• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Pasien Pasca Hemimaksilektomi Dengan Sodium Hipoklorit 0,5% Terhadap Jumlah Klebsiella pneumoniae dan Perubahan Dimensi Model Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Pasien Pasca Hemimaksilektomi Dengan Sodium Hipoklorit 0,5% Terhadap Jumlah Klebsiella pneumoniae dan Perubahan Dimensi Model Chapter III V"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan desain penelitian post test only control group design. Penelitian eksperimental merupakan kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengungkapkan suatu gejala atau pengaruh yang timbul akibat adanya perlakuan tertentu. Desain penelitian post test only control group design, terdapat 2 kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi kemudian dilakukan uji pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (Budiharto, 2008; Setiawan, 2009).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

a. Pengambilan sampel dilakukan di Klinik Ortodonsia RSGMP FKG USU. b. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FK USU dan Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU.

3.2.2 Waktu Penelitian

(2)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah pasien yang datang ke Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU.

3.3.2 Sampel Penelitian

Pemilihan sampel menggunakan Purposive sampling berdasarkan kriteria eksklusi dan inklusi terhadap cetakan alginat yang diperoleh dengan melakukan pencetakan pasien yang datang ke Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU. Penentuan besar sampel minimal adalah berdasarkan rumus berikut: (Hanafiah, 2003)

Keterangan: t= banyaknya kelompok perlakukan n=jumlah sampel

Dalam penelitian ini jumlah perlakuan sebanyak 8 perlakuan yaitu cetakan alginat dibilas aquabidestilata (kontrol) dan direndam sodium hipoklorit0,5%. Jumlah sampel (n) tiap kelompok sampel dapat ditentukan sebagai berikut:

(t-1) (n-1) ≥ 15 (8-1) (n-1) ≥ 15 7 (n-1) ≥ 15

n-1 ≥ 2,14 n ≥ 3,14

n = 4

(3)

Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dengan pembagian sebagai berikut:

Kriteria inklusi:

a. Pasca hemimaksilektomi minimal 2 minggu b. Terdapat defek pada rahang atas

c. Kesehatan umum baik

1. Jumlah Klebsiella pneumoniae pada cetakan 2. Jumlah Klebsiella pneumoniae pada model 3. Perubahan dimensi model

Variabel terkendali

1. Jenis dan berat alginat yang digunakan 2. Rasio W/P alginat

3. Teknik pencampuran alginat 4. Jenis gips yang digunakan 5. Rasio W/P gips tipe III 6. Suhu ruangan

7. Waktu perendaman sodium hipoklorit 0,5% 8. Teknik perendaman sodium hipoklorit 0,5% 9. Suhu sodium hipoklorit 0,5%

10. Suhu dan waktu autoklaf 11. Suhu dan waktu inkubator

12. Media pertumbuhan bakteri (MacConkey agar) 13. Lama pengkulturan bakteri 24 jam

(4)

3.5 Definisi Operasional

Variabel bebas Defenisi operasional Skala ukur Alat ukur

Perendaman cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi dengan sodium hipoklorit 0,5%

Cetakan alginat yang dicetakkan ke rahang atas pasien pasca hemimaksilektomi kemudian dibilas dengan aquabidestilata selama 15 detik dan direndam dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% masing-masing dengan waktu 2 dan 4 menit

- -

Variabel terikat Defenisi operasional Skala ukur Alat ukur

Jumlah Klebsiella

pneumoniae pada cetakan

Hasil swab dari cetakan dikultur pada media

MacConkey agar, diinkubasi dalam

inkubator pada suhu 370C selama 24 jam dan

jumlah Klebsiella pneumoniae yang tumbuh

dihitung dengan satuan CFU

Hasil swab dari model dikultur pada media

MacConkey agar, diinkubasi dalam

inkubator pada suhu 370C selama 24 jam dan

jumlah Klebsiella pneumoniae yang tumbuh

dihitung dengan satuan CFU

pengukuran pada model hasil pengisian gips tipe III

3.6 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Sendok cetak rahang atas (Smic, China)

(5)

b. Cotton swab steril (Citotest, Indonesia)

Gambar 3.2 Cotton swab steril (Citotest, Indonesia)

c. Biosafety cabinet (Class II BSC merk ESCO, USA)

Gambar 3.3 Biosafety cabinet (Class II BSC merk ESCO, USA)

d. Inkubator (Binder, USA)

Gambar 3.4 Inkubator (Binder, USA)

e. Kaliper digital (VKTECH, China)

(6)

f. Automatic alginate mixer (Blendex, USA)

Gambar 3.6 Automatic alginate mixer (Blendex, USA)

g. Model master rahang atas h. Kaca mulut (Smic, China) i. Vacuum mixer (Mixyvac)

j. Timbangan digital (Mettler Toledo Carat Scale, USA) k. Gelas ukur (Pyrex,USA)

l. Cool box (Lionstar, Indonesia) m.Wadah 600 ml (Lionstar, Indonesia) n. Vibrator (Fili Manfredi Pulsar-2, Italy) o. Bunsen (Indonesia)

p. Tabung reaksi (Iwaki Pyrex, Indonesia) q. Kaca preparat (Sail brand, China) r. Stopwatch (Casio, Japan)

