• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELIN. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELAKSANAAN MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELIN. docx"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN MANAJEMEN BIMBINGAN

KONSELING DI SEKOLAH

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Manajemen Bimbingan dan Konseling Dosen Pengampu :Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.

Imroatul Hayyu Erfantinni

0105514047

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

PROGRAM PASCA SARJANA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sebuah lembaga pendidikan bimbingan dan konseling merupakan suatu komponen yang sangat penting untuk memejukan mutu sebuah sekolah. Karena jika kita lihat pada masyarakat pada umumnya sebuah sekolah atau lembaga pendidikan secara umum dapat dikatakan berkualitas dengan cara melitak output yang dihasilkan oleh sebuah sekolah, dalam arti kata masyarakat akan menganggap sebuah sekolah itu berkualitas apabila siswa atau peserta yang dihasilkan memiliki kualitas dan memenuhi harapan yang masyarakat inginkan.

Ukuran kualitas lulusan tidak hanya diukur dari kematangan kognitif saja, akan tetapi ukuran seorang peserta didik bisa dikatakan berkualitas apabila dia sudah matang secara emosional, sosial, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, dapat mengembangkan bakat yang ada dalam dirinya, dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri dan juga yang paling penting yaitu kematangan moral, siswa bisa dikatakan berkualitas jika dia memiliki moral yang baik, baik itu moral yang berlandaskan kepada norma-norma yang berlaku dalam masyarakat maupun moral yang ada dalam agama.

Pada perkembangannya, manajemen digunakan secara luas termasuk dalam bidang pendidikan. Driyarkara (dalam Nanang Fattah, 2011) mengatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu sama lain. Untuk itu diperlukan pengelolaan usaha pendidikan sebagai suatu sistem yang terstruktur melalui manajemen.

(3)

banyak ditentukan oleh kemampuan manajer pendidikan di sekolah dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumber daya yang ada.

Karena manajemen bimbingan dan konseling sangat dapat membantu sekolah dalam meningkatkan mutu dari sekolahnya itu khususnya dalam pengembangan sumber daya manusia yang ada dilingkungan sekolah.

Oleh karena itu manajemen bimbingan konseling merupakan satu komponen yang sangat dibutuhkan dalam sebuah lembaga pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dari segi kematangan sumber daya manusia.

Bimbingan dan konseling merupakan upaya bantuan untuk mewujudkan perkembangan manusia secara opimal baik secara kelompok maupun individual sesuai dengan hakikat kemanusiaannya dengan berbagai potensi, kelebihan dan kekurangan, kelemahan, serta permasalahannya.

Oleh karena itu pelaksanakan manajemen bimbingan dan konseling harus dirumuskan secara matang baik dari segi program pelayanan bimbingan dan konseling, meneliti hal-hal apa sajakah yang dibutuhkan oleh para siswa, materi-materi yang harus diajarkan untuk membentuk kematangan siswa, satuan layanan dan kegiatan dalam bimbingan dan konseling, dapat merumuskan dengan baik tatalaksana bimbingan dan konseling, dan mengevaluasi program yang telah dilaksanakan.

Manajemen bimbingan dan konseling harus dilaksanakan secara matang agar tujuan dari sebuah lembaga pendidikan yaitu menghasilkan lulusan yang berkualitas dapat tercapai dengan efektif dan efisien

B. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Apa pengertian manajemen bimbingan dan konseling?

2. Bagaimana pelaksanaan pengarahan program bimbingan dan konseling ? 3. Bagaimana evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling ? C. Tujuan Dan Manfaat

(4)

2. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan program bimbingan konseling. 3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengarahan program

bimbingan dan konseling.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Bimbingan dan Konseling 1. Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa Inggris, management dengan kata

kerja to manage yang berarti mengelola. Kata mengelola mempunyai

makna yang luas seperti mengatur, mengarahkan, mengendalikan, menangani, dan melaksanakan serta memimpin.(Sugiyo, 2011).

Manajemen berhubungan dengan pencapaian tujuan yang dilakukan melalui orang lain H. Koontz & O’ Donnel (dalam purwoko budi, 2008). Sedangkan menurut siagian manajemen dinyatakan sebagai kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan – kegiatan orang lain. Berdasarkan definisi tersebut maka manajemen diartikan sebagai alat pelaksana utama administrasi, yaitu alat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam administrasi.

