• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penyemprotan Rebusan Daun Sirih dan Larutan Sodium Hipoklorit pada Cetakan Elastomer Terhadap Perubahan Dimensi Model Fisiologis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penyemprotan Rebusan Daun Sirih dan Larutan Sodium Hipoklorit pada Cetakan Elastomer Terhadap Perubahan Dimensi Model Fisiologis"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Bahan Cetak

Bahan cetak adalah bahan yang digunakan untuk membuat replika atau

cetakan yang akurat dari jaringan keras maupun jaringan lunak rongga mulut.1 Bahan cetak menghasilkan reproduksi negatif dari gigi dan jaringan mulut. Hasil cetakan

yang diisi gipsum keras menghasilkan cetakan yang disebut reproduksi positif (model

kerja dan model studi). Cetakan itulah yang digunakan oleh dokter gigi untuk

merancang maupun membuat gigi tiruan lepasan dan cekat. Oleh karena itu, cetakan

haruslah akurat dan mewakili keadaan rongga mulut pasien, hal ini didapat dengan

pencetakan yang akurat.22

Beberapa persyaratan bahan cetak untuk menghasilkan cetakan yang akurat

antara lain:1,22

a. Mempunyai kestabilan dimensi yang baik

b. Fleksibel, tidak berubah ataupun robek ketika dikeluarkan dari mulut

c. Biokompatibel, tidak toksik dan tidak mengiritasi

d. Setting time yang pendek

e. Memiliki masa penyimpanan yang cukup lama

f. Mempunyai konsistensi dan tekstur yang baik.

2.1.1 Klasifikasi Bahan Cetak

Bahan cetak dapat dikelompokkan berdasarkan sifat mekanisnya, antara lain

bahan cetak non elastis dan elastis.25,26

2.1.1.1Bahan Cetak Non Elastis

Bahan cetak non elastis adalah bahan cetak yang tidak dapat melalui undercut

(2)

tulang. Bahan cetak non elastis dapat dibagi menjadi plaster of paris, compound dan

oksida seng eugenol.22,25,26

1. Plaster of paris

Plaster of paris telah jarang digunakan sekarang namun dulunya digunakan

sebagai bahan untuk mencetak pembuatan gigi tiruan penuh. Bahan ini telah jarang

digunakan sekarang dikarenakan teknik pemanipulasiannya yang rumit, oleh karena

itu telah digantikan oleh bahan cetak elastis yang lebih mudah digunakan. Bahan ini

sekarang ini digunakan sebagai gipsum di laboratorium dental. Gipsum ini harus

disimpan dalam kantong kedap udara karena akan menyerap air dari udara.25

2. Compound

Compound adalah bahan termoplastik yang bersifat kaku yang dilunakkan

dengan pemanasan, lalu akan menjadi kaku lagi pada suhu di dalam rongga mulut.

Bahan tersebut dulunya mempunyai kegunaan saat melakukan pencetakan, dimana

beberapa dokter gigi menggunakan lembaran compound pada sendok cetak untuk

melakukan pencetakan pertama saat hendak dibuat gigi tiruan penuh.25 3. Oksida seng eugenol (OSE)

Oksida seng eugenol adalah bahan cetak yang telah jarang digunakan

sekarang. Kegunaannya umumnya terbatas pada daerah linggir tidak bergigi atau

daerah yang mukostatis. Sekarang bahan ini telah digantikan oleh bahan cetak yang

elastis dikarenakan eugenol mempunyai rasa yang tidak enak dan terkadang dapat

mengiritasi jaringan rongga mulut dari pasien.25

2.1.1.2Bahan Cetak Elastis

Bahan cetak elastis dapat dibagi menjadi bahan cetak hidrokoloid dan bahan

cetak elastomer. Bahan cetak hidrokoloid merupakan bahan cetak yang substansi

dasarnya berupa koloid yang direaksikan dengan air, sehingga disebut hidrokoloid.

Bahan cetak hidrokoloid sendiri dapat diklasifikasikan menjadi bahan cetak

hidrokoloid reversibel dan ireversibel.25,26 1. Hidrokoloid

(3)

Hidrokoloid reversibel adalah bahan cetak elastis pertama yang menggantikan

bahan cetak nonelastis. Bahan ini adalah bahan cetak yang akurat untuk mengambil

cetakan pada gigi dan rahang serta jaringan yang mempunyai undercut dan bisa

dilepaskan tanpa melukai mulut pasien. Bahan ini digunakan di laboratorium untuk

menduplikat model.25

b. Hidrokoloid Ireversibel (Alginat)

Bahan cetak alginat adalah bahan cetak yang paling banyak digunakan,

harganya tidak mahal, mudah dimanipulasi dan tidak memerlukan alat khusus.

Alginat banyak digunakan untuk mencetak model diagnostik, gigi tiruan sebagian

lepasan dan saat reparasi dari gigi tiruan sebagian lepasan maupun gigi tiruan penuh.

