• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Dalam Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Terhadap Jumlah Koloni Bakteri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Dalam Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Terhadap Jumlah Koloni Bakteri"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikroorganisme Rongga Mulut

Mikroorganisme terdiri dari bakteri, virus, jamur dan lain-lain. Didalam rongga mulut manusia terdapat banyak mikroorganisme baik flora normal maupun yang patogen. Menurut Miller dan Cottone yang dikutip oleh Ghahramanloo, setetes saliva mengandung 50.000 bakteri yang berpotensi patogen dan bakteri patogen ini dapat dengan mudah menyebar melalui bahan cetak, terutama bahan cetak alginat yang menjadi tempat berkumpul bakteri lebih banyak dibanding bahan cetak lainnya.20 Kondisi rongga mulut yang berhubungan langsung dengan saluran nafas bagian atas dan rongga hidung (nasal cavity) memungkinkan mikroorganisme dari organ tersebut dapat masuk ke rongga mulut dengan penetrasi maupun kontaminasi lewat dahak (sputum) dan bercampur dengan saliva. Hasil cetakan mengandung mikroba dalam jumlah yang sangat banyak, di antaranya streptococci (100%),

staphylococci (65.4%) dan P.aeruginosa (7.7%) yang semuanya telah diketahui

bersifat patogen, mengakibatkan nosokomial dan merupakan infeksi yang mengancam nyawa bagi orang yang mempunyai sistem imunitas yang rendah.20

Tipe mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: 21,22

1. Bakteri

(2)

Bakteri aerob dan fakultatif anaerob yang dapat berada dirongga mulut :

a) Golongan Gram-negatif : (Escherichia coli, Proteus vulgaris,

Klebsiella pneumonia, Eikenella corrodens, Bordetellapertussis, Haemophilus influenza, Actinobacillus actinomycetemcomitannc, Campylobacter rectus).

b) Golongan Gram negatif diplococcic:(Moraxella catarrhalis,

Neisseriameninggitis, Neisseria flavescens, Neisseria gonorrhoeae)

c) Golongan Gram-positif dan coryneform bacteria

(Lactobacillusacidophilus, Corynebacterium diphteriae)

d) Golongan Staphylococci : (Staphylococcus aureus, Staphylococcus

epidermis, Staphyloccocus spp.)

e) Golongan Streptococci : ( Streptococcus mutans, Streptococcus

salivarius, Streptococcus milleri, Streptococcus sangius,

Streptococcus pyogenes, Streptpcoccus pneumonia, Streptococcus Spp. Enterococcus faecalis)

f) Golongan Enterococcus spp : Spirochetes (Treponema pallidum) Mycoplasmas ( Mycoplasma pneumonia)

Bakteri anaerob dirongga mulut meliputi:

a) Golongan Gram-negatif : (Prophyromonas Gingivalis, Prevotella

Intermedia, Prevotella Melaninogenica, Prevotella Oralis, Prevotella Spp, Fusobacterium Nucleatum, Fusobacterium Spp, Bacteroides Spp, Verillonella Spp)

b) Golongan Gram-positif : (Arachnia Spp, Bifidobacterium Spp,

Eubacterium Spp,Propionibacterium Spp, Peptostreotococcus Micros, Peptostreptococcus Spp)

c) Golongan yang membentuk spora :Actinomycetes(

Actinomysesviscosus, Actinomyces Israelii, Actinomyses Spp)

(3)

Bakteri penyebab karies : Streotococcus Mutans, Lactobacillus

Acidophilus Dan Actinomyces Viscosus.

Bakteri anaerob yang menyebabkan periodontitis : Porphyromonas

Gingivalis, Prevotella Intermedia Dan Peptostreptococcus Micros.

2. Virus

Banyak kemungkinan infeksi disebabkan oleh berbagai macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang dapat ditularkan dari kontak tangan ke mulut. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan transfusi darah. Perjalanan penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi adalah

cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster

virus, juga dapat ditularkan.

3. Protozoa dan Jamur

Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan, contohnya infeksi dari

Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium.

