• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS BESAR ETIKA DAN ASPEK HUKUM INDUST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS BESAR ETIKA DAN ASPEK HUKUM INDUST"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS BESAR

ETIKA DAN ASPEK HUKUM INDUSTRI KONSTRUKSI

RENDAHNYA PENERAPAN UU KESELAMATAN KERJA DALAM JASA KONSTRUKSI

MIFTAH RAHMATULLAH 1106003926

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Tugas Besar Mata Kuliah Etika dan Aspek Hukum Industri Konstruksi ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Makalah dengan judul “Rendahnya Penerapan Uu Keselamatan Kerja Dalam Jasa Konstruksi” disusun berdasarkan studi literatur yang dilakukan dan juga telaah mengenai keadaan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja di Indonesia.

Penulis ingin berterima kasih sebesar-besarnya kepada para pihak yang ikut serta membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan dalam penyusunannya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak yang mengerti dan lebih banyak mengetahui tentang makalah ini sehingga pada kesempatan berikutnya penulis dapat membuat makalah yang lebih baik.

Depok, Agustus 2014

(3)

ABSTRAK

(4)

TABLE OF CONTENTS

II.2 Undang-Undang No.1/1970 tentang Keselamatan Kerja...5

II.3 Peraturan Perundangan Lain...8

BAB III9 METODE PENYELESAIAN...9

BAB IV PEMBAHASAN...10

IV.1 Peraturan Perundangan Jasa Konstruksi dan Keselamatan Kerja di Indonesia. 10 IV.2 Penyebab Tingginya Angka Kecelakan Kerja...11

IV.3 Peran UU Keselamatan Kerja dalam menanggulangi Tingginya Angka Kecelakaan Kerja...12

IV.4 Solusi untk keselamatan kerja dalam bidang Konstruksi...15

BAB V PENUTUP...16

V.1 Simpulan...16

V.2 Saran...16

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sejak merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 , Indonesia telah menjadi salah satu negara berkembang yang berusah untuk menjadi salah satu negara besar . Dengan sumber daya yang luas tentu pembangunan Indonesia dapat tumbuh dengan pesat terutama di bidang konstruksi. Sejak pemerintahan Presiden Soekarno dan Soeharto tahun 1945-1967 hingga sekarang, sektor jasa konstruksi sempat memberikan kontribusi sebesar 42 Triliun rupiah pada PDB, sebelum akhirnya menurun ketika terjadi krisis moneter tahun 1998.

Menghadapi krisis moneter yang pernah terjadi pada tahun 1998, saat ini industri konstruksi mencoba untuk berkembang kembali. Proyek pembangunan saat ini banyak dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia. Bahkan meningkat pesat saat terjadi krisis moneter global yang membuat jasa konstruksi mampu menyumbang negara sebesar 484 M.

Dengan meningkatnya permintaan pembangunan di bidang konstruksi, maka akan banyak sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembangunan tersebut. Salah satu hal yang penting adalah pekerja konstruksi, baik tenaga ahli maupun buruh kerja.

(6)

Menurut Mangkunegara ,keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur .Keselamatan kerja merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat di dalam sebuah proyek konstruksi.

UU Keselamatan kerja dibuat untuk menjadi pedoman agar tidak ada kecelakaan kerja yang terjadi selama kegiatan konstruksi, namun kecelakaan konstruksi masih banyak terjadi. Hal inilah yang menjadi dasar tugas pembuatan tugas ini yaitu mengenai penegakan undang-undang keselamatan kerja sebagai proteksi keamanan bagi pekerja konstruksi.

I.2 Identifikasi Masalah

Di Indonesia, perlindungan keselamatan tenaga kerja di sebuah proyek konstruksi terkadang tidak berjalan dengan baik. Padahal, sudah menjadi mendapata perhatian lebih. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai peran UU Keselamatan Kerja di Indonesia dan solusi untuk meningkatkan kepedulian penyelenggara konstruksi dalam menegakkan UU ini.

