua bayangan obyek ke arah mesial berlawanan dengan pergeseran konus7

a. Horisontal Angulation

Pertama dilakukan pemotretan dengan sudut vertikal dan horizontal yang

sesuai (cone lurus). Kemudian dilakukan pemotretan dengan mengubah sudut cone

lebih mengarah ke distal. Apabila objek bergerak searah pergeseran cone maka objek

berada di lingual, sebaliknya apabila objek bergerak berlawanan arah dengan

pergeseran cone maka objek berada di bukal, dan bila ternyata objek tidak bergerak

maka objek terletak pada bidang vertikal yang sama dengan objek referensi.

b. Vertikal Angulation

Pertama dilakukan pemotretan dengan sudut vertikal dan horizontal yang

sama (cone lurus). Kemudian dilakukan pemotretan dengan mengubah sudut cone

lebih mengarah ke atas.

Di lihat dari posisinya George Winter mengklasifikasikan posisi impaksi

meliputi posisi vertikal, posisi horizontal, posisi mesioangular, posisi distoangular,

posisi inverted dan posisi unusual. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan

(9)

teknik foto periapikal teknik tube shift yang akan membantu dalam menentukan

rencana perawatan.

Gambar 3. (A) Foto ronsen intraoral periapikal menggunakan teknik tube shift

dilakukan dengan mengarahkan indikasi posisi konus pada 0o dan (B) -20oangulasi vertikal1

2.2.2.2 RadiografiRight Angle Technique

Right angle technique merupakan cara lain untuk melihat objek melalui dua

radiografi, yaitu periapikal film (standar) yang memperlihatkan hubungan dari objek

secara supero-inferior dan antero-posterior dengan oklusal film disinari langsung

pada sudut penyinaran atau tegak lurus (90o) pada film. Film oklusal memperlihatkan objek pada hubungan bukal lingual atau antero-posterior, kedua film ini digunakan

(10)

Gambar 4. (A) Radiografi periapikal memperlihatkan impaksi kaninus berada di apikal diantara akar insisivus lateral dan premolar pertama. (B)

Vertex occlusal view memperlihatkan kaninus berada di palatal diantara akar inisisivus lateral dan premolar pertama9

2.3 Impaksi Gigi Molar Tiga

Gigi ampaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga,

tulang sekitar, jaringan patologis dan gigi yang posisinya tidak sesuai dengan

lengkung rahang.15,16

Gigi permanen manusia yang paling sering mengalami impaksi adalah

gigi molar ketiga bawah, lalu gigi molar ketiga atas selanjutnya gigi caninus

atas. Archer menulis bahwa frekuensi impaksi gigi molar ketiga atas yang

terbanyak dibandingkan dengan molar ketiga bawah. Kenyataannya di

indonesia, impaksi gigi molar ketiga bawah frekuensinya lebih banyak

daripada molar ketiga atas. Frekuensinya berturut-turut gigi molar ketiga

bawah, gigi molar ketiga atas, gigi caninus atas, gigi premolar bawah, gigi

caninus bawah, gigi premolar atas, gigi incisivus atas atau bawah.17,18 1. Etiologi Impaksi Menurut Berger dibagi menjadi:16,19

a. Penyebab lokal:

1) Posisi yang tidak teratur dari gigi-geligi dalam lengkung rahang.

(11)

3) Keradangan yang menahun dan terus menerus sehingga dapat menyebabkan

bertambahnya jaringan mukosa di sekitarnya.

4) Tanggalnya gigi sulung yang terlalu cepat, ini mengakibatkan hilang atau

berkurangnya tempat untuk gigi permanen penggantinya.

b. Penyebab sistemik:

1) Herediter

Rahang kecil sedangkan gigi geliginya besar.

2) Miscegenation (percampuran ras)

Misalnya, perkawinan campuran dari satu ras yang mempunyai gen dominan,

gigi besar dan ras lainnya dominan pada rahang yang kecil atau sempit.

3) Penyebab postnatal

Semua keadaan-keadaan yang dapat mengganggu pertumbuhan anak,

misalnya penyakit: ricketsia, anemia, syphilis, TBC, gangguan kelenjar

endokrin, malnutrisi.

c. Keadaan yang jarang ditemukan:

1) Cleidoncranial disostosis

Keadaan kongenital yang jarang ditemukan, dimana terlihat cacat ossifikasi

dari tulang tengkorak, hilangnya sebagian atau seluruhnya tulang clavicula,

terlambatnya exfoliasi gigi sulung, gigi permanen tidak erupsi dan terdapat

rudimenter supernumerary teeth.

