HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN EMOSIONAL ORANG TUA
DENGAN PENERIMAAN DIRI SISWI SMP DI SLB
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
ANTARA DUKUNGAN EMOSIONAL ORANG TUA
DENGAN PENERIMAAN DIRI SISWI SMP DI SLB-B DENA UPAKARA
WONOSOBO
OLEH
FIDELIS DINAR PERTIWI
802013019
TUGAS AKHIR
Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
ANTARA DUKUNGAN EMOSIONAL ORANG TUA
B DENA UPAKARA
1
PENDAHULUAN
Tunarungu adalah mereka yang pendengarannya tidak berfungsi sebagian atau keseluruhan (Mangunsong, 1998). Siswa tunarungu dengan segala keterbatasannya, memiliki potensi atau kekuatan yang dapat dikembangkan untuk mencapai suatu keseimbangan, keserasian dalam menempuh hidup untuk berinteraksi dengan lingkungan baik lingkungan dirumah, sekolah maupun masyarakat (John, 2010). Siswa tunarungu juga tidak mengerti orang lain dan sukar untuk memahami orang lain. apabila hal tersebut berlanjut terus-menerus maka dapat menimbulkan tekanan pada emosinya, yang pada akhirnya dapat menghambat perkembangan kepribadian dan sosialnya dengan menampilkan perilaku seperti menutup diri, bertindak agresif atau sebaliknya menampakan kebimbangan dan keragu-raguan (Sumardi & Talkah, 1984).
2
Dalam hal ini siswa tunarungu membutuhkan dukungan dari ling kungannya untuk dapat menerima keberadaannya dilingkungannya tersebut agar siswa tunarungu tidak merasa terasing dan menerima dirinya secara positif, dan bila anak tunarungu mempunyai penerimaaan diri yang negatif maka beberapa faktor yang mempengaruhi adalah kurang adanya dukungan sosial dari lingkungannya, Saronson (1991) menerangkan bahwa dukungan sosial dapat dianggap sebagai sesuatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Dukungan sosial memiliki berbagai macam bentuk, menurut Sarafino (2007) bentuk-bentuk dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instumental, dukungan informasi, dan dukungan jaringan.Dari berbagai macam bentuk yang memiliki pengaruh besar terhadap penerimaan diri siswa tunarungu yaitu dukungan emosional. Sarafino (1990) dukungan emosional adalah dukungan yang melibatkan eskpresi, rasa empati, perhatian terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti memberi perhatian dan afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain. Dukungan emosional menyediakan kenyamanan, kepastian, dimiliki dan dicintai pada saat orang tersebut mengalami stress. Dukungan emosi merupakan dukungan yang diberikan oleh orang lain yang berupa ungkapan emosi, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan (House & khan, 1985).
Stephens & Long (2008), menyebutkan sejumlah penelitian yang menyebutkan sejumlah penelitian yang menemukan bahwa dukungan emosional, sebagai salah satu aspek dari dukungan sosial yang paling konsisten memprediksi perubahan positif dalam menghadapi krisis.
3
tunarungu, dukungan emosional memberi pengaruh positif bila tunarungu mendapatkan kasih sayang, perhatian dari lingkungan sekitarnya maka akan menjadikan tunarungu menerima keadaannya. Semakin tinggi dukungan dari lingkungan semakin tinggi pula penerimaan diri tunarungu (Sarafino, 2007) Walaupun demikian adapula tunarungu yang tidak dapat menerima segala kondisi dia dikarenakan kurangnya dukungan dari lingkungan. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan pada beberapa siswa tunarungu pada tanggal 15 september 2016, siswa tunarungu terkadang merasa tersingkir dari lingkungannya semisal bila mereka mencoba berkomunikasi dengan orang normal dilingkungannya tetapi orang lain menatapnya secara aneh karena cara bicara mereka berbeda dari yang lainnya hal ini juga menjadikan mereka minder. Ada juga siswa tunarungu yang kurang mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya dimana lingkungan dia menolak akan kehadiran dia di sekitar mereka, membedakan dia dengan orang normal lainnya tetapi walaupun demikian anak tunarungu merasa dia berbeda dan berpikir positif atas keadaannya, sehingga ia dapat berprestasi. Sedangkan pada tanggal 16 september 2016 peneliti melakukan wawancara dengan orang tua serta lingkungan sekitar, bahwa orang tua melakukan usaha terbaik untuk anaknya agar mereka percaya diri dengan memberikan dukungan-dukungan emosional untuk anak-anak tunarungu ini, walaupun demikian orangtua berpendapat tidak mudah membawa mereka ke lingkungan sekitar agar mereka seperti yang lain, dengan kata lain orang tua memberikan dukungan tetapi anak tunarungu yang tidak memiliki penerimaan diri yang baik.
4
Metode Penelitian
Variabel Penelitian
1. Penerimaan Diri (Variabel terikat)
Penerimaan diri merupakan sikap yang mencerminkan perasaan seseorang sehubungan dengan kenyataan yang ada pada dirinya, sehingga individu yang menerima dirinya dengan baik akan mampu menerima kelemahan atau kelebihan yang dimilikinya (Chaplin, 2004). Diukur dengan menggunakan skala penerimaan diri dengan menggunakan aspek-aspek penerimaan diri yang dikemukakan oleh sheerer (Cronbach, 1963).
