• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Tingkat Pendidikan, Pengan Kerja dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan Studi Empiris Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Sosa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Tingkat Pendidikan, Pengan Kerja dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan Studi Empiris Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Sosa"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

Sebelum dilaksanakannya penelitian lebih lanjut, tentu saja dibutuhkan teori-teori

yang dapat mendukung dan dapat dijadikan sebagai landasan penelitian. Dalam

hal ini, teori yang akan dijelaskan dalam sub bab kajian pustaka yaitu

teori-teori yang berkaitan dengan pengaruh gaya kepemimpinan, tingkat pendidikan,

pengalaman kerja, dan budaya organisasi terhadap kinerja perusahaan.

2.1.1 Kinerja Karyawan

2.1.1.1 Pengertian Kinerja Karyawan

Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job performance)

karyawan, untuk itu setiap perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja

karyawannya dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja

karyawan yang baik dan terpelihara akan mampu memacu organisasi ke arah

perkembangan yang lebih baik. Di sisi lain, kemampuan pemimpin dalam

menggerakkan dan memberdayakan karyawan akan mempengaruhi kinerja.

Menurut Moeheriono (2009:60),“kinerja merupakan gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu programkegiatan atau kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, visi, misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan

strategis suatu organisasi”. Sedangkan menurut Mangkunegara (2001:67),“kinerja

dapat didefinfisikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat

dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan

(2)

Kinerja merupakan hasil atau tingkatan keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Lebih lanjut Rivai menyatakan bahwa kinerja tidak berdiri sendiri tapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan kompensasi, dipengaruhi oleh ketrampilan, kemampuan dan sifat – sifat individu.

Dengan kata lain kinerja ditentukan oleh kemampuan, keinginan dan

lingkungan. Oleh karena itu agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus

mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengerjakan dan mengetahui

pekerjaannya serta dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan

kemampuan.

2.1.1.2. Penilaian Kinerja

Dalam organisasi yang modern penilaian kinerja memberikan kontribusi

penting bagi perusahaan untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan dan standar-

standar kinerja dan memotivasi individu di waktu yang akan datang. Untuk

mengetahui kinerja seorang karyawan diperlukan penilaian kinerja. Menurut

Handoko (2000:135) “penilaian kinerja adalah suatu proses dimana organisasi

mengevaluasi atau menilai prestasi anggota organisasi yang salah satu

kegunaannya adalah untuk memperbaiki kinerja”. Penilaian kinerja adalah cara

mengukur pelaksanaan kerja masing-masing individu yang berguna untuk

pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, dan individu secara khusus.

2.1.1.3. Tujuan Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja sangat penting bagi setiap perusahaan dalam

mengevaluasi hasil kerja masing-masing karyawan. Menurut Dharma (2001:150):

(3)

1. Pertanggungjawaban

Apabila standard dan sasaran digunakan sebagai alat pengukur pertanggungjawaban, maka dasar untuk pengambilam keputusan kenaikan gaji atau upah, promosi, penugasan khusus, dan sebagainya adalah kualitas hasil pekerjaan karyawan yang bersangkutan.

2. Pengembangan

Jika standard dan sasaran digunakan sebagai alat untuk keperluan pengembangan, hal itu mengacu pada dukungan yang diperlukan kartawan dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Dukungan itu dapat berupa pelatihan, bimbingan, atau bantuan lainnya.

2.1.1.4. Manfaat Penilaian Kinerja

Setiap karyawan di sebuah perusahaan merasa bahwa hasil kerja mereka

dalam melaksanakan kewajiban dan tugas tidak terlepas dari penilaian atasan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian kinerja digunakan untuk

mengetahui kinerja seorang karyawan serta untuk melihat bagaimana perbaikan

ataupun pengembangan yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja tersebut

kearah yang lebih baik. Menurut Rivai (2005:55):

Manfaat penilaian kinerja terdiri dari manfaat bagi karyawan, manfaat bagi penilai, dan manfaat bagi perusahaan.

1. Adapun manfaat penilaian kinerja bagi karyawan yang dinilai antara lain adalah:

a. meningkatkan motivasi, b. meningkatkan kepuasan kerja,

c. adanya kejelasan standar hasil yang diharapkan, d. adanya kesempatan berkomunikasi keatas, e. peningkatan pengertian tentang nilai pribadi.