(7)

3.6.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a. Aquabidestilata steril (Kimia Farma, Indonesia)

Gambar 3.7 Aquabidestilata steril (Kimia Farma, Indonesia)

b. Larutan sodium hipoklorit 0,5%

Gambar 3.8 Larutan sodium hipoklorit 0,5%

c. Alginat (Alginoplast, Germany)

d. Gips tipe III (Hera Moldano, Germany) e. Media MacConkey agar

f. Masker 3 ply (Sensi, Indonesia)

g. Sarung tangan disposable (Sensi, Indonesia)

3.7 Prosedur Penelitian

(8)

koloni Klebsiella pneumoniae, penghitungan jumlah koloni Klebsiella pneumoniae dan pembuatan sampel untuk pengukuran perubahan dimensi.

3.7.1 Sterilisasi Alat

Alat-alat yang disterilisasi adalah tabung reaksi, gelas ukur, kaca mulut, sendok cetak. Semua alat tersebut dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu. Kemudian, dibungkus dengan aluminium foil dan disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 1210C dengan tekanan 2 atm selama 15 menit.

3.7.2 Persiapan Pengambilan Cetakan Alginat

Cetakan alginat pada rahang atas diperoleh dengan melakukan pencetakan pada pasien pasca hemimaksilektomi setelah melalui seleksi inklusi dan ekslusi, subjek penelitian membaca dan mengisi informed concent sebelum diikutsertakan menjadi subjek penelitian kemudian dilakukan pengambilan cetakan alginat.

3.7.3 Pengambilan Cetakan Alginat

a. Satu subjek penelitian dilakukan empat kali pencetakan pada rahang atas dengan interval waktu 3x24 jam (Gambar 3.9).

(9)

b. Subjek penelitian duduk tegak dan dilatih untuk bernafas dari hidung. c. Pemilihan dan penyesuaian sendok cetak rahang atas.

d. Bubuk alginat 23 g dan aquabidestilata 230C 50 ml (sesuai petunjuk pabrik) dicampurkan dalam automatic alginate mixerselama 10 detik.

e. Selanjutnya keluarkan adonan dan aplikasikan pada sendok cetak rahang atas (Gambar 3.10).

Gambar 3.10 Adonan alginat

f. Masukkan sendok cetak rahang atas ke dalam rongga mulut subjek penelitian.

g. Dengan menggunakan jari telunjuk dan jari manis tangan kanan operator menekan sendok cetak ke atas, dimulai bagian posterior lalu anterior.

h. Waktu mengeras bahan cetak 60 detik (sesuai petunjuk pabrik). i. Lepaskan sendok cetak dari rahang atas.

(10)

Gambar 3.11 Cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi

3.7.3.1Pembilasan Cetakan Alginat dengan Aquabidestilata (Kontrol)

a. Cotton swab steril diusapkan secara menggulung (untuk memastikan pemerataan koloni Klebsiella pneumoniae pada cotton swab) pada daerah defek cetakan alginat dengan luas 1cmx1cm, cotton swab tersebut langsung diusapkan ke media MacConkey agar (Gambar 3.12).

Gambar 3.12 Cotton swab langsung

diusapkan pada media

MacConkey agar

b. Cetakan alginat dibilas dengan aquabidestilata selama 15 detik untuk mensimulasi pembilasan yang dilakukan oleh dokter gigi dan digoyang-goyangkan untuk menghilangkan air yang melekat.

(11)

d. Cetakan alginat dibilas dengan aquabidestilata selama 15 detik.

e. Cotton swab steril diusapkan secara menggulung pada daerah defek cetakan alginat dengan luas 1cmx1cm, cotton swab tersebut langsung diusapkan ke media MacConkey agar.

f. Aquabidestilata dan bubuk gips tipe III ditakar berdasarkan petunjuk pabrik menggunakan 30 ml aquabidestilata per 100 g bubuk gips tipe III, dicampur dengan menggunakan vacuum mixer selama 30 detik (Gambar 3.13).

Gambar 3.13 Aquabidestilata dan bubuk gips tipe III

dicampur dengan menggunakan vacuum

mixer selama 30 detik

g. Selanjutnya keluarkan adonan dan tuang ke dalam cetakan rahang atas dengan bantuan spatula sambil digetarkan dengan vibrator selama 10 detik.

h. Setelah 1 jam pencampuran (final set) pisahkan model dari cetakan yang dilakukan di dalam safety cabinet.

(12)

Gambar 3.14 Cotton swab steril diusapkan secara menggulung pada daerah defek

j. Cawan petri disimpan dalam cool box untuk dibawa ke laboratorium. k. 3 hari kemudian diulangi untuk perlakuan 4 menit.

3.7.3.2Perendaman Cetakan Alginat dengan Sodium Hipoklorit 0,5%

a. Cotton swab steril diusapkan secara menggulung pada daerah defek cetakan alginat dengan luas 1cmx1cm, cotton swab tersebut langsung diusapkan ke media MacConkey agar.

b. Cetakan alginat dibilas dengan aquabidestilata selama 15 detik untuk mensimulasi pembilasan yang dilakukan oleh dokter gigi dan digoyang-goyangkan untuk menghilangkan air yang melekat.

c. Cetakan alginat di rendam dalam larutan sodium hipoklorit 0,5 % selama 2 menit.

d. Cetakan alginat dibilas dengan aquabidestilata selama 15 detik.