2) Oxycephali

Suatu keadaan dimana terlihat kepala yang meruncing seperti kerucut. Pada

keadaan ini terdapat gangguan pada tulang-tulang kepala.

3) Progeria

Bentuk tubuh yang kekanak-kanakan ditandai dengan perawakan kecil, tidak

adanya rambut pubis, kulit berkerut, rambut berwarna keabu-abuan tetapi

wajah, sikap serta tingkah lakunya seperti orang tua.

(12)

5) Cleft palate

Fisura pada langit-langit yang kongenital, disebabkan adanya defectatau cacat

pada pertumbuhan waktu embrio.

2. Indikasi Pengeluaran Gigi Impaksi:16,19,20

a. Pertumbuhan rahang yang kurang sempurna atau ketidakseimbangan antara

besarnya gigi dan besarnya rahang. Keadaan ini dapat menyebabkan maloklusi,

sebab gigi molar ketiga adalah gigi terakhir bererupsi dan tidak mendapatkan

ruangan yang cukup pada lengkung rahang. Pengeluaran gigi molar ketiga hampir

selalu diindikasikan sebelum perawatan orthodonti untuk merawat maloklusi oleh

karena letak gigi yang berdesakan.

b. Erupsi sebagian atau impaksi

Erupsi yang tertahan juga merupakan prophylactic gigi molar ketiga, utamanya

bila operkulum di atas mahkota gigi selalu terkena trauma dan adanya

hypertrophygingival.

3. Klasifikasi Gigi Impaksi Molar Ketiga Rahang Bawah:16,21

Ada beberapa macam klassifikasi yang dibuat mengenai gigi impaksi

a. Molar ketiga rahang bawah. Klassifikasi menurut Pell & Gregory.

Berdasarkan hubungan letak gigi molar ketiga bawah terhadap ramus mandibula

dan distal molar kedua bawah:

1) Klas I: Dimana terdapat ruangan yang cukup untuk ukuran mesiodistal

mahkota gigi molar ketiga bawah antara ramus mandibula dan permukaan

distal gigi molar kedua bawah.

2) Klas II: Ruangan antara permukaan distal gigi molar kedua bawah dan ramus

mandibula lebih kecil dari ukuran mesiodistal mahkota gigi molar ketiga

bawah.

3) Klas III: Semua gigi molar ketiga bawah terletak dalam ramus mandibula.

b. Berdasarkan hubungan dengan dalamnya posisi gigi molar ketiga dalam tulang

rahang.

(13)

batas garis oklusal gigi rahang bawah.

2) Posisi B: Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di bawah garis

oklusal, tetapi masih di atas garis servikal dari gigi molar kedua.

3) Posisi C: Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di bawah garis

servikal dari molar kedua.

c. Klassifikasi menurut George Winter.22

Berdasarkan posisi dari axis memanjang gigi impaksi molar ketiga bawah

dengan axis memanjang gigi molar kedua George Winter mengklasifikasikan:

1) Klas I: Posisi vertikal

2) Klas II : Posisi mesioangilar

3) Klas III: Posisi horizontal

4) Klas IV: Posisi distoangular

5) Klas V: Posisi buccoangular

6) Klas VI: Posisi linguoangular

7) Klas VII: Posisi inverse(terbalik)

Ketujuh posisi impaksi molar ketiga bawah ini dapat terjadi bersamaan

dengan buccalversi, lingualversi, torsi versi.

d. Impaksi Vertikal: Posisi gigi molar ketiga bawah kurang lebih vertikal tetapi

impaksinya di bawah bagian distal mahkota molar kedua, mahkota bagian distal

molar ketiga biasanya berada di dalam ramus ascendens anteriormandibula.

e. Impaksi mesioangular: Impaksi ini lebih sering terjadi. Gigi molar ketiga bawah

membuat sudut dengan mahkota gigi molar kedua dimana inklinasinya ke

anterior.

f. Impaksi Horisontal: Pada gigi molar ketiga yang impaksi horizontal, garis

axialnya mendatar hampir sejajar dengan permukaan oklusal.

g. Impaksi distoangular: Permukaan oklusal gigi molar ketiga menjauhi ke posterior

gigi molar kedua dimana akar molar ketiga mungkin berhubungan dengan akar

(14)