2. Adapun manfaat penilaian kinerja bagi penilai antara lain adalah: a. meningkatkan kepuasan kerja,

b. kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasikan, c. kecenderungan kinerja karyawan,

d. meningkatkan kepuasan kerja baik dari para manajer atau karyawan, e. sebagai sarana meningkatkan motivasi karyawan,

f. bisa mengidentifikasikan kesempatan untuk rotasi karyawan, 3. Adapun manfaat penilaian kinerja bagi perusahaan antara lain adalah:

(4)

c. untuk meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan,

d. untuk meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang dilakukan untuk masing–masing karyawan.

Menurut Hasibuan (2002:59), unsur-unsur yang digunakan dalam

penilaian kinerja karyawan di suatu perusahaan adalah:

1. Prestasi

Penilaian hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan.

2. Kedisiplinan

Penilaian disiplin dalam mematuhi peraturan–peraturan yang ada dan melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya. 3. Kreativitas

Penilaian kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreatifitas untuk menyelesaikan pekerjaannya sehingga dapat bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna.

4. Bekerja sama

Penilaian kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerjasama dengan karyawan lain secara vertikal atau horizontal didalam maupun diluar sehingga hasik pekerjaanya lebih baik.

5. Kecakapan

Penilaian dalam menyatukan dan melaraskan bermacam–macam elemen yang terlibat dalam menyusun kebijaksaaan dan dalam situasi manajemen. 6. Tanggung jawab

Penilaian kesediaan karyawan dalam mempertanggung jawabkan kebijaksanaannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang digunakan, serta perilaku pekerjaannya.

Soedjono (2005:15) menyebutkan 6 (enam) kriteria yang dapat

digunakanuntuk mengukur kinerja pegawai secara individu yakni:

1. Kualitas

Hasil pekerjaan yang dilakukan mendekati sempurna atau memenuh tujuan yang diharapkan dari pekerjaan tersebut.

2. Kuantitas

Jumlah yang dihasilkan atau jumlah aktivitas yang dapat diselesaikan. 3. Ketepatan waktu

Yaitu dapat menyelesaikan pada waktu yang telah ditetapkan serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas yang lain.

4. Efektivitas

(5)

5. Kemandirian

Agar dapat melaksanakan kerja tanpa bantuan guna menghindari hasil yang merugikan.

6. Komitmen kerja

Komitmen kerja antara pegawai dengan organisasinya, dan 7. Tanggung jawab pegawai terhadap organisasinya.

2.1.2 Gaya Kepemimpinan

2.1.2.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk memberikan wawasan

sehinggaorang lain ingin mencapainya. Pemimpin yang baik memberikan

pengalaman, keterampilan, dan sikap pribadinya untuk membangkitkan semangat

dan tim kerja. Pemimpin yang efektif mampu memberikan pengarahan terhadap

usaha semua pegawai dalam mencapai tujuan organisasi.Definisi gaya

kepemimpinan menurut Thoha (2007:49) “merupakan norma perilaku yang

digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba memengaruhi

perilaku orang lain seperti yang ia lihat”. Dalam hal ini usaha menyelaraskan

persepsi di antara orang yang akan memengaruhi perilaku dengan orang yang

perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.

2.1.2.2 Jenis-Jenis Gaya Kepemimpinan

Adapun gaya kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Gaya kepemimpinan otoriter

Gaya kepemimpinan ini menghimpun sejumlah perilaku atau gaya kepemimpinan

yang bersifat terpusat pada pemimpin sebagai satu-satunya penentu, penguasa dan

pengendali anggota organisasidan kegiatannya dalam usaha mencapai tujuan

(6)

2. Gaya kepemimpinan demokratis

Gaya kepemimpinan yang menempatkan manusia sebagai faktor pendukung

terpenting dalam kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan dan mengutamakan

orientasi pada hubungan dengan anggota organisasi.

3. Gaya kepemimpinan bebas

Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggota organisasi

mampu mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus dirinya

masing-masing, dengan sedikit mungkin pengarahan atau pemberian petunjuk

dalam merealisasikan tugas pokok masing-masing sebagai bagian dari tugas

pokok organisasi.

2.1.3 Tingkat Pendidikan 2.1.3.1 Pengertian Pendidikan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi III, yang disusun oleh Pusat

Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002: 263) “pendidikan diartikan

sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;

proses, cara, perbuatan mendidik”. Menurut undang-undang Nomor 20 Tahun

2003 “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Berdasarkan pasal 13 Undang-Undang

(7)

penerapannya ada 3 yaitu: pendidikan formal, informal, dan non formal”.