(13)

f. Aquabidestilata dan bubuk gips tipe III ditakar berdasarkan petunjuk pabrik menggunakan 30 ml aquabidestilata per 100 g bubuk gips tipe III, dicampur dengan menggunakan vacuum mixer selama 30 detik.

g. Selanjutnya keluarkan adonan dan tuang ke dalam cetakan rahang atas dengan bantuan spatula sambil digetarkan dengan vibrator selama 10 detik.

h. Setelah 1 jam pencampuran (final set) pisahkan model dari cetakan rahang atas dilakukan di dalam safety cabinet.

i. Cotton swab steril diusapkan secara menggulung dengan luas 1cmx1cm, cotton swab tersebut langsung diusapkan ke media MacConkey agar.

j. Cawan petri MacConkey agar disimpan dalam cool box untuk dibawa ke laboratorium dan diinkubasi 24 jam dengan suhu 370C.

k. 3 hari kemudian diulangi untuk perlakuan 4 menit.

3.7.4 Identifikasi Koloni Klebsiella pneumoniae

(14)

Gambar 3.15 Koloni Klebsiella pneumoniae

pada media MacConkey agar

b. Pewarnaan Gram

Koloni Klebsiella pneumoniae terlihat berwarna merah, berbentuk batang lurus berpasangan atau tunggal, pendek, dan memiliki kapsul secara mikroskopik.

c. Reaksi biokomia

Tabel 3.1 Reaksi biokimia Klebsiella pneumoniae pada uji identifikasi primer

Reaksi

3.7.5 Penghitungan Jumlah Koloni Klebsiella pneumoniae

(15)

b. Jumlah koloni Klebsiella pneumoniae setiap sampel digunakan untuk menentukan persentase selisih jumlah koloni Klebsiella pneumoniae.

c. Rumus persentase selisih jumlah koloni Klebsiella pneumoniae. Jumlah koloni (setelah perlakuan) - Jumlah koloni (sebelum perlakuan) Jumlah koloni (sebelum perlakuan)

3.7.6 Pembuatan Sampel untuk Pengukuran Perubahan Dimensi

a. Untuk menyamakan keadaan klinis, pembuatan model dengan menggunakan basis, model master rahang atas, dan sendok cetak yang berlubang (Farzin, 2010).

b. Fiksasikan 3 die silindris dengan tinggi 6 mm, diameter 6 mm pada regio gigi M2 sebelah kanan, kiri dan jarak 10 mm dari midline gigi insisivus sentralis. Fiksasikan 2 buah guiding pin pada basis yang akan berhubungan dengan lubang-

c. lubang untuk mempertahankan posisi sendok cetak sesuai dan stabil (Farzin, 2010) (Gambar 3.16).

Gambar 3.16 Model master dan sendok cetak yang telah dimodifikasi

d. Bubuk alginat 23 g dan aquabidestilata 230C 50 ml (sesuai petunjuk pabrik) dicampurkan dalam automatic alginate mixer selama 10 detik.

(16)

e. Selanjutnya keluarkan adonan dan aplikasikan pada sendok cetak (Gambar 3.17).

Gambar 3.17 Adonan alginat diaplikasikan pada sendok cetak

f. Posisikan sendok cetak rahang atas ke model master dan lakukan penekanan (Gambar 3.18).

Gambar 3.18 Penekanan sendok

cetak rahang atas pada

model master

g. Waktu mengeras bahan cetak 60 detik (sesuai petunjuk pabrik) h. Lepaskan sendok cetak dari model master

(17)

a. Cetakan alginat dibilas dengan aquabidestilata selama 15 detik (Gambar 3.19).

Gambar 3.19 Cetakan alginat dibilas dengan aquabidestilata selama 15 detik

b. Cetakan alginat disimpan dalam wadah steril selama 2 menit. c. Cetakan alginat dibilas dengan aquabidestilata selama 15 detik.

d. Aquabidestilata dan bubuk gips tipe III ditakar berdasarkan petunjuk pabrik menggunakan 30 ml aquabidestilata per 100 g bubuk gips tipe III, dicampur dengan menggunakan vacuum mixer selama 30 detik.

e. Selanjutnya keluarkan adonan dan tuang ke dalam cetakan rahang atas dengan bantuan spatula sambil digetarkan dengan vibrator selama 10 detik (Gambar 3.20).

(18)

f. Setelah 1 jam pencampuran (final set) pisahkan model dari cetakan rahang atas (Gambar 3.21).

