• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak - Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Dalam Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Terhadap Perubahan Dimensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak - Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Dalam Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Terhadap Perubahan Dimensi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Cetak

Bahan cetak adalah bahan yang digunakan di kedokteran gigi untuk mencetak dan mereproduksi hasil yang akurat dari gigi, jaringan lunak dan jaringan keras di dalam rongga mulut yang selanjutnya hasil cetakan diisi dengan bahan gips untuk dibuat model yang akan digunakan sebagai studi model dan tempat pembuatan gigi tiruan penuh, gigitiruan sebagian lepasan, mahkota, jembatan dan inlay.1-3

2.1.1 Klasifikasi Bahan Cetak

Bahan cetak dapat dikelompokkan menurut sifat mekanisnya. Ada 2 jenis bahan cetak, yakin bahan cetak non-elastis dan elastis.1-4

2.1.1.1 Bahan cetak non-elastis

Bahan cetak non elastis adalah bahan cetak yang tidak dapat melalui undercut

sehingga penggunaannya terbatas pada pasien edentulus dan tanpa ada undercut

tulang. Bahan cetak non elastis dapat dibagi menjadi plaster of paris, kompon dan okside seng eugenol.

1. Plaster of paris

Plaster of paris atau yang disebut juga sebagai gips cetak jarang digunakan sebagai bahan cetak sejak bahan elastomer telah tersedia. Gips cetak bersifat rigid dan lebih mudah patah. Bahan ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil, karena itu paling cocok digunakan bila tidak ada undercut tulang. Gips ini harus disimpan dalam kantung kedap udara karena akan menyerap air dari udara dan akan mempengaruhi waktu pengerasan.1

2. Kompon

(2)

ADA. Tipe I digunakan untuk mencetak dan tipe II digunakan untuk preparasi sendok cetak. Walaupun jarang digunakan, kompon dapat dipakai untuk pencetakan mahkota penuh, cetakan rahang edentulus sebagian atau seluruhnya, dan membuat cetakan pada sendok cetak di mana cetakan akhir dibuat dengan menggunakan bahan lainnya. Kompon tidak dapat digunakan untuk mencetak undercut karena tidak bersifat elastis.1,3

3. Okside seng eugenol (OSE)

Bahan ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil. Karena itu bahan ini lebih disukai dibandingkan dengan alginat pada semua kasus yang tidak mempunyai undercut tulang. Pemakaian OSE terutama adalah sebagai bahan cetak untuk gigitiruan pada linggir edentulus dengan undercut kecil atau tanpa ada undercut. OSE juga dapat digunakan sebagai cetakan pembersih di atas kompon pada sendok cetak atau pada sendok cetak individual akrilik.1

2.1.1.2 Bahan Cetak Elastis

Bahan cetak elastis dapat dibagi menjadi bahan cetak hidrokoloid dan bahan cetak elastomer. Bahan cetak hidrokoloid merupakan bahan cetak yang substansi dasarnya berupa koloid yang direaksikan dengan air, sehingga disebut hidrokoloid. Bahan cetak hidrokoloid sendiri dapat diklasifikasikan menjadi bahan cetak hidrokoloid reversibel dan ireversibel.1

1. Hidrokoloid

a) Hidrokoloid Reversibel (Agar)

(3)

b) Hidrokoloid Ireversibel

Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas dalam kedokteran gigi. Alginat juga disebut dengan hidrokoloid alginat atau hidrokoloid ireversibel. Bahan ini dipakai untuk membuat cetakan anatomi untuk gigitiruan sebagian dan pesawat ortodontik.1-4

2. Elastomer

Elastomer meliputi bahan cetak polisulfid, polieter, silikon kondensasi, dan yang berpolimerisasi dengan penambahan. Bahan-bahan ini elatis dan mudah kembali ke bentuk semula dengan baik, dan stabil dimensinya, tetapi relatif mahal terutama silikon yang berpolimerisasi dengan penambahan. Kekentalannya bermacam-macam, mulai dari pasta yang sangat padat sampai yang sangat encer, menghasilkan kelompok bahan cetak yang cocok untuk berbagai penerapan klinis. Bahan-bahan ini bersih dan mudah penggunaannya, serta memiliki rentang waktu yang cukup untuk bekerja dan mengeras, sehingga cocok untuk hampir semua teknik.1-3

