• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Permintaan Masyarakat Terhadap Produk Perbankan Syariah ( Studi Kasus: Bank Muamalat Kecamatan Medan Marelan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Permintaan Masyarakat Terhadap Produk Perbankan Syariah ( Studi Kasus: Bank Muamalat Kecamatan Medan Marelan)"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Bank Syariah

Bank Syariah mulai tahun 1992 . Bank Syariah pertama di Indonesia adalah BMI (Bank Muamalat Indonesia) yang mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992. Bank syariah ada karena adanya keinginan umat muslim untuk kaffah yaitu menjalankan aktivitas perbankan sesuai dengan syariah yang diyakini, terutama masalah larangan riba, serta hal-hal yang berkaitan dengan norma ekonomi dalam Islam seperti larangan maisyir (judi dan spekulatif), gharar (unsur ketidak jelasan), jahala dan keharusan memperhatikan kehalalan cara dan objek investasi

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.

Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya adalah efesiensi, keadilan, dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada prinsip saling membantu secara sinergis untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin.

Keadilan mengacu pada hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas, dengan persetujuan yang matang atas proporsi masukan dan keluarannya. Kebersamaan mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling meningkatkanproduktivitas.

(2)

kesepakatan antara bank dengan nasabah penyimpan dana sesuai dengan jenis simpanan dan jangka waktunya, yang akan menentukan besar kecilnya porsi bagi hasil yang akan diterima penyimpan. Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku pada bank syariah,:.

1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).

2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah). 3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah). 4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah). 5. Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank

Oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

(3)

diselenggarakan sampai akhirnya Tim Perbankan MUI menanda tangani Akte Pendirian PT Bank Muamalat Indonesia pada tanggal 1 November 1991.

Perkembangan Bank syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya UU no 10 tahun 1998.Dalam UU tsb diatur dengan rinci landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh Bank syariah. UU tsb memberi arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah/ unit usaha syariah (UUS) atau mengkonversi menjadi bank syariah. (Sumber : Mozaikislam.com)

2.2 Prinsip dan Fungsi Bank Syariah

Pada dasarnya prinsip bank syariah menghendaki semua dana yang diperoleh dalam sistem perbankan syariah dikelola dengan integritas tinggi dan sangat hati-hati. Berikut prinsip prinsip dalam Bank Syariah .

1. Shiddiq, memastikan bahwa pengelolaan bank syariah dilakukan dengan moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran. Dengan nilai ini pengelolaan diperkenankan (halal) serta menjauhi cara-cara yang meragukan (subhat) terlebih lagi yang bersifat dilarang (haram).

2. Tabligh, secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat mengenai prinsip-prinsip, produk dan jasa perbankan syariah. Dalam melakukan sosialisasi sebaiknya tidak hanya mengedepankan pemenuhan prinsip syariah semata, tetapi juga harus mampu mengedukasi masyarakat mengenai manfaat bagi pengguna jasa perbankan syariah.

(4)

mengelola dana yang diperoleh dari pemilik dana (shahibul maal) sehingga timbul rasa saling percaya antara pemilik dana dan pihak pengelola dana investasi (mudharib).

4. Fathanah, memastikan bahwa pegelolaan bank dilakukan secara professional

dan kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan maksimum dalam tingkat resiko yang ditetapkan oleh bank. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan yang penuh dengan kecermatn dan kesantunan (ri‟ayah) serta penuh rasa tanggung

jawab (mas‟uliyah). (Sumber : MozaikIslam.com)

Dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, pasal 4 dijelaskan fungsi bank syariah sebagai berikut:

 Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan

menyalurkan dana masyarakat.

 Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk

lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.

 Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari dana

wakaf uang dan menyalurkanya kepada pengelola wakaf (nadzir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).

 Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)

(5)

Lebih rinci Wiroso (2009;82-87) membagi fungsi bank syariah ke dalam empat fungsi utama yaitu:

1. Fungsi manajer investasi. Bank syariah merupakan manajer investasi

dari pemilik dana (shahibul maal) dari dana yang dihimpun dengan prinsip mudharabah, karena besar-kecilnya imbalan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik dana , sangat tergantung pada hasil usaha yang diperoleh (dihasilkan) oleh bank syariah dalam mengelola dana.

2. Fungsi Investor. Dalam penyaluran dana, baik dalam prinsip bagi-hasil

atau prinsip jual-beli, bank syariah berfungsi sebagai investor (sebagai pemilik dana). Oleh karena itu sebagai pemilik dana maka dalam menanamkan dana dilakukan dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dan tidak melanggar syariah, ditanamkan pada sektor0sektor produktif dan memiliki resiko yang minim.