Gambar 3.21 Model rahang atas

g. Diulangi untuk perlakuan 4 menit

3.7.6.2 Perendaman Cetakan Alginat dengan Sodium Hipoklorit 0,5% a. Cetakan alginat dibilas dengan aquabidestilata selama 15 detik.

b. Cetakan alginat direndam dalam sodium hipoklorit 0,5% selama 2 menit. c. Cetakan alginat dibilas dengan aquabidestilata selama 15 detik.

d. Aquabidestilata dan bubuk gips tipe III ditakar berdasarkan petunjuk pabrik menggunakan 30 ml aquabidestilata per 100 g bubuk gips tipe III, dicampur dengan menggunakan vacuum mixer selama 30 detik.

e. Selanjutnya keluarkan adonan dan tuang ke dalam cetakan rahang atas dengan bantuan spatula sambil digetarkan dengan vibrator selama 10 detik.

f. Setelah 1 jam pencampuran (final set) pisahkan model dari cetakan rahang atas.

(19)

3.7.6.3 Pengukuran Model

a. Setiap sampel dibiarkan mengering pada suhu ruangan selama 24 jam. b. Setiap sampel dilakukan pengukuran crossarch (CA), anteroposterior (AP) dan menggunakan kaliper digital (Gambar 3.22 dan 3.23).

Gambar 3.22 Pengukuran crossarch

(CA)

Gambar 3.23 Pengukuran

anteroposterior (AP)

c. Hasil pengukuran digunakan untuk menentukan persentase dari perubahan dimensi.

d. Rumus persentase perubahan dimensi: l1-l0 x 100%

l0

Keterangan:

(20)
(21)

3.9 Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah

1. Analisis Univarian untuk mengetahui nilai rata-rata dan standar deviasi masing-masing kelompok.

2. Uji t-independent dan Mann Whitney untuk melihat pengaruh perendaman cetakan alginat dengan sodium hipoklorit 0,5% terhadap jumlah Klebsiella pneumoniae pada cetakan dan model.

3. Uji ANOVA satu arah untuk melihat pengaruh perendaman cetakan alginat dengan sodium hipoklorit 0,5% terhadap perubahan dimensi pada model.

(22)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Pasien Pasca Hemimaksilektomi dengan Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% Selama 2 dan 4 Menit terhadap Jumlah Klebsiella pneumoniae pada Cetakan Alginat

Penghitungan jumlah Klebsiella pneumoniae pada cetakan alginat dilakukan di cawan petri yang berisi MacConkey agar yang telah diinkubasi 24 jam di dalam inkubator dengan satuan CFU. Jumlah koloni Klebsiella pneumoniae dibandingkan dengan saat cetakan dibilas dengan air setelah dikeluarkan dari rongga mulut. Hasil penurunan jumlah bakteri berupa persentase.

(23)

Tabel 4.1 Penurunan jumlah koloni Klebsiella pneumoniae pada kelompok kontrol 2 menit, desinfeksi 2 menit, kontrol 4 menit, desinfeksi 4 menit pada cetakan

Kelompok Sampel Penurunan jumlah koloni

Klebsiella pneumoniae (%)

Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan data penurunan jumlah koloni Klebsiella pneumoniae terdistribusi normal untuk kelompok kontrol 2 menit, kontrol 4 menit, desinfeksi 2 menit (p>0,05) dan tidak terdistribusi normal untuk kelompok desinfeksi 4 menit (p<0,005).

(24)

Tabel 4.2 Pengaruh perendaman cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi dengan larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 2 menit terhadap penurunan jumlah

Klebsiella pneumoniae pada cetakan dengan uji t independen

Kelompok N x (%) ± SD p

Tabel 4.3 Pengaruh perendaman cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi dengan larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 4 menit terhadap penurunan jumlah

Klebsiella pneumoniae pada cetakan dengan uji Mann Whitney

Kelompok N x (%) ± SD p

4.2 Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Pasien Pasca Hemimaksilektomi dengan Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% Selama 2 dan 4 Menit terhadap Jumlah Klebsiella pneumoniae pada Model

Penghitungan jumlah Klebsiella pneumoniae dari model dilakukan di cawan petri yang berisi MacConkey agar yang telah diinkubasi 24 jam di dalam inkubator dengan satuan CFU. Jumlah koloni Klebsiella pneumoniae dibandingkan dengan jumlah koloni dari cetakan. Hasil penurunan jumlah bakteri berupa persentase.

(25)

didesinfeksi selama 4 menit tidak terdapat lagi bakteri Klebsiella pneumoniae dan di model juga tidak terdapat bakteri Klebsiella pneumoniae sehingga secara statistik hasilnya 0 (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 Penurunan jumlah koloni Klebsiella pneumoniae pada kelompok kontrol 2

menit, desinfeksi 2 menit, kontrol 4 menit, desinfeksi 4 menit pada model

Kelompok Sampel Penurunan jumlah koloni

Klebsiella pneumoniae (%)

Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan data penurunan jumlah koloni Klebsiella pneumoniae terdistribusi normal untuk kelompok kontrol 2 menit, kontrol 4 menit, desinfeksi 2 menit (p>0,05) dan tidak terdistribusi normal untuk kelompok desinfeksi 4 menit (p<0,005).

(26)

cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi dengan sodium hipoklorit 0,5% selama 4 menit terhadap penurunan jumlah Klebsiella pneumoniae pada model nilai p=0,014 (p<0,05) (Tabel 4.5 dan 4.6).