I.3 Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

(7)

2. Bagaimana solusi penegakan undang-undang tentang keselamatan kerja di lingkungan pekerjaan konstruksi?

I.4 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:

1. Menganalisis besar peran perundang-undangan tingkat kecelakaan kerja yang terjadi dan bagaimana penegakkan hokum dalam setiap kecelakaan kerja konstruksi

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Undang-undang Tentang Jasa Konstruksi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi merupakan peraturan dasar yang menjelaskan dan mengatur hal-hal yang terkait dengan jasa konstruksi. Undang-undang ini merupakan payung hukum pelaksanan kegiatan konstruksi. Berikut beberapa pasal yang membahas mengenai kesehatan dan keselamatan kerja:

Pasal 1

(1) Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi;

(2) Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain;

Pasal 2

Pengaturan jasa konstruksi berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan, manfaat, keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan dan keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.

Pasal 23

(1) Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan beserta pengawasannya yang masing-masing tahap dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan, dan pengakhiran. (2) Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang

(9)

(3) Penyedia jasa sebagaiana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi hak-hak sub penyedia jasa sebagaimana tercantum dalam kontrak kerja konstriksi antara penyedia jasa dan sub penyedia jasa.

II.2 Undang-Undang No.1/1970 tentang Keselamatan Kerja a. Istilah (Pasal 1:3)

“Pengurus” ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.

b. Ruang Lingkup

 Pasal 2:1

Undang-undang ini mengatur keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

 Pasal 2:2

Ketentuan-ketentuan tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana :

o dipakai atau dipergunakan mesin, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan;

o dikerjakan pembangunan gedung atau bangunan lainnya;

o dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah; dan o dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya kejatuhan benda. c. Syarat-syarat Keselamatan Kerja (Pasal 3:1)

Dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk:

 mencegah dan mengurangi kecelakaan;

 memberi pertolongan pada kecelakaan;

 memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

 memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya; dan

 menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

d. Pengawasan

(10)

Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini, sedangkan para pegawai pengawas kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-undangn ini dan membantu pelaksanaannya.

 Pasal 6:1

Barangsiapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat mengajukan permohonan banding kepada Panitia Banding.”

 Pasal 6:3

Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.”

 Pasal 8:1

Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.”

 Pasal 8:2

Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.

e. Pembinaaan (Pasal 9)

1. Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :

o Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul

dalam tempat kerjanya;

o Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam semua tempat kerjanya;

o Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan; o Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan peerjaannya. 2. Pengurus boleh mempekerjakan tenaga kerja setelah ia yakin bahwa

tenaga kerja paham

3. Pengurus wajib membina tenaga kerja dalam pencegahan kecelakaan, peningkatan keselamatan dan pemberian pertolongan pertama dalam kecelakaan

f. Kecelakaan (Pasal 11:1)

(11)

g. Kewajiban dan Hak Kerja Tenaga Kerja (Pasal 12)

 Memberikan keterangan bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja

 Memakai alat-alat perlindungan diri

 Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan

 Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan  Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat

keselamatan kerja serta alat-alat perlindungan diri diragukan olehnya.

h. Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja (Pasal 13)

Barang siapa yang akan memasuki suatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.”

i. Kewajiban Pengurus (Pasal 14)

 Secara tertulis menempatkan semua syarat keselamatan kerja, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja

 Memasang semua gambar keselamatan kerja pada tempat-tempat yang

mudah dilihat

 Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri pada

tenaga kerja dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk

j. Sanksi (Pasal 15:2)

Ancaman pidana atas pelanggaran peraturan perundang-undangan berupa kurungan selama-lamanya 3 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp

100.000,-II.3 Peraturan Perundangan Lain

Berikut beberapa peraturan perundangan yang terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja:

(12)

 Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

(13)

BAB III

METODE PENYELESAIAN

(14)

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 Peraturan Perundangan Jasa Konstruksi dan Keselamatan Kerja di Indonesia

Di Indonesia semua kegiatan Jasa Konstruksi baik dari konstruksi skala kecil hingga skala besar mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi . Undang-undang ini merupakan payung hukum pelaksanan kegiatan konstruksi.

Salah satu poin yang menjadi perhatian lebih bagi penyedia jasa konstruksi adalah masalah keselamatan kerja para penyelenggara konstruksi. Dalam Pasal 23 Ayat (2) Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi disebutkan bahwa penyelenggaran pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Pasal tersebut me nerangkan bahwa setiap penyedia jasa konstruksi yang melaksanakan pekerjaan konstruksi wajib membuat dan melaksanakan prosedur keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta perlindungan bagi lingkungan sekitar untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja.