Kekurangan cetakan alginat adalah kurang akurat dalam mencetak pembuatan inlay,

onlay, dan preparasi gigi tiruan cekat.25 2. Elastomer

Elastomer adalah bahan cetak elastis yang sangat akurat, memiliki kualitas

yang sama dengan karet, oleh karena itu sering disebut bahan karet. Bahan elastomer

yang sering digunakan adalah polisulfida, polieter, silikon kondensasi dan silikon

adisi. Elastomer secara umum mempunyai reaksi polimerisasi yang meliputi

pembentukan rantai polimer yang panjang dan rantai silang.25

2.2 Bahan Cetak Elastomer 2.2.1 Pengertian

Bahan cetak elastomer adalah bahan cetak yang bersifat elastis seperti karet

yang apabila digunakan dan dikeluarkan dari rongga mulut akan tetap bersifat elastis

dan fleksibel. Menurut Spesifikasi ANSI/ADA No. 19 bahan cetak elastomer

diklasifikasikan sebagai nonaqueous elastomeric impression materials.2 Secara kimia, terdapat 4 jenis elastomer yang digunakan sebagai bahan cetak antara lain:

(4)

2.2.2 Karakteristik

Karakteristik bahan cetak elastomer dapat dilihat dari perbedaan sifat-sifat

bahan cetak seperti waktu kerja, setting time, shrinkage pada saat setting, kemampuan

elastis setelah dilepas, fleksibilitas ketika dilepaskan, kekuatan robekan, flow,

wettability maupun reproduksi detail (Tabel 1).22,27

Tabel 1. Perbedaan sifat-sifat bahan cetak elastomer22,27

SIFAT POLISULFIDA SILIKON

KONDENSASI

Tinggi Sedang - tinggi Sangat

rendah

Rendah

Kemampuan elastis setelah

dilepas

Sedang Tinggi Sangat tinggi Tinggi

Fleksibilitas

Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik

2.3 Silikon Adisi (Polivinil Siloksan)

Silikon adisi sering juga disebut bahan cetak polivinil siloksan atau vinil

polisiloksan (PVS).22,27 Spesifikasi ANSI-ADA No.19 (ISO 4823 [2003]) tertulis tentang bahan cetak elastomer, termasuk silikon adisi. Bahan cetak silikon adisi ini

mempunyai kestabilan dimensi yang baik. Perubahan dimensi yang terjadi dalam 24

(5)

berulang kali. Indikasi penggunaan bahan cetak ini adalah pada pembuatan gigi tiruan

cekat, inlay, onlay, implant dan gigi tiruan sebagian cekat.27

2.3.1 Komposisi

Pasta basis dan katalis mengandung bentuk vinil silikon. Pasta basis

mengandung polimetilhidrosiloksan (polimetil hidrogen siloksan), serta pre-polimer

siloksan lain. Pasta katalis mengandung dimetilsiloksan (divinil polidimetil siloksan)

dan pre-polimer siloksan lain. Bila pasta katalis mengandung aktivator garam

platinum, berarti pasta yang berlabel basis harus mengandung hibrid silikon. Bahan

retarder mungkin juga terdapat dalam pasta yang mengandung katalis platinum.

Kedua pasta mengandung bahan pengisi.1,22 Saat terjadi polimerisasi adisi bahan cetak silikon adisi, atom hidrogen pada struktur ikatan vinil siloksan berpindah pada

kelompok vinil (Gambar 1).24

Gambar 1. Atas, atom hidrogen pada struktur ikatan vinil silikon

yang berpindah pada kelompok vinil saat polimerisasi

adisi. Bawah, struktur terakhir setelah garam platinum

(6)

Polivinil siloksan tidak menghasilkan produk sisa saat polimerisasi, oleh

karena itu perubahan dimensi yang terjadi saat setting sangat kecil. Proporsi yang

tidak tepat dari vinil silikon dan hibrid silikon, ataupun kelembapan/zat sisa

kelompok silane yang bereaksi dengan karbohidrat yang terdapat pada basis polimer,

dapat menyebabkan terbentuknya produk sisa berupa gas hidrogen, sehingga dapat

terjadi poreus pada permukaan model yang diisi gipsum.28,29 Walaupun tidak semua

bahan cetak polivinil siloksan menghasilkan gas hidrogen, direkomendasikan untuk

menunggu 30 menit sampai reaksi setting selesai, baru dilakukan pengisian gipsum.1 Kontaminasi sulfur dari sarung tangan lateks alamiah menghambat pengerasan

bahan cetak silikon adisi. Beberapa sarung tangan vinil memiliki efek yang sama

karena pengendali kestabilan mengandung sulfur yang digunakan dalam proses

pembuatan sarung tangan tertentu. Kontaminasi yang begitu kuat, bila sarung tangan

menyentuh gigi sebelum bahan cetak dimasukkan dapat menghambat pengerasan

permukaan kritis dekat gigi. Hambatan tersebut menghasilkan distorsi yang cukup

besar.22

2.3.2 Manipulasi

Bahan PVS terdiri dari beberapa jenis viskositas/ kekentalan yaitu light

(wash), extra light (injection), medium (regular/ monophase), heavy, dan putty.