3. Fungsi Jasa Perbankan. Dalam operasionalnya, bank syariah juga

memiliki fungsi jasa perbankan berupa layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji dan lainya yang tidak melanggar prinsip syariah.

4. Fungsi Sosial. Dalam konsep perbankan syariah mewajibkan bank syariah

(6)

merupakan identitas khas bank syariah. Bahkan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS) yang dikeluarkan IAI, bahwa salah satu unsur laporan keuangan bank syaria adalah komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan syariah , berupa Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, dan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan. (Sumber : Academia.edu)

2.3 Produk Bank Syariah

2.3.1 Al-musyarakah

Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

AI-musyarakah dalam praktik perbankan diaplikasikan dalam hal pembiayaan proyek. Dalam hal ini nasabah yang dibiayai dengan bank sama-sama menyediakan dana untuk melaksanakan proyek tersebut. Keuntungan dari proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih dulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Al-musyarakah dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi seperti pada lembaga keuangan modal ventura. (Sumber : Academia.edu)

2.3.1.1 Rukun dan syarat pembiayaan

(7)

1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk

menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan

tujuan kontrak (akad).

b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau

dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan

hal-hal berikut:

a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan

perwakilan.

b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap

mitra melaksanakan kerja sebagai wakil.

c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam

proses bisnis normal.

d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk

mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktifitas musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja.

e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau

(8)

3. Obyek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian)

a. Modal

 Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang

nilainya sama. Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang-barang, properti, dan sebagainya. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra.

 Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan,

menyumbangkan atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan.

 Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada

jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan.

b. Kerja

 Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar

pelaksanaan musyarakah; akan tetapi, kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya.

 Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama

(9)

c. Keuntungan

 Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk

menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau penghentian musyarakah.

 Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas

dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra.

 Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan

melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu diberikan kepadanya.

 Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam

akad. d. Kerugian

Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam modal.

4. Biaya Operasional dan Persengketaan

a. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama.

b. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika

terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya

dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari‟ah setelah tidak tercapai

kesepakatan melalui musyawarah.

2.3.1.2 Jenis Musyarakah

(10)

1. Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian

dana setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad. Maksud dari musyarakah permanen adalah syirkah uqud yang terbagi menjadi empat jenis, yaitu:

a. Inan, yaitu Usaha bersama (kongsi) dimana modal dan keahlian yang

diberikan tidak sama

b. Mufawadhah, yaitu Usaha bersama dimana modal dan keahlian yang

diberikan sama jumlah dan kualitasnya

c. Abdan, yaitu Usaha bersama dimana modal yang diberikan adalah

keahlian/ tenaga

d. Wujuh, yaitu Usaha bersama dimana modal yang diberikan adalah

nama baik

2. Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha) adalah musyarakah

dengan ketentuan bagian dana entitas akan dialihkan secara bertahap kepada mitra sehingga bagian dana entitas akan menurun dan pada akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut. (Sumber : Academia.edu)

2.3.1.3 Mekanisme pembiayaan

Pada sisi pembiayaan, akad musyarakah dapat diterapkan pada beberapa hal, diantaranya adalah:

1. Musyarakah permanen

a. Pembiayaan proyek

(11)

2. Musyarakah Mutanaqisah

a. Pembiayaan real estate. (Sumber : Academia.edu) 2.3.2 AI-mudharabah

Pengertian AI-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah yang bertanggung jawab.

a. mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama dan pihak lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan daerah bisnis.

b. mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan dari mudharabah muthlaqah di mana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan daerah bisnis.

(12)

2.3.2.1 Aplikasi Mudharabah

Mudharabah dalam perbankan syari‟ah biasanya diterapkan pada

produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Sedangkan pada sisi penghimpunan dana mudharabah diterapkan pada

a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, yaitu seperti tabungan haji, dan tabungan kurban, dan sebagainya;

b. Diposito biasa dan special, diposito special (special investment), dimana dana yang dititipkan nasabah, khusus untuk bisnis tertentu, misalnya saja dalam murabahah ataupun ijarah saja.

Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk :

a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa; b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber

dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.

Mudharabah juga dapat dilakukan dengan memisahkan atau mencampurkan dana mudharabah. Seperti dalam penjelasan dibawah ini, yaitu :

a. Dana harta-harta lainnya, Pemisahan total antara dana mudharabah termasuk harta mudharib.