2.2 Alginat

Alginat merupakan bahan cetak hidrokoloid bersifat ireversibel yang telah diperkenalkan sejak tahun 1940. Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaannya paling luas dalam bidang kedokteran gigi. Kelebihan dari bahan cetak alginat diantaranya adalah mudah dimanipulasi, tidak memerlukan banyak peralatan, relatif tidak mahal, nyaman dan mudah ditolerir oleh pasien, cepat mengeras dan terdapat aroma yang menyegarkan seperti permen karet untuk mengurangi reflek muntah. Sebaliknya penggunaan alginat juga memiliki beberapa kekurangan seperti adanya sifat sineresis yang menyebabkan terjadinya pengerutan dan imbibisi yang akan membuat perubahan dimensi pada hasil cetakan.1-4

(4)

untuk membuat gigitiruan atau sewaktu membuat cetakan akhir yang bertujuan untuk mencatat seakurat mungkin bentuk mukosa sekaligus sulkus secara fungsional. Selain itu, alginat juga dipakai untuk pencetakan pada pembuatan gigitiruan sebagian lepasan, alat ortodontik, dan model studi. Akan tetapi, alginat tidak cukup akurat untuk pembuatan mahkota dan jembatan.1-4

2.2.1 Komposisi Alginat

Komponen aktif utama dari bahan cetak hidrokoloid irreversibel adalah salah satu komponen alginat yang larut air, seperti natrium atau kalium. Bila komponen alginat yang larut dalam air dicampur dengan air, bahan tersebut akan membentuk sol. Sol tersebut sangat kental meskipun dalam konsentrasi rendah. Alginat dapat larut membentuk sol dengan cepat bila bubuk alginat dan air diaduk dengan kuat. Berat molekul dari campuran alginat sangat bervariasi tergantung pada buatan pabrik. Semakin berat molekul, semakin kental sol yang terjadi.4

Proporsi yang tepat dari masing-masing bahan kimia yang di gunakan bervariasi sesuai dengan jenis bahan mentah yang digunakan. Tujuan ditambahkannya

diatomaceous earth adalah sebagai pengisi. Bila bahan pengisi ditambahkan dengan jumlah yang tepat maka akan dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasan gel alginat, menghasilkan tekstur yang halus, dan memastikan pembentukan permukaan gel padat yang tidak bergelombang. Bahan tersebut juga membantu permukaan sol dengan mendispersikan partikel bubuk alginat dalam air. Oksida sing juga berfungsi sebagai bahan pengisi dan mempengaruhi sifat fisik serta waktu pengerasan gel.4

Kalsium sulfat dapat digunakan sebagai reaktor. Bentuk dihidrat umumnya digunakan, tetapi untuk keadaan tertentu hemihidrat menghasilkan waktu penyimpanan bubuk yang lebih lama serta kestabilan dimensi gel yang lebih memuaskan. Fluorida, seperti kalium titanium fluorid ditambahkan pada alginat sebagai bahan mempercepat pengerasan stone untuk mendapat permukaan model stone yang keras dan padat terhadap cetakan.4

(5)

Tabel 1. Komposisi Bahan Cetak Alginat dan Fungsinya1,2,3,4

KOMPONEN BERAT (%) FUNGSI

Sodium atau potassium alginate salt

18 Untuk melarutkan bubuk dalam air dan bereaksi dengan ion kalsium

Calcium sulfate 14 Untuk bereaksi melarutkan bubuk alginat

dari bentuk kalsium alginat yang tidak larut

Sodium phosphate 2 Untuk bereaksi dengan kalsium sulfat dan

memperlambat setting time Diatomaceous earth

atau silicate powder

56 Untuk kontrol konsistensi pencampuran dan fleksibilitas bahan cetak

Potassium sulfate atau

potassium zinc fluoride

10 Untuk menetralkan efek penghambat kekerasan selama pembuatan model gips

Quaternary

ammonium compounds atau chlorhexidine

1-2 Sebagai self desinfeksi

Organic glycol Sebagai pelapis partikel-partikel bubuk untuk

meminimalkan debu selama pengadukan

Pigments Sedikit Untuk memberikan warna

Phenylalanine Sedikit Untuk bahan pemanis

Wintergreen, peppermint, anise

Sedikit Untuk membuat rasa yang nyaman

2.2.2 Proses Gelasi

(6)

2Na3PO4 + 3CaSO4  Ca3 (PO4)2 + 3Na2SO4

Tahap kedua, setelah sodium fosfat telah bereaksi, sisa kalsium sulfat bereaksi dengan sodium alginat membentuk kalsium alginat yang tidak larut, yang dengan air akan membentuk gel: 4

H2O

Na alginat + CaSO4  Ca alginat + Na2SO4 (bubuk) (gel)

Menurut kecepatan proses gelasinya, alginat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Quick setting alginate, mengeras dalam 1 menit dan digunakan untuk

mencetak rahang anak-anak atau penderita yang mudah mual. 2. Regular setting alginate, mengeras dalam 3 menit dan dipakai untuk

pemakaian rutin.