2.2 Infeksi Silang

2.2.1 Definisi dan Pengertian

(4)

kulit dapat menyebabkan masalah jika memasuki luka. Begitu juga beberapa mikroorganisme yang sudah menimbulkan bahaya pada orang lain dapat menularkan penyakit tersebut ke orang lain, seperti contohnya bakteri yang menyebabkan meningitis. Perpindahan bakteri yang terjadi dari satu orang ke orang lain disebut sebagai infeksi silang. Selain daripada itu, tubuh kita juga memiliki berbagai jenis virus yang hidup tanpa menimbulkan gangguan. Seperti misalnya, virus herpes yang berasal dari sel tubuh akan menjadi aktif apabila sistem imun tubuh menurun.22

Kulit, saluran pernafasan dan usus besar merupakan pertahan pertama tubuh terhadap infeksi, apabila pertahan pertama ini ditembus oleh bakteri maka pertahan berikutnya berupa proses fagositosis oleh sel darah putih dan antibodi akan menjadi aktif untuk membunuh bakteri. Apabila sistem imun tubuh rendah maka seseorang itu akan mengalami infeksi.22

Infeksi silang merupakan perpindahan bakteri yang berbahaya dari satu orang, objek, atau dari suatu tempat ke tempat lain, atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain, seperti misalnya kontak tangan yang terkena infeksi dengan mata. Apabila infeksi silang ini terjadi di rumah sakit atau fasilitas perawatan dalam jangka waktu yang panjang maka infeksi silang ini disebut sebagai infeksi nosokomial. Infeksi silang yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit dapat berasal dari tubuh pasien sendiri, atau berasal dari lingkungan, peralatan rumah sakit yang terkontaminasi, pegawai kesehatan, pengunjung atau dari pasien lain. Infeksi lokal terbatas pada bagian tertentu dari tubuh dan memiliki gejala lokal, sebagai contoh infeksi yang terjadi dari tempat pembedahan akan muncul daerah berwarna merah, panas dan terasa sakit pada daerah bekas pembedahan, sedangkan infeksi umum yang masuk melalui pembuluh darah akan menyebabkan gejala sistemik umum seperti misalnya demam, tekanan darah yang rendah, kekacauan mental atau bisul (boils) di atas tubuh.22

(5)

dilihat pada penyakit autoimun. Infeksi adalah invasi multiplikasi mikroorganisme di dalam jaringan tubuh, seperti pada penyakit menular.23,24 Caroline L. Pankhurst dan Wilson A. Coulter (2009) telah menyatakan bahwa transmisi agen infeksi dari manusia atau benda mati dalam lingkungan klinis sehingga dapat mengakibatkan terjadinya infeksi dikenal sebagai infeksi silang,25 sedangkan menurut Kristeen Cherney (2013) infeksi silang adalah pemindahan mikroorganisme berbahaya seperti bakteri dan virus. Selanjutnya Kristeen Cherney mengatakan bahwa penyebaran infeksi dapat terjadi di antara manusia, peralatan, atau di dalam tubuh, oleh karena itu tenaga medis harus senantiasa memastikan bahwa peralatan dan lingkungannya bersih dan aman. Infeksi silang dapat berasal dari bakteri, jamur, parasit dan virus yang berasal dari peralatan medis yang tidak steril, bakteri dari batuk dan bersin, transmisi, menyentuh benda yang terkontaminasi dan tempat tidur yang kotor. Infeksi dapat menyebar dalam kondisi apapun dan di tempat seperti sekolah, bank, toko, gedung-gedung pemerintah dan sebagainya.26

Dari beberapa definisi diatas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa yang dimaksudkan dengan infeksi silang adalah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang berasal dari tubuh pasien sendiri, atau berasal dari lingkungan, peralatan rumah sakit yang terkontaminasi, pegawai kesehatan, pengunjung atau dari pasien lain. Infeksi silang yang terjadi dapat menggangu fungsi normal tubuh dan dapat berakibat luka kronik, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian.

(6)

Penyebaran infeksi terjadi disebabkan karena adanya sumber infeksi, yang paling banyak didapat dari pasien saat melakukan perawatan gigi. Pasien dengan infeksi akut biasanya sangat menular dan dapat melepaskan sejumlah besar mikroba ke lingkungan. Selain itu, pasien yang menderita penyakit infeksi serius seperti Hepatitis A, B, C, D, Human Immunodeficiency Virus (HIV), tuberculosis dan sebagainya jarang melakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi, namun dokter gigi harus tetap mampu dan bersedia untuk memberikan perawatan kepada pasien tersebut dengan cara yang dapat menjamin keselamatan dokter gigi, staf maupun pasien dengan melakukan prosedur pencegahan infeksi yang tepat.24

2.2.2 Perjalanan Penyakit pada Infeksi Silang

Ditinjau dari perjalanan penyakit, maka infeksi silang dapat terjadi dari pasien ke dokter gigi, dari dokter gigi ke pasien, dari pasien ke pasien lainnya, dari pasien ke perawat dan teknisi laboratorium dan dari saluran air dental unit ke pasien.