Pendapat dari berbagai ahli diatas yang beragam dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen mempunyai beberapa esensi yaitu (1) manajemen sebagai suatu proses kegiatan, (2) manajemen untuk mencapai tujuan, dan (3) manajemen memanfaatkan sumber daya (manusia, lingkungan, fasilitas, sarana, prasarana, dan lain-lain).

Dalam proses manajemen terlibat fungsi – fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer / pimpinan , yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), Pemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling), jadi manajemen merupakan suatu proses melaksanakan fungsi – fungsi yang telah disebutkan diatas.

2. Bimbingan dan Konseling

(6)

mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma – norma yang berlaku (Prayitno, 2008). Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

Bimbingan dan konseling merupakan seperangkat program pelayanan bantuan yang dilakukan melalui kegiatan perorangan dan kelompok untuk membantu peserta didik melaksanakan kehidupan sehari – hari secara mandiri dan berkembang secara optimal, serta membantu peserta didik mengatasi masaah yang dihadapinya.(Badrujaman, 2010)

3. Manajemen Bimbingan dan Konseling

Pada prinsipnya manajemen memuat makna segala upaya menggerakkan individu atau kelompok untuk bekerja sama dalam mendayagunakan sumber daya dalam suatu sistem untuk mencapai tujuan. Apabila diterapkan dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, maka manajemen bimbingan dan konseling adalah segala upaya atau cara yang digunakan untuk mendayagunakan secara optimal semua komponen atau sumber daya (tenaga, dana, sarana/prasarana) dan sistem informasi berupa himpunan data bimbingan untuk menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling dalam rangka mencapai tujuan. Prinsip-prinsip dalam Manajemen Pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi : planning, organizing, staffing, leading & controlling.

(7)

B. Pelaksanaan Pengarahan Program Bimbingan dan Konselingdi Sekolah

Aktualisasi pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling perlu disadari bahwa berbeda dengan guru bidang studi yang lain yang sudah terjadwal secara rincidan jelas, sedangkan pada konselor kegiatan dapat dilakukan di dalam kelas dan diluar kelas, sehingga konselor dituntut mampu mengalokasikan kegiatan – kegiatan yang ada di dalam kelas dan di luar kelas sehingga kegiatan berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Selanjutnya semua kegiatan yang telah dilaksankan dievaluasi secara komprehensif yang mencakup penilaian personil, program dan penilaian dampak/hasil, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

Manajemen bimbingan dan konseling yang terarah dan sistematis merupakan manifestasi dan akumulasi pelayanan bimbingan dan konseling sehingga merupakan salah satu indikator kerja konselor. Selanjutnya dengan manajemen bimbingan dan konseling yang sistematis dan terarah yang baik pada gilirannya akan memberikan panduan pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling sekaligus menghilangkan kesan bahwa konselor bekerja sifatnya isedental dan bersifat kuratif semata – mata. Sehubungan dengan konsep manajemen maka penerapan atau implementasi manajemen bimbingan dan konseling merupakan salah satu manifestasi suatu kegiatan yang sistematis tentang bagaimana merencanakan suatu aktifitas bimbingan dan konseling, bagaimana menggerakkan sumber daya manusia yang ada dalam organisasi bimbingan dan konseling untuk mencapai tujuan, mengawasi bagaimana kegiatan bimbingan dan konseling berjalan dan menilai kegiatan bimbingan dan koseling.

(8)

kebanyakan ditemui fakta – fakta yang sama mengenai implementasi pelaksanaan manajemen bimbingan dan konseling. Yaitu sebagai berikut:

1. Planning (Perencanaan)

Planning atau perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan serta sumber yang untuk mencapai tujuan itu seefektif mungkin dan seefesien mungkin. Secara umum perencanaan merupakan pedoman yang memberi arah pelaksanaan Bimbingan Konseling dalam mencapai tujuannya. Wujud perencanaan adalah persiapan – persiapan sistem, teknik, metode, fasilitas, personalia, waktu, dan pencapaian aktivitas Bimbingan Konseling. Keseluruhan aspek tersebut tidak dibahas satu persatu namun terangkum dalam program Bimbingan dan Konseling. Perencanan program harus memenuhi aspek terkait kebutuhan – kebutuhan para siswa, sejauh mana kebutuhan – kebutuhan tersebut telah dapat terpenuhi pada kondisi sekarang, dan bagaimana sekolah dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan lebih baik yang menyangkut kemampuan sekolah mewujudkan jenis bantuan tertentu berdasarkan potensi dan daya dukung personil, keuangan, sarana – prasarana, waktu, maupun kebijakan. Untuk mengetahui kebutuhan – kebutuhan tersebut perlu dilakukan assesmen