Gelasi alginat yang normal tercapai dalam 3 menit. Gerakan pada waktu gelasi berlangsung, misalnya pasien batuk, bergerak, muntah, atau menelan akan menyebabkan stres internal pada alginat.

2.2.3 Manipulasi

Bubuk alginat dan air hendaknya diukur sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik. Rasio bubuk dan air akan mempengaruhi hasil adonan alginat. Perbandingan bubuk dan air yang kurang akan meningkatkan waktu kerja, setting time dan fleksibilitas.3,4

(7)

konsistensi seperti krim, serta tidak menetes dari spatula apabila spatula diangkat dari

rubber bowl. Waktu pencampuran untuk alginat tipe regular adalah 1 menit dan untuk tipe fast 45 detik. Waktu pencampuran sangat penting karena pengadukan yang kurang dan berlebihan akan mempengaruhi kekuatan dari bahan cetak.3,4

2.2.4 Sifat Imbibisi dan Sineresis

Hasil cetakan alginat mempunyai sifat imbibisi yaitu menyerap air bila dalam lingkungan yang basah sehingga lebih mudah mengembang dan mudah terjadi pengerutan yaitu sineresis, saat dibiarkan terlalu lama pada udara terbuka. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan dimensi hasil cetakan.Seperti hidrokoloid lainnya, alginat mengandungi sejumlah air yang besar dan rentan terhadap di distorsi yang disebabkan oleh pengembangan yang terkait dengan imbibisi atau sineresis.20

Alginat adalah gel polimer dengan air sebagai media interstisial, oleh karena itu alginat diklasifikasikan sebagai hidrogel. Keberadaan fisik air pada polimer

hydrogel biasanya dalam bentuk padat, cair, dan uap. Air pada fase absorbsi dapat terikat (contoh padat, dimana air terperangkap) maupun tidak terikat atau bebas. Air bebas terletak pada pori-pori dari partikel filler seperti diatomaceous earth. Air bebas yang terperangkap di antara partikel filler rentan terhadap kenaikan dan penurunan volumetrik, hal ini diakibatkan oleh sineresis atau imbibisi. 16

2.2.4.1 Perubahan Dimensi Hasil Cetakan

(8)

cetakan alginat akan menyebabkan terjadi perubahan dimensi. Oleh karena itu untuk mencapai keakuratan yang maksimal, cetakan alginat harus diisi secepat mungkin. Bila hal ini tidak dapat dilakukan, maka cetakan harus disimpan pada kondisi dengan kelembaban relatif 100% agar tidak terjadi perubahan dimensi.1,3,4,9

Salah satu cara untuk melihat perubahan dimensi cetakan alginat yaitu dengan membandingkan ukuran die stone cetakan dengan master die cetakan yang dipergunakan. Panza, dkk (2006) dalam penelitiannya meneliti perubahan dimensi cetakan alginat yang direndam dalam sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% dengan menggunakan master model yang terbuat dari besi yang dibandingkan dengan

die stone dan didapatkan perubahan dimensi yang terjadi sebesar 0,122.17 Vodjani, dkk (2006) telah mencobakan desinfeksi dengan penyemprotan dan perendaman dalam sodium hipoklorit 5,25% pada cetakan alginat dengan stone model.18 Cara lain untuk mengetahui perubahan dimensi cetakan alginat yaitu langsung mengukur cetakan alginat sesudah perendaman dalam larutan desinfektan dan dibandingkan dengan cetakan yang tanpa perendaman. Rodrigues SB, dkk (2012) dalam penelitiannya meneliti perubahan deformasi hasil cetakan alginat dengan menggunakan kaliper digital untuk mengukur perubahan deformasi.19

2.2.5 Setting Time

Berdasarkan spesifikasi American Dental Association (ADA) nomor 18 terdapat 2 tipe yaitu tipe I fast set (working time tidak kurang dari 1 menit 15 detik dan

setting time 1-2 menit) dan tipe II normal set (working time tidak kurang dari 2 menit dan setting time 2-4,5 menit).3

