• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK YANG MEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK YANG MEM"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA DI JURUSAN KEDOKTERAN

SUPAK SILAWANI 17/418384/PKU/16876

MAGISTER ILMU PENDIDIKAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

A. Pengantar

Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA) berbeda dengan di Perguruan Tinggi, sebab mahasiswa dituntut menghadapi beban akademik yang besar dalam waktu yang singkat (Samarakoon). Masa Transisi ini dapat menjadi hal yang sulit bagi mahasiswa tahun pertama salah satunya mahasiswa Jurusan Kedokteran. Hal ini dikarenakan banyaknya materi yang harus dipelajari, keterbatasan waktu untuk mempelajari materi tersebut, perubahan iklim pembelajaran dari yang terpusat pada guru menjadi pembelajaran orang dewasa yang berpusat pada siswa sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih interaktif dan mandiri, metode pembelajaran melalui pendekatan kasus, belajar keterampilan klinis, profesionalitas kedokteran, dan lain-lain.

Mahasiswa memandang kesuksesan dalam menghadapi masa transisi di tahun pertama perkuliahan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan akademik yang bersumber dari dalam diri mahasiswa, namun juga dipengaruhi oleh lingkungan (Brinkworth, 2008). Maka, terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah sumber motivasi yang berasal dari diri individu sedangkan faktor ekstrinsik adalah segala sumber motivasi yang berasal dari luar. (Ormrod,2012)

Contoh faktor intrinsik : gaya belajar, motivasi dan efikasi diri. Contoh faktor ekstrinsik : jenis mata kuliah, metode pengajaran, umpan balik yang konstruktif, lingkungan, dan kultur.

(3)

kedokteran melalui bimbingan pembelajaran guna menghasilkan performa akademik yang baik.

(4)

B. Pembahasan

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Teori Pembelajaran Yang Melandasinya

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang belajar dapat berasal dari dalam diri (faktor intrinsik) dan dipengaruhi oleh lingkungan luar (faktor ekstrinsik). Faktor intrinsik diantaranya motivasi, pengalaman belajar masa lalu, dan efikasi diri. Faktor ekstrinsik contohnya kultur dan lingkungan belajar yang dapat terdiri dari hubungan mahasiswa dengan dosen, hubungan antar sesama mahasiswa, cara mengajar, media pembelajaran dan jenis mata kuliah.

a. Motivasi

Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi belajar mahasiswa akan mempengaruhi gaya belajar yang diterapkannya, misalnya motivasi untuk lulus ujian akan menggunakan pendekatan belajar berbeda dengan mahasiswa yang berorientasi pada pemahaman keilmuan. Gaya belajar ini berhubungan dengan prestasi belajar terutama pendidikan di perguruan tinggi memerlukan gaya belajar yang mendalam dan pemikiran analitik (Kleijen,1994).

Mahasiswa tahun pertama perlu mengetahui macam-macam gaya belajar sehingga mampu menemukan gaya belajar efektif yang sesuai karakter dirinya dan lingkungan di pendidikan kedokteran.

(5)

ini sangat cocok diterapkan di perguruan tinggi memerlukan gaya belajar yang mendalam dan pemikiran analitik. Jika mahasiswa hanya berorientasi pada silabus dan menekankan pada teknik menghafal tanpa memahami konten, maka mahasiswa tersebut menerapkan pendekatan belajar SAA. Pendekatan belajar secara SA menerapkan gabungan DA dan SAA untuk mempelajari suatu topik. Mahasiswa yang menggunakan tipe belajar SA ini dicirikan dengan kewaspadaan yang tinggi terhadap tugas dan ujian, sehingga menghasilkan pemahaman materi pelajaran secara sepotong-sepotong dan sulit untuk mengintegrasikan topik-topik yang telah dipelajari.(Samarakoon, 2013). Mahasiswa dengan gaya belajar SA akan mendalami materi yang mereka prediksi akan diujikan, namun akan mempelajari secara dangkal materi yang tidak diujikan.