Pendidikan formal adalah pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat

dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat. Pendidikan ini berlangsung di

sekolah, 18 diantaranya pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan

tinggi.

Pendapat lain tentang pengertian pendidikan dikemukakan oleh Ahmadi

(2007 :70) mengemukakan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu

kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta 2 penuh tanggung jawab yang

dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari

keduanya agar anak mencapai kedewasaan yang dicitacitakan dan berlangsung

terus menerus.

2.1.3.2 Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan

pendidikan. Adalah suatu yang logis bahwa pendidikan itu harus dimulai

dengantujuan, yang diasumsikan sebagai nilai. Tanpa sadar akan adanya tujuan,

maka dalam praktek pendidikan tidak ada artinya.

Menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994:41) menyebutkan bahwa

ada eberapa tujuan pendidikan, antara lain:

a. Tujuan umum pendidikan nasional yaitu untuk membentuk manusia pancasila.

b. Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu untuk mencapainya.

c. Tujuan kurikuler yaitu tujuan bidang studi atau mata pelajaran.

(8)

2.1.3.3 Ruang Lingkup Pendidikan

Pada hakekatnya pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur

hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Oleh karena itu pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara keluarga,

masyarakat dan pemerintah. Pendidikan menurut pelaksanaannya dibagi menjadi

pendidikan formal atau sekolah dan pendidikan non formal ataupun luar

sekolah.Menurut Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 2 tahun 1989 pasal10)

mengemukakan bahwa pendidikan terbagi atas:

1. Pendidikan persekolahan yang mencakup berbagai jenjang pendidikan dari tingkat sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi.

2. Pendidikan Luar Sekolah terbagi atas :

(a) Pendidikan non formal. Mencakup lembaga pendidikan diluar sekolah, misalnya kursus, seminar, kejar paket A.

(b)Pendidikan informal. Mencakup pendidikan keluarga, masyarakat dan program-program sekolah, misalnya ceramah diradio atau televisi dan informasi yang mendidik dalam suratkabar atau majalah.

2.1.4 Pengalaman Kerja

2.1.4.1 Pengertian Pengalaman Kerja

Secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah

digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas di suatu perusahaan.Penggunaan

pengalaman sebagai variabel penelitian adalah didasarkan pada asumsi bahwa

tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang bagi karyawan

pada perusahaan untuk belajar melakukan pekerjaannya dengan lebih

baik.Berbagai penelitian menunjukkan bahwa semakin berpengalaman seorang

karyawan semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang baik dalam tugas-tugas

(9)

suatu bidang memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan

dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai

peristiwa-peristiwa” (Herliansyah, 2006:3).

2.1.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengalaman Kerja

Mengingat pentingnya pengalaman bekerja dalam suatu perusahaan, maka

faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman kerja harus juga diperhatikan.

Menurut Djauzak (2004:57), faktor- faktor yang dapat mempengaruhi pengalaman

kerja seseorang adalah waktu, frekuensi, jenis, tugas, penerapan, dan hasil. Dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Waktu Semakin lama seseorang melaksanakan tugas akan memperoleh pengalaman bekerja yang lebih banyak.

2. Frekuensi Semakin sering melaksanakan tugas sejenis umumnya orang tersebut akan memperoleh pengalaman kerja yang lebih baik. 3. Jenis tugas Semakin banyak jenis tugas yang dilaksanakan oleh

seseorang maka umunya orang tersebut akan memperoleh pengalaman kerja yang lebih banyak.

4. Penerapan Semakin banyak penerapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam melaksanakan tugas tentunya akan dapat meningkatkan pengalaman kerja orang tersebut.

5. Hasil Seseorang yang memiliki pengalaman kerja lebih banyak akan dapat memperoleh hasil pelaksanaan tugas yang lebih baik.

Ada beberapa hal juga untuk menentukan berpengalaman tidaknya seorang

karyawan yang sekaligus sebagai indikator pengalaman kerja menurut (Foster,

2001 : 43) yaitu :

a. Lama waktu/ masa kerja. Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas – tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.

(10)

kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau pekerjaan.

c. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan. Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek – aspek tehnik peralatan dan tehnik pekerjaan.