Dalam perencanaan ini konselor sekolah rata – rata telah melakukan perencanaan yang baik, yaitu dengan memperhatikan sebagai berikut:

a. Analisis kebutuhan/permasalahan siswa,

b. Penentuan tujuan yang ingin dicapai,

c. Analisis situasi dan kondisi sekolah,

d. Penentuan jenis kegiatan yang akan dilakukan,

e. Penentuan teknik dan strategi kegiatan,

f. Penentuan personil – personil yang akan melaksanakan,

g. Perkiraan biaya dan fasilitas yang digunakan,

h. Mengantisipasi kemungkinan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan

dan konseling, dan

i. Waktu dan tempat artinya kapan kegiatan itu akan dilaksanakan dan dimana

(9)

Perencanaan yang dilakukan oleh konselor sekolah telah dilakukan dengan matang, hal tersebut terbukti dengan banyaknya pertimbangan yang harus diperhatikan oleh konselor untuk merencakan program bimbingan dan konseling. Perencanaan yang telah matang ini bertujuan untuk menunjukkan eksistensi bahwa konselor itu benar – benar bekerja sistematis dalam pembuatan program, bukan isidental. Karena didapati banyak guru yang masih menganggap konselor itu sebagai guru yang tidak memiliki perencanaan yang baik. Dengan adanya perencanaan yang baik yang dilakukan konselor, maka kesan buruk itupun sedikit demi sedikit telah mulai berkurang.

2. Organizing (Pengorganisasian)

Perencanaan yang matang saja tidaklah cukup untuk membuat progaram bimbingan dan koseling. Selanjutnya tahap yang harus dikerjakan oleh konselor adalah organizing atau pengorganisasian, yaitu proses untuk merancang, mengelompokan, dan mengatur serta membagi – bagi tugas atau pekerjaan diantara anggota organisasi bimbingan dan konseling, agar tujuan dari organisasi bimbingan dan konseling dapat dicapai dengan efisien. Konselor sekolah menentukan siapa saja pihak – pihak yang dilibatkan, sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan. Biasanya konselor sekolah melibatkan semua stakeholder sekolah untuk membantu pembuatan dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling, yaitu dari penjaga sekolah/satpam, ibu kantin, cleaning servis, guru mata pelajaran, wali kelas, wakil kepala sekolah, sampai dengan kepala sekolah.

Pengorganisasian ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelaksanaan bimbingan dan konseling, meningkatkan pemahaman terhadap stakeholder dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, membangun komunikasi dari berbagai petugas bimbingan dan konseling sehingga terjadi persepsi yang sama, dan membangun dan menetapkan akuntabilitas dalam layanan bimbingan dan konseling (Sugiyo, 2011)

Pengergonisasian ini sering kali menemui banyak kendala, yaitu sebagai berikut:

(10)

b. Terjadinya banyak kesalahpahaman mengenai bimbingan dan koneling disekolah

c. Kurangnya pengetahuan mereka mengenai peran konselor dan kedudukan bimbingan dan konseling disekolah

d. Masih banyaknya pihak yang menganggap bahwa bimbingan dan konseling adalah tidak penting

e. Banyak guru mata pelajaran yang menganggap guru BK/Konselor sekolah adalah guru yang suka mengganggu pelajaran, karena sering memanggil siswa disaat jam pelajaran.

Banyaknya kendala tersebut tidak menyurutkan semangat para konselor sekolah untuk melakukan pengorganisasian. Mereka para konselor sekolah yang asalnya banar – benar dari jurusan bimbingan dan konseling akan melakukan pendekatan – pendekatan untuk membenahi kesalahpahaman yang terjadi. Tetapi jika dalam sekolah tersebut konselor sekolahnya berasal bukan dari jurusan bimbingan dan konselinng, maka mereka akan tetep membiarkan hal ini berlanjut. Hal tersebut dikarenakan, untuk menjelaskan kesalahpahaman tersebut, dia tidak memiliki dasar yang kuat.