2.2.2.1 Dari Pasien ke Dokter Gigi

Mikroorganisme dari mulut pasien dapat menyebar ke dokter gigi yang merawatnya baik melalui kontak langsung atau tidak langsung, inhalasi, atau dengan inokulasi. Dokter gigi menghadapi resiko tinggi terkena infeksi terutama melalui jarum suntik dan kecelakaan dari benda tajam yang terkontaminasi lainnya. Pada saat ini, tindakan pencegahan universal yang dilakukan seperti evaluasi pasien, perlindungan diri, sterilisasi instrument, asepsis dan desinfeksi permukaan, penggunaan alat sekali pakai dan pembuangan sampah medis teryata efektif terhadap pencegahan infeksi silang selama melakukan perawatan pada pasien. Prosedur kontrol infeksi silang direkomendasikan harus cukup baik untuk melindungi dokter gigi, pasien dan perawat.27

2.2.2.2 Dari Dokter Gigi ke Pasien

(7)

yang direkomendasikan untuk pencegahan infeksi silang dalam kedokteran gigi berasal dari epidemi AIDS. Dalam banyak studi kohort transmisi saliva HIV tidak terbukti sedangkan transmisi darah penderita HIV tidak mungkin terjadi dalam jumlah kecil kecuali dalam jumlah besar yang dapat menyebabkan infeksi silang. Terdapat laporan bahwa enam pasien di Florida telah terinfeksi HIV dari seorang dokter gigi di prakteknya saat melakukan perawatan. Selain itu, tidak ada kasus lain yang terdokumentasi tentang penularan infeksi dari dokter gigi ke pasien.27

2.2.2.3 Dari Pasien ke Pasien Lainnya

Mikroorganisme dari rongga mulut dapat ditularkan antara pasien yang satu dengan pasien yang lainnya melalui infeksi silang. Terdapat laporan tentang penyebaran HIV dari satu pasien ke pasien yang lain dalam praktek bedah umum swasta di New South Wales, Australia. Lima dari sembilan pasien berada di praktek pada hari yang sama, menjadi positif sementara ahli bedah tetap HIV-negatif. Empat dari lima pasien HIV-positif tidak memiliki faktor risiko yang jelas untuk tertular penyakit. Pasien kelima mengaku memiliki pasangan pria dengan status HIV yang tidak diketahui menjadi sumber kemungkinan HIV yang menyebabkan kematiannya setahun kemudian. Ini menunjukkan bahwa pasien tersebut sudah terinfeksi dan merupakan sumber penularan HIV ke pasien yang lain.27

2.2.2.4 Dari Pasien ke Perawat dan Teknisi Laboratorium

(8)

2.2.2.5 Dari Saluran Air Dental Unit ke Pasien

Air yang digunakan selama perawatan gigi dapat menjadi salah satu faktor dalam penularan penyakit. Kolonisasi bakteri pada saluran air di dental unit terjadi dengan pembentukan biofilm, yang melepaskan mikroorganisme planktonik dalam jumlah yang tinggi. Mikroorganisme planktonik ini dapat masuk ke dalam mulut pasien melalui air dari turbin atau melalui semprotan air dari dental unit dan air kumur. Dalam sebuah studi yang dilakukan di Jerman pada tahun 1995 telah menunjukkan bahwa terdapat jumlah yang tinggi mikrobakteri non-tuberculosis

(Mycobecterium gordonae, flavescens, chelonae, simiae) yang dapat tertelan, terhirup

atau diinokulasi ke dalam luka pada rongga mulut pasien selama perawatan gigi melalui semprotan air atau air pendigin dari dental unit.23,27,28

2.2.3 Cara Penularan Penyakit pada Infeksi Silang

Di bidang kedokteran gigi, menurut Kohli dan Puttaiah (2007), terdapat beberapa cara penularan penyakit berdasarkan keparahannya antara lain: 27,28

2.2.3.1 Kontak Langsung

(9)

Gambar 1.Cara penularan infeksi melalui kontak langsung.26

2.2.3.2 Perkutaneus

Inokulasi mikroba dari darah dan saliva dapat ditularkan melalui jarum, pisau bedah atau benda tajam lainnya. Penularan melalui perkutaneus merupakan penularan dengan resiko yang tinggi. (Gambar 2)

Gambar 2. Cara penularan infeksi melalui Perkutaneus. 26

2.2.3.3 Inhalasi aerosol atau droplet yang patogen

Menghirup bioaerosol yang mengandung material infektif saat menggunakan

handpiece dan scaler atau droplet nuclei yang berasal dari batuk dapat menyebabkan

(10)

Gambar 3. Cara penularan infeksi melalui inhalasi aerosol atau droplet yang

patogen.26

2.2.3.4 Kontak Tidak Langsung

Penularan melalui kontak tidak langsung dapat terjadi apabila seseorang menyentuh permukaan benda mati yang terkontaminasi pada ruangan perawatan, dental unit atau pada ruang operasi. (Gambar 4)