Lalu pemerintah membuat Undang-Undang lain menyangkut keselamatan kerja. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja diatur mengenai keselamatan kerja di seluruh sektor pekerjaan. Undang-undang ini menekankan pentingnya keselamatan kerja dan memberikan sanksi yang tegas kepada pihak yang melanggar.

(15)

Per-01/Men/1980. Bahkan pemerintah melengkapi dengan Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja yang membahas tentang teknis pemeriksaan dan penyelenggaraan kesehatan kerja dan juga alur pelaporan kecelakaan kerja dalam Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.

Dan bisa kita lihat bahwa pemerintah telah membuat peraturan bagi penyedia jasa konstruksi. Peraturan mengenai keselamatan kerja untuk konstruksi tersebut, walaupun belum pernah diperbaharui sejak dikeluarkannya lebih dari 20 tahun silam, namun dapat dinilai memadai untuk kondisi minimal di Indonesia.

IV.2 Penyebab Tingginya Angka Kecelakan Kerja

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat kecelakaan kerja tertinggi di dunia. Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun 2013 di Indonesia tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan negara Eropa hanya sebanyak dua orang meninggal dua per hari karena kecelakaan kerja. Sementara menurut data Internasional Labor Organization (ILO),di Indonesia rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70 persen berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup1

Menurut Michael Toole, ada delapan faktor utama penyebab kecelakaan konstruksi:

1. Lack of proper training

2. Deficient enforcement of safety 3. Lack of Proper Safety Equipment 4. Unsafe Methods and Task Sequencing 5. Unsafe Site Conditions

6. Not using provided safety equipment

1 Ancaman Kecelakaan Kerja di Indonesia . Suara Pembaruan . melalui

(16)

http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/ancaman-kecelakaan-kerja-di-indonesia-7. Poor attitude toward safety 8. Isolated ‘freak’ accident

Selain itu ada beberapa teori lain yang menjelaskan penyebab suatu kecelakaan. Sering kali teori penyebab kecelakaan memandang bahwa kecelakaan disebabkan oleh tindakan pekerja (orang) yang salah (misalnya pada The Accident-Proneness Theory). Semenjak dikenalkannya The Chain-of-Events Theory, The Domino Theory, dan The Distraction Theory, maka pihak organisasi dan manajemenlah yang dianggap berperan sebagai penyebab utama suatu kecelakaan. Seperti teori Michael Toole diatas, jika kita rangkum menjadi satu bahwa faktor kecelakaan tersebut bisa terjadi akibat lemahnya sistem manajemen K3 suatu perusahaan . Anggapan tentang kecelakaan kerja yang bersumber kepada tindakan yang tidak aman yang dilakukan pekerja telah bergeser dengan anggapan bahwa kecelakaan kerja bersumber kepada organisasi dan manajemen (Andi, 2005). Secara khusus dapat didefinisikan pihak manajemen harus bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja pada bidang konstruksi Para pekerja dan pegawai mestinya dapat diarahkan dan dikontrol oleh perusahaan sehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang aman.

IV.3 Peran UU Keselamatan Kerja dalam menanggulangi Tingginya Angka Kecelakaan Kerja

Di Indonesia , anggapan masyarakat umum bahwa keselamatan kerja adalah tanggung jawab masing-masing pekerja masih menjadi anggapan umum. Pemerintah sendiri dalam UU Keselamatan kerja telah menjelaskan bahwa “Pengurus” atau Manajemen perusahaan harus membuat mekanisme atau sistem Manajemen K3 yang terencana dan terstruktur secara rapi yang dapat menjamin keselamatan kerja di setiap pekerjaan konstruksi .Bahkan pemerintah telah memperjelas lagi dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-01/Men/1980

(17)

bagian konstruksi bangunan. Namun peraturan ini lebih ditujukan untuk konstruksi bangunan, sedangkan untuk jenis konstruksi lainnya masih banyak aspek yang belum tersentuh.

Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans tersebut, pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman ini dianggap merupakan pedoman yang dapat dianggap sebagai standar penerapan manajemen K3 untuk konstruksi di Indonesia. Pedoman K3 Konstruksi ini cukup komprehensif, namun terkadang sulit dimengerti karena menggunakan istilah-istilah yang tidak umum digunakan, serta tidak dilengkapi dengan deskripsi/gambar yang memadai. Kekurangan-kekurangan tersebut tentunya sangat menghambat penerapan pedoman di lapangan, serta dapat menimbulkan perbedaan pendapat dan perselisihan di antara pihak pelaksana dan pihak pengawas konstruksi. dan yang terbaru adalah Peraturan Pemerintah No.5 0/2012 tentang Penerapan SMK3.