(13)

dana dan dapat dihitung dengan tepat. Selain itu, keuntungan atau kerugian dapat dihitung dan dialokasikan dengan benar. Sedangkan kekurangan teknik ini terutama menyangkut masalah moral hazard dan preferensi invertasi seorang mudharib.

b. Dana mudharabah dicampur dan disatukan dengan sumber-sumber dana lainnya.

System ini menghilangkan munculnya masalah etika dan moral hazard seperti di atas, namun dalanm system ini pendapatan dan biaya mudharabah tercampur dengan pendapatan dan biaya lainnya.

Mudharabah dalam bank syari‟ah terdapat manfaat dan risikonya,

manfaat mudharabah tersebut terbagi menjadi lima, yaitu :

1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah semakin meningkat.

2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak pernah mengalami negative spread.

3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.

4. Bank akan lebih selktif dan hati-hati dalam mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

(14)

dari nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

Sedangkan resiko dari mudharabah, yaitu :

1. streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak;

2. Lalai dan kesalahan yang disengaja;

3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah jika nasabah tidak jujur.

Selain manfaat dan resiko yang ada pada bank syari‟ah, terdapat

pula permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pembiayaan mudharabah. Berdasarkan teori perbankan kontemporer, prinsip mudharabah dijadikan sebagai alternatif penerapan sistem bagi hasil. Meskipun demikian, dalam praktiknya ternyata signifikansi bagi hasil dalam memainkan operasional investasi dana bank peranannya sangat lemah. Menurut beberapa pengamatan perbankan syari‟ah, hal ini terjadi karena beberapa alasan, diantaranya :

a. Standar moral

Terdapat anggapan bahwa standar moral ynag berkembang di kebanyakan komunitas muslim tidak memberi kebebasan penggunaaan bagi hasil sebagai mekanisme investasi.

b. Ketidakefektifan modal pembiayaan bagi hasil

Pembiayaan bagi hasil (mudharabah) tidak menyediakan berbagai macam kebutuhan pembiayaan dari ekonomi kontemporer.

(15)

Keterkaitan bank dengan pembiayaan sistem bagi hasil untuk membantu perkembangan usaha lebih banyak melibatkan pengusaha secara

langsung daripada sistem lainnya pada bank konvensional. Bank syari‟ah

memerlukan informasi yang lebih rinci tentang aktivitas bisnis yang dibiayai dan besar kemungkinan pihak bank turut mempengaruhi setiap pengambilan keputusan bisnis mitranya.

d. Dari segi biaya

Pemberian pembiayaan berdasrkan sistem bagi hasil memerlukan kewaspadaan yang lebih tinggi dari pihak bank.

e. Segi teknis

Problem teknis menyangkut penggunaan sistem bagi haasil berkaitan dengan pihak bank, nasabah, perhitungan keuntungan.bank membutuhkan pengetahuan yang luas mengenai perilaku aktivitas ekonomi yang berguna untuk memprediksi keuntungan. Dari sisi nasabah, kebutahurufan masih menyelimuti dunia muslim.

f. Kurang menariknya sistem bagi hasil dalm aktivitas bisnis

Dalam dunia bisnis dan industri, biaya yang dikeluarkan dari dana-dana yang diperoleh berdasarkan sistem bagi hasil tidak diketahui secara pasti. (Sumber : Academia.edu)

2.3.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mudharabah

(16)

1. Faktor Langsung

Diantara faktor-faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).

a. Investment rate merupakan presentase actual dana yang diinvestasikan dari total dana, jika bank menentukan investment rate sebesar 80 %, hal ini berarti 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas. b. Jumlah dana yang trsedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana

dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode dibawah ini:

1) Rata-rata saldo minimum bulanan 2) Rata-rata total saldo harian.

Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan akan menghasilkan jumlah dana actual yang digunakan. c. Nisbah (profit sharing ratio)

1) Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang hasur ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian;

2) Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berdeda;

3) Nisbah juga dapat berdeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalkan saja deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan;

(17)

2. Faktor Tidak Langsung

Faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi bagi hasil, yaitu: a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

1) bank dan nasabah melakukan share dalam dalam pendapatan dan biaya, pendapatan yang akan dibagi hasilkan merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya;

2) jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue sharing. b. Kebijakan akunting (prinsip dan metode akuntansi)

bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. (Sumber : Academia.edu)

2.3.2.3 Mekanisme perhitungan Mudharabah dalam bank syari’ah

(18)

diterimanya, atau jumlah seluruh cicilan lebih kecil dari pembiayaan yang telah diterimanya. Bila terjadi demikian, kerugian ditanggung oleh bank syariah, kecuali akibat:

1.nasabah melanggar syarat yang telah disepakati. 2.nasabah lalai dalam menjalankan modalnya.