2.4 Kanalis Mandibularis

Kanalis mandibularis merupakan saluran dalam mandibula yang mengandung

pembuluh darah dan saraf yang melewati gigi-gigi rahang bawah yaitu

inferioralveolar neurovascular bundle yang terdiri dari arteri dan vena alveolar

inferior, serta saraf alveolar inferior. Kanal mandibula bermula dari foramen

mandibula pada bagian medial ramus. Kanal ini berjalan dalam arah ke bawah dan ke

depan dalam ramus dan kemudian secara horizontal dalam badan mandibula sampai

foramen mentalis. Kanal mandibula mempunyai beberapa variasi diantaranya lokasi

kanal mandibula dari apeks molar dan variasi bentuk anatomis.4,5

Gambar 5. Kanalis mandibularis4

Kanalis internal berjalan melintang melalui bagian tengah rahang bawah dari

posterior ke anterior. Kanalis ini menuju ke bawah secara miring dalam ramus dan

kemudian secara horisontal di dalam body mandibular. Lokasi kanal berada dibawah

alveoli dan berhubungan melalui lubang kecil. Kanalis ini berjalan sejajar dengan

foramen mandibularis dan foramen mentale. Foramen mandibularis merupakan

tempat jalan masuk kanalis di bagian posterior ramus. Bagian anterior body of

mandible merupakan jalan keluar untuk pembuluh darah dan saraf mentale dari

kanalis. Pada saat kanalis mandibularis mencapai insisivus, maka akan berubah dan

berhubungan dengan foramen mentale yang akan dilalui sebuah kanalis kecil yang

(15)

terdapat gigi insisivus. Nervus, pembuluh darah dan arteri ini berhubungan dengan

dental alveoli melalui bagian-bagian kecil.23

Kanalis mandibularis dapat dilihat melalui pemeriksaan radiografi seperti

radiografi panoramik, Computed Tomography (CT) Scan dan Conventional

Tomography. Jenis radiografi panoramik digunakan secara meluas karena mempunyai

kelebihan dalam menyediakan gambaran kedua rahang secara keseluruhan dan dosis

radiasi yang diterima oleh individu rendah serta biaya yang harus dikeluarkan lebih

rendah jika dibandingkan dengan Computed Tomography Scan dan Conventional

Tomography.24

2.4.1 Variasi Penjalaran Kanalis Mandibularis

Nortje dkk.25 mengatakan bahwa bifid mandibular canal terbentuk apabila terdapat penyimpangan di sepanjang kanalis mandibularis.Menurut Chavez dkk.26 saat perkembangan embrio, terdapat tiga nervus yaitu nervus alveolaris inferior,

nervus lingualis dan nervus mylohyoideus yang mensuplai pada tiga kelompok gigi

pada mandibula. Kanalis yang pertama terbentuk menuju ke daerah insisivus gigi

sulung, diikuti dengan kanalis yang menuju daerah molar gigi sulung dan seterusnya

ke daerah molar gigi permanen.

(16)

bagian ramus, intramembranous ossification terjadi. Perpanjangan ossification ke

arah posterior sepanjang batas lateral Meckel’s cartilage akan membentuk satu

selokan di sekeliling nervus alveolaris inferior, di mana selokan ini dikenal sebagai

mandibular canal. Apabila terjadi bifid mandibular canal, ketiga nervus pada waktu

prenatal akan terpisah.Menurut Sanchis dkk.27bifid mandibular canal terjadi apabila batas kortikal di sekeliling kanalis bergabung dan membentuk pulau tulang segitiga di

mana puncaknya adalah pada titik penyimpangan kanalis mandibularis.

2.4.2 Klasifikasi Bifid Mandibular Canalmenurut Langlais dan Nortje.25,28

Terdapat dua klasifikasi bifid mandibular canalyang digunakan yaitu

klasifikasi Langlais dan klasifikasi Nortje. Langlais dkk. menyatakan bifidkanalis

mandibularis berdasarkan lokasi anatomis dan bentuk rupanya.

Gambar 7. Klasifikasi bifid mandibular canal

menurut Langlais28

a. Tipe I: Bifid kanalis secara unilateral atau bilateral memanjang sampai daerah

molar tiga mandibula atau disekelilingnya;

b. Tipe II: Bifid kanalis secara unilateral atau bilateral bergabung pada daerah ramus

dan body mandibula;

(17)

d. Tipe IV: Dua kanalis yang berasal dari foramen mandibularis yang berbeda dan

bergabung menjadi satu yang lebih besar.