2.1.4.3 Cara Memperoleh Pengalaman Kerja

Pengalaman cukup penting artinya dalam proses seleksi pegawai karena

suatu organisasi atau perusahaan akan cenderung memilih pelamar yang

berpengalaman, mereka yang berpengalaman dipandang lebih mampu dalam

melaksanakan tugas yang nanti akan diberikan. Syukur (2001: 83) menyatakan

bahwa cara yang dapat dilaksanakan untuk memperoleh pengalaman kerja adalah

melalui pendidikan, pelaksanaan tugas, media informasi, penataran, pergaulan,

dan pengamatan. Penjelasan dari cara memperoleh pengalaman kerja adalah

sebagai berikut:

a. Pendidikan Berdasarkan pendidikan yang dilaksanakan oleh seseorang, maka orang tersebut dapat memperoleh pengalaman kerja yang lebih banyak dari sebelumnya.

b. Pelaksanaan tugas Melalui pelaksanaan tugas sesuai dengan kemampuannya, maka seseorang akan semakin banyak memperoleh pangalaman kerja.

c. Media informasi Pemanfaatan berbagai media informasi, akan mendukung seseorang untuk memperoleh pengalaman kerja yang lebih banyak.

d. Penataran Melalui kegiatan penataran dan sejenisnya, maka seseorang akan memperoleh pengalamanan kerja untuk diterapkan sesuai dengan kemampuannya.

e. Pergaulan Melalui pergaulan dalam kehidupan sehari-hari, maka seseorang akan memperoleh pengalaman kerja untuk diterapkan sesuai dengan kemampuannya.

(11)

2.1.4.4 Manfaat Pengalaman Kerja

Suatu perusahaan akan cenderung memilih tenaga kerja yang

berpengalaman dari pada yang tidak berpengalaman. Hal ini disebabkan mereka

yang berpengalaman lebih berkualitas dalam melaksanakan pekerjaan sekaligus

tanggung jawab yang diberikan perusahaan dapat dikerjakan sesuai dengan

ketentuan atau permintaan perusahaan. Maka dari itu pengalaman kerja

mempunyai manfaat bagi perusahaan maupun karyawan. Manfaat pengalaman

kerja adalah untuk kepercayaan, kewibawaan, pelaksanaan pekerjaan, dan

memperoleh penghasilan. Menurut Syukur (2001:83) berdasarkan manfaat masa

kerja tersebut maka seseorang yang telah memiliki masa kerja lebih lama apabila

dibandingkan dengan orang lain akan memberikan manfaat seperti :

a. Mendapatkan kepercayaan yang semakin baik dari orang lain dalam pelaksanaan tugasnya.

b. Kewibawaan akan semakin meningkat sehingga dapat mempengaruhi orang lain untuk bekerja sesuai dengan keinginannya.

c. Pelaksanaan pekerjaan akan berjalan lancar karena orang tersebut telah memiliki sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

d. Dengan adanya pengalaman kerja yang semakin baik, maka orang akan memperoleh penghasilan yang lebih baik.

Karyawan yang berpengalaman dalam bekerja akan membentuk keahlian

dibidangnya, sehingga dalam menyelesaikan suatu produk akan cepat tercapai.

Produktivitas kerja karyawan dipengaruhi oleh pengalaman kerjakaryawan,

semakin lama pengalaman kerja karyawan akan semakin mudah dalam

menyelesaikan suatu produk dan semakin kurang berpengalaman kerja karyawan

akan mempengaruhi kemampuan berproduksi, karyawan dalam menyelesaikan

(12)

2.1.5 Budaya Organisasi

2.1.5.1 Pengertian Budaya Organisasi

Budaya perusahaan / organisasi adalah aturan main yang ada di dalam

perusahaan yang akan menjadi pegangan para karyawan dalam menjalankan

kewajibannya dan nilai-nilai untuk berprilaku di dalam perusahaan tersebut.

Budaya mempengaruhi perilaku karyawan dan membentuk sikap karyawan ke

arah yang lebih positif.Dalam kehidupan sehari hari tidak terlepas dari ikatan

budaya yang di ciptakan.Ikatan budaya tersebut tercipta oleh masyarakat yang ada

didalamnya, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya

membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan

bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya ini mengikat anggota kelompok

masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman

berperilaku atau bertindak.dalam jangka waktu tertentu, budaya pasti terbentuk

dalam organisasi dan dapat puladi rasakan mamfaatnya dalam memberi kontribusi

bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.