Tabel 4.5 Pengaruh perendaman cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi dengan larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 2 menit terhadap penurunan jumlah

Klebsiella pneumoniae pada model dengan uji t independen

Kelompok N x (%) ± SD p

Tabel 4.6 Pengaruh perendaman cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi dengan larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 4 menit terhadap penurunan jumlah

Klebsiella pneumoniae pada model dengan uji Mann Whitney

Kelompok N x (%) ± SD p

4.3 Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat dengan Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% Selama 2 dan 4 Menit terhadap Perubahan Dimensi Model

(27)

dengan nilai rerata 0,035 dan standar deviasi 0,013. Nilai perubahan dimensi pada kelompok sampel desinfeksi 4 menit dengan nilai rerata 0,059 dan standar deviasi 0,013. Nilai perubahan dimensi pada garis AP pada kelompok sampel kontrol 2 menit dengan nilai rerata 0,016 dan standar deviasi 0,018. Nilai perubahan dimensi pada kelompok sampel 2 menit dengan nilai rerata 0,032 dan standar deviasi 0,026. Nilai perubahan dimensi pada kelompok sampel kontrol 4 menit dengan nilai rerata 0,024 dan standar deviasi 0,016. Nilai perubahan dimensi pada kelompok sampel 4 menit dengan nilai rerata 0,040 dan standar deviasi 0,016 (Tabel 4.7).

Tabel 4.7 Perubahan dimensi garis CA dan AP pada kelompok kontrol 2 menit, desinfeksi 2 menit, kontrol 4 menit, desinfeksi 4 menit

(28)

Tabel 4.7 Perubahan dimensi garis CA dan AP pada kelompok kontrol 2 menit, kontrol 4 menit, desinfeksi 2 menit, desinfeksi 4 menit

Garis Kelompok Sampel Perubahan dimensi (%) x ± SD

Nilai perubahan dimensi dilakukan uji Shapiro-Wilk untuk melihat apakah data terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk semua data terdistribusi normal (p>0,05).

Hasil uji ANOVA satu arah menunjukkan terdapat pengaruh antara perubahan dimensi pada kelompok kontrol 2 menit, kontrol 4 menit, desinfeksi 2 menit, desinfeksi 4 menit dengan nilai p untuk garis CA=0,005 (p<0,05) dan tidak terdapat pengaruh untuk garis AP=0,383 (p>0,05) (Tabel 4.8).

Tabel 4.8 Pengaruh perendaman cetakan alginat dengan larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 2 dan 4 menit untuk garis CA dan AP terhadap perubahan dimensi pada model dengan menggunakan uji ANOVA satu arah

(29)

Untuk mengetahui pasangan perlakuan mana yang bermakna antara kelompok yang diberi perlakuan digunakan uji LSD. Berdasarkan hasil uji LSD pada garis CA maka terlihat pengaruh yang paling signifikan antara kontrol 2 menit dengan 2 menit nilai p=0,023 (p<0,05). Berdasarkan hasil uji LSD pada garis AP maka terlihat tidak ada pengaruh yang signifikan antara kontrol 2 menit dengan kontrol 4 menit nilai p=0,574 (p<0,05), kontrol 2 menit dengan desinfeksi 2 menit nilai p=0,271, kontrol 2 menit dengan desinfeksi 4 menit nilai p=0,109 (p<0,05), kelompok kontrol 4 menit dengan desinfeksi 2 menit nilai p=0,575 (p<0,05), kelompok kontrol 4 menit dengan desinfeksi 4 menit nilai p=0,271 (p<0,05) dan kelompok desinfeksi 2 menit dengan 4 menit nilai p=0,514 (p<0,05) (Tabel 4.9).

Tabel 4.9 Pengaruh perendaman cetakan alginat dengan larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 2 dan 4 menit untuk garis CA dan AP terhadap perubahan dimensi pada model dengan menggunakan uji LSD

Garis Perubahan dimensi p

CA Kontrol 2 menit dengan desinfeksi 2 menit

Kontrol 2 menit dengan desinfeksi 4 menit

Kontrol 4 menit dengan desinfeksi 2 menit

Kontrol 4 menit dengan desinfeksi 4 menit

Desinfeksi 2 menit dengan desinfeksi 4 menit

0,023*

0,001*

0,526

0,022*

0,073

AP Kontrol 2 menit dengan kontrol 4 menit

Kontrol 2 menit dengan desinfeksi 2 menit

Kontrol 4 menit dengan desinfeksi 2 menit

Kontrol 4 menit dengan desinfeksi 4 menit

Desinfeksi 2 menit dengan desinfeksi 4 menit

(30)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Pasien Pasca Hemimaksilektomi dengan Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% Selama 2 Dan 4 Menit terhadap Jumlah Klebsiella pneumoniae pada Cetakan Alginat

(31)

suhu untuk pertumbuhan terbaik bakteri Klebsiella pneumoniae adalah 370C (Schmitz, 2002).

