• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Ringkasan Materi Kelompok 5 Kelas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas Ringkasan Materi Kelompok 5 Kelas"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Ringkasan Materi

Kelompok 5

Kelas 4 A1 (Pagi)

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 2

(Pengakuan Pendapatan)

Disusun oleh:

 Rika Ramadhani : 216. 02. 0021

 Nani Septiyanti : 216. 02. 0023

 Ayu Mandira : 216. 02. 0024

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUSI RAWAS

KOTA LUBUKLINGGAU

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun tugas ringkasan materi yang berjudul “Pengakuan Pendapatan”.

Tugas ini disusun untuk memenuhi syarat salah satu tugas Akuntansi Keuangan Menengah 2. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Yuli Nurhayati SE., Ak., M.Si selaku dosen pembimbing.

2. Rekan- rekan yang selalu mendukung dan membantu ikut serta dalam pembuatan makalah ini. Kiranya tugas ini bisa memenuhi kebutuhan dosen dan mahasiswa sebagai bahan ajar mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 2. Meski begitu, kami sadar bahwa ringkasan ini perlu untuk terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dikarenakan masih dalam tahap belajar. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan diterima dengan senang hati. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas perhatiannya.

Semoga ringkasan materi ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Lubuklinggau, April 2018

(3)

PENGAKUAN PENDAPATAN

(REVENUE RECOGNITION)

A. Definisi Pendapatan

Pengakuan pendapatan menjadi sangat penting dan krusial dalam mengukur performa entitas. Dewan Standard Akuntansi Keuangan (DSAK) telah membuat sebuah Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) tentang pendapatan yang tertuang dalam PSAK 23, PSAK 23 ini membahas mengenai pendapatan yang diadopsi dari International Accounting Standard 18 (IAS 18).

Menurut PSAK 23, pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomik yang timbul dari aktivitas ormal entitas selama suatu periode, jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Dengan pengertian diatas, maka perusahaan tidak boleh mencatat Pajak yang dipotong dari pihak lain sebagai pendapatan walaupun pajak merupakan kas masuk ke perusahaan. Disisi lain perusahaan yang bergerak sebagai agen (bukan orang yang sebenarnya) dari sebuah transaksi tidak boleh mengakui kas yang masuk sebagai pendapatannya, namun hanya mengakui komisi sebagai pendapatannya.

Misalkan seorang manajer investasi mengelola dana investor sebesar Rp 100 Juta dan mendapat return 10%, yaitu Rp 10 Juta rupiah. Sesuai kontrak perusahaan investasi hanya menerima 20% dari return sebagai fee (komisi) maka perusahaan membagi dua return 10% tadi. (1) 8 juta dianggap sebagai hutang kepada investor (2) 2 juta dianggap sebagai pendapatan komisi dari perusahaan investasi. Kesalahan terjadi bila perusahaan mencatat Rp 10 juta sebagai pendapatan bagi perusahaan.

B. Prinsip Pengakuan Pendapatan

Permasalahan utama dalam akuntansi untuk pendapatan adalah menentukan saat pengakuan pendapatan. Pada prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognation

(4)

1. Pendapatan dianggap direalisasikan apabila barang dan jasa, barang dagangan, atau harta lain ditukar dengan kas atau klaim atas kas; Pendapatan dianggap dapat direalisasikan apabila aktiva yang diterima dalam pertukaran segera dapat konversi (siap ditukar) menjadi kas atau klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui;

2. Pendapatan dianggap dihasilkan (earned) apabila entitas bersangkutan pada hakikatnya telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu, yakni apabila proses menghasilkan laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai.

C.