Polivinil siloksan encer dan agak kental dikemas dalam 2 pasta, sementara bahan

putty dikemas dalam 2 toples yang terdiri atas bahan basis dengan kekentalan tinggi

dan bahan katalis. Baik basis dan katalis mengandung bahan serupa, kedua bahan ini

memiliki kekentalan yang hampir sama sehingga bahan cetak ini lebih mudah

diaduk.22,25

Pada awalnya bahan cetak PVS terdiri dari 2 pasta yang terdiri dari basis dan

katalis diaduk secara manual pada kertas pengaduk atau pelat kaca. Kedua pasta

dengan warna berbeda diaduk secara merata dengan gerakan sirkuler hingga

warnanya homogen. Seiring dengan perkembangan zaman, pabrik memproduksi alat

(7)

Sistem static automixing atau sistem dual catridge menggunakan alat seperti

gun (pistol). Hasil pengadukan dengan gun ini dapat langsung dimasukkan ke dalam

syringe injeksi atau pada sendok cetak. Hasil pengadukan dengan sistem static

automixing atau sistem dual catridge menghasilkan bahan cetak dengan gelembung

udara yang lebih sedikit. Kerugian dari sistem ini adalah perlunya pergantian ujung

(tip) dari gun setiap kali pengadukan dan terbuangnya sejumlah bahan cetak yang

terdapat pada ujung (tip) (Gambar 2).1,3

Gambar 2.Pistol pengaduk (mixing gun) dengan

sistem dual catridge dan bahan PVS3

Sistem dynamic mechanical mixing menggunakan alat seperti mesin

pengaduk. Basis dan katalis dikemas dalam bentuk catridge dan dimasukkan ke

dalam mesin pengaduk. Keuntungan dari sistem ini adalah penggunaannya yang

mudah, proses pengadukan cepat, hasil pengadukan bahan cetak merata dan lebih

sedikit gelembung udara dibandingan pengadukan dengan manual. Kerugiannya

antara lain harga mesin pengaduk yang mahal dan sejumlah bahan cetak terbuang

(Gambar 3).1,3

Gambar 3. Mesin pengaduk (Mechanical

(8)

2.3.3 Keuntungan dan Kerugian Keuntungan dari bahan silikon adisi:26 1. Akurat

2. Mudah saat manipulasi

3. Setting time yang cepat

4. Kestabilan dimensi yang baik, tidak terjadi shrinkage saat penyimpanan,

dapat diisi berulang kali.

Kerugian dari bahan silikon adisi:26

1. Setting dapat dipengaruhi perubahan suhu dan kelembapan

2. Sarung tangan yang mengandung bubuk lateks dapat mempengaruhi setting

dari bahan cetak silikon putty

3. Mahal.

2.4 Model

Hasil cetakan (reproduksi negatif) yang diisi gipsum keras menghasilkan

cetakan yang disebut reproduksi positif (model). Cetakan itulah yang digunakan oleh

dokter gigi untuk merancang maupun membuat gigi tiruan lepasan dan cekat.22 Terdapat dua jenis model antara lain model anatomis dan model fisiologis. Model

anatomis adalah model yang didapatkan dari pencetakan rongga mulut menggunakan

bahan alginat dengan sendok cetak pabrikan. Model anatomis ini yang akan

digunakan untuk pembuatan sendok cetak fisiologis. Sendok cetak fisiologis dapat

dibuat dari bahan resin akrilik swapolimerisasi. Sendok cetak fisiologis merupakan

sendok cetak perseorangan yang menghasilkan hasil cetakan yang lebih akurat

dibandingkan dengan sendok cetak pabrikan. Hasil cetakan sendok fisiologis yang

diisi gipsum disebut model fisiologis, yang merupakan replika reproduksi positif dari

gigi yang telah dipreparasi.30

Menurut Spesifikasi ANSI/ADA No. 25 (ISO 6873) gipsum terbagi atas

plaster cetak (Tipe I), plaster model (Tipe II), dental stone (Tipe III), dental stone

kekuatan tinggi (Tipe IV), dan dental stone kekuatan tinggi ekspansi tinggi (Tipe

(9)

bahan stone untuk pembuatan die antara lain kekuatan, kekerasan, dan ekspansi

pengerasan minimal. Untuk memperoleh sifat ini, digunakan ∝-hemihidrat dari jenis

‘Densite’. Partikel-partikel berbentuk kuboidal serta daerah permukaan yang lebih

kecil menghasilkan sifat tersebut. (Tabel 2)31

Tabel 2. Jenis-jenis produk gipsum31

Jenis Waktu

Pengerasan (menit)

Ekspansi Pengerasan pada 2 jam Rasio W : P

Minimal (%) Maksimal (%)

Kontrol infeksi dalam bidang kesehatan sekarang ini menjadi subjek dari

penelitian yang intensif.32 Risiko transmisi penyakit bervariasi tergantung dari daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi mikroorganisme.33 Kekhawatiran terhadap bahaya kontaminasi silang saat prosedur dental memicu perkembangan kontrol infeksi dalam

klinik dan laboratorium kedokteran gigi.9 Dalam melakukan kontrol infeksi diperlukan kerja sama dari seluruh tim tenaga kesehatan.32

