• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Kredit Macet Oleh Bank Dalam Pemberian Kredit Dengan Jaminan Perorangan (Studi Pada Pt. Bank Mandiri (Persero) Tbk Unit Credit Operations Regional I Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyelesaian Kredit Macet Oleh Bank Dalam Pemberian Kredit Dengan Jaminan Perorangan (Studi Pada Pt. Bank Mandiri (Persero) Tbk Unit Credit Operations Regional I Medan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN PERORANGAN

A. Aspek Hukum Kredit Perbankan

Masalah kredit bukanlah hal yang luar biasa untuk didengar saat ini karena masyarakat yang pada umumnya didominasi oleh kalangan pelaku bisnis memperoleh dana untuk menjalankan usaha mereka dengan cara kredit yang diperoleh biasanya melalui lembaga pembiayaan bank dan non-bank.Secara etimologis, istilah bank berasal dari bahasa Itali yaitu “banca” yang berarti “bence” yaitu suatu bangku tempat duduk. Istilah bank dimaksudkan sebagai suatu jenis pranata finansial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup beraneka ragam, seperti pinjaman, memberi pinjaman, mengeluarkan uang, mengadakan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan untuk benda-benda berharga, membiayai usaha-usaha perusahaan.18

Para ahli juga memberikan definisi dari bank, diantaranya adalah G.M. Verlyn Stuart yang dikutip oleh Bachtiar Hasan Miraza yang menyatakan bank adalah sebuah perusahaan yang bertujuan member kepuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan kredit, baik dengan modalnya sendiri dan dana-dana yang

Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perbankan, disebutkan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

18A. Abdurrahman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan (Jakarta: Pradnya

(2)

dipercayakan padanya maupun dengan mengedarkan alat pembayaran dan dalam bentuk uang kartal maupun uang giral.19

Selain itu Brad Ford menyebutkan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang menjalankan proses pengumpulanpinjaman atau penanaman daripada kelebihan dana-dana yang terdapat di masyarakat disamping menjalankan tugas fungsi-fungsi yang erat hubungannya dengan pekerjaan mengumpulkan pinjaman, meminjamkan dan menanamkann dana-dana yang berlebih.20

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Menurut ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Perbankan, kegiatan usaha yang dapat dilakukan Bank Umum adalah sebagai berikut:

2. Memberikan kredit.

3. Menerbitkan surat pengakuan utang.

4. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya.

5. Memindahkan uang baik untuk kepentingannya sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.

6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjam dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi, maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.

19Bachtiar Hasan Miraza, Suatu Pengantar Ekonomi Moneter (Medan: Penerbit Tiga

Putra, 1970, Cetakan Pertama), hlm.78.

(3)

7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.

8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.

9. Melakukankegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak.

10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat.

12. Menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak

bertentangan dengan Undang-Undang Perbankan dan ketentuan lain yang berlaku.

Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud diatas, menurut Pasal 7 Undang-Undang Perbankan ditentukan bahwa Bank Umum dapat pula melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:

1. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(4)

3. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketetapan yang ditentukan oleh Bank Indonesia; dan

4. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pension dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

Beberapa pengertian bank dan kegiatan usaha bank diatas, jelas bahwa bank bergerak dalam banyak bidang yang berhubungan dengan uang, dari menghimpun uang sampai kepada menyalurkan uang. Dalam menyalurkan uang ini termasuk juga pemberian kredit.Istilah kredit berasal dari bahasa Latin yaitu “credere” (lihat pula “credo” dan “creditum”), yang kesemuanya berarti kepercayaan (dalam bahasa inggris “faith” dan “trust”). Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditur (yang memberi kredit, lazimnya bank) dalam hubungan perkreditan dengan debitur (nasabah, penerima kredit) mempunyai kepercayaan, bahwa debitur dalam waktu dan dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan (membayar kembali) kredit yang bersangkutan.21

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.22

21

Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia(Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 236.

22Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional di Indonesia, Edisi Revisi (Jakarta: Kencana,

(5)

Menurut O.P Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Dewasa ini kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang, yang dengan demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit. Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi kredit dan si penerima kredit atau antara kreditur dan debitur.Mereka menarik keuntungan dan saling menanggung risiko.Singkatnya, kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen kepercayaan, risiko dan pertukaran ekonomi di masa-masa mendatang.23

Berdasarkan rumusan tersebut dapat diketahui, bahwa kredit itu merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang antara bank sebagai kreditur dengan nasabah sebagai debitur. Dalam perjanjian ini bank sebagai pemberi kredit

Berdasarkan Pasal 1754 KUHPerdata dijelaskan, pinjam meminjam adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.

Berdasarkan Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Perbankan, pengertian kredit disebutkan sebagai berikut:“kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.”

23EK OP Simorangkir, Seluk Beluk Bank Komersial, Cetakan Kelima (Jakarta: Aksara

(6)

percaya terhadap nasabahnya dalam jangka waktu yang disepakatinya akan dikembalikan (dibayar) lunas.

Sutan Remy Sjahdeini mengemukakan bahwa pencantuman kata-kata persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam di dalam pengertian kredit sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Perbankan dapat mempunyai beberapa maksud yakni:24

1. Pembentuk undang-undang bermaksud untuk menegaskan bahwa hubungan kredit bank adalah hubungan kontraktual antara bank dan nasabah debitur yang berbentuk pinjam meminjam.

2. Pembentuk undang-undang bermaksud untuk mengharuskan hubungan kredit bank dibuat berdasarkan perjanjian tertulis.

Berkaitan dengan pengertian kredit diatas, menurut ketentuan Pasal 1 angka 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga termasuk:25

1. cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari;

2. pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak-piutang; dan 3. pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.

24Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Seimbang Bagi Para

Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia(Jakarta: IBI, 1993), hlm. 181.

(7)

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui unsur-unsur yang terdapat di dalam kredit, yaitu:26

1. Kepercayaan yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 2. Waktu yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan

kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.

3. Degree of risk yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari

adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur risiko. Dengan adanya unsur risiko inilah maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.

4. Prestasi yaitu objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat bentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.

26Thomas Suyatno et.al,Dasar-Dasar Perkreditan, Edisi Keempat (Jakarta: PT. Gramedia

(8)

Kredit pada awal perkembangannya mengarahkan fungsinya untuk merangsang bagi kedua belah pihak untuk salingmenolonguntuktujuan pencapaiankebutuhan baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari-hari. Pihak yang mendapat kredit harus dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi dari kemajuan usahanya itu sendiri, atau mendapatkan pemenuhan kebutuhannya. Suatu kredit mencapai fungsinya apabila secara sosial ekonomis, baik bagi debitur, kreditur maupun masyarakat membawa pengaruh yang lebih baik lagi.Bagi pihak debitur dan kreditur, mereka memperoleh keuntungan, juga mengalami peningkatan kesejahteraan, sedangkan bagi negara mengalami tambahan penerimaan negara dari pajak, juga kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro.

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian antara lain sebagai berikut:27

1. untuk meningkatkan daya guna uang;

2. untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang; 3. untuk meningkatkan daya guna barang;

4. meningkatkan peredaran barang; 5. sebagai alat stabilitas ekonomi;

6. kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan faedah-faedah atau kegunaan potensi-potensi ekonomi yang ada;

7. kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pemerataan pendapatan nasional; 8. kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

27Johannes Ibrahim, Bank sebagai Lembaga Intermediasi dalam Hukum Positif(Bandung:

(9)

Kredit terdiri dari beberapa jenis bila dilihat dari berbagai pandangan.Dalam hal ini macam atau jenis kredit yang ada juga tidak bisa dipisahkan dari kebijaksanaan perkreditan yang digariskan sesuai tujuan pembangunan. Pada mulanya kredit didasarkan atas kepercayaan murni, yaitu berbentuk kredit perorangan karena kedua belah pihak saling mengenal. Dengan berkembangnya waktu maka berkembang pula unsur-unsur lain yang menjadi landasan kredit, sehingga berkembang berbagai jenis kredit seperti yang ada sekarang ini.