(A) (B)

Gambar 4. Cara penularan infeksi melalui kontak tidak langsung. (A) Tersentuh meja yang terkontaminasi. (B) Dental unit yang terkontaminasi (tanda panah).8,26

(11)

mengerti tentang proses penyakit, route transmisi, metode mengontrol transmisi, dan mengimplementasikan proteksi diri selama praktek sebagai pencegahan terhadap infeksi silang.29

2.3 Kontrol Infeksi

Dasar pemikiran untuk kontrol infeksi adalah untuk “mengkontrol” infeksi iatrogenik, nosokomial diantara pasien dan paparan potensial pada petugas kesehatan terhadap penyakit selama perawatan. Istilah kontrol infeksi tidak berarti pencegahan total terhadap infeksi iatrogenic dan nosokomial diantara pasien, paparan selama perawatan terhadap darah dan material yang berpotensi menginfeksi lainnya, namun istilah tersebut memiliki pengertian mengurangi resiko transmisi penyakit. Resiko transmisi penyakit bervariasi tergantung dari daya tahan tubuh, virulensi, infektivitas organisme, dosis atau jumlah mikroorganisme, waktu pemaparan, dan cara transmisi. Kontrol terhadap virulensi organisme patogen atau mengurangi kerentanan pasien adalah hampir tidak mungkin. Petugas klinis harus mengerti tentang proses penyakit, route transmisi, metode mengkontrol transmisi, dan mengimplementasikan kontrol infeksi selama perawatan untuk memutus rantai infeksi. Imunisasi terhadap penyakit, penggunaan peralatan pelindung, pengawasan pada teknik dan tempat kerja, desinfeksi permukaan atau peralatan, sterilisasi instrumen, dan penggunaan protokol aspetik selama perawatan harus selalu dilakukan.29

(12)

2.3.1 Prosedur Kontrol Infeksi

Dalam praktek kedokteran gigi, kontrol infeksi meliputi beberapa prosedur penting yaitu : evaluasi pasien, perlindungan diri, sterilisasi, pembuangan sampah bekas praktek dan desinfeksi. 1,29,30

2.3.1.1 Evaluasi Pasien

Pasien yang datang berobat harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui riwayat kesehatan yang lengkap dan data hasil pemeriksaan tersebut harus diperbaiki pada tiap kunjungan berikutnya, hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui adanya kemungkinan terjadinya infeksi silang pada praktek dokter gigi.1,28,29

2.3.1.2 Perlindungan Diri

Terdapat beberapa perlindungan diri di praktek dokter gigi antaranya kebersihan diri, pemakaian baju praktek, proteksi misalnya penggunaan sarung tangan, kacamata, masker, dan imunisasi. Kebersihan diri yang baik dapat mengurangi terjadinya infeksi silang di praktek dokter gigi. Secara umum seorang dokter gigi harus menghindari memegang sesuatu yang tidak dibutuhkan pada waktu merawat pasien, hindari kontak tangan dengan mata, hidung, mulut, dan rambut serta hindari memegang luka. Selain itu, dokter gigi juga harus menutupi luka atau lecet-lecet pada jari dengan plester karena luka tersebut dapat merupakan tempat masuknya mikroorganisme pathogen dan mencuci tangan baik sebelum dan sesudah merawat pasien.1,28,29

2.3.1.3 Sterilisasi Alat dan Bahan

(13)

anorganik lainnya, juga melakukan pembersihan secara berkala. Air atau bahan irigasi yang digunakan untuk perawatan pasien harus bebas dari mikroba.1,28,31

Dalam bidang kedokteran gigi, sterilisasi dapat dicapai melalui beberapa tahap yaitu:

a) Autoclave

Di antara metode sterilisasi, sterilisasi uap adalah yang paling diandalkan dan ekonomis. Sterilisasi uap digunakan untuk barang-barang kritis dan semikritis yang tidak sensitif terhadap panas dan kelembaban. Sterilisasi uap memerlukan pemaparan langsung dari setiap item untuk langsung menguapnya pada suhu dan tekanan dalam jangka waktu yang tertentu untuk membunuh mikroorganisme.(Gambar 5)

Gambar 5. Autoclave 26

b) Dry Heat

(14)

Gambar 6. Dry Heat.26

c) Unsaturated chemical vapor

Sterilisasi unsaturated chemical vapor melibatkan pemanasan larutan kimia alkohol primer dengan 0.23% formaldehyde pada ruangan tertutup bertekanan.