Faktor motivasi mahasiswa yang berorientasi mencapai nilai atau kelulusan sejalan dengan teori belajar opperant condition yang dikemukakan B.F Skinner. Prinsip dasar teori ini adalah suatu perilaku dipengaruhi oleh konsekuensi yang didapat. Perilaku tersebut dapat dipertahankan atau diperkuat dengan pemberian penguatan (reinforcement). (Schunk,2012)

Banyaknya materi yang harus dipelajari dalam waktu yang terbatas, ditambah dengan ketakutan jika tidak lulus ujian akan membuat mahasiswa mencari strategi belajar yang sesuai. Hal ini yang membuat mahasiswa menerapkan gaya belajar SA.

b. Efikasi Diri

(6)

penting dalam kesuksesan mahasiswa menghadapi situasi dan kondisi tersebut. (Chemers, 2001)

Efikasi diri adalah keyakinan terhadap kemampuan dirinya memberdayakan sumber-sumber kognisi untuk mengambil suatu keputusan maupun tindakan guna memenuhi tuntutan dari situasi yang dihadapi (Bandura, 1994). Bandura (1994) mengatakan bahwa efikasi diri memiliki efek motivasi tinggi dalam proses mencapai tujuan melalui serangkaian usaha dan strategi. Oleh sebab itu, efikasi diri ini sangat penting dalam proses belajar. Mahasiswa tahun pertama harus memiliki efikasi diri yang tinggi sehingga akan berusaha dengan kuat serta mencari strategi sesuai untuk menghadapi lingkungan belajar yang baru.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi efikasi diri diantaranya yaitu pengalaman masa lalu, pengalaman orang lain yang diamati, persuasi sosial, keadaan emosi dan kesehatan diri. (Bandura, 1994). Dengan kata lain, efikasi diri dipengaruhi oleh faktor dalam diri seseorang dan faktor lingkungan. Efikasi diri ini berkaitan dengan teori sosial kognitif yang dikemukakan Bandura. Teori ini meyakini terdapat interaksi tiga aspek, yaitu manusia, perilaku, dan lingkungan. (Schunk, 2012).

(7)

Jika efikasi diri rendah dan lingkungan pun tidak responsif, mahasiswa akan menjadi depresi.

c. Pengalaman Belajar Masa Lalu

Penelitian yang dilakukan Samarakoon (2013) terhadap gaya belajar mahasiswa sarjana (S1) di Jurusan Kedokteran, menunjukan mahasiswa sarjana (S1) lebih dominan menggunakan pendekatan SA. Hal ini dipengaruhi kondisi belajar di tahapan pendidikan sebelumnya. Mahasiswa sarjana (S1) terbiasa dengan sistem belajar didaktik yang diterapkan oleh guru di SMA, selain itu mereka juga mengikuti l bimbingan belajar di luar sekolah untuk mendapatkan nilai yang baik dengan pendekatan SA. Dengan berhasilnya pendekatan SA yang selama ini mereka lakukan untuk meraih prestasi belajar, strategi belajar ini masih akan diterapkan di jenjang pendidikan selanjutnya.

Pengalaman belajar masa lalu dapat mempengaruhi efikasi diri seseorang. Pengalaman belajar ini dapat berasal dari pengalaman pribadi seseorang, maupun pengalaman orang lain yang diamati sebagai model sosial. Tahapan belajar ini dimulai dari pengamatan terhadap perilaku, representasi, produksi perilaku, dan motivasi. (Bandura, 1994)

(8)

akan menimbulkan efek yang diharapkan. Tahapan terakhir adalah motivasi. Mahasiswa perlu motivasi untuk mengeksekusi perilaku yang telah dipelajarinya tersebut, dalam hal ini motivasi mahasiswa adalah lulus ujian.