Untuk mengatasi kendala – kendala dalam pengorganisasian, konselor sekolah menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholder lainnya. Menjelaskan peran stakeholder dalam kaitannya pelaksanaan pemberian layanan bimbingan dan konseling. Dengan komunikasi yang terjalin dengan baik diantara stakeholder, maka kendala – kendala yang sebelumnya terjadi akan sedikit demi sedikit teratasi. Dengan seperti itu, stakeholder lainnya akan mengerti tugas dan peran mereka dalam membantu pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Manurut konselor sekolah yang panulis ketemui, intinya dari pengorganisasian ini adalah harus membina hubungan komunikasi yang baik diantara stakeholder, dengan seperti itu akan membuat tujuan yang ingin dicapai dapat terpenuhi.

(11)

stakeholder lain diluar lembaga sehingga dapat berfungsi secara optimal. Purwoko (2008) membagi tugas personel sekolah dalam bimbingan dan konseling sebagai berikut:

Personil

1) Kepala sekolah

1) Menyusun program sekolah secara keseluruhan, termasuk menyusun secara

kolektif program bimbingan yang bersifat komprehensif

2) Mengusahakan bentuk-bentuk pembinaan intern yang intensif melalui rapat

rutin, incidental, konfrensi kasus, dsb

3) Mengkoordinasikan bentuk kegiatan bimbingan konseling dengan kegiatan

guru bidang studi

4) Mengusahakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh bimbingan

konseling

5) Mengadakan hubungan kerjasama dengan instansi lain diluar sekolah yang

berhubungan dengan bimbingan konseling

6) Mengusahakan dan membina bentuk kerjasama bimbingan dan konseling

antar sekolah dalam berbagai bentuk dan pengalaman.

7) Mendorong para petugas bimbingan konseling untuk melaksanakan

tugasnya, serta menciptakan situasi yang menggairahkan kerja petugas bimbingan dan konseling

8) Menggali berbagai sumber informasi yang dapat digunakan untuk

pengembangan bimbingan konseling.

9) Mengawasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling.

2) Konselor

1) Mengkoordinasikan penyusunan program bimbingan dan konseling

2) Memberikan garis-garis kebijakan umum kegiatan bimbingan konseling

3) Bertanggung jawab atas pelaksanaan program bimbingan konseling

(12)

5) Membantu para siswa dalam memahami dan menyesuaiakan diri sendiri,

lingkungan sekolah, dan lingkungan social.

6) Menyelenggarakan prtemuan dan mengadakan konsultasi dengan guru,

wali kelas, dan staf sekolah.

7) Melaksanakan bimbingan kolompok dan konseling individual

8) Mengumpulkan dan menyusun data, mengolah dan menafsirkan data,serta

dipergunakan untuk pihak-pihak yang berkepentingan

9) Memberikan berbagai informasi kepada siswa sehubungan dengan

pendidikan dan pekerjaan

10) Mngadakan konfrensi kasus untuk membicaakan masalah yang dihadapi

siswa serta upaya untuk memecahkannya.

11) Mengadakan konsultasi orang tua siswa dan melaksaknakan kunjungan

rumah

12) Mengadakan kerjasama dengan instansi lain berkaita dengan

penyelenggaraan program bimbingan konseling

13) Memilih dan mempergunakan instrument sesuai kewenangannya untuk

kepentingan bantuan siswa

14) Bersama guru membantu siswa memilih pengalaman kegiatan kurikulum

yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya

15) Menyelenggarakan layanan reveral kepada pihak-pihak yang berwenang

16) Mengadakan evaluasi dan studi tindak lanjut berkaitan dengan perbaikan

program bimbingan konseling 3) Wali Kelas

1) Mengumpulkan data tentang siswa

2) Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah yang dihadapi siswa dikelas.

3) Menyelenggarakan diagnosa kesulitan belajar siswa

4) Membantu memberikan informasi kepada siswa

5) Menyelenggarakan bimbingan kelompok

6) Berpartisipasi aktif dalam konfresnsi kasus

7) Mengadakan penilaian prestasi belajar siswa dan menyampaikan pada

(13)

8) Merujuk siswa yang bermasalah kepada konselor untuk memperoleh

bantuan profesional

9) Membantu secara aktif penyelenggaraan program bimbigan konseling

sekolah

10) Bekerja sama dengan konselor dalam memanfaatkan berbagai data siswa

d. Guru

1) Turut aktif dalam membantu pelaksanaan bimbingan konseling

2) Memberikan informasi tentang siswa kepada konselor

3) Memberikan layanan pengajaran

4) Berpartisipasi dalam konferensi kasus

5) Meneliti kesulita kemajuan belajar siswa

6) Membantu pemecahan masalah siswa sesuai kewenangannya

7) Merujuk siswa bermasalah kepada konselor.

