• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tukang Sangiang: Studi Sosio-Historis tentang peran dari tukang sangiang dalam Ritual dan Bermasyarakat di Suku Dayak Ngaju T2 752014010 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tukang Sangiang: Studi Sosio-Historis tentang peran dari tukang sangiang dalam Ritual dan Bermasyarakat di Suku Dayak Ngaju T2 752014010 BAB IV"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS

A. Gejala Karismatik yang Dimiliki Tukang Sangiang

1. Tukang Sangiang Penerima Wahyu

Meskipun di dalam kehidupannya sehari-hari Tukang Sangiang sama seperti masyarakat pada umumnya, namun perlakuan masyarakat di sekitarnya menganggap Tukang Sangiang adalah seseorang yang memiliki wahyu dan dianggap sebagai orang yang berbeda

karena memiliki hubungan yang spesial dengan Sangiang. Seperti halnya dalam pandangan Jarmanto1 mengenai kharisma yang dimiliki oleh seseorang, bahwa kharisma menunjukkan suatu kualitas tertentu yang berbeda dengan orang lain dan diperlakukan sebagai seseorang yang memiliki kekuatan atau sifat-sifat supranatural atau setidak-tidaknya sifat dan kekuatan khusus. Tidak bisa kita lepaskan bahwa suatu yang sulit untuk dipahami secara rasional ketika

seseorang seperti Tukang Sangiang menggunakan media yaitu dirinya sendiri untuk dirasuki oleh Sangiang. Kemampuan inilah yang tidak dimiliki oleh orang lain.2

Wahyu dari Ilahi ini dapat kita sama artikan dengan Jamba atau Jamba Sangiang. Seseorang yang memiliki Jamba Sangiang merupakan orang yang terpilih dan dianggap sebagai penerima wahyu dari Sangiang pada diri seseorang tersebut. Jamba Sangiang atau

bisa dikatakan ikatan khusus yang dimilikinya membuatnya menjadi yang berbeda itu. Hal ini menunjukkan bahwa Tukang Sangiang memiliki anugerah dari Sang Ilahi dan atas dasar

1

Jarmanto, Kepemimpinan sebagai Ilmu dan Seni, (Jogyakarta: Liberty, 1983), 122.

(2)

tersebut ia diperlakukan sebagai seorang pemimpin. Meskipun dalam kelompok tertentu, seperti dalam ritual Manyangiang. Akan tetapi, tidak semua orang yang memiliki Jamba Sangiang bisa menjadi Tukang Sangiang. Selain Jamba Sangiang, seseorang juga harus

memiliki hambaruan yang kuat dan jiwa yang menerima kehadiran dari kuasa Jamba Sangiang. Dengan kata lain, seseorang bisa memiliki Jamba Sangiang, namun jika hambaruan

dan jiwanya menolak maka ia tidak mampu menerima kuasa Jamba Sangiang, sehingga Jamba Sangiang akan hilang dari dirinya jika diambil dari dalam dirinya oleh Tukang Sangiang. Sebagai contoh, Indu Yelli pernah mengalami hal mistis mengenai pengalamannya

tentang Jamba Sangiang yang tidak jadi masuk dalam tubuhnya karena hambaruannya dianggap lemah.3 Cerita bermula pada saat itu ia mengangkat anak dari seorang ibu yang bernama Ici dari desa Tumbang Kahayan. Anak it uterus menerus mengalami sakit, ke dokter tidak kunjung sembuh. Akhirnya, orang tua nak tersebut bermimpi bahwa anaknya akan sembuh jika Indu Yulli mengangkatnya menjadi anak. Maka proses pengangkatan anak ini

pun dilaksanakan melalui proses Manyangiang, supaya mnencari hambaruan anak ini yang dianggap hilang untuk dihubungkan dengan Indu Yulli. Pada saat proses penghubung dengan digunakan benang, tiba-tiba Indu Yulli mengalami sakit yang luar biasa di perutnya, sehingga

ia merasakan dirinya ingin buang air besar. Selain itu ia merasa bahwa penglihatannya menjadi gelap, lalu ia kemudian melepaskan benang yang dipegangnya dan berlari ke arah

dapur untuk pergi ke jamban yang berada di belakang rumah. Melihat hal tersebut salah satu keluarganya mengikutinya. Tiba-tiba, Indu Yulli langsung lompat dari dapur ke tanah tanpa melalui tangga, saudaranya yang mengikuti tidak sempat menangkap Indu Yulli pada saat

(3)

jatuh. Indu Yulli kemudian berlari ke jamban, namun pada saat kakinya terkena air maka semua yang dirasakannya itu tiba-tiba hilang dan ia pun kembali ke rumah.