Perhitungan pada bank syari‟ah, besar kecilnya pendapatan yang diperoleh

deposan bergantung pada: 1)Pendapatan bank

2)Nisbah bagi hasil antara nasabah dengan bank 3)Nominal deposito nasabah

4)Rata-rata deposito untuk jangka waktu yang sama pada bank. (Sumber : Academia.edu)

2.3.3 Al-Ijarah (Leasing)

Pengertian Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease.

Pembagian Jenis Ijarah berdasarkan obyeknya terdiri dari :

a. Ijarah dengan obyeknya berupa manfaat dari barang. Seperti sewa mobil, sewa rumah, dll.

(19)

Dalam pengoperasiannya, ijarah dapat dalam bentuk Operating Lease dan Financial Lease.

1. Operating Lease : Pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan. 2. Financial Lease : Perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yng diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa disebut juga (Al-Ijarah Al Muntahia Bit-Tamlik). Pada umumnya bank lebih banyak menggunakan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik karena lebih sederhana pembukuannya dan tidak mengurus pemeliharaan asset baik ketika saat disewa atau pun setelah akad berakhir.

2.3.4.1 Rukun dan Syarat Ijarah

Adapun beberapa rukun dalam menjalankan ijarah pada perbankan syariah adalah sebagai berikut

1. Mua‟jir (pengupah/menyewakan) dan Musta‟jir (upahan/penyewa) ,

yaitu orang yang melakukan akad sewa-menyewa atau upah mengupah. Syaratnya baligh, berakal, cakap mengendalikan harta dan saling meridhoi.

2. Shighat ijab kabul.

3. Ujrah (ongkos sewa) disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak.

4. Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah mengupah mempunyai syarat sbb:

(20)

b. Dapat diserahkan berikut kegunaannya (khusus untuk barang sewaan)

c. Manfaat benda adalah tidak haram. d. Benda bersifat kekal sampai waktu akad selesai.

2.3.4.2 Menyewakan Barang Sewaan

Penyewa (Musta‟jir) diperbolehkan menyewakan kembali barang yang

disewanya kepada orang lain, dengan syarat penggunaan barang itu sesuai dengan yang dijanjikan ketika akad.

Contohnya adalah menyewa mobil untuk bisnis travel, kemudian mobil

tersebut disewakan kembali dan timbul musta‟jir kedua, maka mobil itu pun

harus digunakan untuk bisnis travel pula. Keuntungan yang didapat tidak dibatasi, bisa lebih kecil atau lebih besar.

Bila ada kerusakan pada barang yang disewa maka menjadi tanggung jawab pemilik barang dengan syarat bukan disebabkan oleh kelalaian dari penyewa.

2.3.4.3 Aplikasinya di Bank Syari’ah

Beberapa aplikasi ijarah dalam perbankan syariah adalah sebagai berikut :

a. Bank Muamalat membiayai jasa tenaga kerja bangunan untuk

pembangunan rumah pada tahun 1999.

b. Bank memberikan fasilitas penyewaan barang-barang berat untuk

(21)

2.3.4.4 Ijarah Muntahiyah bit Tamlik

Sifat pemindahan kepemilikan membuat Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik berbeda dengan ijarah biasa. Ijarah ini memiliki banyak bentuk, tergantung kesepakatan antara kedua belah pihak. Misalnya, al-ijarah dan janji menjual; nilai sewa yang mereka tentukan dalam al ijarah; harga barang dalam transaksi jual; dan kapan kepemilikan dipindahkan. (Sumber : Academia.edu) 2.3.4.5 Aplikasinya di Bank Syariah

Ijarah Muntahiyah bit Tamlik (IMBT)dalam prakteknya dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

1. IMBT melalui hibah (pemindahan hak milik sah tanpa imbalan). Hak milik sah lalu secara otomatis berpindah tanpa perlu melakukan akad baru dan tanpa pembayaran tambahan selain dari jumlah yang dibayaroleh lesse di dalam penyelesaian cicilan.

2. IMBT melalui perpindahan hak milik sah (penjualan) pada akhir sewa melalui suatu imbalan simbolis. Jika jangka waktu ijarah sudah habis maka akad ijarah akan batal dan dibuat suatu janji untuk melakukan akad penjualan . Bisa dilaksanakan apabila penyewa menginginkan hal tersebut dan membayar imbalan simbolis.

(22)

4. IMBT melalui perpindahan hak secara sah (penjualan) sebelum akhir jangka waktu persewaan, dengan harga yang equivalen dengan cicilan yang tersisa apabila ada keinginan untuk membeli.