Kredit dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:28 1. Kredit dilihat dari tujuan penggunaan

Dilihat dari tujuan penggunaan kredit dibagi menjadi 3 yaitu: a. Kredit investasi

Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur untuk pengadaan barang-barang modal (aktiva tetap) yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun.

b. Kredit modal kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang biasanya habis dalam satu siklus usaha.Kredit modal kerja ini, biasanya diberikan dalam jangka pendek yaitu lamanya satu tahun.

c. Kredit konsumtif

(10)

Kredit konsumtif merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah untuk membeli barang dan jasa untuk keperluan pribadi dan tidak untuk digunakan keperluan usaha.

2. Kredit dilihat dari jangka waktunya

Sesuai dengan jangka waktunya kredit dibagi menjadi 3 yaitu: a. Kredit jangka pendek

Kredit jangka pendek merupakan kredit yang diberikan dengan jangka waktu maksimal satu tahun.

b. Kredit jangka menengah

Kredit jangka menengah merupakan kredit yang diberikan dengan jangka waktu antara satu tahun sampai tiga tahun.

c. Kredit jangka panjang

Kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun. 3. Kredit dilihat dari cara penarikannya

Kredit dapat dibagi sesuai dengan cara penarikan maupun pembayaran kembali menjadi 3 yaitu:

a. Kredit sekaligus

(11)

1) Kredit sekaligus yang cara pembayaran kredit yaitu dilakukan dengan angsuran sampai dengan lunas setelah jangka waktu tertentu. Angsuran tersebut dapat dilakukan setiap bulan, tiga bulan sekali, dan seterusnya. Hal ini disesuaikan dengan perjanjian dan kemampuan debitur untuk membayar kembali. Jenis kredit ini cocok untuk investasi.

2) Kredit sekaligus yang cara pembayaran kembali kredit yaitu sekaligus pada masa akhir kredit. Misalnya kredit modal kerja dengan jangka waktu satu tahun. Debitur hanya diwajibkan membayar bunganya setiap bulan,dan pinjaman pokoknya akan dibayar pada akhir tahun atau pada akhir masa perjanjian kredit.

b. Kredit bertahap

Kredit yang pencairannya tidak sekaligus, akan tetapi dilakukan secara bertahap 2,3,4 kali pencairan dalam masa kredit. Pencairannya disesuaikan dengan dana yang dibutuhkan oleh debitur. Kredit ini cocok untuk investasi pembangunan, sehingga bank akan mencairkannya sesuai dengan termin pembayaran proyek. Bunga yang harus dibayar oleh nasabah sesuai dengan pencairan kredit atau kredit yang telah dinikmati oleh nasabah. Adapun, cara pengembaliannya biasanya dilakukan secara angsuran sesuai dengan jangka waktu tertentu sampai dengan lunas pada akhir masa kredit.

c. Kredit rekening koran

(12)

dengan menggunakan sarana berupa cek, bilyet giro atau surat pemindahbukuan lainnya.

4. Kredit dilihat dari sektor usahanya, kredit dapat dibagi antara lain sebagai berikut:

a. Sektor industri

Kredit yang diberikan kepada nasabah yang bergerak dalam sektor industri, yaitu sektor usaha yang mengubah bentuk dari bahan baku menjadi bahan jadi atau mengubah suatu barang menjadi barang lain yang memiliki faedah lebih tinggi.

b. Sektor perdagangan

Kredit ini diberikan kepada pengusaha yang bergerak dalam bidang perdagangan, baik perdagangan kecil, menengah dan perdagangan besar.Kredit ini dimaksudkan untuk memperluas usaha nasabah dalam usaha perdagangan.Misalnya, untuk memperbesar jumlah penjualan atau memperbesar pasar.

c. Sektor pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan

Kredit ini diberikan dalam rangka meningkatkan hasil di sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.Kredit tersebut biasanya diberikan dalam bentuk kredit modal kerja maupun investasi kepada pengusaha tambak, petani dan nelayan.

d. Sektor jasa

(13)

2) Jasa rumah sakit 3) Jasa angkutan 4) Jasa lainnya e. Sektor perumahan

Bank memberikan kredit kepada debitur yang bergerak dibidang pembangunan perumahan.Pada umumnya, diberikan dalam bentuk kredit konstruksi, yaitu kredit untuk pembangunan perumahan. Adapun cara pembayaran kembali yaitu dipotong dari produk rumah yang telah terjual. 5. Kredit dilihat dari segi jaminan

a. Kredit dengan jaminan (Secured Loan)

Kredit dengan jaminan merupakan jenis kredit yang didukung dengan jaminan (agunan). Kredit dengan jaminan ini dapat digolongkan menjadi: 1) Jaminan perorangan

Jaminan perorangan merupakan jenis kredit yang didukung dengan jaminan seseorang (personal securities) atau badan sebagai pihak ketiga yang bertindak sebagai penanggungjawab apabila terjadi wanprestasi dari pihak debitur.

2) Jaminan benda berwujud

(14)

tanah dan gedung yang berdiri di atas tanah tersebut atau tanah tanpa gedung, kapal api dengan bobot 20 mᵌ.

3) Jaminan benda tidak berwujud

Beberapa jenis jaminan yang dapat diterima adalah jaminan benda tidak berwujud. Benda tidak berwujud tersebut antara lain, promes, obligasi, saham, dan surat berharga lainnya. Barang tidak berwujud tersebut dapat diikat dengan cara pemindahtanganan atau cessie.

b. Kredit tanpa jaminan (Unsecured Loan)

Kredit yang diberikan kepada debitur tanpa di dukung adanya jaminan. Kredit tersebut diberikan atas dasar kepercayaan yang diberikan oleh bank kepada debitur. Kredit tanpa jaminan ini risikonya tinggi karena tidak ada pengaman yang dimiliki oleh bank apabila debitur wanprestasi.

6. Kredit dilihat dari jumlahnya Jenis kredit ini terdiri dari:

a. Kredit UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)

Kredit UMKM merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha dengan skala usaha sangat kecil. Misalnya kredit yang diberikan bank kepada pengusaha tempe, dan perancangan.

b. Kredit UKM (Usaha Kecil dan Menengah)

(15)

UKM antara lain kredit untuk koperasi, pengusaha kecil (perdagangan, toko dan grosir).

c. Kredit korporasi

Jenis kredit ini merupakan kredit yang diberikan kepada debitur dengan jumlah besar dan diperuntukkan kepada debitur besar (korporasi).Pada umumnya, bank lebih mudah melakukan analisis terhadap debitur korporasi karena data keuangannyaa lebih lengkap, administrasinya baik, dan struktur permodalannya kuat.

Dasar hukum dalam pemberian suatu kredit menurut Munir Fuady adalah sebagai berikut:29

1. Perjanjian diantara para pihak

Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.Demikian pula dalam bidang perkreditan, khususnya kredit bank yang juga diawali oleh suatu perjanjian yang sering disebut dengan perjanjian kredit dan umumnya dilakukan dalam bentuk tertulis.

Karena itu sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, maka seluruh pasal-pasal yang ada dalam suatu perjanjian kredit secara hukum mengikat kedua belah pihak yakni pihak kreditur dan pihak debitur. Asal tidak ada pasal-pasal dalam perjanjian kredit tersebut yang bertentangan dengan hukum yang berlaku, maka keterikatan yang sama juga berlaku bagi perjanjian-perjanjian pendukung lain seperti perjanjian jaminan hutang, teknik

29Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996),

(16)

pelaksanaan pembayaran atau pembayaran kembali,atau lain-lainnya yang biasanya merupakan exhibit atau lampiran dari perjanjian kredit yang bersangkutan.