2.1.5.2 Fungsi Budaya Perusahaan

Fungsi budaya perusahaan menurut Rivai (2005) adalah :

1. budaya menciptakan suatu perbedaan yang jelas antara suatu perusahaan dengan perusahaan yang lain,

2. budaya memberikan identitas perusahaan,

3. budaya mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dari kepentingan individu,

4. budaya mengingatkan kemantapan sistem sosial,

(13)

Menurut Kreitner dan Kinicki (2003:83-86) yaitu :

1. Member anggota identitas organisasional, menjadikan perusahaan diakui sebagai perusahaan yang inovatif dengan mengembangkan produk. Identitas organisasi menunjukkan cirri khas yang membedakan dengan organisasi lain yang mempunyai sifat khas yang berbeda.

2. Memasilitasi komitmen kolektif, perusahaan mampu membuat pekerjaan bangga menjadi bagian daripadanya. Anggota organisasi mempunyai komitmen bersama norma-norma dalam organisasi yang harus di ikuti dan tujuan bersama yang harus di capai.

3. Meningkatkan stabilitas system social sehingga mencerminkan bahwa lingkungan kerja dirasakan positif dan di perkuat,konflik dan perubahan dapat di kelolah secara efektif. Dengan kesepakatan bersama tentang budayaorganisasi yang harus di jalani mampu membuat lingkungan dan interaksi social berjalan dengan stabil dan tampa gejolak.

4. Membentuk perilaku dengan membantu anggota menyadari atas lingkungannya. Budaya organisasi dapat menjadi alat untuk membuat orang berfikiran sehat dan masuk akal.

2.1.5.3Tipe Budaya Organisasi

Kreitner dan kinicki (2003:86-87) mengemukakan tipe-tipe budaya organisasi

antara lain:

a. Keyakinan normatif, mencerminkan pemikiran dan keyakinan sebuah kelompok atau organisasi tertentu di harapkan menjalankan tugasnya danberinteraksi dengan orang lain.

b. Budaya konstruktif adalah budaya dimana para karyawan didorong untuk berinteraksi sengan orang lain dan mengerjakan tugas dan

proyeknyadengan cara yang akan membantu mereka dalam memuaskan kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang.

2.1.5.4 Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan

Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya tidak hanya di

tentukan oleh keberhasilan implementasi prinsip-prinsip manajemennya saja,

tetapi ada faktor lain yang lebih menentukan, yaitu budaya organisasi. Pegawai

yang memahami keseluruhan nilai-nilai organisasi akan menjadikan nilai-nilai

(14)

diwujudkan menjadi perilaku keseharian dalam bekerja,sehingga akan menjadi

kinerja individual. Menurut Robbins (2003:283) “budaya juga berfungsi sebagai

fasilitator tumbuhnya komitmen bersama sebagai mekanisme pembuat makna dan

kendali yang memadu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan”.

Bahwa pengaruh sosialisasi pada kinerja karyawan seharusnya tidak terlewatkan.

Kinerja bergantung pada pengetahuan akan apa yang harus atau tidak harus ia

kerjakan. Memahami cara yang benar untuk melakukan suatu pekerjaan

menunjukkan sosialisasi yang benar, selain itu penilaian terhadap kinerja seorang

karyawan mencakup pula seberapa cocoknya di dalam suatu organisasi.

2.2Review Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu berkaitan dengan pengaruh gaya kepemimpinan,

tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan budaya organisasi yang ada kaitannya

dengan tingkat kinerja karyawan.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti (Tahun)

Variabel Hasil Penelitian

Mas Arief (2013) Independen:

Budaya Perusahaan dan Komitmen Organisasi

Dependen:

Kinerja Karyawan di Perusahaan PT. PP. London Sumatera

Hasil pengujian

(15)

Rini Rosmiyati

Kinerja Karyawan PT. Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967

Hasil pengujian telah membuktikan bahwa gayakepemimpinan dan Sejahtera di Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara

Terdapat pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja

karyawan secara parsial

kinerja pegawai di Kantor Camat Samalantan.

