BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Zinc Pyrithione
Zinc pyrithione memiliki struktur kimia:
Gambar 1. Struktur kimia zinc pyrithione
Zinc pyrithione (ZPT, seng bis(2-pyridylthio)-N-oksida) merupakan bahan aktif dalam sebagian besar produk perawatan rambut sehari-hari (shampo, conditioner, dan lain-lain), yang memiliki manfaat sebagai anti ketombe, bersifat
anti mikotik atau fungisid, bakterisid, dan mencegah agregasi sel korneosit menjadi serpihan yang tampak sebagai ketombe (Shih et al., 2003).
Zinc pyrithione merupakan senyawa kimia yang terdapat pada shampo anti ketombe yang beredar di pasaran. Zinc pyrithione yang memiliki rumus empiris C10H8N2O2S2Zn sering dikenal dengan nama dagang Zinc Omadine atau Vancide
ZP. Zinc pyrithione berbentuk bubuk berwarna putih atau kuning memiliki berat jenis 1,782 pada suhu 25°C juga memiliki kelarutan rendah pada air, namun dapat larut terhadap benzene dan chloroform (SCCNFP, 2002).
tempat bersarang jamur sehingga dapat mengurangi jumlah organisme Pityrosporum ovale (Schwartz et al., 2011).
Senyawa ini digunakan pada konsentrasi 0,5 sampai 2% dalam shampo (Polano, M.K., 1987). Dalam peraturan Ka Badan POM No. HK.03.1.23.08.11.07517, kadar zinc pyrithione sebagai anti ketombe dibatasi 2% untuk produk dibilas dan 0,1% produk non bilas (BPOM RI, 2011). Efek samping yang terjadi apabila kadarnya melebihi jumlah maksimum yang disarankan yaitu dermatitis pada kulit kepala, kerusakan rambut (rambut rontok, berubah warna dan patah-patah), serta pemakaian jangka panjang dan terus-menerus dapat menyebabkan efek samping sistemik (Mohanty et al., 2010).
Limbah dari produk perawatan rambut yang mengandung ZPT juga dapat mencemari lingkungan. Studi toksikologi baru-baru ini menemukan adanya senyawa ZPT pada sampel ikan (Shih et al., 2003). Penelitian di Jepang melaporkan bahwa zinc pyrithione pada dosis sublethal dilaporkan bersifat teratogenik dan toksik pada ikan medaka (Maryanti dkk., 2014).
2.2 Shampo
2.2.1 Definisi shampo
Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala dari segala macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel - sel yang sudah mati dan sebagainya (Tranggono dan Latifah, 2007).
bentuk yang sesuai untuk digunakan, dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada kulit kepala tanpa mempengaruhi keaslian dan kesehatan rambut si pemakai, sehingga didapat rambut yang harum, berkilau, halus dan mudah diatur (Mita dkk., 2009).
2.2.2 Macam - macam shampo
Macam - macam shampo berdasarkan kegunaanya antara lain (Mita dkk., 2009) :
a. Shampo untuk rambut diwarnai dan dikeriting.
Shampo ada yang dibuat khusus untuk rambut yang dicat atau diberi warna atau dikeriting karena rambut cukup menderita dengan masuknya cairan kimia hingga ke akar rambut dan hal ini bisa mempengaruhi kondisi kesehatan rambut.
b. Shampo untuk membersihkan secara menyeluruh.
digunakan terlalu sering dan disarankan untuk menggunakannya paling banyak dalam jangka waktu satu kali seminggu.
c. Shampo penambah volume rambut.
Jenis shampo ini mengandung protein yang membuat rambut terlihat lebih berisi atau tebal. Bila dipakai terlalu sering maka akan terjadi penumpukan residu atau sisa shampo sehingga mengakibatkan rambut terlihat tidak bersih. Jika rambut termasuk jenis rambut yang halus, lepek atau tidak mengembang tipis maka bisa digunakan jenis shampo ini.
d. Shampo anti ketombe.
Shampo anti ketombe ini mengandung selenium, zinc atau asam salisilat yang telah terbukti cukup berhasil membantu menghilangkan lapisan ketombe, namun dapat menyebabkan kulit kepala menjadi kering.
2.2.3 Syarat shampo
Sediaan shampo yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Tranggono dan Latifah, 2007) :
1) Dapat membersihkan dengan baik (sifat deterjen) 2) Memiliki sifat membasahi (wetting)
3) Memiliki sifat dapat mengemulsi (emulsifying) 4) Memiliki sifat dapat membuat busa (foaming) 5) Dapat membersihkan dan menyehatkan kulit kepala 6) Mudah dicuci/dibilas kembali
9) Mungkin perlu mengandung bahan aktif untuk mengatasi penyakit pada rambut dan kulit kepala (medicated shampoo)
10) Aman untuk dipakai, tidak mengiritasi mata dan tidak toksis 11) Menyebarkan bau harum
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk shampo anti ketombe antara lain (Mita dkk., 2009) :
1) Dapat membersihkan rambut dan kulit kepala dari ketombe tanpa membuat rambut menjadi berminyak, kering, atau tidak dapat diatur.
2) Mengandung zat aktif germisida, fungisida, atau zat antiseptika yang dapat mematikan pertumbuhan bakteri, dan mencegah infeksi setelah pemakaian. 3) Konsentrasi zat aktif yang digunakan tidak meningkatkan sensitivitas kulit
kepala.
4) Dapat mengurangi rasa gatal ataupun hal lain yang akan menimbulkan ketidaknyamanan.
2.3 Penetapan kadar Zinc Pyrithione dengan metode Iodimetri
2.3.1 Iodimetri
Iodimetri merupakan metode titrasi atau volumetri yang pada penentuan atau penetapan berdasar pada jumlah I2 (iodium) yang bereaksi dengan sampel
atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodida (I-). Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiter. Metode ini tergolong titrasi
langsung, berbeda dengan metod2
2.3.2 Prinsip Iodimetri
Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodin sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari sistem iodin-iodida dimana sebagai indikator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral sedikit asam (pH 5-8) (Alamsyah, 1994).
2.3.3 Indikator
Indikator yang digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi biasanya adalah kanji atau Amilum 0,5-1%. Warna yang terjadi adalah biru tua hasil reaksi I2-amilum. Indikator yang digunakan dalam proses standarisasi adalah indikator
amilum 0,5%. Penggunaan indikator ini untuk memperjelas perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi (Thayban, 2014).
2.3.4 Larutan Pentiter
Pada titrasi iodimetri digunakan larutan iodin sebagai larutan titer. Larutan iodin sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam kalium iodida pekat. Larutan titer iodin dibuat dengan melarutkan iodium kedalam larutan KI pekat. Larutan ini dibakukan dengan arsen (III) oksida atau larutan baku natrium tiosulfat (Alamsyah, 1994).