Unsaturated chemical vapor mensterilisasi instrumen carbon steel (misal bur dental)

dan menghasilkan korosi yang lebih sedikit dibandingkan sterilisasi uap karena rendahnya tingkat air yang terdapat selama siklus. Instrumen harus dalam keadaan kering sebelum melakukan sterilisasi.

2.3.1.4 Pembuangan Sampah Bekas Praktek

Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tisu bekas dan penutup permukaan yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh harus ditangani secara hati-hati dan dimasukkan dalam kantung plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan orang kontak dengan benda-benda tersebut. Benda-benda tajam seperti jarum atau pisau skalpel harus dimasukkan dalam tempat yang tahan terhadap tusukan sebelum dimasukkan ke dalam kantung plastik.1,28

2.3.1.5 Desinfeksi

(15)

infeksi. Kebanyakan laboratorium teknik gigi tidak akan menerima hasil cetakan kecuali ada garansi dari dokter gigi bahwa hasil cetakan itu telah dilakukan desinfeksi. Hasil cetakan alginat yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi mempunyai potensi kontaminasi mikroorganisme patogen rongga mulut. Berdasarkan hal tersebut, dianjurkan untuk melakukan desinfeksi pada hasil cetakan alginat dengan menggunakan bahan desinfektan.6,22,31

2.3.1.6 Desinfektan

(16)

2.3.1.6.1 Klasifikasi Bahan Desinfektan

Terdapat beberapa klasifikasi bahan desinfektan, antaranya:32,33 a) Low Level Disinfectant

Desinfektan ini mengeliminasi hampir semua mikroorganisme patogen tetapi tidak dapat mengeliminasi spora. Desinfektan ini digunakan untuk alat-alat seperti

dental unit, X-ray heads. Bahan yang termasuk low level disinfectant adalah golongan

alkohol dan quats (quaternary ammonium compounds).

b) Intermediate Level Disinfectant

Desinfektan ini mengeliminasi semua mikroorganisme patogen tetapi tidak dapat mengeliminasi spora. Desinfektan ini juga digunakan untuk alat-alat seperti kaca mulut, sendok cetak. Bahan yang termasuk intermediate level disinfectant adalah golongan fenol dan halogen.

(17)

perendaman hasil cetakan alginat dan zinc oxide eugenol dengan menggunakan larutan peracitic acid, sodium hipoklorit 5.25% dan glutaraldehid 2% selama 10 menit dan telah menyatakan bahwa peracitic acid merupakan desinfektan yang paling efektif dibanding sodium hipoklorit 5.25% dan glutaraldehid 2% .17 Wala M. Amin (2009) telah melakukan desinfektan hasil cetakan jenis zinc oxide eugenol, silicon dan juga alginat dengan larutan sodium hipoklorit 0.5% dan 1% selama 10 menit terhadap perubahan dimensi dan telah menyimpulkan bahwa sodium hipoklorit 0.5% telah menghasilkan perubahan dimensi yang paling sedikit pada semua jenis bahan cetak.15 Carmen Dolores V.Soares de Moura dkk (2010) juga telah melakukan perendaman hasil cetakan alginat dengan larutan sodium hipoklorit 2.5% dan 5.25% selama 10 menit terhadap jumlah bakteri.18 Distrina Fitrian Sari,R (2013) telah melakukan desinfektan hasil cetakan alginat dengan larutan sodium hipoklorit 0.5% dengan cara perendaman dan penyemprotan, masing-masing teknik perlakuan dilakukan selama 10 menit untuk melihat pengaruhnya terhadap stabilitas dimensi.4

c) High Level Disinfectant

Desinfektan ini mengeliminasi semua mikroorganisme patogen dan mengurangi spora tetapi untuk jumlah yang besar tidak dapat mengeliminasi secara sempurna. Desinfektan ini digunakan untuk alat-alat seperti kaca mulut dan sendok cetak. Bahan yang termasuk high level disinfectant adalah golongan etilen oksida, glutaraldehid dan formaldehid.

(18)

dibandingkan dengan formaldehyde dalam hal bakterisidal, virusidal dan sporosidal. Merupakan zat yang mempunyai spektrum anti bakteri yang luas dan aktif. Senyawa ini mempunyai keuntungan karena tidak berbau dan efek iritasi terhadap kulit dan mata lebih rendah dibanding formalin. Larutan glutaraldehid 2% efektif sebagai antibakteri dan spora pada pH 7,5 – 8,5.32 Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri seperti M.tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit.1 Savio Marcelo Leite Moreira da Silva dkk (2004) telah melakukan perendaman hasil cetakan silicon dengan larutan desinfektan glutaraldehid 2% selama 10 menit dan 20 menit terhadap stabilitas dimensi.12 Fiona M. Collins dan Bal et al (2007) telah menganjurkan perendaman hasil cetakan dengan larutan desinfektan dilakukan selama 10 menit.8,17 Wala M. Amin dkk (2009) telah melakukan perendaman hasil cetakan alginat, silicon dan zinc oxide eugenol dengan larutan desinfektan glutaraldehid 2% selama 10 menit terhadap perubahan dimensi.15