d. Kultur

Cara komunikasi akademik mahasiswa dipengaruhi oleh kultur asal mahasiswa tersebut. Gudykunst (2004) dalam Wayne (2013) menjelaskan bahwa berbicara seperlunya adalah bentuk penghormatan dalam berkomunikasi masyarakat di asia. Mahasiswa asia menganggap bahwa terlalu banyak mengungkapkan gagasan atau segala yang dipikirkan, berbicara lantang, dan mengajukan pertanyaan yang tidak penting adalah bentuk tindakan yang tidak beradab. Oleh karena itu, mahasiswa dari asia menunjukan performa yang pasif, patuh, tidak kritis, kurang percaya diri dan keterampilan komunikasi yang terbatas dalam aktivitasnya di perkuliahan, terutama dalam mengolah pertanyaan dan jawaban (Valiante, 2008).

Kultur yang berhubungan dengan perilaku akademik mahasiswa yang tidak kritis akan melahirkan gaya belajar yang tidak mendalam. Mahasiswa asia cenderung menerapkan gaya belajar SA yang mempelajari suatu materi dengan tersekuensial sehingga akan sulit mengintegrasikan materi yang telah dipelajari dengan konsep lain yang masih memiliki hubungan.

e. Lingkungan Belajar

(9)

1) Mata Kuliah

Mahasiswa tahun pertama di jurusan kedokteran memiliki variasi mata kuliah diantaranya anatomi, fisiologi, genetika, mikrobiologi, imunologi, dan lainnya. Mata kuliah ini akan mempengaruhi teknik belajar mahasiswa dan hasil belajar yang diraih. (Torrano, 2017)

Felder-Silvermen (1988) memperkenalkan gaya pembelajaran yang meliputi empat dimensi : sensing-intuitive, visual-verbal, aktif-reflektif, dan global-sekuensial. Gaya belajar sensing adalah dengan berpikir kongkrit melalui fakta-fakta dan daya ingat, sedangkan intuitive learning berpikir abstrak, inovatif, konseptual, berorientasi pada teori dan makna yang mendasar. Mahasiswa yang menggunakan gaya belajar visual memilih teknik belajar menggunakan media visual seperti grafik, gambar, maupun diagram, sedangkan gaya belajar verbal menggunakan pembelajaran lewat media suara maupun tulisan. Gaya belajar aktif mengacu pada teknik pembelajaran secara berkelompok, sedangkan gaya belajar reflektif memilih belajar secara individu. Gaya belajar global menggunakan pendekatan belajar yang holistik yang tertarik pada pemecahan masalah kompleks, sedangkan gaya sekuensial belajar dengan mengembangkan materi secara sepotong demi sepotong.

Penelitian Torrano (2017) terhadap mahasiswa tahun pertama jurusan kedokteran menyatakan bahwa mahasiswa mempelajari mata kuliah anatomi dan genetika menggunakan gaya sensing learning akan mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan mahasiswa yang menggunakan gaya belajar intuitive learning. Hal ini dikarenakan dalam mata kuliah genetik dan anatomi,

(10)

2) Pola Pembelajaran

Pola pembelajaran akan mempengaruhi gaya belajar mahasiswa. Mahasiswa pascasarjana banyak menggunakan pendekatan gaya belajar SA dan DA karena adanya perubahan pola pengajaran dari didaktik menjadi pola yang berorientasi pada keterampilan. Kondisi ini mengembangkan aspek sisi kesadaran belajar mahasiswa pascasarjana yang tidak sekedar mementingkan kelulusan namun lebih pada pemahaman dan kemahiran keterampilan medis. (Samarakoon, 2013)

Perubahan kebutuhan belajar sehingga mampu mengubah gaya belajar yang ditunjukan pada kasus tersebut, sesuai teori hierarki kebutuhan yang diungkapkan Maslow. Maslow mengatakan bahwa manusia memiliki lima kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan terhadap rasa aman, kebutuhan cinta, kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan ini dibuat menjadi urutan hierarki, dimana kebutuhan fisiologi menjadi bagian dasarnya. Maslow beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi. (Ormron, 2012) Mahasiswa pascasarjana yang tidak sekedar mementingkan kelulusan namun lebih pada pemahaman dan kemahiran keterampilan medis agar dapat kompeten memenuhi tugas dan kewajibannya kelak, telah mencapai tahapan tertinggi dari hierarki Maslow, yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Manusia yang mencapai tahap ini akan belajar secara mendalam.