2. Undang-undang

Di Indonesia, undang-undang yang khusus mengatur tentang perbankan adalah Undang-UndangNomor 7 Tahun 1992jo Undang-UndangNomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Kegiatan pemberian kredit yang merupakan kegiatan yang sangat pokok dan sangat konvensional dari suatu bank ditegaskan juga oleh undang-undang tersebut. Selain Undang-Undang Perbankan, undang-undang yang berkaitan dengan perbankan yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009tentang Bank Indonesia menjadi undang-undang yang mengatur mengenai kedudukan dan wewenang dari Bank Indonesia sebagai lembaga pengawas di bidang perbankan, dan termasuk juga pengawasan di bidang perkreditan. Namun Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan disebutkan bahwa “sejak tanggal 31 Desember 2013, fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari Bank Indonesia ke OJK.”

3. Peraturan pelaksanaan

(17)

dikarenakan oleh salah satu karakter yuridis dari bisnis perbankan, sehingga perbankan merupakan bidang yang sangat regulasi. Hal ini disebabkan karena:

a. Bank adalah termasuk lembaga yang mengelola uang rakyat, karena itu kepentingan rakyat banyak ikut dipertaruhkan oleh suatu bank.

b. Kegiatan bank merupakan kegiatan yang sangat detil dan complicated, karena itu perlu arahan-arahan dan petunjuk-petunjuk yang lengkap dan detil pula.

c. Bank sangat memainkan dalam perkembangan moneter dan perekonomian secara makro, karena itu ada pula suatu kebutuhan masyarakat agar bank-bank tetap aman dan tidak terjadi gejolak, sehingga perkembangan ekonomi nasional tetap mantap.

Peraturan-peraturan dalam bidang perbankan yang levelnya berada dibawah peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:

1) Peraturan Pemerintah antara lain:

a) PP Nomor 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum

b) PP Nomor 71 Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat c) PP Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank berdasarkan Prinsip Bagi

Hasil

2) Peraturan Menteri Keuangan 3) Peraturan Bank Indonesia

(18)

Disamping peraturan perundang-undangan yang dipakai sebagai dasar hukum untuk kegiatan perkreditan, maka yurisptrudensi dapat juga menjadi dasar hukumnya.Hanya saja yurisprudensi di Indonesia banyak kelemahannya sehingga agak sulit dipakai sebagai pegangan. Hal ini disebabkan karena:

a. Banyak yurisprudensi yang tidak disertai dengan pertimbangan hakim yang memuaskan.

b. Sulitnya akses masyarakat untuk mendapatkan keputusan pengadilan.

c. Sering pula terhadap masalah yang sama, keputusan yang satu bertentangan dengan lain, sungguh pun keputusan tersebut berasal dari pengadilan yang sama. Misalnya sama-sama keputusan Mahkamah Agung.

5. Kebiasaan perbankan

Dalam ilmu hukum diajarkan bahwa kebiasaan dapat juga menjadi suatu sumber hukum.Demikian pula dalam bidang perkreditan, kebiasaan dan praktek perbankan dapat juga menjadi suatu dasar hukumnya.

6. Peraturan terkait lainnya

(19)

B. Jaminan Perorangan Sebagai Bentuk Jaminan Kredit

Umumnya praktek perbankan di Indonesia pemberian kredit diikuti penyediaan jaminan oleh pemohon kredit, sehingga pemohon kredit yang tidak bisa memberikan jaminan sulit untuk memperoleh kredit dari bank. Persyaratan bagi pemohon kredit untuk menyediakan jaminan ini dapat menghambat pengembangan usahapemohon kredit karena pengusahakecil yang modal usahanya sangat terbatas tidak memiliki harta kekayaan yang memenuhi syarat untuk dijadikan jaminan kreditnya.

Sehubungan dengan tenggang waktu pemberian kredit, semakin lama waktu yang diberikan maka masa risiko yang ada menjadi semakin tinggi.Oleh karena itu, didalam pemberian kredit bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.Untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian kredit debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank.Untuk memperolehkeyakinansebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari debitur.30Secara umum jaminan kredit diartikan sebagai penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung pembayaran kembali suatu utang.31

Kata jaminan dalam peraturan perundang-undangan dapat dijumpai dalam Pasal 1131 KUHPerdata dan Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Perbankan. Akan tetapi, dalam kedua peraturan tersebut tidak menjelaskan apa yang

30Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia(Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2005),

hlm. 51.

(20)

dimaksud dengan jaminan. Meskipun demikian dari kedua ketentuan tersebut, dapat diketahui bahwa jaminan erat hubungannya dengan masalah utang.Biasanya dalam perjanjian pinjam meminjam uang, pihak kreditur meminta kepada debitur agar menyediakan jaminan berupa sejumlah harta kekayaannya untuk kepentingan pelunasan utang, apabila setelah jangka waktu yang diperjanjikan ternyata debitur tidak melunasi.

Sesuai dengan tujuannya, barang jaminan bukan untuk dimiliki oleh kreditur, karena perjanjian utang piutang bukan perjanjian jual beli yang mengakibatkan perpindahan hak milik atas sesuatu barang. Barang jaminan dipergunakan untuk melunasi utang, dengan cara sebagaimana peraturan yang berlaku yaitu barang jaminan dijual lelang. Hasilnya untuk melunasi utang dan apabila masih ada sisanya dikembalikan kepada debitur.

Barang jaminan juga tidak selalu milik debitur.Undang-Undang memperbolehkan barang milik pihak ketiga asalkan pihak yang bersangkutan merelakan barangnya dipergunakan sebagai jaminan utang debitur.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diberikan pengertian bahwa jaminan adalah suatu perikatan antara kreditur dengan debitur, dimana debitur memperjanjikan sejumlah hartanya untuk pelunasan utang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, apabila dalam waktu yang ditentukan terjadi kemacetan pembayaran utang si debitur.32

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, mengemukakan bahwa hukum jaminan adalah mengatur konstruksi yuridis yang memungkinkan pemberian fasilitas

32Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis (Jakarta:

(21)

kredit, dengan menjaminkan benda-benda yang dibelinya sebagai jaminan. Peraturan demikian harus cukup meyakinkan dan memberikan kepastian hukum bagi lembaga-lembaga kredit, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Adanya lembaga jaminan dan lembaga demikian, kiranya harus dibarengi dengan adanya lembaga kredit dengan jumlah besar dengan jangka waktu yang lama dan bunga yang relatif rendah.33

Menurut R.Subekti bahwa jaminan yang ideal (baik) dapat terlihat dari:34 1. Dapat membantu memperoleh kredit bagi pihak yang memerlukannya.

2. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) sipenerima kredit untuk melakukan (meneruskan) usahanya.

3. Memberikan kepastian kepada kreditur dalam arti bahwa apabila perlu maka mudah diuangkan untuk melunasi hutang si debitur.

Menurut H.Salim HS bahwa hukum jaminan adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit.35 Unsur-unsur yang tercantum dalam definisi ini adalah:36

1. Adanya kaidah hukum

Kaidah hukum dalam bidang jaminan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kaidah hukum jaminan tertulis dan kaidah hukum jaminan tidak

33Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum

Jaminan dan Jaminan Perorangan, Cetakan Keempat(Yogyakarta: Liberty Offset Yogyakarta,

2007), hlm. 5.

34

R. Subekti, Op.Cit., hlm. 29.

35Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia(Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2004), hlm. 6.

(22)

tertulis.Kaidah hukum jaminan tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi.Sedangkan kaidah hukum jaminan tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum jaminan yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam masyarakat.Hal ini terlihat pada gadai tanah dalam masyarakat yang dilakukan secara lisan.