2. Dukungan Emosional Orang Tua ( Variabel bebas)
Dukungan emosional adalah dukungan yang melibatkan eskpresi, rasa empati, perhatian terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti memberi perhatian dan afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain (Sarafino, 1990). Diukur dengan menggunakan skala dukungan emosional dengan menggunakan aspek-aspek dukungan emosional (Sarafino, 2007).
Subyek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa tunarungu jenjang sekolah menengah pertama (SMP) yang bersekolah di SLB-B dena upakara wonosobo. Dengan kriteria usia siswa 13-16 tahun, yang berjumlah 32 siswa, perempuan, memiliki taraf intelegensi normal atau diatas rata-rata, serta memiliki kemampuan baca dan tulis.Penulis menggunakan populasi juga sebagai sampel, karena dilihat dari jumlah populasi yang sedikit.
5
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2012).
Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah skala dukungan emosional orang tua dan skala penerimaan diri.Penyusunan item-item dalam skala dukungan emosional orang tua dan penerimaan diri dikelompokkan menjadi item favorable dan
unfavorable yang menggunakan tipe pilihan yaitu subyek diminta untuk memilih salah satu dari lima alternative jawaban yang sudah disediakan, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), netral (N), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor untuk item favorable bergerak dari lima sampai satu untuk SS, S, N, TS, dan STS. Sedangkan untuk item unfavorable bergerak dari satu sampai lima untuk SS, S, N, TS, dan STS.
Metode angket digunakan dalam penelitian ini, dalam pengumpulan data yang mana hasil kuisioner tersebut terjelma dalam angka, tabel-tabel analisa data dari penelitian kuantitatif dilandaskan pada hasil kuisioner. Kuesioner/angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi (Arikunto, 2006). Bentuk skala dalam penelitian ini adalah skala Likert.Skala likert memberikan peluang kepada responden untk mengekspresikan perasaan mereka dalam bentuk persetujuan terhadap suatu pernyataan (Simamora, 2004).
6
Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data yang digunakan dalam peneliti ini adalah menggunakan teknik korelasi Product moment pearson. Guna mempermudah perhitungan menggunakan bantuan
SPSS 16.0.
HASIL PENELITIAN
Uji Reliabilitas dan Validitas
Hasil uji reliabilitas pada skala dukungan emosional dengan menggunakan Alfa Cronbach
menunjukkan hasil perhitungan reliabilitas sebesar 0.890. Berdasarkan hasil uji seleksi item, diperoleh item gugur sebanyak 1 item dengan menyisakan 14 item valid yang koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,397-0.771.
Tabel 1. Skala Dukungan Emosional
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.890 14
Hasil uji reliabilitas pada skala penerimaan diri dengan menggunakan Alfa Cronbach
7
Tabel 2. Skala Penerimaan Diri
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.893 20
Uji Asumsi
Uji Normalitas
Penelitian ini menggunakan uji normalitas data dan varians menggunakan uji normalitas yang dilakukan menggunakan uji One Sample-Kolmogrof Smirnov. Berdasarkan hasil pengujian normalitas didapatkan bahwa kedua variabel memiliki signifikansi (p > 0.05).Variabel dukungan emosional memiliki nilai K-S-Z sebesar 0.464 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0.982 (p > 0.05).sedangkan untuk variabel penerimaan diri memiliki nilai K-S-Z sebesar 0.514 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0.954 (p > 0.05). Berdasarkan hasil uji normalitas tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa data berdistribusi normal.
Uji Linearitas
8
Uji Korelasi
Tabel 1. Korelasi
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Pengujian korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel. Kuatnya hubungan antara kedua variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1, dan koefisien korelasi negatif terbesar = -1, sedangkan yang terkecil atau tidak ada hubungan adalah 0 (Sugiyono, 2010).
Pada pengujian korelasi antara hubungan dua variabel diperoleh nilai r 0.301 (p < 0.05) dengan signifikansi 0,018 yang berarti adanya hubungan positif yang signifikan antara dukungan emosional orang tua dengan penerimaan diri siswa smp di SLB-B Dena Upakara Wonosobo.
Analisa Deskriptif
a. Dukungan Emosional
Variabel dukungan emosional memiliki item dengan daya diskriminasi berjumlah 14 item, dengan jenjang skor antara 1 sampai dengan 5. Pembagian skor tertinggi dan terendah
Correlation Coefficient 1 .301**
Sig. (2-tailed) . .018
N 32 32
Penerimaan Diri
Correlation Coefficient .301** 1
Sig. (2-tailed) .018 .
9
Pembagian interval dilakukan menjadi empat kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah kategori.