Dalam bidang kedokteran gigi, protokol dan prosedur yang terlibat dalam

pencegahan dan pengendalian infeksi adalah untuk mengurangi kemungkinan risiko

atau infeksi silang yang terjadi di praktek dokter gigi, sehingga dapat menghasilkan

lingkungan yang aman bagi dokter gigi, staf dan pasien.33 Dokter gigi tidak mengetahui dengan pasti apakah pasien yang datang untuk merawat giginya adalah

pasien carrier atau bukan, oleh karena itu sebaiknya semua pasien diperlakukan

(10)

dilakukan.9 Kontrol infeksi dalam praktek kedokteran gigi meliputi beberapa prosedur antara lain evaluasi pasien, proteksi diri, sterilisasi dan desinfeksi.12,33

2.5.1 Evaluasi Pasien

Pada saat pertama kali pasien datang ke praktek dokter gigi, rekam medik

haruslah dicatat dan senantiasa diperbaharui pada saat kunjungan pasien berikutnya,

hal ini dimaksukkan agar dapat diketahui adanya kemungkinan terjadinya infeksi

silang pada praktek dokter gigi.32,33 Dokter gigi tidak mengetahui dengan pasti apakah pasien yang datang untuk merawat giginya adalah pasien carrier atau bukan,

oleh karena itu sebaiknya semua pasien diperlakukan carrier dengan melakukan

kontrol infeksi secara umum pada prosedur klinis yang dilakukan.9,32

2.5.2 Proteksi Diri

Proteksi diri dilakukan pada praktek dokter gigi untuk melindungi diri dari

kontaminasi oleh infeksi dalam melindungi kulit, tangan maupun lengan dari darah,

saliva ataupun cairan lainnya. Terdapat beberapa perlindungan diri di praktek dokter

gigi antaranya memakai sarung tangan, kaca mata, masker dan baju praktek. Selain

itu, dokter gigi juga harus menutupi luka karena luka dapat merupakan tempat

masuknya mikroorganisme patogen, serta tidak lupa untuk mencuci tangan baik

sebelum maupun sesudah merawat pasien.9,33

2.5.3 Sterilisasi Alat dan Bahan

Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme

dengan tuntas termasuk endospora bakteri.34,35 Dalam hal ini, diperlukan alat khusus dan senantiasa dimonitor untuk menjaga efektivitasnya.34 Dalam kedokteran gigi, sterilisasi dapat dilakukan dengan sterilisasi panas pada alat-alat yang tahan

panas.33,35,36 Sterilisasi panas yang sering dilakukan antara lain autoclave (uap di bawah tekanan), chemiclave, dan dry heat. Metode autoclave merupakan metode

yang menggunakan uap dan tekanan dimana merupakan metode yang paling umum

(11)

pada suhu, tekanan dan waktu tertentu untuk melakukan proses sterilisasi. Sterilisasi

dry heat merupakan cara lain yang dapat digunakan dalam kedokteran gigi, dimana

sterilisasi jenis ini lebih tidak korosif jika dibandingkan dengan metode autoclave.36

Pada alat yang tidak tahan panas dapat dilakukan sterilisasi dengan bahan kimia pada

suhu ruang.35

2.5.4 Desinfeksi

Desinfeksi adalah suatu proses penghancuran mikroorganisme yang bersifat

patogen termasuk bakteri, virus, dan jamur, namun tidak membunuh endospora

bakteri.34,35 Desinfeksi dalam kedokteran gigi sering dilakukan pada bahan cetak untuk mencegah terjadinya infeksi silang.9 Desinfeksi dapat dilakukan dengan tindakan fisik dan kimia. Tindakan fisik seperti dry heat pada suhu 160o - 180o selama 2 jam dan wet steam pada suhu 121o selama 15 menit (autoclaving) dapat mengakibatkan kenaikan suhu yang dapat menyebabkan kerusakan dalam cetakan.2 Hasil desinfeksi cetakan polivinil siloksan light dan heavy body menggunakan steam

konvensional autoclave dan gas etilen oksida diteliti dapat digunakan sebagai model

diagnostik ataupun pembuatan prostesis sementara, namun tidak dapat digunakan

untuk pembuatan gigi tiruan cekat maupun gigi tiruan sebagian lepasan.37 Oleh karena itu, desinfeksi bahan cetak menggunakan bahan kimiawi sangat dianjurkan.2

2.5.4.1Bahan Desinfektan

Desinfektan adalah bahan yang digunakan pada proses desinfeksi dan dapat

membunuh mikroorganisme patogen, khususnya jika diaplikasikan pada objek mati.