Untuk memperlambat setting time dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu mengurangi rasio bubuk alginat atau mengurangi suhu air. Pengurangan rasio bubuk alginat kurang dianjurkan karena dapat mengurangi kekuatan dan akuransi alginat, oleh karena itu, cara mengurangi suhu air lebih dianjurkan. Suhu air yang tinggi akan mempercepat setting time, sedangkan suhu air yang rendah akan memperlambat

(9)

2.3 Kontrol Infeksi

Dasar pemikiran untuk kontrol infeksi adalah untuk “mengkontrol” infeksi iatrogenik, nosokomial diantara pasien dan paparan potensial pada petugas kesehatan terhadap penyakit selama perawatan. Istilah kontrol infeksi tidak berarti pencegahan total terhadap infeksi iatrogenik, nosokomial diantara pasien dan paparan selama perawatan terhadap darah dan material yang berpotensi menginfeksi lainnya, namun istilah tersebut memiliki pengertian mengurangi resiko transmisi penyakit.5,20 Resiko transmisi penyakit bervariasi tergantung dari daya tahan tubuh, virulensi, infektivitas organisme, dosis atau jumlah mikroorganisme, waktu pemaparan, dan cara transmisi. Kontrol terhadap virulensi organisme pathogen atau mengurangi kerentanan pasien adalah hampir tidak mungkin. Petugas klinis harus mengerti tentang proses penyakit, cara transmisi, metode mengkontrol transmisi, dan mengimplementasikan kontrol infeksi selama perawatan untuk memutus rantai infeksi. Imunisasi terhadap penyakit, penggunaan peralatan pelindung, pengawasan pada teknik dan tempat kerja, desinfeksi permukaan atau peralatan, sterilisasi instrumen, dan penggunaan protokol aspetik selama perawatan harus selalu dilakukan.5,7,20,21

Di bidang kedokteran gigi, protokol dan prosedur yang terlibat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi adalah untuk mengurangi kemungkinan risiko atau infeksi silang yang terjadi di prakek dokter gigi, sehingga dapat menghasilkan lingkungan yang aman bagi dokter gigi, staf dan pasien. Dokter gigi tidak mungkin yakin bahwa pasien yang datang untuk perawatan giginya adalah carrier

mikroorganisme infektif atau bukan, oleh karena itu semua pasien yang datang harus dianggap merupakan carrier dari mikroorganisme patogen. Semua prosedur klinis yang dilakukan pada pasien harus menggunakan kontrol infeksi yang umum.5,7,20,21

(10)

2.3.1 Cara kontrol infeksi

Dalam praktek kedokteran gigi, kontrol infeksi meliputi beberapa prosedur penting yaitu : evaluasi pasien, perlindungan diri, sterilisasi, pembuangan sampah bekas praktek dan desinfeksi.5,20

2.3.1.1 Evaluasi Pasien

Pasien yang datang berobat harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui riwayat kesehatan yang lengkap dan data hasil pemeriksaan tersebut harus diperbaiki pada tiap kunjungan berikutnya, hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui adanya kemungkinan terjadinya infeksi silang pada praktek dokter gigi. Dokter gigi tidak mungkin yakin bahwa pasien yang datang untuk perawatan giginya adalah carrier

mikroorganisme infektif atau bukan, oleh karena itu semua pasien yang datang harus dianggap merupakan carrier dari mikroorganisme patogen.7,20

2.3.1.2 Proteksi Diri

Terdapat beberapa perlindungan diri di praktek dokter gigi antaranya kebersihan diri, pemakaian baju praktek, proteksi misalnya penggunaan sarung tangan, kaca mata, masker, dan imunisasi. Kebersihan diri yang baik dapat mengurangi terjadinya infeksi silang di praktek dokter gigi. Secara umum seorang dokter gigi harus menghindari memegang sesuatu yang tidak dibutuhkan pada waktu merawat pasien, hindari kontak tangan dengan mata, hidung, mulut, dan rambut serta hindari memegang luka atau abrasi. Selain itu, dokter gigi juga harus menutupi luka atau lecet-lecet pada jari dengan plester karena luka tersebut dapat merupakan tempat masuknya mikroorganisme patogen dan mencuci tangan baik sebelum dan sesudah merawat pasien.5,7,20,21