Tabel 2. Kriteria Dukungan Emosional
No Interval Kategori Frekuensi % Mean
1. 56 ≤ x ≤ 70 Sangat Tinggi 11 34.4%
2. 42 ≤ x ≤ 56 Tinggi 15 46.9% 51.6 3. 28 ≤ x ≤ 42 Rendah 6 18.8%
4. 14 ≤ x ≤ 28 Sangat Rendah 0 0.0%
Total 32 100%
b. Penerimaan Diri
Variabel dukungan emosional memiliki item dengan daya diskriminasi berjumlah 14 item, dengan jenjang skor antara 1 sampai dengan 5. Pembagian skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:
Skor tertinggi : 5 x 20 = 100 Skor terendah : 1 x 20 = 20
Pembagian interval dilakukan menjadi empat kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah kategori.
Tabel 3. Kriteria Penerimaan Diri
No Interval Kategori Frekuensi % Mean
1. 80 ≤ x ≤ 100 Sangat Tinggi 14 43.8%
2. 60 ≤ x ≤ 80 Tinggi 18 56.3% 78.1 3. 40 ≤ x ≤ 60 Rendah 0 0.0%
4. 20 ≤ x ≤ 40 Sangat Rendah 0 0.0%
10
Penerimaan Diri
Variabel penerimaan diri memiliki item dengan daya diskriminasi berjumlah 20 item, dengan jenjang skor antara 1 sampai dengan 5. Pembagian skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:
Skor tertinggi : 5 x 20 = 100 Skor terendah : 1 x 20 = 20
Pembagian interval dilakukan menjadi empat kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah kategori.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh koefisien korelasi antara dukungan emosional dengan penerimaan diri pada anak tunarungu adalah 0.301 (p < 0,05) yang artinya ada hubungan positif signifikan antara dukungan emosional orangtua dengan penerimaan diri siswa tunarungu. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan emosional yang diberikan orang tua pada siswa tunarungu, maka semakin tinggi pula penerimaan diri siswa tunarungu.Sebaliknya, semakin rendah dukungan emosional orang tua, maka semakin rendah pula penerimaan diri siswa tunarungu.
11
dorongan dari orang terdekat dan keluarga terutama orang tua. Dukungan emosional dari orang tua maupun keluarga terdekat memiliki dampak yang berhubungan pada penerimaan diri pada siswa tunarungu, dengan dukungan tersebut mereka dapat menerima kekurangan mereka (Sarafino, 1990).
Dukungan emosional dari orang tua terutama menjadi kan siswi tunarungu ini mampu untuk menerima kekurangan dirinya secara baik. Keyakinan yang dimiliki oleh individu bahwa mereka dicintai, diperhatikan, dihargai dan bernilai serta menjadi bagian dalam suatu ikatan sosial juga akan menjadi harta dan sumber pertahanan dalam menghadapi situasi yang sulit (Cobb, dalam Sarafino, 1990).
Hasil Penelitian ini didukung oleh penelitian Sari (2011) mengatakan bahwa salah satu yang mempengaruhi penerimaan diri adalah dukungan sosial yang merupakan salah satu nya dukungan emosional, seseorang yang mendapatkan support dari lingkungan dan sosial akan membuat orang tersebut lebih merasa diterima keadaan dirinya oleh lingkungan. Perlakuan lingkungan sosial terhadap seseorang akan membentuk tingkah laku seseorang tersebut. Hal ini membuat seseorang yang mendapatkan perlakuan dari lingkungan sosial yang mendukung akan dapat menerima dirinya sendiri
12
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara dukungan emosional orang tua dengan penerimaan diripada siswa smp di SLB/B dena upakara wonosobo , maka dapat disimpulkan:
1) Ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan emosional orang tua dengan penerimaan diripada siswa smp di SLB/B Dena Upakara Wonosobo
2) Sebagian besar mahasiswa memiliki dukungan emosional pada kategori tinggi dan memiliki penerimaan diripada kategori tinggi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian serta mengingat masih banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi sekolah SLB-B Dena Upakara Wonosobo
Berdasarkan dari hasil penelitian diharapkan sekolah mampu memberikan fasilitas serta dukungan sosial baik berupa dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan penghargaan, dukungan informasi untuk siswa siswi tunarungu yang bersekolah di SLB-B dena upakara agar penerimaan diri siswa tunarungu ini semakin baik dan mampu beraktifitas di lingkungan luar.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
13
DAFTAR PUSTAKA
Cronbach, L.J.(1963). Educational Psychology. New York: Harcourt, Brace & World, Inc.
Sarafino, E.P (2002). Health Psikology : BioPsychology Interactions. Canada. John Willey Sons.inc.
Sarafino, E.P (2007). Health Psikology : BioPsychology Interactions Sixth Edition. New York : John Willey & Sons.
Sundari. L (2015). Hubungan antara dukungan emosional teman sebaya dengan motivasi berprestasi pada atlet hockey di kabupaten Kendal. Tugas Akhir (tidak diterbitkan). Salatiga. Universitas Kristen Satya Wacana.
Utami R.T. 2009. Hubungan antara dukungan orang tua dengan kepercayaan diri pada remaja tunarungu.
Skripsi. Semarang. Jurusan psikologi. Universitas Negeri Semarang.
Utami, S. N. (2013). Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan penerimaan diri Individu yang mengalami asma. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Jurnal Psikologi Udayana, Vol 1(1).