2. Adanya pemberi dan penerima jaminan

Pemberi jaminan pemberi jaminan adalah orang-orang atau badan hukum yang menyerahkan barang jaminan kepada penerima jaminan.Yang bertindak sebagai pemberi jaminan ini adalah orang atau badan hukum yang membutuhkan fasilitas kredit.Orang ini lazim disebut dengan debitur. Penerima jaminan adalah orang atau badan hukum yang menerima barang jaminan dari pemberi jaminan. Yang bertindak sebagai penerima jaminan ini adalah orang atau badan hukum.Badan hukum adalah lembaga yang memberikan fasilitas kredit dapat berupa lembaga perbankan dan atau lembaga keuangan non-bank.

3. Adanya jaminan

Pada dasarnya, jaminan yang diserahkan kepada kreditur adalah jaminan materiil dan jaminan imateril. Jaminan materil merupakan jaminan yang berupa hak–hak kebendaan, seperti jaminan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak.Jaminan imateril merupakan jaminan non-kebendaan.

4. Adanya fasilitas kredit

(23)

dalam arti bank atau lembaga keuangan non-bank percaya bahwa debitur sanggup mengembalikan pokok pinjaman dan bunganya.Begitu juga debitur percaya bahwa bank atau lembaga keuangan non-bank dapat memberikan kredit kepadanya.

Menurut hukum perdata terdapat dua jenis jaminan, yaitu:

1. Jaminan perorangan (Personal Guarantee), yaitu jaminan seseorang pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si debitur. Jaminan ini dapat dilakukan tanpa sepengetahuan si debitur. Menurut Prof. Subekti, oleh karena tuntutan kreditur terhadap seseorang penjamin tidak diberikan suatu “privilege” atau kedudukan istimewa dibandingkan atas tuntutan-tuntutan kreditur lainnya, maka jaminan perorangan ini tidak banyak di praktekkan dalam dunia perbankan.37 R. Tjiptoadinugroho menyebutkan jaminan perorangan ini dengan sebutan penanggungan utang yang artinya jaminan yang diberikan kepada kreditur, yang bukan benda melainkan perseorangan. Pihak ketiga yang tidak mempunyai kepentingan apa-apa baik terhadap debitur maupun kreditur, dengan sukarela menjadi seorang penanggung.38

37Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Op.Cit., hlm. 43.

38

R. Tjiptoadinugroho, Perbankan Masalah Perkreditaan (Jakarta: Penerbit Pradnya Paramita, 1990), hal. 166.

(24)

pokok. 39

a. Jaminan perorangan atas utang atau kewajiban sendiri yang timbul dari undang-undang maupun karena perjanjian, dan jika ditinjau dari sudut banyaknya orang yang bertindak sbagai penjamin data dibedakan menjadi:

Kemudian jaminan perorangan ini dibagi atas 2 bagian yang dikemukakan dalam seminar Badan Pembinaan Hukum Nasional, yang terdiri dari:

1) Jaminan perorangan tunggal atas utang atau kewajiban sendiri yang timbul karena undang-undang, misalnya yang diatur dalam Pasal 1131, 1132, 1139, dan 1149 KUHPerdata.

2) Jaminan perorangan jamak atas utang atau kewajiban sendiri yang timbul karena undang-undang, seperti yang diatur dalam Pasal 18, 19, dan 47 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang(selanjutnya disebut KUHDagang).

3) Jaminan perorangan tunggal atas utang atau kewajiban sendiri yang timbul karena perjanjian, seperti misalnya seorang penjual barang-barang yang menjamin (memberikan garansi) terhadap barang-barang yang dijualnya atas kerusakan-kerusakan dalam jangka waktu tertentu.

4) Jaminan perorangan jamak atas utang atau kewajiban sendiri yang timbul karena perjanjian (penanggungan solider), misalnya apabila terjadi utang-piutang antara seorang kreditur dengan beberapa orang debitur dengan perjanjian tanggung-menanggung.

39

(25)

b. Jaminan perorangan atas utang atau kewajiban orang lain yang timbul karena adanya perjanjian dimana seseorang mengikatkan dirinya untuk menjamin utang atau kewajiban orang lain, seperti borgtocht (Pasal 1820 KUHPerdata), aval (Pasal 129-131 KUHDagang), penanggungan solider atau tanggung-menanggung (hoofdelijkheid).

2 Jaminan kebendaan merupakan suatu tindakan berupa suatu penjaminan yang dilakukan oleh kreditur terhadap debiturnya, atau antara kreditur dengan seorang pihak ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari debitur.Pemberian jaminan kebendaan ini selalu berupa pemisahan suatu bagian dari harta kekayaan pemberi jaminan guna pemenuhan/pelunasan utang debitur sendiri ataupun kekayaan pihak ketiga. Menurut ketentuan yang berlaku, benda yang digunakan sebagai jaminan dapat dibagi dalam dua bagian yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak. Apabila yang digunakan sebagai jaminan adalah benda bergerak baik berwujud atau tidak berwujud haruslah diasuransikan sesuai dengan sifat jaminan tersebut, misalnya piutang, surat berharga atau saham.

Jaminan kebendaan mempunyai ciri-ciri “kebendaan” dalam arti memberikan hak mendahului di atas benda-benda tertentu dan mempunyai sifat melekat dan mengikuti benda yang bersangkutan.Sedangkan jaminan perorangan tidak memberikan hak mendahului atas benda-benda tertentu, tetapi hanya dijamin oleh harta kekayaan seseorang lewat orang yang menjamin pemenuhan perikatan yang bersangkutan.40

(26)

Kegunaan jaminan kredit adalah untuk:41

1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dari agunan apabila debitur melakukan cidera janji, yaitu untuk membayar kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

2. Menjamin agar debitur berperan serta dalam transaksi untuk membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha dan proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk berbuatdemikian dapat diperkecil. 3. Memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi janjinya, khusunya

mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar debitur dan/atau pihak ketiga yang ikut menjamin tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.

Penanggungan diatur dalam Pasal 1820 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “penanggungan adalah suatu persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si berutang manakala orang itu sendiri tidak memenuhinya.”

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menggunakan istilah penanggungan, namun selain dari istilah tersebut terdapat juga istilah lain yang sama artinya dengan penanggungan digunakan oleh Subekti, R. Tjitrosudibio, Sri Soedewi, dan Suhariman Yaya Wijaya menggunakan istilah “Penanggungan utang daan Resiko Penanggungan”. Sedangkan Karto memakai istilah “Penanggungan utang dan Penanggungan”. Selain itu penanggungan dalam Bahasa Belanda

(27)

disebut “Borgtocht” dan dalam Bahasa Inggris disebut sebagai “guaranty”. Dan orang yang melakukan penanggungan itu disebut penanggung, borg, boreg, atau

guarantor.42

Hal ini jelas bahwa harus tetap ada perjanjian pendahuluan atau perjanjian pokok yang menjadi landasan atau dasar terbentuknya perjanjian penanggungan ini. Karena bila tidak maka perjanjian penanggungan ini akan menjadi sebuah perjanjian yang tanpa sebab dan akibatnya dapat batal. Kemudian dapat kita lihat Berdasarkan Pasal 1823 ayat (1) KUHPerdata dinyatakan bahwa “seorang dapat memajukan diri sebagai penanggung dengan tidak telah diminta untuk itu oleh seseorang. Dengan siapapun iamengikatkan dirinya, bahkan diluar pengetahuan orang itu. Walaupun hal ini jarang kita jumpai dalam praktek.Sedangkan dalam ayat (2) menyebutkan bahwa “yang diperbolehkan juga untuk menjadi penanggung tidak saja untuk si berutang utama, tetapi juga untuk seseorang pananggung orang itu.” Menurut ketentuan pasal ini bahwa seseorang diperbolehkan untuk menanggung pemenuhan kewajiban oleh seseorang penanggung yang telah ada sebelumnya atau penanggung pertama, dalam praktek disebut sub penanggung atau sub borgatau sub guarantor.