Sumber-sumber Pendapatan

Secara umum, perusahaan dapat memperoleh pendapatan (arus kas masuk) melalui 3 cara, yaitu;

1. Penjualan barang (termasuk barang dagangan dan aset spesifik)

Penjualan barang hanya dapat diakui apabila seluruh kriteria berikut terpenuhi, yaitu:

1. Entitas sudah mentransfer seluruh resiko atas barang kepada pembeli

2. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan normal apabila barang tersebut masih dimiliki oleh entitas. Dengan kata lain entitas tidak lagi memiliki pengendalian efektif atas barang tersebut

3. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal atau dapat dipertanggungjawabkan 4. Kemungkinan besar manfaat ekonomik dari transaksi tersebut akan mengalir ke entitas 5. Biaya-biaya yang terjadi terkait transaksi tersebut dapat diukur dengan andal atau

dapat dipertanggungjawabkan

Hal – hal diatas adalah syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah transaksi agar dapat diakui sebagai pendapatan dari hasil penjualan barang.

(5)

Special Case 1: Penjualan Dengan Tenggat Refund/Tukar

PT MSI menjual barang 100 unit sepatu dengan harga 1 sepatu Rp 100 ribu, maka kas masuk ke PT MSI adalah Rp 10 juta. Namun di kontrak tertulis bahwa barang dapat direfund atau ditukar dengan barang baru seandainya tidak pas ukurannya atau rusak dengan tenggat waktu selama 1 bulan. Bagaimana pencatatannya? Dikarenakan adanya tenggat waktu tersebut, maka pendapatan tersebut baru dapat diakui ketika sudah lewat dari waktu satu bulan. Hal ini dikarenakan adanya kontrak yang disebutkan di penjelasan sebelumnya.

Pada saat pembeli melakukan ‘pembelian’ dan ada kas masuk, maka perusahaan mencatat sebagai berikut

KasRp 10.000.000

Utang UsahaRp 10.000.000

Mengapa pencatatannya dibuat demikian? Mengapa timbul hutang kepada pembeli? Kenyataannya adalah demikian, karena berdasarkan kontrak bisa saja pembeli merefund 100% barang tersebut, atau selama tenggat waktu bisa saja barang tersebut rusak dan perusahaan wajib menggantinya.

Hal ini lumrah terutama dalam transaksi pembelian gadget dan laptop. “Garansi toko 3 hari ya pak, bu bila ada apa-apa bisa dibawa kembali kesini” adalah pernyataan yang biasa keluar dari sang penjual toko. Atau bila kita membeli baju dan celana, bila ukurannya tidak pas bisa dikembalikan dan ditukar ke toko tersebut. Bila model yang kita pilih habis, maka biasanya kita memilih baju dengan model lain. Bila model lain tersebut harganya lebih murah, kita tidak boleh meminta refund namun bila model lain lebih mahal kita harus menambah biaya selisihnya.

(6)

Ada dua faktor kenapa transaksi diatas tidak dapat diakui sebagai pendapatan;

1. Resiko belum pindah ke entitas pembeli (masih bisa direfund atau tukar)

2. Biaya yang terkait transaksi belum pasti (bila pembeli minta tukar ke barang lain, maka harga pokok penjualan akan berubah. Sehingga harga pokok penjualan belum pasti pada transaksi semacam ini)

Ketika satu bulan selanjutnya ternyata tidak ada komplain dari konsumen, barulah PT MSI mencatat pendapatan dengan jurnal

Utang UsahaRp 10.000.000

Pendapatan RP 10.000.000

COGSRp 8.000.000 (misal)

Persediaan Rp 8.000.000

Jurnal ini untuk mencatat bahwa kontrak sudah terminate (expire) dan perusahaan tidak lagi memiliki kewajiban untuk mengembalikan uang ke konsumen.

Special Case 2: Penjualan barang Pre Order atau Down Payment

Contohnya jika perusahaan seringkali menerima pesanan dalam bentuk ijonan, terutama di sektor peternakan dan perkebunan. Sewaktu jagung masih belum matang, seorang tengkulak datang ke petani dan membeli semua jagung dengan harga tertentu yang sudah ditentukan. Segera sang tengkulak membayar petani atas harga tersebut, bisa 100% lunas atau downpayment. Pada saat ini, petani tidak boleh mencatat uang tersebut sebagai pendapatan, namun sebagai hutang usaha. Sama seperti transaksi penjualan yang boleh direfund diatas.