Beberapa desinfektan dapat juga digunakan pada makhluk hidup atau diaplikasikan

pada jaringan untuk membunuh mikroorganisme, namun lebih dikenal dengan

sebutan antiseptik.35,38 Kriteria desinfektan yang ideal adalah berspektrum luas, dapat

digunakan dalam segala kondisi lingkungan, tidak toksik, tidak mengiritasi, tidak

bersifat korosif, dan ekonomis, namun, susah ditemukan desinfektan yang memenuhi

semua kriteria desinfektan yang ideal. Oleh karena itu, dalam memilih desinfektan

(12)

yang paling berguna dan efektif.38 Pemakaian desinfektan pada bahan cetak sangat dianjurkan oleh American Dental Association (ADA) untuk menghindari infeksi

silang.39

2.5.4.1.1 Sodium Hipoklorit

Sodium hipoklorit merupakan bahan desinfektan yang aman dan banyak digunakan di berbagai rumah sakit, dan bersifat bakterisid. Bahan desinfektan ini

mengandung aldehida yang bebas, pottasium peroxomonosulfat, sodium benzoate dan

asam tartarik.39 Senyawa utama yang terdapat dalam sodium hipoklorit adalah klorin yang termasuk golongan halogen (intermediate level disinfectant).35,40 Keuntungan dari desinfektan sodium hipoklorit adalah antimikroba berspektrum luas, tidak

meninggalkan zat sisa yang toksik, dan terjangkau.40 Kerugiannya antara lain bau yang kurang enak, mengiritasi kulit dan mata serta mengkorosi logam.41

Pang SK (2006) dari surveinya menyatakan bahwa bahan desinfektan yang

paling banyak digunakan untuk desinfeksi hasil cetakan adalah sodium hipoklorit.10 Menurut Merchant dkk (2004), menyatakan larutan sodium hipoklorit dengan

konsentrasi 0,5% sudah cukup untuk mendesinfeksi bahan cetak.6 Berdasarkan penelitian dari Santosh (2011) penyemprotan dalam waktu 1 menit dengan sodium

hipoklorit yang dihitung dengan colony counter pada bakteri jenis S. aureus dan S.

viridans yang terdapat pada cetakan terjadi penurunan jumlah bakteri 100%.2 Selain

itu, sodium hipoklorit memiliki efek desinfektan bakterisidal, virusidal dan

fungisidal.2

Silva dkk (2004) melakukan penelitian tentang cetakan silikon kondensasi

yang direndam dalam larutan sodium hipoklorit 1% selama 10 menit menyatakan

tidak terdapat perubahan dimensi yang signifikan, dimana dimensi cetakan yang tidak

direndam adalah 25,018 mm dan yang direndam selama 10 menit adalah 25,024 mm.6

Hasil penelitian Oderinu OH (2007) menyimpulkan bahwa penggunaan sodium

hipoklorit 1% dengan teknik penyemprotan selama 10 menit pada hasil cetakan

alginat tidak terdapat perubahan dimensi yang signifikan pada model, dimana jarak

(13)

penyemprotan selama 10 menit jaraknya 50,21 mm.20 Penelitian Saber FS dkk (2010) menyatakan terjadi perubahan dimensi cetakan silikon yang disemprot larutan sodium

hipoklorit 5,25%, namun persentase perubahan dimensi yang terjadi masih kurang

dari 0,5% sehingga menurut spesifikasi ADA no 19 masih dalam batasan yang dapat

ditolerir.16 Ongko DP (2012) melakukan penelitian tentang cetakan elastomer silikon adisi yang direndam dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% dan 2%, menyimpulkan

sodium hipoklorit 0,5% dapat menggantikan larutan sodium hipoklorit 2% sebagai

desinfektan untuk bahan cetak.23 Ongo TA dkk (2014) menyatakan bahwa penggunaan teknik penyemprotan dengan sodium hipoklorit 0,5% selama 5, 10, dan

15 menit pada bahan cetak elastomer terdapat perbedaan bermakna yang signifikan

pada stabilitas dimensi cetakan dimana hasil selisih diameter cetakan antara yang

disemprot dan tidak disemprot menunjukkan nilai rata-rata 0,2686 mm dengan waktu

5 menit, 0,3860 mm dengan waktu 10 menit dan 0,2020 mm dengan waktu 15 menit.2

2.5.4.1.2 Daun Sirih

Dewasa ini telah berkembang penggunaan obat tradisional sebagai alternatif

dari bahan kimia.11,12 Indonesia mempunyai beraneka ragam jenis tanaman yang digunakan sebagai obat-obat tradisional.8 Obat-obat tradisional Indonesia umumnya menggunakan bahan-bahan yang relatif mudah didapat dan penggunaannya tidak

membutuhkan biaya yang tinggi.11,12 Salah satu obat tradisional yang sering

digunakan adalah daun sirih.8

Daun sirih (Piper betle Linn) sudah lama dikenal masyarakat Indonesia, dan

sekarang ini dimanfaatkan oleh masyarakat umum sebagai antiseptik. Penggunaan

secara tradisional biasanya dengan merebus daun sirih kemudian air rebusan tersebut

digunakan untuk berkumur atau membersihkan bagian tubuh lain, atau daun sirih

dilumatkan kemudian ditempelkan pada luka.13 Daun sirih dapat digunakan untuk

pengobatan berbagai macam penyakit diantaranya obat sakit gigi dan mulut,

sariawan, abses rongga mulut, luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut, batuk dan

serak, hidung berdarah, keputihan, tetes mata, gangguan lambung, gatal-gatal, kepala

(14)

Jenis daun sirih antara lain :

1. Daun sirih jawa

Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau

bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasanya

dimakan dengan cara mengunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Namun

mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulut. Sirih digunakan

sebagai tanaman obat, sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat.43 Daun sirih jawa berwarna hijau tua dan rasanya tidak begitu tajam (Gambar 4).44

Gambar 4. Daun Sirih Jawa43

2. Daun sirih merah

Tanaman sirih merah tumbuh di berbagai daerah di Indonesia. Batangnya

bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya berbentuk jantung

dengan bagian ujung meruncing. Panjang daun bisa mencapai 15-20 cm. Warna ujung

daun hijau bersaput putih keabu-abuan. Bagian pangkal daun berwarna merah hati.