e. Petugas Administrasi BK

1) Mengisi kartu pribadi siswa dengan data-datasiswa baik tentang pribadi,

sekolah maupun lingkungan siswa

2) Mengelola data pada tempat yang telah disediakan

3) Membantu proses pengumpulan data dan mempersiapkan laporan

bimbingan konseling

4) Menyelenggarakan surat menyurat dan pembukuan berkaitan dengan

program bimbingan konseling

5) Menyiapkan alat-alat pengumpulan data siswa

6) Menata serta memalihara ruanagan bimbingan konseling.

Fasilitas

Setelah para petugas (man), berikut akan diketengahkan tentang fasilitas

(material) bimbingan, yang meliputi

1) Instrument pengumpul data, meliputi daftar isian angket, pedoman wawancara, pedoman observasi, daftar isian, sosiometri, kartu pemeriksaan kesehatan, alat-alat tes psikologis.

(14)

Data siswa yang telah terkumpul, perlu disimpan dengan baik dan sistematik agar mempermudah kjika sewaktu-waktu diperlukan. Alat penyimpan data ini dapat bersifat individual (setiap siswa), dan dapat bersifat kelompok (missal, menurut kelas). Alat penyimpan data dapar berupa : kartu, folders, booklets, cumulative atau buku prbadi, map, dan komputer.

3) Alat pelaksanaan teknis bimbingan konseling

Alat-alat teknis pelaksanaan bimbingan konseling merupakan alat-alat administrative yang diperlukan dalam layanan bimbingan konseling. Beberapa diantaranya adalah form surat panggilan siswa, form surat panggilan orang tua, surat kunjungan rumah, kartu konseling, laporan konseling, form laporan konfrensi kasus, surat pengantar reveral, form pilihan jurusan, dll.

4) Tata laksana bimbingan dan perlengkapan fisik bimbingan konseling

Tata laksana dan perlengkapan fisik bimbingan konseling meliputi perlengkapan parabot, alat-alat elektronik, dan ruang bimbigan konseling. Perabot ini antara lain meja tamu, meja-kursi bimbingan-konseling kelompok, kursi konseling, meja-kursi kerja konselor, lemari penyimpan data, meja-kursi konfresi kasus, papan program, papan mekanisme layanan konseling, gambar-gambar dekoratif, dll. Sedang ruang bimbingan konseling setidaknya meliputi ruang tamu, ruang administrasi, ruang kerja konselo, ruang bimbingan / konseling kelompok, ruang baca/perpusatakaan, ruang penyimpan data, ruang konfrensi kasus, dan ruang-ruang lain jika memungkinkan. Sedang seting tata ruang-ruang dikonstruksikan sesuai kondisi sekolah yang ada.

Anggaran biaya

Selain petuga (men), dan perlengkapan (material) factor lain yang tidak

dapat dilupakan dan sangat diperlukan dalam melaksanakan suatu kegiatan

adalah anggaran biaya (money). Untuk pelaksanaan pelaksanaan bimbingan

konseling disekolah, anggaran biaya diperlukan untuk para petugas bimbingan, untuk mengadakan dan memelihara perlengkapan.

3. Actuating (Penggerakan)

(15)

– usaha perencanaan dan pengorganisasian bersifat sangat vital , tetapi tidak akan terjadi output secara konkrit yang dihasilkan tanpa ditindak lanjuti kegiatan untuk menggerakkan stakeholder sekolah untuk melakukan tindakan.

Penggerakan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik,dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efektif, efesien dan ekonomis.

Setelah konselor merencanakan dan mengorganisasiakan langkah berat selanjutnya adalah penggerakkan. Langkah ini adalah langkah yang tersulit. Hal tersebut dikareakan kurangnya komunikasi dan koordinasi diantara stakeholder sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Stakeholder sekolah banyak yang masih egois dengan kepentingan mereka sendiri dan menganggap bahwa kegiatan bimbingan dan konseling adalah tidak penting. Sehingga kebanyakan dari mereka dalam pelaksanaannya tidak dapat membantu banyak. Walaupun sebelumnya pada tahap pengorganisasian mereka menyanggupi untuk membantu dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, tapi pada kenyataannya pada saat mereka dibutuhkan kadang mereka tidak ada dan kadang mereka menghindar. Dengan alasan mereka juga mempunyai banyak tugas dan kepentingan sendiri. Sehingga pada saat penggerakkan ini kadang tidak dapat berjalan susuai dengan apa yang telah direncanakan. Konselor sekolah tidak jarang melakukam kegiatan apapun sendiri tanpa ada bantuan dari stakeholder lainnya.