2.3.1.3 Sterilisasi

(11)

penyimpanan yang aseptik. Disamping itu, sistem air dental unit juga harus dibersihkan dan bebas dari biofilm dan kontaminan anorganik lainnya, juga melakukan pembersihan secara berkala. Air atau bahan irigasi yang digunakan untuk perawatan pasien harus bebas dari mikroba jadi air harus disaring dan destilasi.5,20,21 Dalam bidang kedokteran gigi, sterilisasi dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

a) Uap di bawah tekanan (autoclaving)

Di antara metode sterilisasi, sterilisasi uap adalah yang paling diandalkan dan ekonomis. Sterilisasi uap digunakan untuk barang-barang kritis dan semikritis yang tidak sensitif terhadap panas dan kelembaban misalnya kaca mulut, sonde dan pinset . Sterilisasi uap memerlukan pemaparan langsung dari setiap item untuk langsung menguapnya pada suhu dan tekanan dalam jangka waktu yang tertentu untuk membunuh mikroorganisme.20,21

b) Dry Heat

Strerilisasi dry heat digunakan untuk sterilisasi material yang dapat rusak oleh sterilisasi panas yang lembab (misalnya, bur dan beberapa instrumen ortodontik). Walaupun dry heat memiliki keuntungan biaya operasional yang rendah dan tidak korosif, namum membutuhkan waktu proses yang lama dan tempratur yang tinggi sehingga tidak cocok untuk beberapa barang dan instrumen.20,21

c) Unsaturated chemical vapor

Sterilisasi unsaturated chemical vapor melibatkan pemanasan larutan kimia alkohol primer dengan 0,23% formaldehyde pada ruangan tertutup bertekanan.

(12)

2.3.1.4 Pembuangan Sampah Bekas Praktek

Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tisu bekas dan penutup permukaan yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh harus ditangani secara hati-hati dan dimasukkan dalam kantung plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan orang kontak dengan benda -benda tersebut. Benda-benda tajam seperti jarum atau pisau scalpel harus dimasukkan dalam tempat yang tahan terhadap tusukan sebelum dimasukkan ke dalam kantung plastik.20,21

2.3.1.5 Desinfeksi

Desinfeksi adalah penghancuran bakteri-bakteri patogenik dengan cara pemberian langsung bahan-bahan kimia atau fisik, sedangkan desinfektan adalah bahan-bahan kimia yang dapat membunuh organisme patogen bila diaplikasikan pada obyek mati. Beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas suatu larutan desinfektan dalam membunuh kuman seperti sifat dari mikroorganisme yang terkontaminasi, lamanya kontak antara desinfektan dengan mikroorganisme, proses atau aksi desinfektan dan jenis desinfektan yang akan dipakai untuk memahami cara kerjanya.

(13)

sodium hipoklorit 0,525% dengan cara penyemprotan pada bahan cetak alginat sangat efektif dan telah mendesinfeksi 96,6% dari total sampel.6 Aeran H, dkk (2010) membuktikan bahwa sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% menunjukkan efektivitas yang sama terhadap organisme gram positif dan gram negatif dan mengatakan bahwa sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% merupakan bahan desinfektan yang lebih efektif jika dibandingkan bahan desinfektan lain.29 Joana Correia-Sousa, Ana Margarida Tabaio dkk (2013) telah melaporkan bahwa penggunaan sodium hipoklorit lebih efektif dibandingkan dengan aquades dalam penurunan jumlah mikroba pada hasil cetakan alginat.30 Sunitha Kollu, Veena Hedge dkk (2013) menyatakan bahwa penggunaan klorheksidin 0,1% sebagai desinfektan mempunyai efek terhadap penurunan jumlah mikroba pada hasil cetakan alginat.31

2.3.1.5.1 Klasifikasi bahan desinfektan

Klasifikasi bahan desinfektan berdasarkan aktivitas spektrum. Bahan desinfektan ini dibahagikan tiga kelompok seperti berikut:23-25

1) Low level disinfectant

Desinfektan ini mengeliminasi hampir semua mikrobial patogen dan tidak dapat mengeliminasi spora. Desinfektan ini dipakai untuk alat-alat seperti dental unit,

x-ray heads, facebows. Bahan yang termasuk low level disinfectant adalah golongan alkohol, quats (quaternary ammonium compounds).23-25

2) Intermediate level disinfectant

Desinfektan ini mengeliminasi semua mikrobial patogen tetapi tidak dapat mengeliminasi spora. Desinfektan ini juga dipakai untuk alat-alat seperti kaca mulut, sendok cetak, amalgam condensers. Bahan yang termasuk intermediate level disinfectant adalah golongan fenol dan halogen.23-25