Adapun penanggungan ini adalah bersifat accesoir, yang berarti bahwa perjanjian penanggungan ini dapat terjadi atau terbentuk karena adanya perjanjian pendahuluan atau perjanjian pokok. Perjanjian pokok ini dapat diartikan sebagai perjanjian yang pemenuhannya ditanggung atau dijamin dengan adanya perjanjian penanggungan yang akan lahir kemudian.

42J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Pribadi tentang Perjanjian Penanggungan

(28)

adanya kemungkinan yang berarti diperbolehkannya diadakan suatu perjanjian penanggungan terhadap suatu perjanjian pokok yang dapat dimintakan pembatalannya, misalnya suatu perjanjian pokok yang diadakan oleh seorang yang menurut hukum tidak cakap.Dalam hal ini jelas apabila perjanjian pokok batal maka secara otomatis perjanjian penanggungan itu juga dapat ikut batal.

Namun seorang penanggung tidak dapat mengikatkan untuk syarat-syarat yang lebih berat daripada perjanjian pokok, artinya perjanjian penanggungan ini hanya dapat dibentuk dan sebagai suatu keseluruhan syarat dalam perjanjian pokok.Namun tidak boleh melebihi dari perjanjian pokok.Namun tidak boleh melebihi dari perjanjian pokok. Seperti yang disebutkan bahwa tidak mungkin ada

borgtocht untuk kewajiban perikatan yang isinya lain daripada menyerahkan

sejumlah uang atau melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Orang hanya menjamin perikatan sekunder yang muncul dari perikatan bersangkutan.43

Perjanjian penanggungan ini tidak harus dibuat pada saat yang sama dengan perjanjian pokok, untuk mana diberikan penanggungan. Dan tidak tertutup

Hal ini tidak akan mengakibatkan batal secara langsung terhadap perjanjian pertanggungan itu, melainkan perjanjian pertanggungan itu hanya sah sebatas seperti apa yang diliputi atas syarat dari perjanjian pokok, selain tidak sah. Hal ini logis bila kita melihat dari sifat perjanjian penanggung itu sendiri, juga didukung oleh dasar bahwa suatu perikatan dalam suatu perjanjian yang sifatnya mengabdi kepada suatu perjanjian pokok, tidak bisa melebihi perikatan-perikatan yang diterbitkan oleh perjanjian pokok itu.

(29)

kemungkinan, bahwa penanggungan baru diberikan lama sesudah perjanjian pokok ada.Bisa saja merupakan perjanjian yang ditambahkan kemudian.Akan tetapi, dalam praktek sering ditemui perjanjian penanggungan ini dulu ada daripada perjanjian pokok. Yang demikian sering diisyaratkan oleh krediturnya, sebab khawatir kalau setelah perjanjian kredit ditandatangani dan uangnya telah diberikan kepada debitur utama, borg ingkar janji untuk memberikan penanggungannya. Dalam hal perjanjian penanggungan lahir lebih dahulu daripada perjanjian penanggungan, maka perjanjian itu telah lahir, tetapi sesuai dengan sifat accesoirnya perjanjian ini belum mempunyai daya kerja.Dengan begitu perjanjian pokoknya lahir, maka perjanjian penanggungan ini langsung hidup.

(30)

C. Prosedur Pemberian Kredit dengan Jaminan Perorangan

Bank merupakan salah satu sumber penyedia dana yang diantaranya dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat atau perorangan dan badan usaha guna memenuhi kebutuhan konsumsi atau untuk meningkatkan produksi. Seiring dengan semakin pesatnya persaingan usaha bank dalam penyaluran kredit, sehingga bank dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan produk kredit yang disesuaikan dengan perkembangan dan kondisi kebutuhan masyarakat. Dengan beragamnya produk kredit ini, masyarakat konsumen mempunyai banyak kesempatan untuk memilih produk yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian aktivitas perekonomian dalam masyarakat pun meningkat, yang juga akan mendorong peningkatan kinerja perbankan.44

Berdasarkan penjelasan Pasal 11 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia (selanjutnya disebut Undang-Undang Bank Pemberian kredit adalah merupakan salah satu usaha dari bank, termasuk juga usaha yang dilakukan oleh bank yaitu menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan tabungan, deposito dan giro yang kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat melalui pemberian kredit.Pasal 29 ayat (3) Undang-Undang Perbankan selanjutnya mengatur bahwa “dalam memberikan kredit, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakaan danaanya kepadanya.

(31)

Indonesia) menyebutkan bahwa “dalam pemberian kredit harus memenuhi dasar pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia yang memuat antara lain:

1. Persyaratan dan tata cara pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip kehati-hatian dan kepercayaan, termasuk didalamnya persyaratan bank penerima. Dalam rangka meneliti pemenuhan kesehatan bank tersebut, Bank Indonesia melakukan pemeriksaan bank calon penerima kredit atau pembiayaan.

2. Jangka waktu, tingkat suku bunga atau nisbah bagi hasil dan biaya lainnya. 3. Jenis agunan berupa surat berharga dan/atau tagihan yang mempunyai

peringkat tinggi.

4. Tata cara pengikatan agunan.

Prosedur pemberian kredit sebagaimana diatur dalam Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/26/DKBU tanggal 19 September 2012 dijelaskan sebagai berikut:

(32)

2. Tata cara dalam pemberian kredit paling tidak harus mengikuti beberapa tahapan yaitu:

a. Untuk mendapatkan kredit terlebih dahulu calon nasabaah diharuskan mengajukan permohonan kredit. Pengajuan permohonan kredit harus mencantumkan dan melengkapi dokumen administrasi kredit.

b. Setelah dokumen kredit diterima oleh bank, calon nasabah diminta untuk member keterangan-keterangan tambahan yang dapat menjelaskan isi dari berbagai dokumen yang disampaikannya kepada bank. Keterangan-keterangan tersebut bisa disampaikan secara lisan maupun wawancara tertulis sesuai dengan informasi maupun data yang diminta oleh petugas bank.

c. Selanjutnya petugas bank melakukan analisis kredit berdasarkan pedoman yang sudah ditentukan oleh pihak bank.

d. Apabila sudah dilakukan analisis kredit yang dilakukan oleh bank, maka selanjutnya adalah mengambil keputusan berupa menolak, menyetujui dan/atau mengusulkan permohonan kredit kepada pejabat yang lebih tinggi. e. Jika permohonan kredit disetujui maka dilakukan pencairan kredit.

Pada umumnya pihak bank telah menyediakan formulir kredit tertentu disertai syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pemohon kredit.Meskipun pemohon kredit sudah memenuhi syarat-syarat yang diajukan, belum tentu pihak bank memberikan fasilitas kredit.Pihak bank harus meneliti dan menganalisa keadaan pemohon kredit terlebih dahulu.45

(33)

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk unit Credit Operations Regional I Medan dalam melaksanakan pemberian kredit kepada masyarakat telah mempunyai standar yang harus dilaksanakan yaitu prosedur perkreditan yang sehat yang disusun sesuai SK Direksi Bank Indonesia Nomor 27/162/DIR tanggal 31 Maret 1995 tentang Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Arif Budi Agustanto selaku Team Leader di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk unit Credit Operations Regional I Medan, prosedur pemberian kredit dengan jaminan perorangan adalah sebagai berikut:46

1. Permohonan aplikasi kredit

Agar suatu kredit dapat terealisasi dengan baik tentunya hal ini harus melalui prosedur yang dimulai dengan adanya suatu permohonan kredit dari pihak calon debitur.Permohonan kredit ini merupakan tahap awal yang sangat penting sebelum dilakukan analisis kredit. Untuk menghindari kekeliruan yang dapat menimbulkan masalah dikemudian hari, maka atas setiap permohonan kredit harus diperiksa dan diteliti tentang:

a. Kelengkapan data-data dan dokumen yang diperlukan b. Kebenaran data-data dan dokumen yang diperlukan c. Segi hukum dari dokumen yang diserahkan.