5. IMBT melalui perpindahan bertahap hak milik sah (penjualan) aset yang disewakan. Tetapi perlu akad penjualan untuk setiap bagian yang dijual kepada penyewa. (Sumber : Academia.edu)

2.3.4 Al-muzara'ah

Pengertian AI-muzara'ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan untuk pembiayaan bidang plantation atas dasar bagi hasil panen. (Sumber : Academia.edu)

2.3.5 Al-musaqah

Pengertian AI-musaqah merupakan bagian dari al-muza'arah yaitu penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dengan menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap diperoleh dari persentase hasil panen pertanian. Jadi tetap dalam konteks adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap. (Sumber : Academia.edu)

2.3.6 Bai'al Murabahah

(23)

harus terlebih dulu memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang diinginkannya. (Sumber : Academia.edu)

2.3.7 Bai'as-salam

Bai'as-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang. (Sumber : Academia.edu)

2.3.8 Bai'Al istishna'

Bai' Al istishna' merupakan bentuk khusus dari akad Bai'assalam, oleh karena itu ketentuan dalam Bai` Al istishna' mengikuti ketentuan dan aturan Bai'as-salam. Pengertian Bai' Al istishna' adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau secara angsuran per bulan atau di belakang. (Sumber : Academia.edu)

2.3.9 Al-Wakalah (Amanat)

Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat. (Sumber : Academia.edu)

2.3.10Al-Kafalah (Garansi)

(24)

pula diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain. Dalam dunia perbankan dapat dilakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan seseorang. (Sumber : Academia.edu)

2.3.11 Al-Hawalah

Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pihak. Dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau factoring. (Sumber : Academia.edu)

2.3.12 Ar-Rahn

Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai. (Sumber : Academia.edu)

2.4 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Perbedaan yang mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional, antara lain :

1. Perbedaan Falsafah

(25)

dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian sebenarnya semua jenis transaksi perniagaan melalu bank syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba). Riba secara sederhana berarti sistem bunga berbunga atau compound interest dalam semua prosesnya bisa mengakibatkan membengkaknya kewajiban salah satu pihak seperti efek bola salju pada cerita di awal artikel ini. Sangat menguntungkan saya tapi berakibat fatal untuk banknya. Riba, sangat berpotensi untuk mengakibatkan keuntungan besar disuatu pihak namun kerugian besar dipihak lain, atau malah ke dua-duanya.

2. Konsep Pengelolaan dana nasabah

(26)

3. Perbedaan Fungsi Bank Sebagai Intermediary

(27)

4. Kewajiban Mengelola Zakat

Bank syariah diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya dan mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat. Infak, sedekah)

5. Struktur Organisasi

Di dalam struktur organisasi suatu bank syariah diharuskan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS bertugas mengawasi segala aktifitas bank agar selalu sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. DPS ini dibawahi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Berdasarkan laporan dari DPS pada masing-masing lembaga keuangan syariah, DSN dapat memberikan teguran jika lembaga yang bersangkutan menyimpang. DSN juga dapat mengajukan rekomendasi kepada lembaga yang memiliki otoritas seperti Bank Indonesia dan Departemen Keuangan untuk memberikan sangsi.

6. Bagaimana Nasabah Mendapat Keuntungan

(28)

atau datang langsung dan melihat papan display “ Perhitugan dan Distribusi Bagi

Hasil” yang ada di cabang bank syariah. (Kusuma Asda Sandra). (Sumber :

Academia.edu)

Secara garis besar terdapat beberapa perbedaan paradigma diantara Bank Syariah dan Bank Konvensional Penulis Jelaskan dalam table dibawah ini:

Tabel 2.1

Perbandingan Paradigma Bank Syariah dan Bank Konvensional

FAKTOR

BANK KONVENSIONAL

BANK SYARIAH

Hubungan bank dengan nasabah Investor dengan investor Kreiditur dan debitur

Sistem pendapatanusaha Bunga, Fee Bagi hasil, Marjin, Fee

Organisasi

Tidak terdapat struktur pengawasan syariah

Terdapat struktur pengawasan syariah yaitu Badan Pengawas Syariah

Penyaluran Pembiayaan Liberal untuk tujuan keuntungan

Adanya batasan-batasan, memperhatikan unsur moral dan lingkungan.

Tingkat risiko umum dalam usaha

Risiko menengah-tinggi karena adanya transaksi spekulasi

Risiko menengah-rendah karena malarang transaksi spekulasi

Penanggung resikoinvestasi Satu sisi hanya pada bank

Dua sisi yaitu bank dan nasabah (deposan maupun debitur).