2.3.1.6.2 Metode Desinfektan

Terdapat 2 metode desinfeksi secara kemis yang sering digunakan yaitu :2,5,8,14 a) Penyemprotan

(19)

Gambar 7. Desinfeksi dengan cara penyemprotan.35

b) Perendaman

Metode perendaman dapat dilakukan dengan cara merendam hasil cetakan alginat pada larutan desinfektan yang disediakan dengan waktu tertentu. Metode perendaman merupakan metode desinfeksi yang paling dipilih oleh karena metode ini memungkinkan larutan desinfektan untuk mencapai seluruh permukaan terutama pada daerah undercut pada hasil cetakan alginat. (Gambar 8)

(20)

Lamanya perendaman atau penyemprotan tergantung dari jenis desinfektan yang digunakan. Durasi dan metode pengaplikasian desinfektan bergantung pada potensi bahan cetak dalam mengabsorbsi air.

Keuntungan dan kerugian masing-masing metode akan ditunjukkan pada table yang diberikan berikut ini :

Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian Metode Penyemprotan dan Perendaman

Metode Keuntungan Kerugian

Penyemprotan • Lebih sederhana dan cepat

• Memiliki probabilitas terjadinya distorsi yang lebih rendah terutama pada bahan cetak alginat dan polyeter

• Tidak semua permukaan hasil cetakan terdesinfeksi dengan sempurna

• Partikel-partikel dari

larutan desinfektan yang ada di udara dapat terhirup oleh staf atau pasien

Perendaman • Lebih efektif

• Seluruh permukaan

hasil cetakan akan terdesinfeksi dengan sempurna

• Mengurangi resiko

terhirupnya

partikel-partikel larutan desinfektan

(21)

2.4 Bahan Cetak

2.4.1 Klasifikasi Bahan Cetak

Salah satu perawatan di bidang prostodonsia adalah pembuatan gigitiruan, tahap awal dalam pembuatan gigitiruan adalah membuat pencetakan pada rahang pasien untuk mendapatkan hasil cetakan negatif yang selanjutnya diisi dengan gips untuk mendapatkan model studi maupun model kerja. Secara garis besar, bahan yang digunakan untuk melakukan pencetakan dapat diklasifikasikan atas dua jenis yaitu bahan cetak non-elastis dan bahan cetak elastis. Bahan cetak yang bersifat non-elastis adalah impression compound, impression wax, plaster of paris dan zinc oxide

eugenol. Bahan cetak elastis terdiri dari reversibel hidrokoloid, irreversibel

hidrokoloid (alginat) dan elastomer.37,38

2.4.1.1 Bahan Cetak Non-elastis 1. Impression Compound

Impression compound adalah bahan cetak yang terdiri dari campuran malam, resin

termoplastik, bahan pengisi dan bahan pewarna. Bahan ini digunakan pada suhu dalam keadaan panas dan kemudian akan kembali keras pada suhu pendinginan sesuai dengan temperatur rongga mulut. Indikasi utama penggunaannya adalah untuk mencetak linggir tanpa gigi dan daerah yang tidak mempunyai undercut.

2. Impression Wax

Bahan cetak wax biasa digunakan untuk menghasilkan cetakan yang memerlukan tekanan dalam pembuatan gigitiruan. Bahan ini juga dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan cetakan yang disebabkan karena ukuran sendok cetak yang terlalu kecil sehingga wax dapat ditambahkan pada ujung sendok cetak yang disesuaikan dengan rahang pasien.

3. Impression Plaster

(22)

rigid dan lebih mudah patah. Dalam bidang kedokteran gigi bahan ini digunakan untuk membuat model studi. Gips ini harus disimpan dalam kantung kedap udara karena akan menyerap air dari udara dan akan mempengaruhi waktu pengerasan.

4. Zinc Oxide Eugenol

Bahan cetak zinc oxide eugenol merupakan bahan cetak berbentuk pasta. Bahan ini dikemas dalam 2 bentuk pasta yang berbeda pada masing-masing tube aselerator yaitu base (basis) dan aselerator. Pada base mengandung zinc oxide

eugenol dan minyak mineral sedangkan pada tube aselerator mengandung eugenol

dan rosin. Bahan cetak zinc oxide eugenol terutama digunakan sebagai bahan cetak untuk gigitiruan pada linggir edentulus dengan undercut kecil atau tanpa undercut. Bahan ini memiliki keuntungan yaitu mampu mengisi pada bagian yang akurat dari hasil cetakan jaringan lunak oleh karena sifat daya alirnya rendah.

