BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Membaca merupakan kegiatan yang penting dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan
membaca. Tanpa membaca informasi yang dibutuhkan dan sedang
berkembang saat ini tidak akan diketahui. Apalagi saat ini perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang pesat. Sebagaimana Tampubolon (1993, hlm. 41) mengemukakan “Membaca adalah suatu kegiatan fisik dan mental. Melalui membaca informasi dan pengetahuan
yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh”. Maka dari itu jika
kebiasaan membaca tidak diterapkan dalam diri masing-masing individu
dan tidak melek terhadap informasi yang ada, alhasil akan menjadi
masyarakat yang tertinggal.
Selain akan mendapatkan informasi dan pengetahuan sesuai
dengan kebutuhan, membaca juga akan menjadikan individu sebagai
masyarakat yang peka terhadap kondisi yang sedang berkembang saat ini. Rahim (2008, hlm. 1) mengemukakan bahwa “Masyarakat yang gemar membaca akan memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan
semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu
menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang”.
Kegiatan membaca tentunya dilakukan oleh setiap lapisan
masyarakat, dari mulai anak-anak, remaja, hingga dewasa. Sinaga (2009, hlm. 89) juga mengungkapkan bahwa “Membaca sangat bermanfaat bagi siswa”. Beberapa manfaat membaca tersebut yaitu melalui membaca siswa tidak hanya mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan memudahkan
dalam memahami mata pelajaran, tetapi juga akan memudahkan dalam
kegiatan belajar di sekolah ataupun di rumah. Selain itu juga akan
meningkatan kemampuan kognitif dan psikomotornya serta memperluas
pengalamannya. Dengan membaca siswa akan lebih mengerti bagaimana
juga akan mengetahui berbagai permasalahan yang muncul di lingkungan
sekitarnya.
Seseorang akan membaca jika ada minat dalam dirinya. Minat
merupakan hasrat yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan sesuatu
yang diinginkan dengan perasaan senang. Begitu pula dengan minat baca.
Minat baca adalah dorongan yang membuat seseorang merasa tertarik
untuk melakukan kegaiatan membaca dengan perasaan senang dan puas.
Seseorang yang memiliki minat baca tinggi akan merasa senang dan puas
ketika sedang dan setelah membaca buku, juga tentunya akan menjadi
manusia yang haus akan informasi.
Minat baca perlu ditanamkan sejak dini di lingkungan keluarga.
Dalam hal ini tentunya keluarga sangat berperan penting dalam proses
penumbuhan minat baca karena seiring berjalannya usia anak, kebiasaan
membaca pun akan semakin sulit dilakukan. Apalagi di era teknologi
seperti saat ini. Anak lebih senang bermain game daripada membaca buku,
dan anak lebih senang berselancar di dunia maya sehingga lupa bagaimana
membaca buku. Jahya (dalam Rahma vol. 3, no. 5, hlm. 764) mengemukakan bahwa “Idealnya membaca ditanamkan sejak anak-anak dalam asuhan orang tua ketika mereka belum memasuki bangku sekolah”. Minat baca akan sulit ditanamkan pada saat dewasa jika sejak kecil tidak
berteman dengan buku. Minat baca ini tentunya akan melahirkan
kebiasaan membaca. Tingkat minat baca seseorang dapat diukur dari beberapa aspek yaitu “Aspek kesadaran akan manfaat membaca, aspek perhatian terhadap membaca buku, aspek rasa senang, dan aspek frekuensi” (Harris and Sipay dalam Nursalina dan Budiningsih, 2014, hlm. 3). Membaca tidak terpatok hanya pada buku saja, tetapi juga pada
majalah atau surat kabar.
Pada kenyataannya, seperti yang telah diketahui dan telah banyak
dibahas di berbagai media, kebiasaan membaca orang Indonesia masih
tergolong sangat rendah. Dalam artikel Website Resmi Pemerintahan Jawa
Barat (Idris, 2016) disebutkan bahwa berdasarkan hasil survey UNESCO
0,001 persen. Artinya hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang mau
membaca buku secara serius. Disebutkan pula pada Maret 2016, Most
Literate Nations in the World merilis pemeringkatan literasi internasional
yang menempatkan Indonesia berada di urutan ke-60 dari total 61 negara.