Sumber : Gunawan (1999:2)

(29)

Tabel 2.2

Perbedaan Dasar Kegiatan Usaha Perbankan Syariah dan Konvensional

Dasar Kegiatan usaha

Bank

Konvensional Bank Syariah Keterangan

Kredit (bunga) √

Penyaluran kredit atau peneneman dana lainnya.

Pembiayaan (bagi hasil) √

Prinsip mudharabah dan musyarakah

Jual Beli √ Prinsip bai / salam

Sewa-beli √ Prinsip ijarah

Simpanan dana (bunga) √ Deposito, tabungan, atau giro

Investasi dana (bagi hasil) √

Investasi tidak terbatas, deposito, tabungan , giro.

Investasi terbatas/khusus √

Prinsip mudharabah

muqayadah „1‟

Jasa perbankan √ √

Prinsip ujrah (bank

syariah), fee base income(bank konvensional)

1. akad mudharabah yang dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.Disebut juga restricted mudharabah. (Antonio,2001:97)

2.5 Definisi dan Faktor yang mempengaruhi Permintaan

(30)

1. Harga barang itu sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap barang itu bertambah.

2. Harga barang lain yang terkait

Berpengaruh apabila terdapat dua barang yang saling terkait yang keterkaitannya dapat bersifat subtitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (penggenap).

3. Tingkat pendapatan perkapita

Dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat.

4. Selera atau kebiasaan

Tinggi rendahnya suatu permintaan ditentukan oleh selera atau kebiasaan dari pola hidup suatu masyarakat.

5. Jumlah penduduk

Semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai selera atau kebiasaan akan kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar permintaan terhadap barang tersebut.

6. Perkiraan harga di masa mendatang

(31)

7. Distribusi pendapatan

Tingkat pendapatan perkapita bisa memberikan kesimpulan yang salah bila distribusi pendapatan buruk. Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap suatu barang menurun.

8. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan.

Bujukan para penjual untuk membeli barang besar sekali peranannya dalam mempengaruhi masyarakat. Usaha-usaha promosi kepada pembeli sering mendorong orang untuk membeli banyak daripada biasanya. (Sumber : Academia.edu)

2.6 Hukum dan Teori Permintaan

Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan: "Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun jumlah barang meningkat."

(32)

Faktor-faktor yang dapat menggeser kurva permintaan: 1. Faktor harga

Perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun

2. Faktor bukan harga

Kurva permintaan akan bergerak ke kanan apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun. Kurva permintaan akan bergerak ke kiri apabila terdapat perubahan-perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga, sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan menyebabkan kurva permintaan akan pindah ke kanan atau ke kiri. (Sumber : Academia.edu)

2.7Fungsi dan Kurva Permintaan

(33)

y

x 800

600

400

0

1 3 5

Bentuk umum fungsi permintaan dengan dua variabel adalah sebagai berikut : Qd = a - bPd atau Pd = -1/b ( -a + Qd)

dimana :

a dan b = adalah konstanta, dimana b harus bernilai negatif

b = ∆Qd / ∆Pd

Pd = adalah harga barang per unit yang diminta Qd = adalah banyaknya unit barang yang diminta

Syarat, P ≥ 0, Q ≥ 0, serta dPd / dQ < 0. (Sumber : Academia.edu)

Kurva Permintaan merupakan kurva yang menunjukkan berapa banyak produk yang dibeli oleh konsumen pada tingkat harga tertentu. Kurva permintaan membentuk slope negatif dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva permintaan membentuk slope negatif karena sesuai dengan Hukum Permintaan yaitu bahwa harga produk berbanding terbalik dengan jumlah produk yang dibeli konsumen.

Contoh kurva permintaan berdasarkan jumlah barang (x) dan harga (y)

Gambar 2.1 Kurva Permintaan

(34)

2.8 Definisi dan faktor yang mempengaruhi penawaran

Dalam teori ekonomi, Penawaran dapar diartikan sebagai keseluruhan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan dalam berbagai kemungkinan harga yang berlaku di pasar dalam satu periode.

Dari pemahaman tersebut, terdapat dua variabel ekonomi yaitu jumlah barang dan jasa yang ditawarkan atau dijual dan tingkat harga barang dan jasa itu sendiri. Dalam pendekatan ini Variabel waktu diabaikan atau dianggap konstan.