Bila dibandingkan dengan standar K3 untuk jasa konstruksi di Amerika Serikat misalnya, Occupational Safety and Health Administration (OSHA), sebuah badan khusus di bawah Departemen Tenaga Kerja yang mengeluarkan pedoman K3 termasuk untuk bidang konstruksi, memperbaharui peraturan K3-nya secara berkala hampir setiap tahun. Peraturan atau pedoman teknis tersebut juga sangat komprehensif dan mendetil. Hal lain yang dapat dicontoh adalah penerbitan brosur-brosur penjelasan untuk menjawab secara spesifik berbagai isu utama yang muncul dalam pelaksanaan . Dan juga adanya penjelasan mengenai definisi dan juga contoh gambar dapat memudahkan pemahaman bagi setiap penyelenggara konstruksi.2

Namun , hal yang paling berpengaruh adalah kurangnya komitmen dari setiap penyedia jasa konstruksi dalam menjalankan peraturan yang telah dibuat pemerintah dan kurang aktifnya pemerintah dalam pengawasan setiap

(18)

pekerjaan konstruksi . Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain

1. Rendahnya Sanksi

Pada Undang-Undang No.1/1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 15 ayat 2 Ancaman pidana atas pelanggaran peraturan perundang-undangan berupa kurungan selama-lamanya 3 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 100.000,-. Rendahnya angka sanksi yang diberikan membuat penyedia jasa sering mensepelekan hal ini karena adanya anggapan apabila terjadi pelanggaran , sanksi yang mesti dibayar tidak terlalu besar.

2. Sistem kerja Outsourcing dan Tingginya Tingkat Pengangguran

Disadari atau tidak sistem kerja ini tidak mengikat secara pasti para pekerja pada setiap jasa konstruksi. Akibatnya banyak perusahaan cenderung tidak memperhatikan keselamatan pekerja mereka karena penyedia jasa dapat mendapatkan pekerja baru pada pekerjaan lainnya sehingga mereka tidak takut akan kehilangan pekerja. Karena masih banyak orang yang membutuhkan pekerjaan.

3. Lemahnya Sistem Jaminan Pekerja dan Kurangnya Kesadaran Pekerja Dalam Sistem Jaminan Kerja

Para pekerja di Indonesia kebanyakan orang yang tidak mengenyam pendidikan bisa dilihat jumlah pekerja pada data Dinas Ketenagakerjaan yang memiliki pendidikan ketrampilan dan pendidikan tinggi dengan pekerjaan dengan tingkat pendidikan rendah memiliki perbandingan hamper 1:3 . Angka tersebut menjadikan banyak pekerja dengan tingkat pendidikan rendah tidak sadar dan mengerti tentang adanya sistem jaminan kerja yang telah dibuat oleh Pemerintah . Dan kebanyakan penyedia jasa tidak terbuka mengenai informasi tersebut sehingga banyak pekerja yang harusnya dapat menuntut jaminan tidak melakukan hal tersebut.

(19)

5. Tidak terdapat jalur instruktif ke daerah

Pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan di masing-masing provinsi, kabupaten dan kota berbeda-beda mengakibatkan pemerintah pusat tidak dapat mengatur posisi penempatan pengawas ketenagakerjaan .

6. Terjadi disfungsi pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan.

Adanya penempatan pengawas ketenagakerjaan di luar unit pengawasan ketenagakerjaan, dan sebaliknya pegawai yang bukan pengawas ketenagakerjaan ditempatkan pada unit pengawasan yang bukan kompetensinya. Akibatnya, sistem manajemen pengawasn ketenagakerjaan tidak berjalan secara optimal baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun pengendaliannya.