Kondisi yang sama juga terjadi pada pemeringkatan tingkat pendidikan
Indonesia di dunia dalam berbagai survey internasional, yang memang dari
tahun ke tahun belum beranjak dari tingkat bawah, salah satunya World
Education Forum di bawah naungan PBB menempatkan Indonesia di
posisi 69 dari 76 negara. Retnaningdyah, dkk. (2016, hlm. 1) menyebutkan
pula bahwa
“Pada tingkat sekolah menengah (usia 15 tahun) pemahaman membaca peserta didik Indonesia (selain matematika dan sains) diuji oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) dalam kegiatan Programme for International Student Assessment (PISA) untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi. Negara yang berpartisipasi berjumlah 69 negera. Hasilnya, PISA 2009 menunjukkan bahwa peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-57 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 493). Sedangkan PISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 496)”.
Ini membuktikan bahwa benar adanya tingkat minat baca
masyarakat Indonesia masih tergolong. sangat rendah.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca orang
Indonesia termasuk anak-anak, yaitu: Pertama, perkembangan teknologi
yang semakin canggih membuat orang-orang lebih asik mencari informasi
melalui berselancar di dunia maya daripada membaca buku. Hal tersebut
tidak salah selama waktu penggunaannya tidak berlebihan, informasi yang
didapatkan berupa pengetahuan yang positif, dan mengandung informasi
yang mutakhir. Kedua, pola asuh orangtua yang terlalu mengenalkan
gadget kepada anaknya saat masih kecil. Hal ini nantinya akan membuat
anak lebih senang bermain gadget daripada membaca buku. Ketiga,
kebiasaan lebih senangnya menonton televisi daripada membaca. Padahal
tidak semua acara televisi mengandung unsur mendidik terutama bagi
anak. Hal ini terlihat dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik
“Sebanyak 91,58% penduduk Indonesia yang berusia 10 tahun ke atas lebih gemar menonton televisi. Hanya sekitar 17,58% saja penduduk yang gemar membaca buku, surat kabar, atau majalah. Kajian tersebut dilaksanakan 12 provinsi dan 28 kabupaten/kota yang mencakup 75% dari wilayah Indonesia”.
Ada banyak cara yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi
masalah ini, yaitu dengan dibuatnya program WJLRC (West Java Leaders
Reading Challenge) di tingkat provinsi, program GLS (Gerakan Literasi
Sekolah) di tingkat nasional, program LRCKB (Leaders Reading
Challenge) di tingkat Kabupaten Bandung, dan masih banyak lagi program
lainnya yang dilakukan. Program ini dibuat selain untuk meningkatkan
minat baca juga untuk meningkatkan kemampuan literasi informasi.
Literasi memiliki arti lebih dari sekedar membaca dan menulis,
tetapi juga kemampuan untuk mencari dan menggunakan sumber-sumber
pengetahuan dari berbagai bentuk baik cetak ataupun non cetak, juga baik
audio ataupun visual. Inilah yang disebut dengan literasi informasi. Dalam
Deklarasi UNESCO tahun 2003 (Wiedarti, dkk., 2016, hlm. 7) disebutkan bahwa “literasi informasi terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan
secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengkomunikasikan
informasi untuk mengatasi berbagai persoalan”. Subjek kegiatan literasi
dalam konteks sekolah adalah peserta didik, guru, tenaga kependidikan
(pustakawan, pengawas), dan kepala sekolah. Semua komponen warga
sekolah ini berkolaborasi dibawah koordinasi kepala sekolah untuk
membuat perencanaan, pelaksanaan, penilaian program literasi sekolah.
Pelaksanaan literasi sekolah tentunya menganut prisip-prinsip yang
perlu diperhatikan agar program literasi yang dilakukan dapat berjalan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Beers (dalam Wiedarti,
dkk., 2016, hlm. 11) menjelaskan praktik-praktik yang baik dalam gerakan
literasi sekolah menekankan prinsip-prinsip:
literasi mengembangkan budaya lisan; (f) kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman.”
Sejalan dengan upaya peningkatan minat baca dan kemampuan
literasi siswa, SMP Negeri 1 Cicalengka pun membuat program dengan nama “sajaba (satu jam membaca)”. Pasalnya berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan melalui wawancara dengan beberapa siswa, diketahui
bahwa pada saat waktu luang siswa lebih senang bermain daripada
membaca. Buku yang mereka baca setiap harinya pun tidak terlepas dari
buku pelajaran. Bahkan salah satu anak menyebutkan bahwa waktu
membacanya lebih sedikit yaitu sekitar setengah jam, dibandingkan
dengan waktu untuk menonton tv dan bermain game di handphone yang
jika diakumulasikan dalam sehari ia mampu menonton dan bermain game
selama 5 jam. Maka dari itu pihak sekolah merasa pentingnya dibuat
program sajaba ini demi meningkatkan minat baca anak.
Program sajaba adalah program untuk meningkatkan literasi anak.
