• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Kameralisme Dalam Parlemen Indonesia (Kajian Hukum Normatif Terhadap Kedudukan DPD RI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Kameralisme Dalam Parlemen Indonesia (Kajian Hukum Normatif Terhadap Kedudukan DPD RI)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Lahirnya Dewan Perwakilan Daerah dalam sistem ketatanegaraan Indonesia selalu membawa pertanyaan mengapa lembaga tersebut perlu ada, apa dasar filosofisnya atau gagasan apa yang menghendaki dilahirkannya lembaga baru tersebut. Dewan Perwakilan Daerah dibentuk berdasakan pasal 22C, pasal 22D perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan keberadaannya diatur dalam pasal 2 ayat (1) perubahan keempat yang menyatakan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.

Pembentukan Dewan Pewakilan Daerah terkait erat dengan sistem perwakilan dalam parlemen Indonesia. Permasalahannya adalah apa yang menjadi latar belakang lahirnya kameralisme dalam parlemen suatu negara, bagaimana pelaksanaan sistem bikameral dalam sejarah ketatanegaraan Republik Indonesia, bagaimana kedudukan dan peranan Dewan Perwalian Daerah dalam pelaksanaan Check and Balances. Permasalahan dibahas dengan mengunakan metodelogi penelitian normatif, sedangkan teori yang digunakan adalah teori yang dikemukakan oleh Mostesquieu

dan Jean Jacques Rosseau.

Keberadaan Dewan Perwakilan Daerah sebagai lembaga perwakilan rakyat dalam parlemen Indonesia, mengambarkan bahwa dalam parlemen Indonesia terdiri dua majelis atau dua kamar. Penentuan apakah sistem parlemen satu kamar, dua kamar tidak dapat didasarkan pada landasan negara, bentuk negara, bentuk pemerintahan, dan bentuk sistem pemerintahan, melainkan oleh sejarah ketatanegaraan negara. Oleh karena itu, parlemen Indonesia harus menempatkan lembaga-lembaga negara dalam legislatif memiliki kewenangan yang sama dan fungsi yang sama kuat, sehingga struktur ketatanegaraan sesuai dengan teori pemisahan kekuasaan (trias politika), teori kedaulatan rakyat (demokrasi), dan terlaksananya prinsip saling mengawasi/saling mengontrol (check and balances), baik secara internal parlemen maupun eksternal parlemen. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 harus diamandemen lagi.

Kata kunci: Sistem Kameralisme, Parlemen Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah.

(2)

ABSTRACT

The establishment of Local Representative Council in the Indonesian constitutional system always brings the question of why there (Local Representative Council)is a need for such institution, what its philosophical basis is, or what ideas require the establishment of this new institution. The Local Representative Council was established based on Article 22C, Article 22D of the third amendment of the 1945 Constitution Act of the Republic of Indonesia and its existence is regulated in Article 2 paragraph (1) of the fourth amendment stating that People’s Consultative Assembly consists of the members of People’s Representative Council and Local Representative Council elected through a General Election and shall be further regulated by law.

The establishment of Local Representative Council is closely related to the system of representative in the Indonesian parliament. The problems are the background of the establishment of cameralism in the parliament of a country, how bicameral system was implemented in the history of the constitution of the Republic of Indonesia, and the position and role played by Local Representative Council in implementing Check and Balances. This problem was discussed normative research methodology and theory used was the theory developed by Montesquieu and Jean Jacques Rousseau.

The existence of Local Representative Council as the people’s representative institution in the Indonesian parliament portrays that in the Indonesian parliament there are two assemblies or two rooms. To determine whether we practice one or two room parliamentary system cannot be based on the foundation of a country, the form of state, the form of government, and the form of government system, but the history of state constitution. Therefore, the Indonesia parliament should place the state institutions in the legislative with the same authority and equally strong functions that the structure of constitution is in accordance with theories of trias politica and democracy as well as the implementation of the principle of check and balances internally or externally. That is why the 1945 Constitution Act of the Republic of Indonesia should be amended again.

Keywords: Cameralism System, Indonesian Parliament, Local Representative Council

Referensi

Dokumen terkait

Banyaknya fasilitas lengkap dan peralatan medis canggih di RSUD Bangil merupakan kekuatan untuk menghadapi ancaman klinik dan rumah sakit

“Langkah-langkah yang dilakukan oleh agen dan perusahaan dalam menangani pendaftaran peserta baru adalah sesuai prosedur dan SOP yang diberlakukan yaitu peserta

[r]

[r]

Hal ini membuktikan bahwa semakin besar nilai pasar asset maka semakin besar pula kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan

dirumuskan sedemikian rupa sehingga meliputi perbuatan-perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi secara “melawan hukum” dalam pengertian formil

[r]

Fitur laporan rawat jalan berfungsi untuk menampilkan semua data-data pasien rawat jalan atau berdasarkan tanggal masuk, tanggal keluar, nama pasien, ruang dan dokter. Fitur