(16)

Arief (2013) dalam penelitiannya ini menggunakan tipe penelitian

penjelasan. Populasi adalah seluruh karyawan Kantor Pusat PT. PP. London

Sumatera Medan yang berjumlah 121 orang dan peneliti menggunakan metode

sensus sehingga sampel bergantung pada hasil kuesioner yang kembali. Jenis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yang

diperoleh melalui hasil kuesioner dan buku-buku literatur yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti.Melalui hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa

budaya perusahaan yang dimiliki PT PP London Sumatera Medan memiliki

pengaruh yang positif terhadapkinerja karyawan. Dari hasil penelitian,

komitmen organisasi terbukti berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

Dari uji-t diperoleh kesimpulan budaya perusahaan dan komitmen organisasi

berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian ini secara

kesuluruhan menunjukkan bahwa dengan adanya budaya perusahaan dan

komitmen organisasi yang kuat akan memacu kinerja karyawan dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya sehari – hari. Dengan kata lain, budaya

perusahaan dan komitmen organisasi telah terbukti berperanaktif dalam

meningkatkan kinerja karyawan pada PT. PP. London Sumatera Tbk.

Rini (2013) dalam penelitiannya menggunakan metode proporsional

random sampling dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

berupa kuesioner dengan jumlah sampling 65 responden yang merupakan

karyawan PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967. Kelayakan instrumen

diuji melalui tes validitas dan reliabilitas, sedangkan untuk analisis data

(17)

hasil penelitian menunjukkan bahwa gayakepemimpinan dan motivasi tidak

berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan. Tetapi Hasil

pengujian tentang persepsi budaya organisasi menunjukkan berpengaruh positif

secara signifikan terhadap kinerja karyawan.

Hendriawan (2014)metode yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 55 karyawan pada PT. Dwimitra Multiguna Sejahtera.

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda di peroleh bahwa faktor yang

paling dominan berpengaruh terhadap kinerja karyawan adalah budaya organisasi

hal ini di buktikan dengan nilai standardized coefficient yang terbesar. Budaya

organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Semakin baik budaya organisasi, maka kinerja karyawan akan meningkat. Gaya

kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan artinya apabila

gaya kepemimpinan semakin baik, maka kinerja karyawan akan meningkat.

Bonifasius (2015) dalam penelitiannya menggunakan jenis penelitian

korelasional dengan analisis kuantitatif, yaitu analisis regresi linear sederhana.

Analisis tersebut dilakukan dengan data yang telah dikumpulkan dari sampel yang

telah diambil dengan menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu seluruh pegawai

di Kantor Camat Samalantan yang berjumlah 24 orang. Kemudian teknik

pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah dengan menyebarkan angket

yang telah diuji validitasnya dan reliabilitasnya. Jadi hasil penelitian yang dapat

disimpulkan adalah tingkat pendidikan pengaruh positif dengan kinerja pegawai di

(18)

Ketut Edy Wirawan, I Wayan Bagia,Gede Putu Agus Jana Susila (2016)

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif kausal.

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT Mandiri Tri Makmur,

dan objek penelitian adalah tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan kinerja

karyawan. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 48 karyawan. Semua populasi

ini dijadikan unit pengamatan, sehingga penelitian ini termasuk penelitian

populasi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tingkat

pendidikan, pengalaman kerja, dan kinerja karyawan yang bersumber dari

karyawan dan kepala cabang PT Mandiri Tri Makmur. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah kuesioner, dan pencatatan dokumen, kemudian

dianalisismenggunakan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh

positif dari tingkat pendidikan dan pengalaman kerja terhadap kinerja karyawan,

tingkat pendidikan terhadap pengalaman kerja, tingkat pendidikan terhadap

kinerja karyawan, dan pengalaman kerja terhadap kinerja karyawan pada PT

Mandiri Tri Makmur.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah sebuah konsep yang mendasari penelitian

yang akan dilakukan, kerangka konsep penelitian pada dasarmya adalah hubungan

antara konsep - konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang

akan dilakukanmenurut (Notoatmodjo 2002:73). Kerangka konseptual diharapkan

akan memberikan gambaran dan mengarahkan asumsi mengenai variabel -

(19)

Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah tentang pengaruh gaya

kepemimpinan, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan budaya organisasi

terhadap kinerja perusahaan. Untuk pengembangan hipotesis, kerangka konseptual

ini dapat dilihat pada gambar 2.1.

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel

independen, yaitu gaya kepemimpinan, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan

budaya organisasi. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah

kinerja karyawan.