Daunnya berlendir, berasa sangat pahit, dan beraroma wangi khas sirih. Tanaman ini

tergolong langka karena tidak tumbuh di setiap tempat. Bisa tumbuh dengan baik di

tempat yang teduh dan tidak terlalu banyak terkena sinar matahari.43 3. Daun sirih banda

Daun sirih banda berdaun besar, berwarna hijau tua dan kuning di beberapa

(15)

4. Daun sirih cengkeh

Daun sirih cengkeh berdaun kuning, dan rasanya tajam menyerupai rasa

cengkeh.44

5. Daun sirih hitam

Daun sirih hitam rasanya sengak, biasanya digunakan untuk campuran obat.44 Jenis sirih yang sering digunakan masyarakat adalah sirih jawa. Kandungan

sirih adalah minyak atsiri yang terdiri dari hidroksi kavikol, kavibetol, estragol,

eugenol, metileugenol, karvakrol, terpen, seskuiterpen, fenilpropan, dan tanin.13,44 Beberapa penelitian ilmiah menyatakan bahwa daun sirih juga mengandung enzim

diastase, gula, dan tanin. Biasanya, daun sirih muda mengandung diastase, gula, dan

minyak atsiri lebih banyak dari daun sirih tua. Sementara itu, kandungan taninnya

relatif sama.Daun sirih terkenal akan khasiatnya sebagai desinfektan karena memiliki

kandungan minyak atsiri. Dalam minyak atsiri sepertiganya terdiri dari fenol dan

sebagian besar adalah kavikol.44 Kavikol inilah yang memberikan bau khas daun sirih dan mempunyai khasiat bakterisid lima kali lebih kuat daripada fenol (yang tergolong

intermediate level disinfectant).8,35,44 Siswomihardjo (1994) menyebutkan bahwa air

sirih 25% yang diolah dengan cara direbus menyebabkan bakteri tidak tumbuh.8 Sebagian besar penelitian tentang tanaman daun sirih telah membuktikan efek

antibakterial terhadap Streptococcus mutans. Infusa daun sirih secara tidak langsung

menghambat perlekatan dari Streptococcus mutans dengan membuat lingkungan

menjadi tidak kondusif bagi Streptococcus mutans untuk melekat.8 Penelitian Vani K dkk (2011) menunjukkan bahwa daun sirih memiliki efek antimikroba dalam

mengurangi mikroflora di dalam mulut.14 Soemiati dan Elya (2002) menyatakan

bahwa kadar hambat minimum (KHM) daun sirih yang dapat menghambat

pertumbuhan Candida albicans adalah sebesar 25%. Selain itu, infusa sirih juga dapat

menghambat pertumbuhan E. Coli, Staphylococcus koagulase positif, Salmonela

typhosa, bahkan Pseudomonas aeruginosa yang kerap kali resisten terhadap

antibiotik.8 PenelitianPraja H A (2009) menunjukkan bahwa perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam rebusan daun sirih 25% selama 5 menit berpengaruh

(16)

Hasil penelitian Affandi A (2009), bahan cetak elastomer pada perendaman

dalam larutan desinfektan daun sirih 25% selama 10, 20, 30, 40 dan 50 menit

dibandingkan dengan yang tidak dilakukan perendaman terjadi perubahan dimensi

hasil cetakan, perbedaan rata-rata diameter hasil pengukuran pada yang tidak

direndam sebesar 0,6010, pada yang direndam 10 menit sebesar 0,6110, 20 menit

sebesar 0,6130, 30 menit sebesar 0,6110, 40 menit sebesar 0,6130 dan yang 50 menit

sebesar 0,6240.24 Sari RDAN dkk (2013) yang melakukan penelitian tentang desinfeksi cetakan alginat menyatakan bahwa cetakan yang disemprot infusa daun

sirih 25% selama 10 menit pada model induk replika rahang bawah, diameter silinder

(jarak bukolingual) dari A dan D (mewakili gigi molar 1 kanan dan kiri), B dan C

(mewakili gigi kaninus kanan dan kiri) serta jarak antar silinder (jarak antara A dan

B, B dan C, C dan D, D dan A) dari cetakan terdapat perubahan dimensi yang

signifikan. Hasil pengukuran diameter silinder A, B, C dan D tanpa perlakuan adalah