Lalu, ia kemudian menceritakan hal itu kepada Tukang Sangiang, dan setelah diperiksa

ternyata Indu Yulli memiliki Jamba Sangiang, namun ia memiliki hambaruan yang lemah. Setelah peristiwa itu, maka ia meminta tolong supaya Jamba Sangiang diambiln dari dirinya. Sebelum kejadian tersebut, Indu Yulli sudah beberapa kali mengalami hal serupa, tapi tidak

seperti kejadian di Tumbang Kahayan itu, perasaan yang ia alami hanyalah pemandangannya gelap dan jantungnya berdetak dengan kencang. Melalui pengalaman Indu Yulli ini, dapat

disimpulkan bahwa Jamba Sangiang bisa dimiliki, namun tanpa hambaruan yang kuat dan tubuh mau menerima kehadirin dari Jamba Sangiang maka seseorang tersebut tidak bisa

menjadi Tukang Sangiang.

2. Kemampuan Luar Biasa atau Supranatural Tukang Sangiang

Di dalam hal ini, kemampuan yang dimiliki oleh Tukang Sangiang adalah Jamba Sangiang yang ia miliki untuk menjadi penghubung antara manusia dan Sangiang. Untuk

berkomunikasi dengan Sangiang, Tukang Sangiang memerlukan ritual Manyangiang untuk mengundang Sangiang merasuk ke tubuhnya dan menyampaikan segala macam jawaban atas persoalan. Weber mendefinisikan kharisma yakni sebagai kualitas tertentu dari seorang

(4)

manusia super, atau setidaknya luar biasa. Kualitas ini dianggap tidak bisa dimiliki oleh orang biasa, tetapi dianggap sesuatu yang bersumber dari Tuhan.4

Dengan memiliki kemampuan supernatural ini, Tukang Sangiang menjadi seseorang

yang dipercaya mampu menolong dan menyembuhkan penyakit. Kemampuan seperti ini menjadikan Tukang Sangiang dikenal sebagai seorang yang memiliki kuasa dari sang dewa yaitu Sangiang sebagai seorang yang diberkahi wahyu. Meskipun tidak ada yang pernah

melihat Sangiang, dengan melihat Tukang Sangiang, orang-orang yang percaya akan keberadaan Tukang Sangiang ini menjadikannya teladan, penyembuh, pemberi nasehat, dan

bahkan pemimpin dalam suatu ritual tertentu. Jadi, kekuatan supernatural yang dimiliki oleh Tukang Sangiang menjadikannya sebagai sosok yang istimewa dan mampu mempengaruhi

orang yang percaya dengan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat.

B. Pengaruh Peran Tukang Sangiang

Menjadi Tukang Sangiang tidak hanya sekedar menjadi seroang ibu rumah tangga atau seorang penyembuh saja, melainkan tugas yang diemban yakni sebagai Tukang Sangiang

memiliki tanggung jawab yang besar. Seperti yang diungkapkan oleh Indu Nari,5 perannya menjadi Tukang Sangiang didasarkan atas rasa terpanggil oleh kewajiban. Indu Nari menjelaskan bahwa, mengemban Tugas sebagai Tukang Sangiang merupakan kewajiban yang

harus dilaksanakan. Kewajiban ini menuntutnya untuk tidak memilih sesuai kehendak sendiri

4

Max Weber, The Theory of Social and Economic Organization, (New York: The Falcon’s Wings Press, 1947), 358-359.

(5)

orang-orang yang membutuh pertolongannya. Melainkan, kewajiban ini yang memunculkan rasa tanggung jawab bahwa dia harus menolong semua orang yang membutuhkan pertolongan tanpa memandang status seseorang.6 Sama halnya dengan kepemimpinan kharismatik, peran yang dimiliki tidak berdasarkan pengakuan dari pengikutnya melainkan dari rasa terpanggil oleh kewajiban yang dibebankan pada dirinya sebagai karunia Tuhan.

Rasa tanggung jawab atas tugas yang dimiliki sebagai Tukang Sangiang inilah, maka

berpengaruh terhadap peran mereka sebagai Tukang Sangiang di tengah-tengah masyarakat. Hal ini disebabkan karena dari rasa tanggung jawab muncul suatu tindakan untuk menolong

orang lain, sehingga dari tindakan itu membuat orang yang berada di sekitarnya mengakui akan keberadaan Tukang Sangiang. Beberapa analisa sumber pengaruh dari Tukang Sangiang

kemudian diurai sebagai berikut:

1. Jamba Sangiang, seperti dalam bagian A dalam Bab ini Jamba Sangiang merupakan sumber utama yang bisa disama artikan dengan wahyu yang diterima oleh Tukang

Sangiang. Meskipun demikian, Jamba Sangiang harus disertai dengan hambaruan yang kuat dan juga kesiapan jiwa untuk menerima Jamba Sangiang tersebut. Bagi

Tukang Sangiang yang menerima Jamba Sangiang ini, mereka akan dianggap sebagai orang istimewa yang mampu berkomunikasi dengan Sangiang.

2. Rasa tanggung jawab, wahyu yang diterima oleh Tukang Stangiang menjadikannya

istimewa dari masyarakat lain. Tentu saja rasa tanggung jawab ini harus dimiliki oleh setiap Tukang Sangiang supaya dalam kegiatan yang mereka lakukan terutama dalam

hal menolong orang lain tidak memunculkan rasa pilih kasih.