Calon debitur datang ke bank mengajukan permohonan kredit secara tertulis dalam suatu proposal.Proposal kredit harus dilampiri dengan dokumen-dokumen lainnya yang dipersyaratkan.Dokumen dimaksud penting bagi bank

46Wawancara dengan Bapak Arif Budi Agustanto selaku Team Leader di PT. Bank

(34)

untuk menilai keadaan dan kemampuan debitur, sehingga menimbulkan rasa kepercayaan bank dalam member kreditnya. Yang perlu diperhatikan dalam setiap pengajuan proposal suatu kredit hendaknya yang berisi keterangan tentang:

1) Riwayat hidup dari calon debitur atau identitas calon debitur 2) Tujuan pengambilan kredit

3) Bidang usaha debitur

4) Besarnya kredit dan jangka waktu

5) Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari penghasilannya atau dengan cara lainnya

6) Jaminan kredit yang diberikan dalam bentuk surat atau sertifikat penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa palsu dan sebagainya, biasanya setiap jaminan diikat dengan asuransi tertentu.

Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak Bank Mandiri seperti:

a) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk, Surat Nikah dan Kartu Keluarga calon debitur, Kartu Tanda Penduduk Suami/Istri calon debitur.

b) Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak. c) Keterangan penghasilan calon debitur. d) Fotocopy sertifikat yang dijadikan jaminan:

(35)

(2)Fotocopy Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor apabila jaminan berupa kendaraan bermotor

e) Fotocopy PBB f) Fotocopy SIUP g) Pas foto

h) Neraca Rugi Laba Perusahaan 2. Penyelidikan berkas pinjaman

Setelah pengajuan proposal dan berkas-berkas, tahap selanjutnya adalah penyelidikan dokumen-dokumen yang diajukan pemohon kredit.Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan lengkap sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau belum cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan berkas adalah membuktikan kebenarann dan keaslian dari berkas-berkas yang ada, seperti kebenaran dan keaslian Akta Notaris, Tanda Daftar Perusahaan, Kartu Tanda Penduduk dan surat-surat jaminan seperti Sertifikat Tanah, Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor ke instansi yang berwenang mengeluarkannya. Kemudian jika asli dan benar maka pihak Bank mencoba mengkalkulasi apakah jumlah kredit yang diminta memang relevan dengan kemampuan nasabah untuk membayar.

(36)

Penilaian layak atau tidak suatu kredit disalurkan maka perlu dilakukan suatu penilaian kredit. Penilaian kelayakan suatu kredit dapat dilakukan dengan menggunakan analisis 5C’s namun untuk kredit yang lebih besar jumlahnya perlu dilakukan metode penilaian dengan studi kelayakan. Dalam studi kelayakan ini setiap aspek dinilai apakah memenuhi syarat atau tidak. Adapun aspek-aspek tang dinilai dalam pemberian suatu kredit adalah:

a. Dari segi character (Watak)

Penilaiannya meliputi riwayat hidup calon debitur, mencakup reputasi calon debitur di lingkungan bisnis/usahanya dan riwayat hubungan calon debitur dengan bank, serta riwayat hubungan calon debitur dengan penjamin (pihak ketiga).

b. Dari segi capacity (Kemampuan)

Penilaiannnya meliputi pengalaman dari calon debitur dan penjamin (pihak ketiga) dalam mengelola usahanya, termasuk sumber daya manusia yang dimilikinya.

c. Dari segi capital (Modal)

Penilaiannnya keuangan perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan yaitu Neraca dan Laporan Rugi dan Laba 3 tahun terakhir.

d. Dari segi collateral (jaminan)

Penilaiannya meliputi barang-barang jaminan yang diserahkan oleh calon debitur kepada bank sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya.

(37)

Medan, bahwa kriteria barang jaminan yang harus diserahkan calon debitur adalah:47

1) Benar-benar milik calon debitur atau penjamin/pihak ketiga yang bersedia menjaminkan kepada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

2) Tidak dalam kondisi dijaminkan kepada pihak lain, tidak dalam sengketa, atau disita dalam suatu kasus perkara di pengadilan.

3) Memiliki bukti kepemilikan yang sah dan masih berlaku serta telah mempunyai kekuatan hukum.

4) Secara fisik tidak mudah rusak. 5) Secara legal diijinkan

6) Memiliki nilai yang lebih besar dari jumlah nilai fasilitas kredit. e. Dari segi condition of economy (keadaan ekonomi)

Menilai keadaan usaha dari calon debitur, serta keadaan penjamin/pihak ketiga pada masa kredit berlangsung.

4. Wawancara Pertama

Tahap pertama yang dilakukan kepada calon debitur dengan cara berhadapan langsung dengan calon debitur. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keyakinan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti yang Bank inginkan.Wawancara ini juga dimaksudkan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya.

5. Peninjauan ke lokasi (On The Spot)

47Wawancara dengan Bapak Fajar Syahputra selaku Pelaksana Kredit di PT. Bank

(38)

Setelah memperoleh keyakinan atas keabsahan dokumen dari hasil penyelidikan dan wawancara maka langkah selanjutnya adalah melakukan peninjauan ke lokasi yang menjadi objek kredit.Kemudian hasil peinjauan ke lapangan dicocokkan dengan hasil wawancara pertama. Pada saat melakukan peninjauan ke lapangan tidak dilakukan pemberitahuan terlebih dahulu kepada calon debitur agar apa yang dilihat dilapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Tujuan peninjauan ke lapangan adalah untuk memastikan bahwa obyek yang dibiayai benar-benar ada dan sesuai dengan apa yang tertulis dalam proposal.

6. Wawancara Kedua

Hasil peninjauan ke lapangan dicocokkan dengan dokumen yang ada serta hasil wawancara pertama dalam wawancara kedua.Wawancara kedua merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat dilakukan peninjauan ke lokasi di lapangan.

7. Keputusan kredit

Setelah melalui berbagai penilaian mulai dari kelengkapan dokumen keabsahan dan keaslian dokumen serta penilaian yang meliputi seluruh aspek studi kelayakan kredit maka langkah selanjutnya adalah keputusan kredit. Keputusan kredit adalah menentukan apakah kredit layak untuk diberikan atau ditolak, jika layak maka dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit akan mencakup:

(39)

c. Jangka waktu kredit

d. Dan biaya-biaya yang harus dibayar.

8. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya

Sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon debitur menandatangani akad kredit, kemudian mengikat jaminan kredit dengan borgtocht atau menandatangani perjanjian lain yang dianggap perlu. Penandatanganan akad kredit dilakukan antara bank dengan debitur dan penjamin/pihak ketiga secara langsung atau melalui notaris.

9. Realisasi kredit

Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan pada PT. Bank Mandiri. Dengan demikian penarikan dana kredit dapat dilakukan melalui rekening yang telah dibuka. Pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dapat diambil sesuai dengan tujuan kredit.

D. Hak dan Kewajiban Para Pihak

Berdasarkan literatur hukum perbankan (BankingLaw) dikemukakan bahwa The relationship between a banker and his customer is also one of

contract. It consists of a general contract and special contracts (such as giving

advice on investment to the customer) and other duties, e.g. the banker duty of

(40)

nasabah adalah suatu perjanjian (kontrak) yang berarti para pihak dalam hal ini bank dan nasabah debitur mempunyai hak dan kewajiban.48

1. Bank

Para pihak dalam pemberian kredit pada dasarnya hanya dua, yaitu pihak kreditur (bank) dan pihak debitur. Namun masalahnya akan menjadi lain apabila barang jaminan diberikann oleh pihak ketiga yang turut serta menandatangani perjanjian kredit (hutang piutang) atau personal guarantee diberikan oleh pihak ketiga. Jadi di sini pihak ketiga bertindak sebagai penjamin.