H1

H2

H3

H4

H5

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Gaya Kepemimpinan

(X1)

Tingkat Pendidikan

(X2)

Pengalaman Kerja

(X3)

Kinerja Karyawan

(Y)

Budaya Organisasi

(20)

Kinerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi, kinerja

karyawan merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang di dalam melaksanakan

pekerjaannya.kinerja yang dilaksanakan oleh karyawan secara maksimal akan

mampu memberikan efek yang maksimal pula pada perusahaan. Meningkatkan

kinerja karyawan dapat dilakukan dengan berbagai cara dalam hal ini dapat

dengan meningkat kan kepemimpinan, pendidikan, pengalaman kerja, dan budaya

organisasi terhadap karyawan. Gaya kepemimpinan merupakan suatu tindakan

dan strategi yang diterapkan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi

bawahannya. Pada umumnya setiap pemimpin selalu mengharapkan dan

mengusahakan agar bawahannya mempunyai kemampuan dan kemauan untuk

melaksanakan serta menyelesaikan tugas yang diembannya dengan baik, agar

sesuai dengan sasaran tertentu yang telah ditetapkan. Kinerja pegawai hanya dapat

dicapai dengan menyesuaikan pemimpin dengan situasi atau dengan mengubah

situasi agar sesuai dengan pemimpin, seperti kemampuan dan interaksi sesama

pemimpin maupun bawahan dengan pemimpin.Waridin dan Bambang Guritno

(2005:67) mengatakan bahwa “Dalam suatu perusahaan kepemimpinan seorang

pemimpin yang diperlihatkan dan diterapkan sangat berpengaruh terhadap kinerja

karyawan karena dengan gaya kepemimpinan pemimpin yang berkompeten akan

mendorong, dan mempengaruhi semangat kerja yang baik kepada bawahan.

Seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola

bawahannya, karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan

(21)

Supriyanto (2003:158) menyatakan bahwa “tingkat pendidikan

mempunyai fungsi sebagai penggerak sekaligus pemacu terhadap potensi

kemampuan sumberdaya manusia dalam meningkatkan prestasi kerjanya yang

dapat dipupuk melalui program pendidikan, pengembangan dan

pelatihan”.Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan karyawan

untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya

hidup sehari-hari. Pada era saat ini pendidikan menjadi salah satu faktor yang

penting bagi kelangsungan sebuah perusahaan, karena pada saat ini teknologi

berkembang semakin pesat maka yang dibutuhkan perusahaan adalah karyawan

yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Karena semakin tingginya tingkat

pendidikan karyawan maka akan tercipta persaingan antar karyawan untuk

mengeluarkan ide ide brilian yang sangat menguntungkan perusahaan, maka

semakin tinggilah kinerja perushaan karena adanya persaingan tersebut.

Pengalaman dalam semua kegiatan sangat diperlukan, karena experience is

the best teacher, Elaine B Johnson (2007:14) menyatakan bahwa “pengalaman

memunculkan potensi seseorang. Potensi penuh akan muncul bertahap

seiring berjalannya waktu sebagai tanggapan terhadap bermacam-macam

pengalaman”. Jadi sesungguhnya yang penting diperhatikan dalam hubungan

tersebut adalah kemampuan seseorang untuk belajar dari pengalamannya.

Maka pada hakikatnya pengalaman adalah pemahaman terhadap sesuatu yang

dihayati dan dengan penghayatan serta mengalami sesuatu tersebut diperoleh

pengalaman, ketrampilan ataupun nilai yang menyatu pada potensi diri. Orang

(22)

dari orang yang baru saja memasuki dunia kerja, karena orang tersebut telah

belajar dari kegiatan-kegiatan dan permasalahan yang timbul dalam kerjanya.

Dengan adanya pengalaman kerja maka telah terjadi proses penambahan ilmu

pengetahuan dan ketrampilan serta sikap pada diri seseorang, sehingga dapat

menunjang dalam mengembangkan diri dengan perubahan yang ada.

Dengan pengalaman yang didapat seseorang akan lebih cakap dan terampil

serta mampu melaksanakan tugas pekerjaannya. Sejalan dengan hal tersebut,

menurut hukum (law of exercise) dalam Mustaqim (2004: 50) diungkapkan bahwa

dalam hukum penggunaan dinyatakan bahwa “Hubungan antara stimulus dan

respon akan bertambah kuat atau erat bila sering digunakan atau sering dilatih dan

akan berkurang, bahkan lenyap sama sekali jika jarang digunakan atau tidak

pernah sama sekali”. Bagi seorang karyawan proses-proses dalam bekerja

merupakan latihan yang akan menambah pengalaman, sehingga karyawan tersebut

mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam proses bekerja.