Bahan cetak alginat mudah terkontaminasi bakteri karena komposisi, struktur, dan mekanisme hidrofilik setting, sehingga mudah terjadi perlekatan mikroorganisme ke permukaan cetakan (Anusavice, 2013). Berdasarkan data di atas, cetakan yang didapat dari pasien pasca hemimaksilektomi dengan pencetakan rahang atas terdapat Klebsiella pneumoniae dan perlu didesinfeksi untuk mencegah infeksi silang dari pasien ke dokter gigi, asisten, perawat dan tekniker gigi. Temuan pada penelitian ini sama dengan penelitian Haralur (2012) yang hanya melakukan pembilasan cetakan alginat menunjukkan penurunan rerata jumlah bakteri aerob menjadi 74,82 CFU bila dibandingkan dengan tanpa dibilas dengan air terdapat rerata jumlah bakteri aerob 105,64 CFU, pembilasan dengan air merupakan tindakan yang masih dilakukan oleh kebanyakan klinisi. American Dental Association (ADA) (1996), Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (2003), British Dental Association (BDA) (2009) mempublikasikan pedoman untuk mendesinfeksi cetakan. Pedoman tersebut terdiri dari membersihkan dan desinfeksi cetakan menggunakan disinfektan.

(32)

dapat. Perendaman lebih aman daripada penyemprotan karena semua bagian terpapar larutan disinfektan (Kotsiomiti, 2008). Cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi yang didesinfeksi dengan sodium hipoklorit 0,5% hanya 2 menit menunjukkan penurunan jumlah Klebsiella pneumoniae tetapi belum cukup untuk membunuh bakteri Klebsiella pneumoniae sehingga masih terdapat Klebsiella pneumoniae pada cetakan alginat. Waktu perendaman 4 menit mampu membunuh semua bakteri yang terdapat pada cetakan alginat sehingga tidak terdapat lagi Klebsiella pneumoniae pada cetakan alginat. Mekanisme kerja sodium hipoklorit terhadap mikroorganisme adalah berdasarkan kemampuan penetrasi ke dalam sel mikroorganisme melalui dinding sel dan membran plasma kemudian menghambat aktivitas enzim yang penting untuk pertumbuhan mikroorganisme dan merusak membran plasma dan DNA mikroorganisme (Fukuzaki, 2006). Lama waktu perendaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas bakteri Klebsiella pneumoniae. Bahan cetak alginat harus ditangani dengan hati-hati untuk mencegah distorsi selama prosedur desinfeksi. Cetakan alginat dengan waktu kontak paling singkat akan menyebabkan distorsi lebih sedikit selama proses desinfeksi (Haralur, 2012).

(33)

mengurangi jumlah Klebsiella pneumoniae pada cetakan yang lebih banyak bila dibandingkan kontrol 2 menit yang tanpa desinfeksi. Cetakan harus selalu didesinfeksi untuk mencegah infeksi silang. Cetakan alginat setelah dikeluarkan dari rongga mulut sebaiknya dibilas dengan air terlebih dahulu untuk menghilangkan darah, saliva, atau debris yang dapat menghalangi permukaan cetakan dari paparan disinfektan (Al Jabrah, 2007). Cetakan alginat yang tidak didesinfeksi secara adekuat akan terkontaminasi bakteri. Model yang dibuat dari cetakan tersebut akan terdapat jumlah bakteri yang signifikan (Haralur, 2012).

(34)

5.2 Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Pasien Pasca Hemimaksilektomi dengan Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% Selama 2 dan 4 Menit terhadap Jumlah Klebsiella pneumoniae pada Model

Tabel 4.4 Penurunan jumlah koloni Klebsiella pneumoniae pada kelompok sampel kontrol 2 menit dengan nilai rerata 51,925% dan standar deviasi 1,076. Penurunan jumlah koloni Klebsiella pneumoniae pada kelompok sampel 2 menit dengan nilai rerata 64,075% dan standar deviasi 9,535. Penurunan jumlah koloni Klebsiella pneumoniae pada kelompok sampel kontrol 4 menit dengan nilai rerata 60,75% dan standar deviasi 3,626. Penurunan jumlah koloni Klebsiella pneumoniae pada kelompok sampel 4 menit dengan nilai rerata 0% dan standar deviasi 0. Berdasarkan data di atas, model bukan merupakan media yang cocok untuk multiplikasi koloni mikroorganisme karena pH gips tipe III adalah 6,1 sehingga terjadi penurunan jumlah bakteri (Zilinskas, 2014). Berdasarkan data di atas, prosedur desinfeksi cetakan harus dilakukan untuk mengurangi resiko kontaminasi pada model.

(35)

memiliki lapisan lendir yang tebal yang terbuat dari polisakarida berupa kapsul sehingga Klebsiella pneumoniae dapat bertahan hidup lebih lama (Zilinskas, 2014). Pada pasien dengan mukosa oral yang mengalami luka, Klebsiella pneumoniae dapat menyebabkan proses suppurative inflamatory. Bila Klebsiella pneumoniae sampai di saluran pernafasan bagian bawah akan menyebabkan pneumonia (Samaranayake, 2012).

Tabel 4.5 Hasil uji t independen menunjukkan tidak terdapat pengaruh perendaman cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi dengan sodium hipoklorit 0,5% selama 2 menit terhadap jumlah Klebsiella pneumoniae pada model nilai p=0,142 (p>0,05), karena desinfeksi yang tidak adekuat pada cetakan maka cetakan yang diisi dengan gips tipe III akan menghasilkan model yang masih terdapat bakteri Klebsiella pneumoniae. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Haralur (2012) bakteri yang masih terdapat di cetakan walaupun setelah didesinfeksi, bakteri tersebut akan terbawa ke model. Oleh karena itu penting untuk diketahui mengenai jumlah bakteri pada model supaya ada pencegahan infeksi silang ke laboratorium dental.