4. Controlling (Pengawasan)

Controlling atau pengawasan adalah proses pengamatan dari seluruh kegiatan bimbingan dan konseling guna menjamin bahwa semua layanan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

(16)

Pengawasan yang dari Dinas Pendidikan hanya terjadi sekali dalam satu semester. Itupun yang diperiksa hanya administrasi saja. Bukan mengawasi dari pelaksanaannya. Hal tersebut menyebabkan banyak konselor sekolah sibuk melakukan administrasi, tetapi tidak melakukan layanan. Karena mereka kebanyakan hanya dituntut dengan administrasi dan administrasi. Tetapi ada juga konselor sekolah yang benar – benar selalu melakukan layanan, tetapi malah melupakan administrasi. Hal tersebut dalam saat penilaian juga akan menyulitkan. Sedangkan penilaian atau pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah hanya terbatas dari pengamatan saja. Kepala sekolah mengamati apakah bimbingan dan konseling disekolah berjalan dengan baik atau tidak, bagaimana tanggapan siswa mengenai kegiatan yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dan bagaimana tanggapan guru mengenai pelaksanaan yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling. Jadi dalam melakukan pengawasan ini, kepala sekolah tidak melihat administrasi. Kepala sekolah hanya bisa pengamati yang bisa dilihat saja. Hal tersebut dikarenakan banyak administrasi dalam bimbingan dan konseling sehingga tidak memungkinkan untuk melihat secara keseluruhan, disamping itu juga kurangnya pengetahuan kepala sekolah mengenai peran dan tugas konselor sekolah.Jadi dalam pelaksanaan controling ini, kebanyakan tidak dilakukan dengan secara maksimal. Pelaksanaan hanya dilakukan untuk formalitas saja.

C. Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling.

Evaluasi merupakan komponen penting dari program bimbingan konseling komprehensif guna memastikan akuntabilitas. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan nilai, program, kegiatan, dan staf dalam rangka untuk membuat keputusan atau mengambil tindakan tentang masa depan. Evaluasi akan mengukur pelayanan (evaluasi proses) dan hasil (evaluasi produk). Proses yang berkelanjutan ini memberikan informasi untuk memastikan perbaikan terus menerus pada program bimbingan dan memberikan arahan kepada perubahan yang diperlukan. Evaluasi adalah suatu proses yang memiliki delapan langkah: 1. Menyatakan pertanyaan evaluasi,

(17)

4. Menerapkan standar yang telah ditentukan, 5. Penarikan kesimpulan,

6. Mempertimbangkan konteks, 7. Membuat rekomendasi, dan

8. Bertindak berdasarkan rekomendasi

Konselor dan program konseling memainkan peran penting dalam membantu guru dan staf lain di sekolah dengan tujuan instruksional dan tujuan lainnya. Oleh karena itu, evaluasi harus mengupayakan kolaborasi antara semua pihak yang terlibat dalam program. Kegiatan evaluasi memungkinkan konselor dan orang lain untuk :

 Menentukan dampak dari program bimbingan pada mahasiswa, dosen,

orang tua, dan kondisi sekolah

 Mengidentifikasi tujuan yang dicapai.

 Mengidentifikasi komponen efektif dari program

 Menghilangkan atau memperbaiki komponen kurang efektif dari program

 Beradaptasi dan memperbaiki program bimbingan dan proses pelaksanaan

 Mengidentifikasi dampak dari program (baik positif maupun negatif)

 Mengidentifikasi daerah-daerah lain yang perlu ditangani

 Menetapkan tujuan untuk pengembangan profesional konselor

 Menentukan kebutuhan staf dan penyesuaian beban kerja

 Menentukan sumber daya tambahan yang diperlukan yang memadai

meneruskan program

 Memberikan informasi akuntabilitas kepada pendidik dan masyarakat

Penilaian merupakan kegiatan menentukan atau mempertimbangkan nilai “sesuatu” berdasar kriteria atau tujuan sehingga diperoleh informasi guna pengambilan keputusan. (Purwoko, 2008)

Menurut Flurentin (dalam Purwoko, 2008) Tujuan diadakannya penilaian program bimbingan dan konseling adalah :

(18)

b) Untuk memperkuat perkiraan-perkiraan yang mendasari pelaksanaan program bimbingan konseling. Salah satu perkiraan itu adalah nyata tidaknya bimbingan tersebut dalam membantu siswa.

c) Untuk melengkapi bahan-bahan informasi dan data yang diperlukan guna memberi bantuan pada siswa

d) Untuk mendapatkan dasar yang sehat bagi kelancaran pelaksanaan hubungan masyarakat.