Karenanya pengalaman dapat membangkitkan dan mengundang seseorang untuk

melihat semua pekerjaan sebagai peluang untuk terus berlatih dan belajar

sepanjang hayat.Pengalaman kerja mempunyai pengaruh terhadap banyaknya

produksi, besar kecilnya dan efisiensi yang dapat dilihat dari hasil produksi tenaga

kerja yang diarahkan. Dalam pengertian lain, pengalaman kerja juga dapat

diperoleh dengan melewati masa kerja yang telah dilakui disuatu tempat kerja.

Pengalaman kerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang dimanifestasikan dalam

jumlah masa kerja akan meningkatkan kemampuan dan kecakapan kerja

(23)

Pengalaman kerja tidak hanya menyangkut jumlah masa kerja, tetapi lebih

dari juga memperhitungkan jenis pekerjaan yang pernah atau sering dihadapi.

Sejalan dengan bertambahnya pekerjaan, maka akan semakin bertambah pula

pengatahuan dan ketrampilan seseorang dalam bekerja. Hal tersebut dapat

dipahami karena terlatih dan sering mengulang suatu pekerjaan sehingga

kecakapan dan ketrampilan semakin dikuasai secara mudah, tetapi sebelumnya

tanpa latihan, pengalaman-pengalaman yang pernah dimiliki akan menjadi

berkurang bahkan terlupakan. Oleh sebab itu perusahaan sangat memerlukan

karyawan yang memiliki pengalaman karena dapat mengambil keputusan yang

cepat dan akan meningkatkan kinerja karyawan yang efektif dan efisien di

perushaan tersebut.

“Salah satu faktor yang berhubungan dengan penentuan peningkatan

kinerja perusahaan atau organisasi adalah budaya organisasi. Variabel ini sukar

untuk ditentukan atau diuraikan tetapi variabel ini ada dan bahkan variabel ini

yang sangat penting ketika dikaitkan dengan keberhasilan peningkatan kinerja

perusahaan” Hakim(2011:148).

Budaya organisasi menurut Kartiningsih (2007:14) adalah “sekumpulan

norma-norma tingkah laku atau corak/warna serta nilai-nilai yang ada di dalam

suatu perusahaan/organisasi dan merupakan aturan main yang harus ditaati dan

diamalkan oleh para pelaku perusahaan/organisasi tersebut agar dapat berinteraksi

baik terhadap faktor internal maupun eksternal”. Dapat disimpulkan bahwa yang

(24)

organisasi yang mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota

organisasi.

2.3.2 Hipotesis

Berdasarkan tinjauan teoritis serta penjelasan yang dikemukakan oleh para

peneliti sebelumnya terhadap rumusan permasalahan penelitian, maka peneliti

menarik kesimpulan sementara bahwa :

H1 : Gaya Kepemimpinan berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan.

H2 : Tingkat Pendidikan berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan.

H3 : Pengalaman Kerjaberpengaruh terhadapKinerja Karyawan.

H4 : Budaya Organisasi berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan.

H5 :Gaya kepemimpinan, Tingkat pendidikan,Pengalaman kerja, Budaya

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah peneliti uraikan di atas, peneliti ingin memberikan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

Melalui nilai konstanta harmonik pasang surut dapat diolah dan menghasilkan nilai air terendah (Low Water Level) sebesar 0,004 cm, air tertinggi (High Water Level)

- Memuat tombol hapus, berfungsi untuk menghapus data kasir atau pramusaji yang telah dipilih dari datagrid.. - Memuat tombol simpan, berfungsi untuk menyimpan

Pengaruh adanya pemecah gelombang berdasarkan skenario dengan pemecah gelombang dari hasil pemodelan gelombang pada setiap musim terlihat bahwa difraksi gelombang

Teori atau temuan-temuan yang dijadikan acuan dari berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu di jadikan sebagai data pendukung untuk pembuatan web berbasis

Tujuan pembuatan website berbasis flash ini ditujukan untuk memberi kemudahan dalam pelayanan pemesanan menu makanan atau minuman serta penyampaian informasi yang

vulkanik dan abu sekam padi pada tanah lempung yang dilihat dari pengujian. laboratorium yaitu CBR Laboratorium sesuai dengan variasi kadar

Dengan melihat dari dasar tersebut, maka akan memudahkan hasil dari program test IQ yang lebih canggih dengan memperhatikan sistem dan cara pembuatan yang baik juga