(36)

tidak terjadi infeksi silang dari pasien ke tekniker yang menyentuh model dengan kulit tangan yang sering terluka saat bekerja (Zilinkas, 2014).

Pada cetakan yang tidak didesinfeksi dengan adekuat sehingga akan terdapat bakteri di model disarankan mendesinfeksi model dengan bahan disinfektan. Tetapi desinfeksi pada model akan terdapat resiko yang dihadapi oleh tekniker gigi karena terpapar alergen yang potential yaitu disinfektan yang terdapat pada permukaan model. Penelitian menunjukkan bahwa pengaruh desinfeksi pada model tidak signifikan, terdapat resiko bahwa disinfektan dapat mempengaruhi karakteristik permukaan model, model lebih poreus, rapuh dan terdapat kemungkinan aus dan patah. Proteksi individual (sarung tangan, protective goggles dan masker) harus digunakan untuk mencegah kemungkinan kontaminasi dari cetakan, model dengan mikroorganisme, pencegahan transmisi dan penyebaran ke laboratorium dental. Berkumur dengan larutan antiseptik sebelum pencetakan diikuti dengan desinfeksi cetakan yang tepat dapat mengurangi kontaminasi mikroorganisme pada model. Cetakan didesinfeksi dan pre-impression mouth rinsing dilakukan dengan konsisten, model akan terpapar lebih sedikit mikroorganisme karena bakteri dan fungi sulit hidup di gips (Zilinskas, 2014).

5.3 Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat dengan Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% Selama 2 dan 4 Menit terhadap Perubahan Dimensi Model

(37)
(38)

dikarenakan adanya pertumbuhan kristal yang berlangsung terus menerus selama material gipsum yang telah mengeras dibiarkan di udara.

Terjadinya ekspansi pada garis AP dan CA karena terjadi penyerapan air ketika dibilas dan larutan disinfektan sodium hipoklorit saat dilakukan perendaman. Pada kelompok cetakan alginat yang hanya dibilas dengan air terjadi perubahan dimensi yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok yang didesinfeksi dengan larutan sodium hipoklorit 0,5% karena cetakan alginat mengalami dua kali penyerapan dari air dan larutan sodium hipoklorit 0,5% (Hiraguchi, 2012). Cetakan alginat yang diisi dengan gips tipe III, alginat akan menyerap uap lembab/embun dari adonan gips tipe III yang akan menyebabkan swelling pada cetakan (Amin, 2009). Penyerapan air akan menyebabkan perubahan dimensi pada cetakan dan terjadi deformasi pada model yang didapat dari cetakan tersebut

Hasil penelitian ini masih dalam batas kisaran yang ditetapkan oleh ADA, pada hasil penelitian ini nilai rerata perubahan dimensi garis CA tertinggi terdapat pada kelompok desinfeksi 4 menit yaitu 0,059%, terendah pada kelompok kontrol 2 menit yaitu 0,017%, dan garis AP tertinggi terdapat pada kelompok desinfeksi 4 menit yaitu 0,406%, terendah pada kelompok kontrol 2 menit yaitu 0,016%.

(39)

sesuai ADA no 25. Hasil penemuan ini sama dengan temuan pada penelitian Rentzia (2011) menemukan dari pengukuran perubahan dimensi pada garis crossarch (CA) secara statistik signifikan setelah dilakukan perendaman dalam larutan sodium hipoklorit selama 30 detik, 60 detik, 90 detik, 120 detik, 180 detik, 240 detik, 300 detik p=0,029, tetapi tidak menjadi signifikan secara klinis.

Hasil uji ANOVA satu arah menunjukkan pada garis AP tidak terdapat pengaruh perendaman cetakan alginat dengan sodium hipoklorit 0,5% kelompok kontrol 2 menit, kontrol 4 menit, desinfeksi 2 menit dan desinfeksi 4 menit terhadap perubahan dimensi pada garis AP p=0,383 (p<0,05). Hasil penemuan ini sama dengan temuan pada penelitian Rentzia (2011) tidak terdapat perubahan dimensi pada garis anteroposterior (AP) setelah dilakukan perendaman dalam larutan sodium hipoklorit selama 30 detik, 60 detik, 90 detik, 120 detik, 180 detik, 240 detik, 300 detik. Pada awalnya terdapat perkiraan bahwa paparan cetakan alginat pada larutan disinfektan akan menyebabkan pengaruh pada keakuratan dimensi karena sifat hidrofilik dari bahan dan phenomena imbibisi. Stabilitas dimensi didapat dari penelitian ini dengan initial sineresis menyebabkan kontraksi dari bahan cetak, dinetralkan dengan imbibisi selama desinfeksi dan/atau linear ekspansi pada gips tipe III selama setting (Rentzia, 2011).

(40)

jaringan pada rongga mulut dengan jari, cetakan dilepaskan dengan cepat, kuat dan sekali tarik (Sastrodihardjo, 2010).