3) Media pembelajaran

(11)

penyimpanannya di area memori jangka panjang. Penelitian yang dilakukan oleh Brinkworth (2008) mengungkapkan bahwa mahasiswa sains memilih kuliah yang disertai media gambar dan diagram pada slide presentasi dosen.

Proses belajar yang efektif dengan menggunakan multimedia (visual dan verbal) telah digagas oleh Mayer melalui teori kognitif multimedia. Presentasi yang menggunakan media visual dan verbal secara bersamaan akan meningkatkan pemahaman peserta didik.(Mayer & Anderson 1991).

Mayer berpendapat bahwa proses penyimpanan informasi melalui tiga tempat, yaitu memori jangka pendek/memori sensorik, memori kerja, dan memori jangka panjang.

Gambar. Proses Belajar menurut Teori Kognitif Multimedia (Gambar diambil dari researchgate.net)

(12)

dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Selanjutnya hasil pengolahan yang dianggap penting ini akan disimpan pada area memori jangka panjang.(Mayer, 1991)

4) Hubungan dengan dosen dan sesama mahasiswa

Perspektif mahasiswa terhadap hubungan yang baik dengan dosen maupun sesama mahasiswa mempengaruhi performa akademiknya. (Wayne, 2013). Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Brinkworth (2008) yang menyatakan bahwa mahasiswa tahun pertama jurusan kedokteran meyakini belajar bersama teman sangat penting dalam proses pembelajaran dan mereka sangat termotivasi serta nyaman terhadap dosen yang mengajar dengan antusias.

Interaksi mahasiswa tahun pertama dengan dosen dan sesama mahasiswa akan menimbulkan proses belajar melalui observasi. Mahasiswa akan meniru hal-hal yang dilakukan oleh dosen ataupun mahasiswa lain. Mereka akan mencari sosok yang dianggap berhasil untuk dijadikan model atau contoh dalam menghadapi masalah selama proses pendidikan di perguruan tinggi. Proses mahasiswa baru ini belajar dari pengalaman orang lain sesuai dengan teori sosial kognitif yang dikemukakan oleh Bandura.

Inti dari teori sosial kognitif adalah manusia akan belajar melalui observasi terhadap performa orang lain. Observer ini tidak harus menunjukan perubahan perilaku sesaat setelah observasi berlangsung.(Schunk,2012).

(13)

Proses pengamatan yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap perilaku dosen atau temannya tidak harus membuat perubahan perilakunya, namun dapat menjadi refleksi bagi diri. Mahasiswa tersebut memiliki kontrol atas dirinya untuk memutuskan apakah akan meniru,menghindari atau mengolahnya dalam bentuk lain yang dirasakan sesuai dengan kondisi dirinya. Hal ini sesuai dengan prinsip teori kognitif sosial yaitu : 1) mengamati perilaku dan konsekuensinya, 2). Pembelajaran tak harus mengubah perilaku, 3). Kemampuan kognisi berperan penting, 4). Manusia memiliki kontrol terhadap dirinya dan lingkungannya. (Ormrod, 2012)

5) Umpan balik

Umpan balik adalah tanggapan langsung yang diberikan oleh dosen maupun teman terhadap perfoma diri mahasiswa yang diamati. Umpan balik yang baik dirancang secara konstruktif melalui refleksi diri dan pencarian solusi dari pemberi dan penerima umpan balik. Mahasiswa memerlukan umpan balik dalam proses belajar karena umpan balik yang efektif merupakan mekanisme penting agar mahasiswa merasa mendapat dukungan yang pada akhirnya merasa nyaman dengan lingkungan belajarnya. (Bouffard-Bouchard, 1991)

Mahasiswa belajar dari orang lain melalui umpan balik konstruktif sesuai dengan teori perkembangan sosial yang digagas oleh Lev Vygotsky. Inti teori ini bahwa seseorang membangun pengetahuan tidak terlepas dari interaksi sosial dengan orang lain.