Adapun para pihak dalam pemberian kredit kredit perbankan dengan jaminan perorangan adalah:

Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan suatu negara.Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya.

Setelah mengumpulkan dana, maka bank menyalurkan dana tersebut melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan oleh bank. Bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bank adalah usaha dibidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang dimasyarakat, terutama pemberian kredit dan jasa di lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Rumusan mengenai pengertian bank yang lain, dapat juga kita temui dalam kamus istilah

(41)

hukum Fockema Andreae yang mengatakan bahwa bank adalah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga.49 G.M. Verryn Stuart dalam bukunya Bank Politik, berpendapat bahwa: “bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.50

a. Perseroan terbatas.

Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perbankan menjelaskan bahwa pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pasal 21 ayat 1 Undang-Undang Perbankan menyatakan bahwa bentuk badan hukum suatu bank umum dapat berupa:

b. Koperasi.

c. Perusahaan daerah.

Ketiga bentuk badan hukum dari suatu bank tersebut dapat disimpulkan bahwa bank umum wajib berbentuk sebagai badan hukum.Oleh karena itu, tunduk dan berlaku doktrin-doktrin hukum badan hukum.

Doktrin hukum mengemukakan adanya 4 (empat) unsur suatu badan hukum dianggap sebagai badan hukum, yaitu sebagai berikut:51

49

Hermansyah, Op.Cit.,hlm. 8.

50Ibid. hlm. 8.

51

(42)

1) Harus ada kekayaan yang terpisah, lepas dari kekayaan anggotanya; 2) Mempunyai tujuan tertentu;

3) Adanya kepentingan yang diakui dan dilindungi oleh hukum; 4) Adanya organisasi yang teratur.

Adapun hak dan kewajiban bank secara umum adalah sebagai berikut:52 a) Hak bank:

(1)Mendapatkan provisi terhadap layanan jasa yang diberikan kepada nasabah.

(2)Menolak pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan yang telah disepakati bersamaa.

(3)Melelang agunan dlam hal nasabah tidak mampu melunasi kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan akad kredityang telah ditanda tangani kedua belah pihak.

b) Kewajiban bank:

(1)Mengembalikan agunan ketika kredit telah lunas.

(2)Menjamin kerahasiaan identitas nasabah beserta dana yang disimpannya di bank, kecuali ketika peraturan perundang-undangan menentukan lain.

(3)Mengganti kedudukan debitur dalam hal nasabah tidak mampu melaksanakannya kepada pihak ketiga.

(4)Memberikan laporan kepada nasabah terhadap perkembangan dananya di bank.

(43)

2. Nasabah

Bank dalam menjalankan fungsinya sebagai perantara keuangan (financial

intermediary) yaitu usaha menghimpun dan menyalurkan dana tersebut, bank

harus menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Pihak-pihak yang bekerjasama dengan bank tersebut disebut sebagai nasabah.Bank harus bisa menjaga kepercayaan masyarakat karena bank merupakan suatu lembaga yang sangat bergantung kepada kepercayaan dari masyarakat, terutama nasabahnya dalam menjalankan kegiatan usahanya dengan baik.

Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Perbankan, yaitu pihak yang menggunakan jasa bank. Rumusan ini kemudian diperinci pada angka berikutnya, sebagai berikut :

a. Nasabah penyimpan dana adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. (Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Perbankan).

b. Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan (Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Perbankan). Dilihat dari jenis subjek hukum dari pihak nasabah, maka terdapat dua jenis subjek hukum, yakni dapat berupa orang dan badan hukum.

Hak dan kewahiban nasabah antara lain:53 1) Hak Nasabah:

(44)

a) Mendapatkan layanan jasa yang diberikan oleh bank.

b) Mendapat laporan atas transaksi yang dilakukan melalui bank. c) Menuntut bank dalam hal pembocoran rahasia nasabah. d) Mendapat agunaan kembali setelah agunan lunas.

e) Mendapat sisa uang pelelangan dalam hal agunan dijual untuk melunasi kredit yang tak terbayar.

2) Kewajiban Nasabah:

a) Mengisi dan menandatangani formulir yang disediakan oleh bank, sesuai dengan layanan jasa yang diinginkan oleh nasabah.

b) Melengkapi persyaratan yang ditentukan oleh bank. c) Membayar provisi yang telah ditentukan oleh bank. d) Menyetor dana awal yang telah ditentukan oleh bank. 3. Pihak Ketiga (Penjamin)

Pihak ketiga sangat berperan penting dalam perjanjian kredit dengan jaminan perorangan.Hal ini disebabkan pihak ketiga bertanggung jawab dalam melunasi hutang debitur apabila debitur tidak mampu melunasi hutangnya (wanprestasi).Biasanya pihak ketiga yang bersedia menjadi penjamin karena memiliki hubungan atau kepentingan bisnis/ekonomidengan debiturnya.Adanya penjaminan hutang adalah untuk kepentingan kreditur sehingga merupakan perjanjian antara kreditur dengan pihak ketiga.54

54Sutarno, Op.Cit.,hlm. 245.

(45)

a. Kreditur meminta kepada debitur untuk menyediakan seorng penjamin, sehingga adanya penjaminan ini diketahui oleh debitur. Debitur yang mengusulkan adanya seorang penjamin.

b. Kreditur langsung mengadakan perjanjian penjaminan dengan pihak ketiga, tanpa atau diluar pengetahuan debitur. Hal ini tidak dilarang undang-undang.

Adapun hak dan kewajiban pihak ketiga antara lain: 1) Hak pihak ketiga:

a) Pihak ketiga berhak mengajukan tangkisan yang tertuang dalam Pasal 1848 dan Pasal 1850 KUHPerdata. Hak ini lahir dari perjanjiaan penjaminan. Dalam hak ini pihak ketiga memiliki hak untuk mengajukan tangkisan yang dapat dipakai oleh debitur kepada kreditur terkecuali tangkisan yang hanya mengenai pribadinya debitur (tertuang dalam Pasal 1847 KUHPerdata).

b) Pihak ketiga berhak untuk tidak mengikatkan diri bersamaa-sama dengan debitur secara tanggung-menanggung.

2) Kewajiban pihak ketiga:

a) Kewajiban pihak ketiga bersifat subside dalaam ati kewajiban pemenuhan utang debitur tejadi maanakaala debitur tidak memenuhi utangnya.

(46)

Selanjutnya, pengaturan hak dan kewajiban para pihak dalam jaminan perorangan yang berdasarkan perjanjian kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk unit Credit Operations Regional I Medan adalah sebagai berikut:

Hak kreditur (bank):55

1. Bank atau pihak lain yang ditunjuk oleh bank berhak untuk setiap waktu memasuki tanah dan bangunan dan atau tempat-tempat dimana barang agunan/jaminan berada, memeriksa keadaannya, termasuk tetapi tidak terbatas pada, hak untuk melakukan semua perbuatan yang seyogyanya harus dilakukan oleh debitur selaku pemiliknya.

2. Bank berhak untuk mengalihkan hak-haknya dalam perjanjian kredit kepada pihak ketiga baik secara subrogasi maupun cessie, hal mana telah diketahui dan disetujui oleh debitur dengan menandatangani perjanjian kredit dan syarat-syarat umum, sehingga pemberitahuan atau persetujuan lebih lanjut tidak diperlukan. Debitur dengan ini menyatakan bahwa tidaka akan mengubah dan atau menarik kembali persetujuannya terhadap hak bank untuk mengalihkan hak-haknya dalam perjanjian kredit.

