ADMINISTRASI PUBLIK SEBAGAI ART DAN SCIENCE
Berbagai buku teks pengantar dalam administrasi publik meriwayatkan periode atau tahap perkembangan administrasi publik, misalnya periode ortodoks atau klasik, gerakan perilaku administrative terutama dari sudut pandang praktek.
Memang, bidang administrasi publik berasal dari praktek, atau kegiatan praktis administrasi dan manajemen di sector publik.
Pada awal perkembangan administrasi publik semua menganggap bahwa tidak ada teori inti dari administrasi publik tetapi hal itu tidak dapat ditandai dengan
warisan yang kaya intelektual (Rosenbloom, 1983b). Akibatnya ada kekurangan mendasar dari persetujuan mengenai ruang lingkup administrasi publik. Beberapa berpendapat bahwa ketidaksesuaian ini telah menyebabkan krisis identitas (Ostrom 2008). Kurangnya teori inti telah memiliki implikasi untuk praktek dan studi
administrasi publik. Secara khusus, telah menyebabkan banyak pendekatan atau teori tentang bagaimana praktisi dan bagaimana akademisi harus mempelajari administrasi publik atau terlibat dalam membangun teori dan pengujian.
Tulisan pertama dari Woodrow Wilson pada tahun 1887 yang menjadi cikal bakal dikotomi politik / administrasi. Pertimbangan dari Fredericson Taylor (1911) dan seruannya untuk manajemen ilmiah, adalah sebuah doktrin yang mendukung ketergantungan pada ilmu untuk menentukan cara terbaik melakukan pekerjaan dan kemudian memastikan demi efisiensi. Karya-karya Gullick dan Urwick (1937) juga mendukung pada saat itu untuk menghasilkan ilmu administrasi, yang lebih dikenal sebagai prinsip-prinsip administrasi.
memecahkan masalh yang kompleks sangat kecil dibandingkan dengan ukuran masalah yang solusinya diperlukan untuk perilaku objektif rasional di dunia nyata. Administrator menurut Simon membuat keputusan yang satisfice, yaitu keduanya memuaskan dan cukup untuk situasi yang dihadapi.
Administrasi publik menurut Simon dapat dan harus dipelajari dari sudut pandang prinsip-prinsip ilmiah karena mereka ketat diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial lainnya. ia juga berpendapat bahwa administrasi publik harus didasarkan pada kenyataan: empirisme, pengukuran, dan verifikasi. Singkatnya, Simon
memperjuangkan penelitian tentang administrasi berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah. Dari pandangan Simon yang mengharuskan prinsip-prinsip ilmiah diterapkan di ilmu administrasi publik, datang Dwight Waldo sebagai kritikus utama dari Herbert Simon. Waldo berusaha memahami mengapa perspektif ilmiah telah memainkan peran besar dalam upaya awal untuk memahami kondisi administrative. Waldo melihat fenomena dalam hal budaya. Ia mengamati studi administrasi jelas pragmatis, sering
menggambarkan pengetahuan dari pengetahuan umum.
Setelah perdebatan sengit antara Waldo-Simon, Waldo mulai melunak dan mengakui bahwa ada kecenderungan bagi banyak orang, termasuk dirinya untuk melihat administrasi publik sebagai teori normative, yaitu teori tentang bagaimana organisasi harus bangun.
Pada tahun 1973 muncul debat lain antara Simon-Argyris. Ternyata di public administration review tertulis ilmu dalam konteks humanisme, yang berpusat pada atribut emosional dan psikologis yang kompleks dari human. Argyris menyatakan bahwa positivis, bebas nilai, dan rasional metode mempelajari perilaku organisasi dan sepertinya Simon gagal menangkap seluk-beluk perilaku manusia dan pada dasarnya gagal melaju teori administrasi dalam cara yang signifikan.
Kelompok pertama mengklaim bahwa teori administrasi publik dapat dan harus ilmiah, kelompok kedua menegaskan bahwa ia historis, seni dan, karenanya, adalah nilai yang sarat, dan kelompok ketiga melihat unsur-unsur dari kedua seni / nilai-nilai dan ilmu pengetahuan / fakta.
A. Administrasi Publik Sebagai Art
Administrasi dalam praktek (seni atau art) pada zaman modern ini merupakan proses kegiatan yang perlu dikembangkan secara continue, agar administrasi sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan benar-benar dapat memberi peranan yang diharapkan. Administrasi sebagai art merupakan keahlian, kemampuan, kecakapan maupun kecerdikan untuk bekerja sama dalam mencapai hasil yang diinginkan.
Administrasi sebagai suatu seni atau administrasi dalam praktek, timbul bersamaan dengan timbulnya peradaban manusia. Semenjak manusia berbudaya dengan menggunakan akal pikiran, rasa dan seninya serta bekerja sama antara dua orang atau lebih telah merupakan unsure administrasi dalam kehidupan
bermasyarakat. Sehingga administrasi sebagai suatu seni bukan merupakan hal yang baru, karena dengan kerja sama dan ingin mencapai suatu tujuan yang diinginkan sesungguhnya disitu sudah terdapat administrasi, yaitu administrasi dalam hal praktek.
B. Administrasi Publik sebagai Sains
Ilmu pengetahuan dapat di defenisikan sebagai suatu objek ilmiah yang memiliki sekelompok prinsip, dalil dan rumus yang melalui percobaan-percobaan yang sistematis dilakukan berulang kali telah teruji kebenarannya, prinsip-prinsip, dalil-dalil dan rumus-rumus mana yang dapat diajarkan dan dipelajari.
Administrasi sebagai ilmu memiliki sifat-sifat dan landasan pendekatan ilmiah:
1. Landasan ontology 2. Landasan epistemology 3. Landasan aksiologi
Disamping itu administrasi juga memiliki sifat-sifat atau cirri-ciri untuk disebut sebagai ilmu (the Liang Gie, 1980) yaitu:
1. Empiris 2. Sistematis 3. Objektif 4. Analitis
5. Dapat dibuktikan kebenarannya
Sebagai pengetahuan, administrasi tergolong kelompok applied science, karena kemanfaatannya hanya ada apabila prinsip-prinsip, rumus-rumus dan dalil-dalilnya diterapkan untuk meningkatkan mutu berbagai kehidupan bangsa dan Negara.
Beberapa sarjana yang mengatakan bahwa administrasi itu sebagai ilmu diantaranya Gullick (dalam The Liang Gie-sutarto 1977:31) memberikan
ketegasan mengenai ilmu administrasi sebagai berikut : “administration has to do with getting thing done, with the accomplishment of defined objectives”