(7)

bahkan belum diproduksi sama sekali. Pencatatannya sama seperti diatas, dimana perusahaan mencatat;

KasRp 200.000.000

Utang UsahaRp 200.000.000

Selanjutnya perusahaan melanjutkan produksi sepatu bola tersebut. Apabila setelah sepatu bola berhasil diproduksi dan dikirim kepada pembeli, lalu berdasarkan kontrak memiliki tenggat refund/tukar bila barang rusak atau cacat maka pencatatan masih belum berubah. Pencatatan baru akan diakui sebagai pendapatan ketika tenggat waktu refund/tukar terlampaui.

2.

Penjualan jasa

Bagaimana pengakuan atas pengerjaan jasa? Bukannya pengerjaan jasa jenisnya abstrak dan tidak bisa diukur secara kasat mata. Berbeda dengan penjualan barang yang bisa diukur dengan jelas, jika dalam perusahaan dagang maka kita dapat tahu apakah barang sudah dibeli dan dikirim ke penjual, apakah kita masih memiliki kewajiban terkait barang dengan konsumen, atau bahkan barang belum dibeli dan belum juga dikirim ke konsumen.

Sementara pada jasa, bila pengerjaannya memakan waktu melebihi satu periode (bulan atau tahun) bagaimana mengakui pendapatannya? Apakah harus diakui setelah satu pekerjaan selesai atau harus diakui setelah pekerjaan selesai semua? PSAK 23 mensyaratkan pengakuan pendapatan jasa dengan cara sebagai berikut:

Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi secara andal (dapat dipertanggungjawabkan), maka pendapatan yang berhubungan dengan transaksi tersebut diakui dengan mengacu pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan.

Hasil transaksi dapat diestimasi secara andal (dapat dipertanggungjawabkan) jika seluruh kondisi berikut terpenuhi:

(8)

Kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas

Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal

Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur secara andal (dapat dipertanggungjawabkan)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa cara pengakuan penjualan jasa adalah menggunakan penghitungan tingkat penyelesaian pekerjaan. Pada perusahaan konstruksi, hal ini lazim dilakukan dan untuk kontrak konstruksi akan dibahas dalam PSAK sendiri yaitu PSAK 34 kontrak konstruksi. Pada kali ini, akan dibahas mengenai penjualan jasa secara umum saja.

Biasanya dalam kontrak sudah menyebutkan nilai kontraknya dan perusahaan sudah memiliki estimasi mengenai berapa biaya yang akan keluar terkait pekerjaan tersebut. Sehingga ketika perusahaan ikut tender, atau ketika perusahaan ditawarkan proyek tertentu perusahaan sudah memiliki estimasi berapa besarnya profit yang akan didapat.

Bagaimana cara mengukur tingkat penyelesaian? Ada 3 indikator yang dapat dipakai untuk mengukur tingkat penyelesesaian yaitu;

1. Survei langsung terhadap pekerjaan dan melihat secara fisik sudah sampai tahap mana pekerjaan dilakukan

2. Jasa yang sudah dilakukan hingga tanggal tertentu

3. Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi total biaya transaksi yang bersangkutan

(9)

diakhir masa kontrak, bisa juga 50% awal dan 50% akhir, atau dibagi selama masa kontrak.

Dari ketiga indikator ini, bila indikator pertama bisa digunakan maka indikator survei langsung berdasarkan fisik pekerjaan yang harus dipakai. Bila indikator pertama ini tidak dapat dijalankan, maka baru bisa beralih ke indikator kedua (jasa yang sudah diberikan) dan ketiga (biaya terkait pekerjaan). Mengapa demikian? Karena pada praktiknya ada beberapa pekerjaan yang tidak signifikan, signifikan, atau menjadi inti dari pekerjaan tersebut dan dapat dilakukan segera di awal kontrak.