IV.4 Solusi untk keselamatan kerja dalam bidang Konstruksi

Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem keselamatan kerja di Indonesia , antara lain :

a. Revisi Undang-Undang Keselamatan Kerja secara berkala mengikuti perubahan zaman

b. Pembuatan undang-undang keselamatan Kerja secara khusus dalam setiap pembangunan-pembangunan berbeda seperti jalan,bendungan dll.

c. Perberat sanksi untuk memberikan efek jera bagi penyedia jasa konstruksi

d. Penyamaan definisi dan metode umum manajemen K3 di setiap daerah

e. Perluas jaringan informasi mengenai K3 dengan melalui diklat ke perusahaan dan juga pewajiban pelatihan terpadu masalah K3 kepada para pekerja

f. Perbanyak lapangan kerja dan hapus sistem outsourcing

g. Perbanyak pengawas independen dan lebih memperbanyak peran pemerintah daerah

(20)

BAB V

PENUTUP

V.1 Simpulan

1. Undang-undang mengenai Keselamatan Kerja pada Jasa konstruksi telah dibuat namun pada pelaksanaannya masih sering terjadi pelanggaran 2. Banyaknya pelanggaran dipengaruhi oleh beberpaa faktor baik dari

pemerintah sebagai pihak pengawas maupun dari penyedia jasa sebagai pihak penyelenggara

3. Perbaikan sistem manajemen K3 di penyedia jasa serta penguatan peran undang-undang dengan cara revisi secara berkala perlu dilakukan demi memperkuat sistem keselamatan kerja di Indonesia

V.2 Saran

Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem keselamatan kerja di Indonesia , antara lain :

a. Revisi Undang-Undang Keselamatan Kerja secara berkala mengikuti perubahan zaman

b. Pembuatan undang-undang keselamatan Kerja secara khusus dalam setiap pembangunan-pembangunan berbeda seperti jalan,bendungan dll. perusahaan dan juga pewajiban pelatihan terpadu masalah K3 kepada para pekerja

f. Perbanyak lapangan kerja dan hapus sistem outsourcing

g. Perbanyak pengawas independen dan lebih memperbanyak peran pemerintah daerah

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Toole, T. Michael. (2002). Construction Site Safety Roles. Journal of Construction Engineering and Management, 128, 203-210.

Kines, Pete. (2010). Improving construction site safety through leader-based verbal safety Communication. Journal of Safety Research, 41, 399-406. Thomas, S., Cheng, K.P., & Skitmore, R.M. (2004). A Framework for Evaluating

the Safety Performance of Construction Contractors. Building and Environment, 40, 1347-1355.

King, R.W. and Hudson, R. (1985). Construction Hazard and Safety Handbook: Safety. Butterworths, England.

Occupational Safety and Health Administration (Revisi 2000). Occupational Safety and Health Standards for the Construction Industry (29 CFR Part 1926) – U.S. Department of Labor.

Tam, C.M., et al. (2004). Identifying Elements of Poor Construction Safety Management in China. Safety Science, 42, 569-586.

Wirahadikusuma, RD.(2007). Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek Konstruksi di Indonesia. Bandung

Ancaman Kecelakaan Kerja di Indonesia . (2013). Suara Pembaruan .Jakarta (melalui http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/ancaman-kecelakaan-kerja-di-indonesia-masih-tinggi/43132 diakses pada tanggal 29 Juli 2014)

Undang-undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Undang-undang Republik Indonesia No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan

Kerja.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Undang-undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

Permenakertrans RI No 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan resapan air adalah daerah yang memiliki kemampuan tinggi meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuiver) yang berguna

Pada mode MENU, tekan "Vol+" atau "Vol-" untuk mengatur item yang Anda pilih.. Menampilkan

Imam syafi`i berpendapat mengenai kedudukan sunnah: pertama, yang diturunkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur`an sebagai sesuatu nash, maka Rasulullah SAW melaksanakannya sebagaiman

Apabila lalulintas perdagangan dengan menggunakan peti kemas semakin meningkat maka tidak menutup kemungkinan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang untuk mengembangkan terminal peti

Berdasarkan hasil analisis bilangan iodium pada variasi penambahan konsentrasi starter diperoleh bahwa didalam VCO ini terdapat banyak terkandung ikatan tak jenuh yang

Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran guna memperluas wawasan serta peningkatan dan penerapan nilai-nilai pengetahuan dan kemampuan

Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan.. Teknologi Pengolahan

Disini IC 555 digunakan sebagai penghasil denyut/clock, dan IC 4017 digunakan sebagai pencacah, dengan memanfaatkan 7 dari 10 output yang terdapat pada IC 4017, kedipan lampu