Tabel 9 berdasarkan hasil uji LSD pada garis CA maka terlihat pengaruh yang paling signifikan antara kontrol 2 menit dengan 2 menit nilai p=0,023 (p<0,05). Perendaman cetakan alginat selama 2 menit terjadi imbibisi yang menyebabkan distorsi pada cetakan sehingga mempengaruhi perubahan dimensi. Grahramanloo (2010) menyatakan bahwa waktu perendaman cetakan merupakan hal yang penting, idealnya sesingkat mungkin. Pengadukan dengan alginate mixing machine menghasilkan cetakan, model yang didapat dari cetakan tersebut terdapat perubahan dimensi terkecil bila dibandingkan pengadukan manual. Pengadukan manual akan menghasilkan cetakan yang lebih poreus dan lebih menyerap air (imbibisi) sehingga akan menghasilkan model yang tidak akurat (Phyo, 2015). Penggunaan alginate mixing machine dapat menstandarisasi prosedur pencetakan alginat, mengurangi gelembung udara, dan untuk mendapatkan pengadukan yang homogen sehingga menghasilkan reproduksi detail yang lebih baik pada model bila dibandingkan dengan pengadukan menggunakan manual dan sentrifugal (Culhaoglu, 2014).

(41)

membantu dalam hal retensi, stabilisasi, dan dukungan pada obturator. Retensi didefinisikan sebagai kemampuan protesa untuk mempertahankan kekuatan vertikal dari pelepasan. Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan protesa untuk menarik kekuatan horizontal dari pelepasan. Dukungan sebagai ketahanan terhadap kekuatan vertikal selama mastikasi dan penelanan (Beumer, 2011).

Kelemahan penelitian yang dijumpai dalam penelitian ini adalah pengukuran perubahan dimensi tidak dilakukan pada model yang didapat dari cetakan pasien pasca hemimaksilektomi karena terdapat perbedaan kelas dan bentuk defek pada sampel penelitian ini.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

(42)

2. Tidak ada pengaruh perendaman cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi dengan larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 2 menit dengan nilai p=0,142 (p>0,05) dan ada pengaruh perendaman cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi dengan larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 4 menit terhadap jumlah Klebsiella pneumoniae pada model dengan nilai p=0,014 (p<0,05). Perendaman cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi dengan larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 4 menit tidak terdapat lagi bakteri Klebsiella pneumoniae pada model.

3. Ada pengaruh perendaman cetakan alginat dengan larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 2 dan 4 menit terhadap perubahan dimensi model untuk garis CA (crossarch) p=0,005 (p<0,05) dan tidak ada pengaruh untuk garis AP (anteroposterior) p=0,383 (p>0,05). Perubahan dimensi model pada garis CA dan AP setelah dilakukan perendaman cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% selama 4 menit adalah CA sebesar 0,059% dan AP sebesar 0,040% masih sesuai dengan spesifikasi ADA no 25 mengenai perubahan dimensi gips tipe III berkisar antara 0-0,20%.

(43)

6.2 Saran

Adapun saran yang diajukan adalahsebagai berikut

1. Diperlukanpenelitian lebih lanjut mengenai perubahan dimensi dari model yang didapat dengan melakukan pencetakan pada pasien pasca hemimaksilektomi.

2. Diperlukan edukasi ke dokter gigi mengenai desinfeksi cetakan alginat sehingga tidak ada terjadi perpindahan bakteri ke model yang dapat menyebabkan infeksi silang.

Gambar

Gambar 3.1 Sendok cetak rahang atas (Smic, China)
Gambar 3.2 Cotton swab steril (Citotest, Indonesia)
Gambar 3.6 Automatic alginate mixer (Blendex, USA)
Gambar 3.7 Aquabidestilata steril (Kimia Farma, Indonesia)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sampel lalu diuji kekuatan impak dan transversalnya, kemudian dianalisis dengan uji t tidak berpasangan untuk mengetahui pengaruh perendaman basis gigi tiruan nilon termoplastik

1. Karakteristik visual yang dimiliki. Prinsip pengulangan memanfaatkan keduanya dari konsepsi untuk mengatur sesuatu yang berulang didalam suatu komposisi. Seperti contoh bentuk

Uji Normalitas Data Organoleptik Rasa pada Selai Lembaran Jambu Biji Merah.. Kolm ogorov-Sm irnov(a)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sunset policy, tax amnesty , sanksi pajak dan pelayanan fiskus terhadap kepatuahn wajib pajak orang

Alhamdulillah atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “ PENGARUH KOMUNIKASI, MOTIVASI, DAN DISIPLIN TERHADAP KINERJA KARYAWAN

Fitur pengelolaan file software Adobe Audition dapat digunakan, seperti: buat (new ), buka (open), simpan (save ), simpan dengan nama lain (save as) Fasilitas siap pakai

Pada hasil uji ketuntasan belajar individual disimpulkan bahwa siswa yang memperoleh model pembelajaran TPS mendapat nilai rata-rata tes kemampuan komunikasi

maka diperoleh bobot untuk setiap subkriteria yang dapat dilihat pada Tabel 5.57. Tabel 5.57 Bobot