Sebagai contoh, PT MSI menerima pekerjaan untuk mendesain sepatu militer dari pemerintah. Pekerjaan tersebut mencakup:

1. Mencari bahan terbaik untuk sepatu tersebut

2. Mencari bentuk terbaik dari sepatu agar sesuai dengan kebutuhan militer 3. Mencari motif terbaik agar sepatu tidak mencolok

Nilai kontrak adalah sebesar Rp 1 Miliar dan dikerjakan selama 3 bulan, yaitu November 2015, Desember 2015, dan Januari 2017 . Pemerintah membayar sebesar 30% dari nilai kontrak di awal penugasan dan 70% bila pekerjaan sudah selesai. Maka, PT MSI menjurnal sebagai berikut

KasRp 300.000.000

Utang UsahaRp 300.000.000

Kondisi 1: pekerjaan selesai di bulan pertama masih dibawah 30% (tingkat penyelesaian masih dibawah DP). Saat bulan november, pekerjaan ternyata baru selesai 25% saja. Maka perusahaan menjurnal sebagai berikut:

Utang usahaRp 250.000.000

(10)

Dengan demikian, maka perusahaan masih memiliki saldo hutang usaha sebesar Rp 50.000.000 yang berasal dari selisih DP 30% sementara yang selesai baru 25% saja. Pendapatan hanya diakui sesuai dengan tingkat penyelesaian.

Kondisi 2: pekerjaan selesai sudah diatas DP atau pembayaran yang sudah diterima. Saat bulan Desember, perusahaan sudah menyelesaikan 50% dari pekerjaan maka perusahaan menjurnal sebagai berikut

Utang usahaRp 50.000.000

Piutang usahaRp 200.000.000

Pendapatan usahaRp 250.000.000

Dengan jurnal diatas, maka perusahaan sudah merubah posisi dari yang tadinya ‘berhutang’ (karena DP lebih tinggi dari pekerjaan yang sudah selesai) menjadi memiliki piutang (karena pekerjaan sudah selesai melebihi DP).

Dengan demikian, maka pendapatan di November adalah Rp 250 juta dan Desember juga Rp 250 juta (angka yang ada disini kebetulan bernilai sama). Besaran ini sesuai dengan pekerjaan yang selesai, yaitu 25% di November dan 25% di Desember.

Sepanjang tahun 2016, maka pendapatan jasa PT MSI adalah Rp 500 juta, sesuai dengan pekerjaan yang selesai sampai Desember yaitu sebesar 50% dari nilai kontrak Rp 1 miliar. Pada tahun ini perusahaan sudah tidak memiliki hutang usaha yang berasal dari saldo lagi, namun memiliki piutang usaha ke pemerintah sebesar Rp 200 juta yang berasal dari pekerjaan yang selesai 50% namun DP baru 30% saja. Piutang sebesar 20% dari nilai kontrak Rp 1 miliar karena sebenarnya perusahaan sudah berhak menerima pembayaran tersebut.

Lalu pada januari 2017, pekerjaan sudah selesai 100% PT MSI menjurnal sebagai berikut

Piutang usahaRp 500.000.000

(11)

Besaran ini sesuai dengan penyelesaian pekerjaan dari sebelumnya di akhir tahun (Desember) yang baru selesai 50% dan sekarang sudah selesai 50% lagi. Sehingga perusahaan berhak atas pembayaran 50% sisanya. Dengan jurnal ini, maka akan terlihat bahwa piutang usaha perusahaan adalah Rp 700 juta (Rp 200 Juta berasal dari saldo tahun lalu, selisih DP dengan pekerjaan selesai, dan Rp 500 juta berasal dari tahun ini). Jumlah ini sama dengan kontrak dimana 30% dibayar di awal sebagai DP dan 70% dibayar setelah pekerjaan selesai. Saat pemerintah membayar sisa kontrak sebesar Rp 700 juta, maka perusahaan menjurnal

KasRp 700.000.000

Piutang usahaRp 700.000.000

Dengan pembayaran ini maka perusahaan sudah tidak memiliki piutang usaha terhadap pemerintah lagi dan kontrak dinyatakan selesai.