3. Jika setelah ditandatanganinya perjanjian kredit, bank mengetahui/mendengar/ mendapat informasi sehubungan dengan keadaan atau status agunan/jaminan yang menurut pertimbangan bank dapat merugikan kepentingan bank, maka bank berhak atas pertimbangan sendiri, untuk menuntut bahwa:

a. Jumlah terhutang wajib dibayar oleh debitur dengan sekaligus dan seketika setelah tagihan pertama bank; atau

(47)

b. Jika fasilitas kredit sama sekali belum dicairkan, bank berhak mengakhiri perjanjian kredit secara sepihak.

4. Bank berhak segera melaksanakan eksekusi jaminan dan/atau melaksanakan hak-haknya atas jaminan berdasarkan perjanjian kredit, syarat-syarat umum, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, apabila terjadi suatu (keadaan-keadaan) lalai. Syarat-syarat umum dan debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya untuk melakukan pembayaran atas jumlah terhutang secara seketika dan sekaligus lunas atas tagihan pertama bank. Setiap pembayaran sebagian dari jumlah terhutang setelah disampaikannya tagihan dari bank untuk pelunasan secara seketika dan sekaligus lunas, tidak menghalangi hak bank untuk melaksanakan eksekusi jaminan dan pelaksanaan hak-haknya atas jaminan.

5. Jika debitur berdasarkan bukti yang ada pada bank tidak membayar jumlah terhutang pada saat jatuh tempo atau membayar tetapi tidak dalam jumlah sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perjanjian kredit, maka bank berhak tanpa persetujuan dan pemberitahuan lebih dahulu kepada debitur untuk menghentikan seketika seluruh fasilitas kredit yang diperoleh debitur berdasarkan perjanjian kredit maupun fasilitas kredit dan/atau fasilitas lain yang telah lebih dahulu dan/atau masih akan diterima debitur dari bank.

(48)

Kewajiban kreditur (bank):56

1. Memberikan layanan termasuk dalam hal pemberian kredit.

2. Melakukan pemeriksaan kelengkapan atas dokumen legalitas yang diajukan oleh calon debitur.

3. Memberikan pinjaman kredit kepada debitur berdasarkan penilaian bank. 4. Melakukan penilaian atas objek agunan yang akan dijadikan sebagai jaminan

kredit.

5. Melakukan analisa terhadap permohonan kredit yang dimohonkan calon debitur.

6. Dalam memberikan kredit untuk melakukan kegiatan usaha, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan debitur. 7. Dalam pelaksanaan jaminan perorangan, bank wajib mempunyai keyakinan

atas kemampuan dan kesanggupan debitur dan penjamin (pihak ketiga) untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang dijanjikan.

8. Melepaskan hak debitur apabila kredit telah lunas. Hak debitur (nasabah):57

1. Mendapatkan kredit sesuai dengan yang disetujui oleh bank. 2. Mendapatkan pelayanan atas transaksi keuangannya.

3. Debitur berhak dan berwenang sepenuhnya secara sah untuk membuat perjanjian kredit dan dokumen agunan serta melaksanakan semua kewajibannya berdasarkan perjanjian kredit dan dokumen agunan mengikat

56

Wawancara dengan Bapak Arif Budi Agustanto selaku Team Leader PT. Bank Mandiri (persero) Tbk unit Credit Operations Regional I Medan.

57Wawancara dengan Bapak Arif Budi Agustantoselaku Team Leader PT. Bank Mandiri

(49)

debitur dengan sah serta dapat dilaksanaakan dan dieksekusikan terhadap debitur sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian kredit.

4. Debitur berhak meminta dan memperoleh penjelasan dari bank atas syarat dan ketentuan yang tercantum di dalam perjanjian kredit, sehingga debitur sepenuhnya mengetahui dan mengerti serta menyetujui semua syarat dan ketentuan dalam perjanjian kredit.

5. Jika debitur memiliki dana dalam bentuk apapun pada bank atau masih ada dana dalam rekening debitur pada bank, maka jika terjadi kejadian kelalaian, debitur dengan ini berhak memberikan kuasa kepada bank untuk menggunakan dana tersebut guna melunasi jumlah terhutang.

6. Debitur berhak untuk menguasai kembali jaminan apabila kredit telah lunas. Kewajiban debitur (nasabah):58

1. Membayar bunga perbulan.

2. Membayar administrasi, provisi, asuransi, dan biaya-biaya lain yang timbul dari kredit yang disepakati (biaya pengikatan notaris)

3. Memberikan kepada bank secara tertulis informasi tambahan dan penjelasan tentang keadaan keuangan debitur sebagaimana sewaktu-waktu diminta secara tertulis oleh bank melalui kuasanya atau pihak yang ditunjuk oleh bank.

4. Mengizinkan petugas dan/atau kuasa/wakil bank atau pihak lain yang ditunjuk oleh bank untuk sewaktu-waktu memeriksa pembukuan debitur dan bukti-bukti yang terkait, memeriksa barang agunan maupun tempat tinggal debitur dan atau tempat-tempat lain yang dianggap perlu oleh bank.

58Wawancara dengan Bapak Arif Budi agustanto selaku Team Leader PT. Bank Mandiri

(50)

5. Bersedia untuk dilakukan penilaian ulang oleh pihak kreditur

6. Debitur harus menggunakan produk PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

7. Debitur harus menyerahkan seluruh assetnya apabila terjadi wanprestasi sampai dengan jumlah pelunasan.

Hak penjamin (pihak ketiga):59

1. Hak si penjamin untuk menuntut agar harta kekayaan debitur disita dan dieksekusi terlebih dahulu untuk melunasi utangnya. Dan apabila hasil eksekusi tidak mencukupi untuk melunasi utangnya, maka harta si penjamin yang kemudian akan dieksekusi.

2. Hak si penjamin untuk tidak mengikatkan diri bersama-sama dengan debitur secara tanggung-menanggung.

3. Penjamin berhak memperoleh informasi dari debitur dan kreditur tentang

performance atas fasilitas kredit yang diberikan.

4. Penjamin berhak memperoleh informasi atas kegiatan usaha debitur.

5. Penjamin berhak meminta kepada kreditur untuk dibebaskan dari kedudukannya sebagai seorang penjamin jika terdapat alasan untuk itu.

Kewajiban penjamin (pihak ketiga):60

1. Membayar hutang si debitur jika si debitur melakukan wanprestasi atau terjadi kredit macet.

2. Membayar hutang dengan uang dari harta milik pribadi atau dari hasil penjualan asset milik penjamin.

59

Wawancara dengan Bapak Fajar Syahputra selaku Pelaksana Kredit di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk unit Credit Operations Regional I Medan.

60Wawancara dengan Bapak Fajar Syahputra selaku Pelaksana Kredit di PT. Bank

Referensi

Dokumen terkait

Realisasi indikator kinerja pada tahun 2016 telah sesuai dengan target. jangka menengah yang ditetapkan dalam Rencana Strategis

Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru |alur selelsi Mandiri (SM). Program D3 Universitas Negeri Yogyakarta memberikan penghargaan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Operasional

PENGURUS BUKU JURNAL MEDIA KOMUNIKASI OLAHRAGA (MEDIKORA) PRODI IKOR JUR.USAN PKR FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN

Dalam bidang pemasaran jasa, pengelolaan jasa harus selalu berhadapan langsung dengan pemakai jasa sehingga perusahaan jasa dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang

Results of the analysis of genetic distance showed that kuantan and pesisir cattle might be grouped into Bos indicus because it had a genetic distance of 0.000 in

[r]

Penggabungan turbin overshot dengan turbin savonius tipe L mampu mengkonversi energi air dan angin secara bersamaan sehingga menghasilkan output tegangan yang