Variabel jumlah barang dan tingkat harga dalam konsep penawaran ini menunjukkan adanya saling keterkaitan satu dengan yang lainnya. Variabel harga merupakan variabel yang mempengaruhi jumlah barang dan jasa yang ditawarkan, biasa disebut sebagai variabel bebas, atau independent variable. Sedangkan variabel jumlah barang dan jasa merupakan variabel yang dipengaruhi oleh tingkat harga, biasa disebut variabel terikat atau dependent variable.

Jenis-Jenis Penawaran dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Penawaran individu adalah penawaran dari penjual perseorangan untuk suatu barang di pasar.

2. Penawaran kolektif atau pasar adalah penwaran yang datangnya dari semua penjual yang ada di pasar untuk suatu barang.

Penawaran suatu barang dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah sebagai berikut :

(35)

mampu bersaing dengan produk sejenis dan produk tidak laku terjual. Dengan adanya teknologi canggih bisa menyebabkan pemangkasan biaya produksi sehingga memicu penurunan harga.

2. Tujuan Perusahan. Perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya (profit oriented) akan menjual produknya dengan marjin keuntungan yang besar sehingga harga jual jadi tinggi. Jika perusahaan ingin produknya laris dan menguasai pasar maka perusahaan menetapkan harga yang rendah dengan tingkat keuntungan yang rendah sehingga harga jual akan rendah untuk menarik minat konsumen.

3. Pajak yang naik akan menyebabkan harga jual jadi lebih tinggi sehingga perusahan menawarkan lebih sedikit produk akibat permintaan konsumen yang turun.

4. Ketersediaan dan harga barang pengganti/pelengkap. Jika ada produk pesaing sejenis di pasar dengan harga yang murah maka konsumen akan ada yang beralih ke produk yang lebih murah sehingga terjadi penurunan permintaan, akhirnya penawaran pun dikurangi.

5. Prediksi / perkiraan harga di masa depan. Ketika harga jual akan naik di masa mendatang perusahaan akan mempersiapkan diri dengan memperbanyak output produksi dengan harapan bisa menawarkan/menjual lebih banyak ketika harga naik akibat berbagai faktor.

2.9 Hukum dan Teori Penawaran

(36)

jumlah barang dan jasa yang ditawarkan akan naik juga. Sebaliknya, jika harga turun, maka jumlah penawaran barang dan jasa akan turun juga.

Dari hukum penawaran sangat jelas bahwa harga dan jumlah penawaran berkorelasi positif. Jadi barang dan jasa yang ditawarkan pada suatu waktu tertentu akan sangat tergantung pada tingkat harganya. Pada kondisi dimana faktor-faktor lain tidak berubah. Jika barang dan jasa naik, maka penjual cenderung menjual barang dan jasa dalam jumlah yang lebih banyak. Dan sebaliknya, jika barang dan jasa harganya turun, maka penjual cenderung menurunkan jumlah barang dan jasa yang ditawarkannya.

2.10 Fungsi dan Kurva Penawaran

Fungsi penawaran adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara harga (P) dengan jumlah barang (Q) yang ditawarkan. Fungsi penawaran harus sesuai dengan hukum penawaran yang menyatakan bahwa Bila harga barang naik, maka jumlah penawarannya bertambah dan bila harga barang turun, maka jumlah penawarannya berkurang.

Dengan demikian, hubungan antara harga barang dengan jumlah barang yang ditawarkan adalah positif atau berbanding lurus. Bentuk umum fungsi penawaran adalah

Q = a + bP atau P = a + bQ dimana :

a dan b = adalah konstanta, dimana b harus bernilai positif P = adalah harga barang per unit yang diminta Q = adalah banyaknya unit barang yang diminta

(37)

x 800

600

400

0

1 3 5

y

Merupakan grafik yang mengilustrasikan berapa banyak produk yang akan ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga tertentu. Kurva penawaran membentuk slope positif dari kiri bawah ke kanan atas. Kurva penawaran membentuk slope positif karena sesuai dengan Hukum Penawaran yaitu bahwa harga produk berbanding lurus dengan jumlah produk yang akan ditawarkan produsen.

Contoh kurva permintaan berdasarkan jumlah barang (x) dan harga (y)

Gambar 2.2 Kurva Penawaran

Dalam gambar diatas, terlihat bahwa ketika harga barang (y) meningkat dari harga Rp. 400 menjadi Rp. 600. Maka jumlah barang x yang ditawarkan juga semakin bertambah yakni dari 1 unit menjadi 3 unit. Kemudian, ketika harga barang (y) kembali meningkat dari Rp. 600 menjadi Rp. 800. Maka Jumlah barang x yang ditawarkan juga bertambah dari 3 unit menjadi 5 unit.