2.4.1.2 Bahan Cetak Elastis 1. Reversibel Hidrokoloid (agar)

Komponen dasar bahan cetak hidrokoloid adalah agar. Agar adalah koloid hidrofilik organik yang diekstrak dari rumput laut jenis tertentu. Kandungan utama dalam bahan cetak hidrokoloid berdasarlan berat adalah air. Reversible hydrocolloid merupakan salah satu bahan cetak terakurat. Bahan ini juga sering digunakan untuk mendapatkan hasil cetakan model pada pembuatan gigituran.

2. Irreversible Hidrokoloid (alginat)

(23)

3. Elastomer

Elastomer adalah bahan cetak fleksibel dan menyerupai karet setelah proses pengerasan berlangsung. Kebanyakan bahan cetak ini adalah system dua komponen yang dikemas dalam bentuk pasta. Bahan ini terdiri atas empat jenis yaitu polisulfida, polieter, silikon polimerisasi adisi dan silikon polimerisasi kondensasi.

2.4.2 Persyaratan Bahan Cetak

Menurut Powers JM, dkk (2008), bahan cetak yang ideal adalah bahan cetak yang memenuhi pensyaratan yaitu :38

1. Mempunyai aroma dan rasa yang menyenangkan serta warna yang baik 2. Tidak mengandung bahan yang beracun dan tidak mengiritasi jaringan 3. Mudah dimanipulasikan dan tidak mempergunakan alat-alat yang rumit 4. Setting time yang tidak terlalu lama

5. Konsistensi (daya alir) yang baik dan permukaan yang halus 6. Tidak terjadi deformasi sesudah dicetak

7. Cukup kuat agar tidak pecah atau koyak sewaktu dikeluarkan dari mulut 8. Tidak terjadi perubahan dimensi

9. Relatif tidak mahal

Tidak ada satupun bahan cetak yang memenuhi seluruh pensyaratan diatas, sehingga pemilihan bahan cetak tersebut tergantung pada keadaan klinis dan pilihan masing-masing dokter gigi.

2.4.3 Hasil Cetakan Alginat

(24)

diantaranya manipulasi mudah dan tidak memerlukan banyak peralatan, relatif tidak mahal, dan nyaman bagi pasien. Bahan cetak ini juga mudah ditolerir oleh pasien karena cepat mengeras dan terdapat aroma yang menyegarkan seperti permen karet untuk mengurangi reflek muntah. Kekurangan dari bahan cetak alginat ini adalah mempunyai sifat sineresis dan sifat imbibisi yaitu menyerap air sehingga dapat mengakibatkan perubahan dimensi pada hasil cetakan, selain itu bahan cetak alginat juga mempunyai potensi retensi mikroba lebih kuat dibanding bahan cetak lainnya karena terjadi penyerapan cairan rongga mulut saat dilakukan pencetakan.4,6,8,10

2.4.3.1 Komponen Alginat

Komponen aktif utama dari bahan cetak alginat adalah komponen yang larut air, seperti natrium dan kalium. Bila komponen alginat dicampur dengan air, bahan tersebut akan membentuk sol. Sol tersebut sangat kental meskipun dalam konsentrasi rendah. Alginat dapat larut membentuk sol dengan cepat bila bubuk alginat dan air diaduk dengan kuat.

Menurut ANSI-American Dental Association (ADA) Specification NO.18 komposisi alginat dan fungsinya dapat dilihat dalam table berikut.37,38

Tabel 2. Komposisi Bahan Cetak Alginat dan Fungsinya.

KOMPONEN FUNGSI

Sodium atau Potassium alginat salt

Untuk melarutkan bubuk dalam air dan bereaksi dengan ion kalsium

Calcium Sulfate Untuk bereaksi melarutkan bubuk alginat dari bentuk kalsium alginat yang tidak larut

Sodium Phospate Untuk bereaksi dengan kalsium sulfat dan memperlambat setting time.