8,8838 mm, 6,3933 mm, 6,3733 mm, dan 8,8981 mm sedangkan dengan

penyemprotan adalah 8,8133 mm, 6,3395 mm, 6,3310 mm, dan 8,8077 mm. Jarak

antar silinder A dan B, B dan C, C dan D, D dan A tanpa perlakuan adalah 31,1143

mm, 32,5743 mm, 31,0914 mm dan 56,2 mm sedangkan dengan penyemprotan

adalah 30,96 mm, 32,5429 mm, 30,9429 mm dan 56,1571 mm.8 Berbeda dengan penelitian Hasanah NY dkk (2014) yang menyatakan penyemprotan larutan daun

sirih 80% pada bahan cetak alginat selama 5, 10 dan 15 menit tidak menyebabkan

perubahan dimensi yang signifikan jika dibandingkan dengan bahan cetak tanpa

penyemprotan selama 5, 10 dan 15 menit, hasil pengukuran diameter rata-rata cetakan

alginat tanpa penyemprotan selama 5, 10 dan 15 menit adalah 45,30 mm, 45,40 mm,

dan 45,38 mm sedangkan yang disemprot larutan daun sirih 80% selama 5, 10 dan 15

menit adalah 45,35 mm, 45,40 mm dan 45,39 mm.19

2.5.4.2Metode Desinfeksi Hasil Cetakan

Metode yang digunakan untuk mendesinfeksi hasil cetakan ada dua yaitu

(17)

D dkk (2008) menyatakan pada bahan cetak elastomer yang direndam di dalam

larutan desinfektan (quaternary ammonium compounds dan glutardehid) disimpulkan

tidak ada perubahan klinis yang relevan.17 Penelitian lain Iara C (2011) ketika

menggunakan teknik perendaman dalam melakukan desinfeksi bahan cetak elastomer

terdapat perubahan dimensi yang signifikan.2 Namun dari hasil penelitian tidak semuanya sependapat karena terdapat perbedaan waktu perendaman, bahan

desinfektan serta jenis bahan cetak yang digunakan.17

Menurut survei Kugel G dkk (2000), sebanyak 46% laboratorium di USA

melakukan desinfeksi dengan teknik penyemprotan, 34% laboratorium melakukan

desinfeksi dengan teknik perendaman, 23% lainnya menyatakan tidak mengetahui

teknik mana yang sesuai.18 Silva dan Salvador (2004) serta Saber FS, dkk (2010) menyatakan bahwa metode desinfeksi dengan teknik perendaman menunjukkan

aktivitas antimikrobial yang sama dengan teknik penyemprotan.6,16,19 Penelitian menyatakan perubahan dimensi pada bahan cetak dengan perendaman lebih besar

daripada penyemprotan. Sari RDAN dkk (2013) yang melakukan penelitian tentang

penyemprotan dan perendaman infusa daun sirih 25% pada bahan cetak menyatakan

bahwa desinfeksi cetakan dengan teknik penyemprotan menghasilkan perubahan

dimensi yang lebih kecil dibandingkan teknik perendaman.8 Oleh karena itu, teknik penyemprotan dianggap sebagai metode yang efektif untuk mengurangi terjadinya

risiko perubahan dimensi pada cetakan dibandingkan dengan teknik perendaman.6

2.6 Mekanisme Perubahan Dimensi Cetakan Silikon Adisi pada Model Dimensi adalah pengukuran suatu bahan pada arah tertentu, seperti panjang,

lebar, tinggi, atau diameter. Menurut ketentuan spesifikasi ANSI/ADA penelitian

tentang bahan cetak elastomer termasuk stabilitas dimensinya dapat dilakukan dengan

mengukur ukuran jarak bukolingual, oklusogingival dan interpreparasi.21 Perubahan

dimensi pada bahan cetak elastomer dapat disebabkan banyak faktor diantaranya

hydrophilicity, penyusutan saat polimerisasi (polymerization shrinkage), penguapan

produk sampingan dari reaksi polimerisasi, penyusutan yang disebabkan perubahan

(18)

Stabilitas dimensi pada hasil cetakan merupakan hal penting dalam

keberhasilan pembuatan gigi tiruan.19 Bahan cetak elastomer jenis silikon adisi (polivinil siloksan) tidak menghasilkan hasil sampingan setelah reaksi polimerisasi,

oleh karena itu diharapkan dapat lebih stabil dimensinya. Polivinil siloksan

dilaporkan memiliki dimensi yang cenderung stabil, bahkan bisa tetap stabil

dimensinya sampai 1 minggu, karena itu hasil cetakan dengan bahan cetak ini dapat

diisi gipsum keras berulang kali.41 Walaupun demikian, semua bahan cetak elastomer mengalami penyusutan (shrinkage) sewaktu polimerisasi. Pada reaksi polimerisasi

adisi mencakup penggabungan bahan base hidrogen siloksan dengan katalis platinum,

dimana kemungkinan dapat terjadi penyusutan (shrinkage), namun pada bahan

polivinil siloksan penyusutan (shrinkage) yang terjadi merupakan yang paling

sedikit.45,46 Menurut ketentuan spesifikasi ADA, perubahan dimensi yang dapat ditolerir pada bahan cetak adalah ≤0,5%.16,47