Nortje dkk. mengelompokkan bifid mandibular canalberdasarkan bentuk

bifurkasinya. Berikut merupakan tipe-tipenya:

a. Tipe I: Dua kanalis berasal dari satu foramen;

b. Tipe II: Satu kanalis atas yang pendek memanjang ke daerah molar dua atau molar

tiga;

c. Tipe III: Dua kanalis mandibularis yang sama dimensi berasal dari foramen yang

berbeda pada daerah ramus dan bergabung pada daerah molar;

d. Tipe IV: Satu kanalis suplemen terbentuk pada daerah retromolar pad dan

bergabung dengan kanalis utama pada daerah retromolar.

Gambar 8. Klasifikasi tipe-tipe bifid mandibular canal menurut Nortje25

2.5 Radiografi Dalam Mengenali Kanalis Mandibularis

(18)

batas linier radiopak tipis, tepi superior dan inferior terdiri dari tulang lamella yang

berhubungan langsung dengan kanalis. Kadang-kadang perbatasan terlihat hanya

sebagian atau tidak sama sekali. Lebar kanalis mandibularis mempunyai beberapa

variasi dari individu tetapi anterior biasanya agak konstan ke daerah molar ketiga.

Penjalaran kanalis ini jelas kelihatan dari foramen mandibularis hingga foramen

mentale. Jarang dapat dilihat gambaran kelanjutan kanalis mandibularis di anterior

yang menuju ke garis tengah pada radiograf.4,5,29,30

Gambar 9. Contoh radiograf kanalis mandibularis4

Dalam gambaran radiografi, sering terjadi kesalahan dalam menginterpretasi

kehadiran bifid mandibular canal. Beberapa kondisi merupakan penyebab terjadinya

bifid mandibular canal palsu yaitu pada mandibula, terdapat garis kortikal tipis yang

memberi gambaran palsuseperti bifid mandibular canal, ini disebabkan oleh jejak

dari nervus myohyloid pada permukaan internal mandibular, di mana nervus tersebut

bercabang dari nervus alveolaris inferior dan memanjang di dasar mulut. Selain itu,

gambaran osteokondensasi disebabkan oleh penempatan otot myohyloid pada garis

myohyloid dan berparalel dengan kanalis dental, kekeliruan kanalis mandibularis

dengan kanalis vaskular lingual, Myohyloid groove dan juga pola trabekula seperti

(19)

A

B

Gambar 10. (A) Radiografi intraoral periapikal pada 0o,20o dengan metode vertical tube-shift dan hasil tracing

(20)

Pada penelitian radiografi periapikal teknik tube shift terdahulu, Arora dkk

(2015) menyatakan kanalis mandibularis dikatakan lebih ke bukal dari apikal molar

tiga apabila kanal bergerak keatas dibandingkan foto standar periapikal. Lingual

apabila kanal bergerak ke bawah dibandingkan foto periapikal standar, dan segaris

apabila tidak terjadi perubahan.1

Kanalis bifid tersebut dilihat paling sering pada gambaran panoramik dan

gambaran ConeBeam Computed Tomography (CBCT). Pasien dengan kanalis bifid,

beresiko lebih besarterhadap anestesi yang tidak memadai, kesulitan dengan operasi

rahang, termasuk implan, atau trauma.Gambaran radiografi kanalis mandibularis ini

akan memudahkan dokter gigi untuk mengetahui lokasi kanalis mandibularis dan

memberi informasi pada ahli bedah mulut dan maksilofasial untuk mencegah atau

meminimalkan kerusakan nervus alveolaris inferior pada waktu pembedahan rahang

(21)

2.6 Kerangka Teori

Kanalis Mandibularis Impaksi Molar Tiga

Posisi Impaksi Posisi Kanal Terhadap Apeks

Molar Tiga

Radiografi Intraoral Periapikal

(22)

2.7 Kerangka Konsep

Mahasiswa FKG USU yang Mengalami Impaksi Molar

Tiga Mandibula

Teknik Tube Shift

Analisa Radiografi

Gambar

Gambar 1. Objek yang di bukal (bulatan garis) dan lingual (bulatan hitam) akan berimpit pada radiografi, jika arah sinar digeser ke mesial, bukal objek bergerak ke distal dan lingual objek bergerak, ke mesial9
Gambar 2. Terlihat pergeseran konus pada angulasi horizontal, menunjukan suatu obyek A dan B dengan pergeseran konus ke arah distal
Gambar 3. (A) Foto ronsen intraoral periapikal menggunakan teknik tube shiftdilakukan dengan mengarahkan indikasi posisi konus pada 0o dan (B) -20oangulasi vertikal1
Gambar 4. (A) Radiografi periapikal memperlihatkan impaksi kaninus berada di apikal diantara akar insisivus lateral dan premolar pertama
+7

Referensi

Dokumen terkait