Diatomaceous earth atau silicate powder

(25)

Potassium sulfate atau potassium zinc fluoride

Untuk menetralkan efek penghambat kekerasan selama pembuatan model gips Quaternary ammonium

compounds atau klorhexidin

Sebagai self desinfeksi

Organis glycol Sebagai pelapis partikel-partikel powder untuk meminimalkan debu selama pengadukkan

Pigments Untuk memberikan warna

Phenylalaine Untuk bahan pemanis

Wintergreen, peppermint,anise Untuk memberikan rasa yang nyaman

2.4.3.2 Pemanipulasian Alginat

Bubuk alginat dan air harus diukur sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik dan apabila alginat dan air dicampur akan menghasilkan bentuk pasta. Jumlah relatif air dan bubuk alginat mempengaruhi fleksibilitas alginat dan campuran yang kental akan menghasilkan fleksibilitas yang lebih rendah. Pengadukan dilakukan dengan cepat dan terus-menerus, spatula bersinggungan sempurna dengan dinding rubber bowl serta membentuk angka 8 hingga sepenuhnya homogen. Bila pengadukan tidak sempurna, kekuatan gel akan berkurang sampai 50%. Demikian juga bila pengadukan terlalu lama, gel akan rusak dan kekuatannya akan menurun, sehingga mudah koyak pada saat pencetakan. Waktu pengadukan yang umum adalah 30 detik sampai 1 menit, tergantung tipe alginat yang digunakan. Berdasarkan spesifikasi American

Dental Association (ADA) nomor 18 terdapat dua jenis alginat yaitu jenis alginat

yang mengeras dengan cepat (1-2 menit) dan yang mengeras dengan kecepatan yang normal (2-5 menit).37,38

(26)

mudah akan terdapat pada hasil cetakan. Hal ini menyebabkan bakteri dan virus yang berada pada rongga mulut melekat pada hasil cetakan tersebut. Apabila hasil cetakan ini diisi dengan gips maka mikroorganisme ini akan berpindah pula pada permukaan gips dan keadaan ini akan memberi resiko yang tinggi kepada dokter gigi, perawat dan laboran untuk terkontaminasi infeksi melalui sentuhan tangan.39 Menurut beberapa penelitian, hasil cetakan yang terkontaminasi bakteri dapat menularkan penyakit atau menjadi sumber infeksi silang yang dapat menyebar ke dokter gigi, perawat maupun teknisi laboratorium. Untuk mencegah terjadi infeksi silang maka hasil cetakan harus dicuci dibawah air mengalir selama 15 detik dan setelah itu dilakukan desinfeksi supaya dapat meminimalkan jumlah bakteri pada hasil cetakan dan juga dapat mencegah terjadinya infeksi silang.4,8 Desinfeksi pada hasil cetakan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu direndam atau disemprot, namun kedua metode ini mempunyai keuntungan dan kerugiannya tersendiri. Metode yang paling sering digunakan adalah metode perendaman karena metode ini memungkinkan larutan desinfektan mencapai seluruh permukaan hasil cetakan terutama pada daerah

undercut hasil cetakan alginat dan juga dapat mengurangi resiko terhirupnya

(27)

2.5 Kerangka Teori Infeksi Silang Definisi dan Pengertian Kontrol Infeksi Perjalanan Penyakit Cara Penularan Penyakit

Prosedur Kontrol Infeksi

Evaluasi Pasien Metode Perkutaneus Perlindungan Diri Sterilisasi Alat dan Bahan Desinfeksi Inhalasi aerosol atau droplet Kontak Tidak Langsung

Pembuangan Sampah Bekas Praktek Klasifikasi Kontak Langsung Penyemprotan Perendaman Low Level Disinfectant Intermediate Level Disinfectant High Level Disinfectant Pencegahan Alkohol Quats Fenol

Halogen ( Sodium Hipoklorit)

Etilen Oksida

Formaldehid

Glutaraldehid Mikroorganisme

Bakteri Virus Protozoa dan Jamur

(28)

2.6 Kerangka Konsep

Cetakan Alginat

Perendaman dalam larutan desinfektan

Sodium Hipoklorit 0.5% (Intermediate Level Desinfektant)

Glutaraldehid 2% (High Level Desinfektant)

Memiliki gugus aldehid (COH), merupakan zat yang mempunyai spektrum anti bakteri yang luas dan aktif terhadap bakteri, jamur, virus, mikroba dan spora.

Memiliki bahan dasar klorin (CI2) yang dibentuk oleh asam hipoklorit, dan akan menempel pada lipoprotein dinding sel bakteri sehingga akan membentuk senyawa toksik yaitu N-chloro.

Pembelahan sel terganggu, menghentikan regenerasi sel dan mengakibatkan menurunnya jumlah koloni bakteri.

(29)

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat penurunan jumlah koloni bakteri pada cetakan alginat sesudah direndam dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 10 menit.

Gambar

Gambar 3. Cara penularan infeksi melalui inhalasi aerosol atau droplet yang patogen.26
Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian Metode Penyemprotan dan Perendaman
Tabel 2. Komposisi Bahan Cetak Alginat dan Fungsinya.

Referensi

Dokumen terkait

Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku anggota tim penguji skripsi yang