(14)

sendiri dengan zona pengembangan potensial yaitu area seseorang dapat belajar lebih luas dengan bantuan orang lain.(Vygotsky, 1978)

Secara alami, mahasiswa diberi kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas akademiknya, namun kemampuan ini akan lebih besar jika dibantu oleh orang lain melalui teknik scaffolding. Scaffolding adalah proses dimana seorang guru atau teman sesama mahasiswa membantu mahasiswa dalam belajar hingga kompeten atau mencapai zona pengembangan proksimalnya (Cantillon dan Wood, 2010).

Teknik umpan balik konstruktif adalah salah satu teknik dalam scaffolding. Peran pemberi umpan balik bukan sebagai narasumber, melainkan

sebagai fasilitator. Fasilitor memberi arahan dan penilaiannya terhadap pengalaman belajar penerima umpan balik dan membantunya menyusun rencana konstruktif melalui pengalaman belajarnya tersebut.

2. Implementasi Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik yang Mempengaruhi Proses Belajar pada Mahasiswa Tahun Pertama di Jurusan Kedokteran dalam Bimbingan Pembelajaran

Masa transisi dari tahapan pendidikan SMA ke tahapan perguruan tinggi jurusan kedokteran merupakan hal yang sangat penting. Masa Transisi ini dapat menjadi hal yang sulit bagi mahasiswa. Apabila tidak mampu diatasi dengan baik, tidak hanya akan menimbulkan performa akademik yang buruk namun juga efek psikologi mahasiswa.

(15)

dapat maksimal mengkolaborasikan dan menginternalisasikan berbagai faktor yang mempengaruhi belajar tersebut.

(16)

C. Kesimpulan

Kesimpulan dari esai faktor intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi proses belajar pada mahasiswa tahun pertama di jurusan kedokteran adalah sebagai berikut : 1. Faktor yang mempengaruhi belajar ada dua, yaitu faktor intrinsik : motivasi, efikasi

diri, dan pengalaman masa lalu, serta faktor ekstrinsik : kultur, jenis mata kuliah, media pembelajaran, dan interaksi sosial.

2. Motivasi belajar berpengaruh terhadap pendekatan gaya belajar. Hal ini sejalan dengan teori belajar opperant condition yang dikemukakan B.F Skinner.

3. Hubungan efikasi diri mahasiswa dengan lingkungan belajar dapat memprediksi hasil tingkah laku atau performa akademik. Hal ini sesuai teori sosial kognitif yang digagas oleh Bandura.

4. Pengalaman masa lalu mempengaruhi efikasi dan perilaku sesuai teori sosial kognitif yang digagas oleh Bandura.

5. Kultur berpengaruh terhadap perilaku akademik mahasiswa. 6. Mata kuliah ini akan mempengaruhi teknik belajar mahasiswa

7. Perubahan kebutuhan belajar sehingga mampu mengubah gaya belajar sesuai teori hierarki kebutuhan yang diungkapkan Maslow.

8. Media pembelajaran yang digunakan akan mempengaruhi efektivitas belajar. Hal ini sesuai teori kognitif multimedia yang dikemukakan Mayer.

9. Interaksi mahasiswa dengan dosen dan sesama mahasiswa akan menimbulkan proses belajar sesuai dengan teori sosial kognitif yang dikemukakan oleh Bandura.

10.Mahasiswa belajar dari orang lain melalui umpan balik konstruktif sesuai dengan teori perkembangan sosial yang digagas oleh Lev Vygotsky.

(17)

Referensi

Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of human behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York: Academic Press. (Reprinted in H. Friedman [Ed.], Encyclopedia of mental health. San Diego: Academic Press, 1998).