Literasi disini berarti untuk meningkatkan kemampuan membaca cerdas
siswa SMPN 1 Cicalengka. Program sajaba dibentuk pada tahun 2015.
Dicanangkan oleh kepala sekolah pada saat itu yaitu Drs. Aan Rohanda.
Kepala sekolah beserta guru-guru secara bersama-sama turut serta dalam
pembentukan dan pelaksanaan program ini. Program ini dibentuk sejalan
dengan peraturan Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang GLS
(Gerakan Literasi Sekolah) sebagai bentuk penumbuhan budi pekerti
melalui literasi. Dalam pengimplementasiannya, setelah siswa membaca
selanjutnya siswa didorong untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan
emosinya melalui kegiatan produktif secara lisan maupun tulisan sebagai
bentuk kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tersebut berupa mereviu buku atau
menceritakan kembali isi buku yang telah dibaca. Perlu dipahami bahwa
kegiatan produktif ini tidak dinilai secara akademik. Mengingat kegiatan
sajaba hanya dilakukan satu minggu sekali di sekolah, maka kegiatan
membaca dan kegiatan tindak lanjut dari kegiatan membaca ini dilakukan
juga diluar jam sekolah. Reviu buku yang telah dibuat nantinya akan
Jenis buku yang dibaca yaitu buku fiksi dan non fiksi diluar buku
pelajaran. Baik yang berbahasa Indonesia, Inggris, maupun Sunda. Akan
tetapi untuk buku yang direviu yaitu buku yang berbahasa Indonesia.
Penelitian mengenai minat baca sudah pernah dibahas dalam
penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian yang pertama dilakukan oleh
Yuliatun, dengan judul “Hubungan Minat Membaca dan Penguasaan
Kosakata dengan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VI Sekolah Dasar
Negeri 2 Bulusulur di Kecamatan woogiri Kabupaten Wonogiri” yang
dilakukan pada tahun 2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kuantitatif melalui studi korelasional. Dimana
teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes keterampilan berbicara,
angket minat membaca dan tes penguasaan kosakata. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara (1)
minat membaca dan keterampilan berbicara, (2) penguasaan kosakata dan
keterampilan berbicara, dan (3) minat membaca dan penguasaan kosakata
secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara. Hasil dari penelitian
ini yaitu:
“Dapat dinyatakan bahwa secara bersama-sama minat membaca dan penguasaan kosakata memberikan sumbangan yang berarti terhadap keterampilan berbicara. Ini menunjukan bahwa kedua variabel tersebut dapat menjadi prediktor yang baik bagi keterampilan berbicara. Dilihat dari kuatnya hubungan tiap variabel prediktor (bebas) dengan variabel respons (terikat), hubungan minat baca dengan keterampilan berbicara lebih kuat dibandingkan dengan hubungan penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara. Ini menunjukkan bahwa minat baca menjadi prediktor yang lebih dari penguasaan kosakata.” (Yuliatun, 2009, hlm. 84-85)
Penelitian yang kedua yaitu penelitian yang berjudul “Upaya Pengelola Perpustakaan dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa Pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam”. Penelitian ini dilakukan oleh
Toha pada tahun 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif.
Tujuan dilakukannya penelitian ini secara teoritis merupakan sumbangan
untuk memperkaya khazanah ilmiah tentang fenomena perpustakaan, dan
upaya meningkatkan minat baca siswa melalui pengelolaan perpustakaan
sekolah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
“(1) Upaya pengelolaan perpustakaan dari segi pemberian pinjaman buku dalam meningkatkan minat baca siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam ialah mempermudah dalam prosedur peminjaman buku, mensosialisasikan prosedur peminjaman, memberikan pelayanan peminjaman dengan ramah dan komunikatif, peningkatan SDM di perpustakaan, pemberian reward bagi siswa yang paling banyak meminjam buku. (2) Upaya pengelola perpustakaan dari segi pengelolaan ruang baca dalam meningkatkan minat baca siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam ialah tata ruang yang menarik dan nyaman, memperluas ruang baca, lingkungan yang tenang dengan fasilitas-fasilitas yang memadai. (3) Upaya pengelolaan perpustakaan dari segi koleksi buku dalam meningkatkan minat baca siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam ialah meningkatkan ragam koleksi buku perpustakaan, melibatkan guru bidang studi dalam pemilihan koleksi buku perpustakaan, meningkatkan anggaran untuk koleksi buku baru, penambahan koleksi buku dengan pemberian dari setiap siswa yang akan lulus. (4) Upaya pengelolaan perpustakaan sekolah melalui interaksi dengan pihak sekolah dalam meningkatkan minat baca siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam ialah menjalin kerjasama dengan kepala madrasah, menjalin kerjasama dengan guru, menjalin kerjsama pihak sekolah dan perpustakaan dengan elemen masyarakat khususnya kolektor buku, menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta” (Toha, 2015, hlm. 200-211).