(14)

pengontrolan penyakit menganjurkan pemakaian larutan sodium hipoklorit sebagai bahan efektif untuk membunuh virus hepatitis B. Sodium hipoklorit telah terdaftar oleh ADA sebagai bahan desinfektan hasil cetakan. Keuntungan dari desinfektan sodium hipoklorit adalah spectrum luas, antimicrobial berlangsung cepat, ekonomis, dan efektif pada larutan encer. Kerugian sodium hipoklorit ini tidak tahan lama, baunya kurang enak, mengiritasi kulit dan mata, mengkorosi logam dan merusak pakaian.22,26

3) High level disinfectant

Desinfektan ini mengeliminasi semua mikrobial patogen dan mengurangi spora tetapi untuk jumlah yang besar tidak dapat mengeliminasi secara sempurna. Desinfektan ini dipakai untuk alat-alat seperti kaca mulut, sendok cetak, amalgam kondenser. Bahan yang termasuk high level disinfectant adalah golongan etilan oksida, glutaraldehid, formaldehid.23-25

(15)

terjadi karena jumlah kandungan air dalam larutan desinfektan, maka diasumsikan dalam larutan glutaraldehid mempunyai kandungan air yang lebih besar dibanding dengan sodium hipoklorit.

2.3.1.5.2 Teknik Desinfeksi Hasil Cetakan

Pemakaian desinfektan pada hasil cetakan dapat dengan cara perendaman ataupun penyemprotan dengan menggunakan sprayer.1 Lamanya perendaman atau penyemprotan tergantung dari jenis disinfektan yang digunakan. Berdasarkan aplikasi praktisnya, desinfeksi dengan teknik perendaman dianggap sebagai metode yang paling sesuai dan aplikatif untuk dokter gigi. Selain itu, metode perendaman merupakan metode desinfeksi yang paling dipilih oleh karena metode ini memungkinkan larutan desinfektan untuk mencapai seluruh permukaan terutama dearah undercut pada hasil cetakan alginat.5,17,20,27

(16)

2.4 Landasan Teori

Proses gelasi Manipulasi Setting time

Desinfeksi

Pengertian Cara kontrol infeksi

(17)

2.5 Kerangka Konsep

Dibilas dengan air mengalir

Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% Larutan Glutaraldehid 2%

Perendaman

Kandungan garam air laut dalam alginat dapat meningkatkan osmolaritas air yang berada disekitarnya

Air yang ada dalam larutan desinfektan diserap oleh alginat

secara osmosis (+)

Proses imbibisi (+)

Perubahan dimensi cetakan alginat (++)

Kandungan air rendah Kandungan air tinggi

Kandungan garam air laut dalam alginat dapat meningkatkan osmolaritas air yangberada

disekitarnya

Air yang ada dalam larutan desinfektan diserap oleh alginat

secara osmosis (++)

Proses imbibisi (++)

Perubahan dimensi cetakan alginat (+)

(18)

2.6 Hipotesis

1.Ada pengaruh perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi.

2.Ada pengaruh perendaman cetakan alginat dalam glutaraldehid 2% selama 5 dan 10 menit terhadap perubahan dimensi.

Gambar

Tabel 1. Komposisi Bahan Cetak Alginat dan Fungsinya1,2,3,4

Referensi

Dokumen terkait

Desinfeksi adalah proses membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi.. Kebanyakan laboratorium

Perendaman cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi dengan menggunakan sodium hipoklorit 0,5% selama 5 menit paling baik dan dapat efektif membunuh jumlah

16 Ongko DP (2012) melakukan penelitian tentang cetakan elastomer silikon adisi yang direndam dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% dan 2%, menyimpulkan. sodium hipoklorit 0,5%

Perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% selama empat menit dapat digunakan untuk mendesinfeksi cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi karena efektif

Perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% selama empat menit dapat digunakan untuk mendesinfeksi cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi karena efektif

selama 2 menit, 4 menit dengan sodium hipoklorit 0,5% terhadap jumlah Klebsiella pneumoniae dan perubahan dimensi pada model. 1.3

Sodium hipoklorit adalah salah satu zat aktif yang jika dilarutkan dalam air akan menimbulkan efek bleaching karena dapat melepaskan ion klorida ke dalam larutan dan

Tabel 4.5 Hasil uji t independen menunjukkan tidak terdapat pengaruh perendaman cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi dengan sodium hipoklorit 0,5% selama