Aspek yang dinilai/ dievaluasi proses dan hasil yaitu kesesuaian antara program dan pelaksanaan, keselarasan program, hambatan-hambatan yang dijumpai, dampak kegiatan bimbingan terhadap kegaiatan belajar mengajar, respon siswa, personel sekolah orang tua dan masyarakat terhadap layanan bimbingan, dan perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan.

(19)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen Bimbingan dan Konseling merupakan segala upaya menggerakkan individu atau kelompok untuk bekerjasama dalam mendayagunakan sumber daya di dalam suatu sistem untuk mencapai suatu tujuan untuk mendayagunakan secara optimal semua komponen atau sumber daya dan sistem informasi berupa himpunan data bimbingan untuk menyelenggarakan pelayanan bimbingan konseling dalam mencapai tujuan.

Semua kegiatan BK di sekolah ini berujuk kepada tugas perkembangan siswa yang perlu dioptimalkan secara tepat guna menunjang kegiatan belajar siswa dan mengembangkan minat bakat siswa dalam bidang akademik maupun non akademik. Pelaksanaan progam BK ini juga terorganisir sangat baik, dimulai dengan perencanaan yang matang sampai diadakannya evaluasi kembali terhadap kegiatan-kegiatan BK tersebut.

B. Saran

(20)
(21)

DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang. (2008). Landasan Manajemen Pendidikan.Bandung. PT Remaja

Rosda Karya.

Purwoko, Budi. (2008). Organisasi dan Manajemen Bimbingan Konseling.

Surabaya. Unesa University Press

Prayitno & Erman Amti. 2004. Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta.

PT Rineka Cipta.

Rex, Jim.(2008).The South Carolina Comprehensive Developmental Guidance

and Counseling Program Model. South Carolina Department of Education

Columbia, South Carolina.

Sugiyo. (2011). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Semarang.

Widya Karya.

Badrujaman, aip. (2009). Diktat teori dan praktek evaluasi program bimbingan

dan konseling. Jakarta

Yuen, Mantax. (2009). School Counseling: Current International Perspectives.

Asian Journal of Counselling The Hong Kong Professional Counselling Association (online).(http//library. The University of Hong Kong.ac.id) diakses 27- 11- 2014.

Yuksel-Sahin, Fulya. (2009). The Evaluation Of Counseling And Guidanceservices Based On Teacher Views And Their Prediction Based On Some Variables.

International Journal of Instruction (online). (http//

Referensi

Dokumen terkait

Descriptive text diartikan sebagai sebuah teks bahasa Inggris untuk mengggmbarkan seperti apa benda atau mahluk hidup yang kita deskripsikan, baik

Sama dengan pengelolaan resiko operasional, lembaga keuangan dapat meminimalisir resiko kredit pada kontrak Musyarakah permanen dengan cara terlibat langsung dalam

One-Group Pretest-Posttest Design. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi keterlaksanaan, lembar tes keterampilan proses sains, dan lembar angket

Perta- ma, multimedia Lectora ini sesuai dengan prinsip-prinsip desain pembelajaran dan sesuai dengan silabus model pembelajaran Kurikulum 2013 tematik integratif,

Kendala utama yang ditemukan di sekolah terkait dengan penerapan kebijakan zonasi penerimaan peserta didik baru adalah adanya temuan banyak siswa yang diterima

Dari Gambar 4 tersebut akan diperoleh harga intersep grafik yang menentukan nilai konstanta kesetimbangan adsorpsi (K), dimana harga intersep grafik adalah bernilai

Banyaknya manfaat yang diperoleh dari koA dengan reaksi menggunakan enzim pyruvate dehydrogenase complex ( PDC ). Asetil – koA merupakan prekursor untuk sintesis asam

Aspek terapan (praktis), dapat di jadikan masyarakat khususnya pemerintah atau koorporasi dalam menjaga kelestarian khususnya di laut agar tidak terjadi tindak