Dilihat dari kedua penelitian tersebut penelitian yang akan
dilakukan ini tentunya berbeda dengan penelitian sebelumnya meskipun
terdapat kesamaan yaitu meneliti tentang minat baca. Perbedaannya
terlihat pada variabel penelitiannya. Pada penelitian yang pertama variabel
X adalah minat membaca dan penguasaan kosakata, dan variabel Y adalah
keterampilan berbicara. Pada penelitian yang kedua variabel X adalah
upaya pengelolaan perpustakaan, dan variabel Y adalah minat baca siswa.
Sedangkan pada penelitian ini variabel X adalah program sajaba, dan
variabel Y adalah minat baca.
Meskipun minat baca ini sudah banyak dibicarakan akan tetapi
topik ini masih sangat menarik untuk diteliti, karena seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa minat baca masyarakat masih dapat
untuk melakukan penelitian dengan judul “Kontribusi Program sajaba
(satu jam membaca) Terhadap Peningkatan Minat Baca Siswa SMPN 1
Cicalengka”.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji pada penelitian ini dibagi kedalam dua bagian
yakni masalah umum dan masalah khusus. Rumusan masalah umum:
Apakah program sajaba berkontribusi terhadap peningkatan minat
baca siswa SMP Negeri 1 Cicalengka?
Rumusan masalah khusus
1. Bagaimana gambaran hasil pelaksanaan program sajaba di
SMP Negeri 1 Cicalengka?
2. Bagaimana gambaran minat baca siswa SMP Negeri 1
Cicalengka?
3. Apakah kegiatan membaca buku berkontribusi terhadap
peningkatan minat baca siswa SMP Negeri 1 Cicalengka?
4. Apakah kegiatan mereviu buku berkontribusi terhadap
peningkatan minat baca siswa SMP Negeri 1 Cicalengka?
5. Apakah kegiatan menceritakan kembali isi buku berkontribusi
terhadap peningkatan minat baca siswa SMP Negeri 1
Cicalengka?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sesuai dengan masalah yang akan dikaji yakni ada
tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum:
Untuk mengetahui kontribusi program sajaba terhadap peningkatan
minat baca siswa SMP Negeri 1 Cicalengka. Tujuan khusus:
1. Untuk mengetahui gambaran hasil pelaksanaan program sajaba
2. Untuk mengetahui gambaran minat baca siswa SMP Negeri 1
Cicalengka.
3. Untuk mengetahui kontribusi kegiatan membaca buku terhadap
peningkatan minat baca siswa SMP Negeri 1 Cicalengka.
4. Untuk mengetahui kontribusi kegiatan mereviu buku terhadap
peningkatan minat baca siswa SMP Negeri 1 Cicalengka.
5. Untuk mengetahui kontribusi kegiatan menceritakan kembali
isi buku terhadap peningkatan minat baca siswa SMP Negeri 1
Cicalengka.
D. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap hasil penelitian ini akan memberikan banyak manfaat
kepada semua pihak, baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis.
Manfaat teorits:
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi pengembangan wawasan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan teori literasi informasi dan minat baca. Manfaat praktis:
1. Bagi siswa: dapat memacu tingkat minat baca dan motivasinya
dalam melakukan kegiatan sajaba.
2. Bagi guru: sebagai alat evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
kontribusi program sajaba terhadap peningkatan minat baca
siswa SMP Negeri 1 Cicalengka.
3. Bagi kepala perpustakaan: sebagai alat evaluasi mengenai
kebermanfaatan koleksi perpustakaan.
4. Bagi peneliti selanjutnya: dapat dijadikan acuan dalam
penelitian selanjutnya mengenai cara meningkatkan minat baca
E. Struktur Organisasi Skripsi
Penulisan skripsi ini terdiri dari V bab dengan struktur seperti dibawah ini:
BAB I yang berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang penelitian,
rumusan masalah penelitian, identifikasi masalah penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan struktur organisasi.
BAB II berisi kajian pustaka, kerangka pemikiran, asumsi dan hipotesis
penelitian, Kajian Pustaka memuat teori-teori pendukung yang sesuai dengan
variabel yang akan diteliti.
Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk
lokasi, populasi, sampel, desain penelitian, teknik pengumpulan data, analisis
data, dan prosedur penelitian.
BAB V berisi simpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi atau saran