(6)

3. Kejujuran. Jerry White menyatakan bahwa kejujuran merupakan hasil dari jawaban yang pragmatis menyangkut benar atau salah. Namun, yang menjadi acuan adalah kebenaran yang terkandung di dalam kejujuran tersebut.7 Dalam wawancara dengan Lia, kejujuran dari Tukang Sangiang sangat penting. Seskipun ia tidak menyebutkan bahwa Tukang Sangiang yang berada di Kecamatan Rungan tidak ada yang tidak jujur.

Melalui pengalamannya, ia menyebutkan bahwa ada Tukang Sangiang yang ‘abal

-abal’ untuk mengambil keuntungan dari perannya sebagai Tukang Sangiang.

Menurutnya, ia pernah melihat seorang Tukang Sangiang yang pura-pura kerasukan

dan sengaja menggetarkan tubuhnya sehingga kelihatan ia seperti kerasukan. Setelah ia melakukan ritual manyangiang, ia mematok harga yang cukup tinggi, karena orang

yang meminta pertolongan tersebut termasuk dalam keluarga yang memiliki perekonomian yang cukup. Menurutnya, orang yang benar-benar menjadi Tukang Sangiang adalah orang yang jujur dalam melakukan tugasnya. Seorang Tukang

Sangiang, meskipun ia menginjakkan kakinya dibara api pada saat kerasukan maka kakinya tersebut tidak apa-apa bahkan melepuh pun tidak. Disamping itu, jika seseorang Tukang Sangiang selesai melaksanakan tugasnya untuk menyembuhkan

seseorang, ia tidak pernah menyebutkan nominal rupiah untuk setiap bantuan yang ia lakukan. Lia kemudian menjelaskan bahwa selama ia mengikuti ritual manyangiang di

wilayah Kecamatan Rungan ini, dia belum pernah mlihat Tukang Sangiang yang tidak jujur. Sehingga ia percaya bahwa Tukang Sangiang yang berada di Kecamatan Rungan merupakan seorang yang memiliki kualitas yakni kualitas sebagai Tukang Sangiang.

(7)

4. Rendah Hati. Di dalam kesehariannya Tukang Sangiang seperti masyarakat pada umumnya, mereka melakukan pekerjaan rumah tangga dan berusaha menjadi seorang isteri yang baik bagi suaminya. Selain hal itu, apa yang mereka lakukan terhadap orang

lainpun patut dicontoh. Dalam pengamatan penulis, setiap kali Penulis ke rumah Tukang Sangiang, di depan rumah banyak masyarakat yang duduk santai seraya

bercerita menikmati sore hari. Mereka bercerita bersama-sama Tukang Sangiang sambil manyipa tanpa memandang agama atau status sosial. Dalam hal lain, seperti yang dilakukan oleh Indu Tabuk ketika ada tatangganya yang sedang manggetem8atau

menuai padi yang sudah matang di ladang, ia akan ikut serta untuk menolong tanpa meminta imbalan. Untuk manggetem, ia biasanya berangkat pagi bersama-sama

dengan pemilik ladang dan pulang pada sore harinya. Rasa rendah hati inilah yang kemudian membuat banyak masyarakat di sekitar merasa nyaman dengan keberadaan Tukang Sangiang, dan mereka tidak sungkan untuk bercanda meskipun mereka tahu

bahwa Tukang Sangiang berbeda dalam hal lain dari mereka.

8 Di Kecamatan Rungan, manggetem masih dilakukan dengan cara gotong royong, masyarakat saling

Referensi

Dokumen terkait

Artinya: Rasulullah SAWW bersabda, ” Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika seorang lelaki mengumpuli isterinya sedang di dalam rumah ada anak kecil yang terjaga

Dosen membuka materi dengan menjelaskan tentang beban dinamik umum - Diskusi seluruh kelompok.. - White Board 10 menit Mahasiswa dapat mempersiapkan diri

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLII-2/W2, 2016 11th 3D Geoinfo Conference, 20–21 October 2016,

Bagi Pemegang Saham yang sahamnya berada dalam sistem Penitipan Kolektif di KSEI, HMETD akan didistribusikan secara elektronik ke dalam rekening efek di KSEI melalui Rekening

mentransfer hak mereka untuk menerima arus kas yang berasal dari aset atau liabilitas untuk membayar arus kas yang diterima secara penuh tanpa penundaan yang

Untuk pinjaman yang diberikan dan piutang yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi, Perusahaan terlebih dahulu menentukan apakah terdapat bukti obyektif

The direct modelling is considered the “traditional” way to work: in this environment, the objects have only geometrical or material attributes, and they are defined by mesh

Dalam hal tersebut, Perusahaan mempertimbangkan, berdasarkan fakta dan situasi yang tersedia, termasuk namun tidak terbatas pada jangka waktu hubungan dengan pelanggan