Bahan cetak polivinil siloksan seiring perkembangan juga telah dimodifikasi

dengan menambahkan surfaktan untuk meningkatkan hidrophilicity sehingga bersifat

hidrofilik.3,5 Bahan cetak silikon adisi yang hidrofilik cenderung mempunyai wettability yang tinggi dibandingkan yang hidrofobik. Wettability adalah suatu sifat

pergerakan air di dalam bahan silikon itu sendiri. Sifat wettability yang tinggi

membuat bahan cetak tersebut menyerap larutan desinfektan sehingga menjadikannya

lebih mudah untuk mengalami perubahan dimensi apabila didesinfeksi.2 Oleh karena itu, bahan cetak yang bersifat hidrofilik akan menyerap air saat didesinfeksi dengan

desinfektan dan akan mengalami ekspansi.6,30,48 Semakin besar ekspansi bahan cetak elastomer maka hasil ukuran model akan semakin kecil dikarenakan bahan cetak

berekspansi ke segala arah baik ke arah okluso gingival, buko lingual, dan

interpreparasi.20

Rebusan (infusa) daun sirih dan larutan sodium hipoklorit sebagai desinfektan

juga mengandung air, dimana air tersebut yang dapat diserap bahan cetak yang sifat

wettability tinggi sehingga bahan cetak dapat mengalami perubahan dimensi dan

(19)

rebusan (infusa) daun sirih yang diserap bahan cetak berkurang dan perubahan

dimensi yang terjadi lebih kecil.7,8

Selain itu, faktor lain dapat mempengaruhi perubahan dimensi pada

pengukuran yang dilakukan pada model yaitu setting ekspansi dari gipsum yang

digunakan untuk mengisi hasil cetakan.1 Ekspansi bahan dapat dideteksi saat perubahan hemihidrat menjadi dihidrat saat proses setting. Saat proses ini

berlangsung terjadi mekanisme kristalisasi. Proses kristalisasi tergambar sebagai

suatu pertumbuhan berlebihan dari kristal-kristal nukleus kristalisasi. Berdasarkan

keterkaitan kristal-kristal dihidrat, kristal tumbuh dari nuklei dapat berikatan ataupun

menghalangi pertumbuhan kristal yang berdekatan. Bila proses ini diulangi oleh

ribuan kristal selama pertumbuhan, suatu tekanan atau dorongan keluar dapat terjadi

yang menghasilkan ekspansi.31,37 Menurut ketentuan spesifikasi ADA, setting ekspansi yang dapat ditolerir dari dental stone tipe IV adalah ≤0,1% dalam waktu 2

(20)

2.7 Kerangka Teori Komposisi Sifat Manipulasi Keuntungan

& Kerugian

Wettability Plaster

of Paris

Kompon ZOE Elastomer Hidrokoloid

Silikon

(21)

Perubahan dimensi Hipoklorit 0,5% (10 ml) Hidrofobik

Penambahan surfaktan

 hidrofilik

Wettability menjadi lebih tinggi

Menyerap larutan disekitar

Mengandung fenol yang dapat menguap

Ekspansi bahan cetak (+ +)

Ekspansi

Hasil Cetakan Silikon Adisi (Polivinil Siloksan)

Model Fisiologis (Gipsum tipe IV)

Setting ekspansi Setting :

Hemihidrat  dihidrat

kristalisasi

(22)

2.9Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh penyemprotan rebusan daun sirih 25% pada cetakan

elastomer terhadap perubahan dimensi model fisiologis.

2. Ada pengaruh penyemprotan larutan sodium hipoklorit 0,5% pada cetakan

elastomer terhadap perubahan dimensi model fisiologis.

3. Ada perbedaan pengaruh antara penyemprotan rebusan daun sirih 25% dan

larutan sodium hipoklorit 0,5% pada cetakan elastomer terhadap perubahan dimensi

Gambar

Tabel 1. Perbedaan sifat-sifat bahan cetak elastomer22,27
Gambar 1. Atas, atom hidrogen pada struktur ikatan vinil silikon

Referensi

Dokumen terkait

4.4.1 Sampel : Die hasil cetakan dari bahan cetak Elastomer yang segera diisi bahan gips stone dan die hasil cetakan dari bahan cetak elastomer yang

Terjadinya perubahan stabilitas dimensi hasil cetakan bahan cetak elastomer jenis silikon yang bermakna ( p < 0,05) antara sampel hasil cetakan yang direndam ke dalam

8 Hasil uji t-independent untuk menentukan perbedaan pengaruh perendaman cetakan alginat dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% terhadap jumlah

Perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% selama empat menit dapat digunakan untuk mendesinfeksi cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi karena efektif

Perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% selama empat menit dapat digunakan untuk mendesinfeksi cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi karena efektif

Sodium hipoklorit termasuk golongan halogen. Sodium hipoklorit merupakan bahan germisidal yang kuat dan dapat membunuh sebagaian besar bakteri. Sodium hipoklorit

cetakan alginat yang direndam dalam larutan ekstrak daun salam 25% selama 5, 10,.. 15, dan

4 Nilai Stabilitas Dimensi Hasil Cetakan Polivinil Siloksan dalam Perendaman Larutan Sodium 2% (Kelompok A), Larutan Pemutih Pakaian yang Mengandung Sodium Hipoklorit 0,5% (Kelompok