3. Bunga dan royalti (passive income)

Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan dividen harus diakui atas dasar :

1. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil efektif aktiva tersebut;

2. Royalty harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan; dan

3. Dalam metode biaya (cost method), dividen tunai diakui bila hak pemegang saham

untuk menerima pembayaran ditetapkan.

Pengakuan atas dasar tersebut dilakukan bila :

(1) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan

diperoleh perusahaan; dan

(2) jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.

Namun bila ketidakpastian timbul tentang kolektibilitas sebesar jumlah yang telah masuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak dapat ditagih, atau jumlah pemulihannya atau pengembaliannya tidak lagi besar kemungkinan, diakui sebgai beban, dari pada penyesuaian

(12)

Semua pernyataan di atas mengurai sifat konseptual dari pendapatan dan merupakan dasar akuntansi untuk transaksi pendapatan. Dalam praktik-praktik pengakuan pendapatan, adakalanya pendapatan diakui pada saat lain dalam proses menghasilkan laba, yang sebagian besar diakibatkan oleh (1) keinginan untuk mengakui lebih awal (recognize earlier) jika terdapat tingkat kepastian yang tinggi mengenai jumlah pendapatan yang dihasilkan dan (2) keinginan untuk menangguhkan pengakuan pendapatan jika tingkat ketidakpastian mengenai jumlah pendapatan atau biaya cukup tinggi, atau jiak penjulan bukan merupakan penyelesaian yang substansial dari proses menghasilkan laba.

Terdapat 2 praktek yang umum dilakukan oleh perusahaan dalam membagi dividen yaitu (1) besaran dividen minimal dari laba bersih ditentukan dalam AD/ART perusahaan, misalkan minimal 25% dari laba bersih akan dibagikan sebagai dividen tunai, atau (2) besaran dividen seluruhnya ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Walaupun ada klausul persentase minimal deviden, namun besaran deviden tetap ditentukan oleh RUPS.

Skenario 1: dalam AD/ART ada ketentuan tentang besaran deviden.

PT MSI memiliki kepemilikan di PT Modern Fashion Universal (PT MFU, atau PT anak) sebesar 75%. Tahun 2016 PT MFU mengumumkan laba bersih sebesar Rp 100.000.000.000 (100 miliar), sesuai AD/ART perusahaan, perusahaan harus membagi minimal 25% dari laba bersih dalam bentuk dividen tunai. Maka PT MSI (perusahaan induk) mencatat pada 31 desember 2016 pendapatan dari PT MFU sebesar Rp 18,75 Miliar ( total dividen tunai adalah Rp 25 Miliar dan PT MSI hanya berhak 75% atas besaran tersebut) dengan jurnal

Piutang deviden Rp 18.750.000.000

Pendapatan Investasi AnakRp 18.750.000.000

(13)

Skenario 2; ada klausul minimal dividen di AD/ART namun ternyata dividen dibayarkan lebih besar karena RUPS.

Pada tahun 2016, PT MFU sudah mengumumkan minimal deviden dibayarkan sebesar Rp 25 miliar. Namun sesuai tata kelola korporasi, besaran deviden tetap ditentukan secara final melalui RUPS. Pada RUPS, pemegang saham meminta PT MFU untuk membayar 40% dari laba bersih, sehingga besaran dividen untuk seluruh pemegang saham dulunya adalah Rp 25 miliar (25% dari 100 miliar) kini menjadi Rp 40 Miliar (40% dari 100 miliar).

RUPS untuk tahun 2016, biasanya dilakukan pada awal tahun 2017, maka kenaikan deviden ini baru akan diketahui oleh PT MFI pada 2017. Tadinya PT MFI berhak sebesar Rp 18,75 Miliar (75% dari 25 miliar) sekarang menjadi sebesar Rp 30 Miliar yaitu 75% dari RP 40 miliar. Ada selisih kenaikan dividen sebesar Rp 12,25 Miliar untuk PT MFI. Sehingga setelah RUPS menyepakati kenaikan deviden PT MFI menjurnal lagi sebagai berikut

Piutang deviden Rp 12.250.000.000

Pendapatan Investasi AnakRp 12.250.000.000

atau bila PT MFU langsung membayar semua dividennya segera setelah RUPS maka PT MSI mencatat dengan jurnal

KasRp 30.000.000.000

Piutang DevidenRp 18.750.000.000

Pendapatan investasi anakRp 12.250.000.000

(14)

RUPS berlangsung, maka kenaikan ini bisa dimasukkan dalam subsequent event (kejadian setelah tanggal neraca) di laporan keuangan bersangkutan.