Bouffard-Bouchard, T. (1990). Influence of self-efficacy on performance in a cognitive task. Journal of Social Psychology, 130, 353—363

Brinkworth R., Mc.Cann B., Matthews C., Nordstro¨m K. 2008. First year expectations and experiences: student and teacher perspectives. The International Journal of Higher Education and Educational Planning.

Cantillon P. and Wood D. 2010. ABC of Learning and Teaching in Medicine : Second Edition. John Wiley & Sons, Ltd., Publication

Chemers M.M., Li-tze Hu, and Garcia B.F. 2001. Academic Self-Efficacy and First-Year College Student Performance and Adjustment. Journal of Educational Psychology, Vol. 93, No. 1, 55-64

Felder R.M. 1988. Learning and Teaching Styles In Engineering Education. Engr. Education, 78(7), 674–681

Heinen I., Bullinger M., and Kocalevent R.D. 2017. Perceived stress in first year medical students - associations with personal resources and emotional distress. BMC Medical Education

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tersedia di : https://kbbi.kemdikbud.go.id/

Kleijn WC, Van der Ploeg HM, Topman RM. 1994. Cognition, study habits, test anxiety, and academic performance. Psychol Rep, 75(3 Pt 1):1219–1226.

Mayer, R. E. & Anderson R. B., (1991). Animations Need Narrations: An Experimental Test of a Dual-Coding Hypothesis. Journal Psychology, 83, 484-490

Ormrod J.E. 2012. Human Learning : Sixth Edition. New Jersey : Pearson Education Inc. Research gate. A framework for cognitive theory of multimedia learning drawn from Mayer. diakses tanggal 26 September 2017, tersedia di : https://www.researchgate.net/profile/Kogilathah_Segaran/publication/267923617/figure/fig2/ AS:295384615276560@1447436588763/Figure-4-A-framework-for-cognitive-theory-of-multimedia-learning-drawn-from-Mayer-2001.png

(18)

Torrano D.H., Ali S., and Chee-Kai C. 2017. First year medical students’ learning style preferences and their correlation with performance in different subjects within

the medical course. BMC Medical Education 17:131

Valiante C. 2008. Are students using the 'wrong' style of learning?. Active Learning in Higher Education, 9, pp. 73-91

Vygotsky L. 1978. Interaction Between Learning and Development. From Mind and Society. Cambridge, MA : Harvard University Press

Gambar

Gambar. Proses Belajar menurut Teori Kognitif Multimedia  (Gambar diambil dari researchgate.net)

Referensi

Dokumen terkait

Simulasi ini bertujuan mengetahui jika sistem ini dapat digunakan dengan baik sebagai sumber STS, kerena profil tegangan pada kedua sumber yaitu 13,8 kV.Baik sumber-A maupun

Dari urian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh peristiwa yang terjadi pada seseorang (locus of control), pengetahuan

Deskripsi Responden selain PT Finansia Multi Finance/kredit plus cabang manado, adakah responden yang berlangganan dengan perusahaan sejneis lainnya, Dari 90

Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa perlu adanya pengembangan media pembelajaran yang lebih baik dalam proses belajar mengajar pada sekolah yang

kehadiran fisik. Sedangkan, pengertian keterwakilan yang kedua bersifat substantif, yaitu perwakilan atas dasar aspirasi atau idea. 10 DPD merupakan lembaga perwakilan daerah

Nuniek Luthy Naftali, CIMI PENGERTIAN Mengumpulkan blanko diit pasien (makanan) yang telah diisi1. oleh perawat ruangan sesuai

Sedangkan pengertian pemerintahan dalam arti sempit adalah suatu pemerintahan yang berdaulat sebagai badan atau lembaga yang mempunyai wewenang melaksanakan kebijakan negara,

Pengusaha-pengusaha tambang di Australia bergerak melalui komunitas pertambangan yang ada di Australia melalui saluran-saluran seperti misalnya demonstrasi, media massa serta