2.11 Penelitian Terdahulu

(38)

Terhadap Produk Bank Syariah pada tahun 2008 dengan menggunakan metode Chi Square Test menunjukkan bahwa hasil analisis dari nasabah berdasarkan karakteristik (jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan terakhir, penghasilan perbulan) tidak semua sikap nasabah sama terhadap atribut produk Bank Syariah. Khusus untuk nasabah berdasarkan karakteristik penghasilan perbulan tidak mempunyai perbedaan sikap terhadap semua atribut produk Bank Syariah. Jenis Produk Bank Syariah yang paling banyak diminati adalah tabungan dan bank Sumsel Syariah yang menjadi pilihan nasabah dalam menempatkan dananya.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Aiyub yang merupakan Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh pada tahun 2007 mengenai Analisis Perilaku Masyarakat terhadap keinginan menabung dan memperoleh pembiayaan pada Bank Syariah di Nangroe Aceh Darussalam menunjukkan hasil bahwa sebagian besar masyarakat tidak mengetahui tentang system maupun produk perbankan syariah, sehingga keadaan ini memberikan nilai potensi yang kurang terhadap pengembangan Bank Syariah. Namun demikian keinginan menabung dan memperoleh pembiayaan sangat tinggi sekali. Pemetaan terhadap keinginan untuk menabung dan memperoleh pembiayaan pada Bank Syariah terlihat bahwa keseluruhan kabupaten dan kota memiliki nilai potensial yang tinggi (diatas 85%) dan yang tertinggi adalah kabupaten Aceh Barat (98%), Aceh Besar (97%), Bener Meriah (96%), Lhokseumawe (95%), Aceh Utara (94%), Aceh Tengah (86%) dan Sabang (84%).

(39)

konsumen terhadap Bank Syariah di Purwokerto antara lain : Faktor Persepsi, Faktor Bukti Fisik, Faktor Proses, Faktor Harga, Faktor Orang, Faktor Sosial, dan Faktor Lokasi. Faktor yang paling dominan dipertimbangkan konsumen dalam memilih Bank Syariah adalah faktor persepsi dengan Variance 32,056 % dari variasi yang ada. Pengetahuan konsumen terhadap Bank Syariah masih terbatas, sebagian besar konsumen hanya mengetahui tentang riba dan syariah. Sedangkan istilah istilah dalam perbankan syariah seperti ijarah, Mudharabah, Musyakarah dan murabahah masih belum diketahui dan dimengerti oleh konsumen.Alasan utama konsumen menabung di Bank Syariah adalah karena kombinasi dari alasan agama dan alasan keuntungan.

2.12 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan teori yang relevan, belum didasarkan atas fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data.Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empiris (sugiyono, 1992). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

(40)

2.13 Kerangka Konseptual

Penentuan variabel Analisis Permintaan Masyarakat terhadap Produk Perbankan Syariah disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan dari penelitian ini. Berikut penulis jabarkan dalam gambar dibawah ini:

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

PERMINTAAN MASYARAKAT TERHADAP PRODUK PERBANKAN SYARIAH

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TERHADAP PRODUK BANK SYARIAH

PRODUK BANK SYARIAH

Gambar

Tabel 2.2 Perbedaan Dasar Kegiatan Usaha Perbankan Syariah dan Konvensional
Gambar 2.2 Kurva Penawaran
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

1) Arah Tujuan. Tujuan tetap hidup dan tujuan kesenangan terhindar dari rasa sakit yang merupakan dua arah tujuan yang dimaksudkan Ellis. 2) Untuk membangkitkan tujuan, maka

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi pelatihan core stability dan pelatihan lari konvensional lebih efektif meningkatkan kecepatan lari daripada

[r]

Riset ini dilakukan dengan cara mengkombinasikan metode simpleks dan software bantuan yaitu POM-QM for windows 5.0 agar dapat mempercepat dan mempermudah perhitungan dalam menentukan

Jika pelapor atau orang yang dilaporkan merasa tidak puas dengan keputusan yang diambil atas suatu kekhawatiran, mereka dapat mengajukan banding kepada Ketua Ombudsman dan hal ini

- Apakah anda merasa terganggu dengan hal-hal yang berkaitan dengan kecemasan itu. - Apa yang anda lakukan untuk mengatasi

Sebagai orang yang tinggal bersama dalam tanah yang sama, dikelilingi oleh lautan yang memberi kehidupan, teologi publik harus fokus kepada tema keadilan dan kesejahteraan

Pendidikan agama merupakan salah satu alat untuk dapat membimbing seseorang menjadi orang yang baik terutama dalam pembentukan kepribadian.. Dengan pendidikan agama