Bisakah nilai deviden lebih kecil dari Rp 18,75 Miliar? Bila ada klausul persentase minimal deviden maka tidak mungkin nilai deviden lebih kecil dari angka tersebut, karena akan menyalahi AD/ART perusahaan.

Skenario 3; bila tidak ada klausul mengenai persentase minimal dividen oleh Perusahaan anak.

Biasanya manajemen Perusahaan anak akan mengumumkan besaran dividen sesuai kemauan manajemen. Besaran ini bisa dicatat sebagai piutang dividen pada pendapatan dividen untuk tahun berjalan.

Disisi lain dividen yang dibagikan ini tentu bisa berubah pada RUPS dimana pada saat RUPS berlangsung bisa saja kemauan manajemen bertentangan dengan pemegang saham. Perlakuan yang sama dapat dilakukan atas pendapatan dividen ini, bila laporan keuangan PT MSI belum terbit hingga tanggal RUPS maka akan dijelaskan pada subsequent event dan dicatat pada nilai aktual pada laporan keuangan 2016. Namun bila laporan keuangan tahun 2016 sudah terbit, maka kejadian akan dicatat dan dijelaskan pada laporan keuangan 2017

4. Pengakuan pendapatan untuk transaksi penjualan khusus

a) Waralaba

Perusahaan waralaba memperoleh pendapatan dari sumber-sumber berikut, yaitu : (1) dari penjualan waralaba awal dan aktiva atas jasa terakit; dan (2) dari iuran (fee) berkesinambungan yang didasarkan pada pengoperasian waralaba. Franchisor adalah pihak yang memberikan hak bisnis dalam waralaba, dan franchisee adalah pihak yang

megoperasikan bisnis warlaba.

(15)

b) Konsinyasi Dalam perjanjian konsinyasi, Consignor (pabrikan) mengirim barang dagang kepada Consignee (dealer) yang bertindak sebagai agen yang menerima barang dagang dan setuju untuk menjual dan menjaga barang tersebut. Kas yang diterima dari pelanggan dikirim kepada consignor setelah dikurangi komisi penjualan dan semua beban yang

dapat dikenakan.

Pendapatan hanya diakui setelah consignor menerima pemberitahuan penjualan dan pengiriman kas dari consignee.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012). Sistem Akuntansi. Diakses 1 Mei 2018. http://sistem-akuntansi1000.blogspot.co.id/2012/09/prinsip-pengakuan-pendapatan.html

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produksi Petani Peserta Program SL-PTT Padi Di Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir.. Rekomendasi Pemupukan N, P, dan

saat tidak sadar dan dibopong ke RS, anggota gerak sebelah kanan lemah dan lunglai, nafas terdengar tersengal-sengal dan

Pencemaran udara berarti hadirnya satu atau beberapa kontaminan di dalam udara atmosfir di luar, seperti antara lain oleh debu, busa, gas, kabut, bau-bauan, asap atau uap

 Hambatan suatu bahan konduktor pada suhu tetap bergantung. pada panjang, luas penampang dan hambatan jenis

mengauskultras bisisng usus pasien , menimbang berat badan setiap 3 hari sekali atau sesuia dengan indikasi, memerikan lingkungan yang menyenangkan pada waktu makan,

Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur tekanan darah responden, kemudian jika responden menderita hipertensi, peneliti meminta responden

Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian perikanan di Kabupaten Simeulue mengalami penurunan sebanyak

KOTAKAB NAMA SEKOLAH ALAMAT SEKOLAH KELAS NAMA DEPAN REKENING BESAR UANG SMK GIKI 1 SURABAYA JL... WONOSARI