1
Definisi, Dasar Hukum,Rukun dan Syarat Syirkah
Makalah ini di susun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih mu’amalah
Dosen Pengampu : Imam Mustofa, S.H.I., M.S.I.
Disusun oleh:
Echa Rizkiya Cahyaning (1502100041)
Kelas C
S1 PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JURAI SIWO METRO
2
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum ,
Dengan nama Allah yang Maha Pengsih lagi Maha Penyayang, serta puji syukur yang tak terhingga hanya patut penyusun sembahkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena telah berkenan memberikan kekuatan, ketekunan, kemampuan kesempatan, dan pemikiran kepada penyusunan makalah ini dapat
mencapai tahap penyelesaian berjudul “Definisi, Dasar Hukum,Rukun dan Syarat
Syirkah” walaupun dalam bentuk dan kondisi yang sederhana, baik dilihat dari
segi pembahasan maupun sistematika penyusunan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Fiqih Muamalah. Dalam rangka penyusunan makalah ini penyusun mengakui karena adanya kemampuan yang sangat terbatas untuk itu penyusun banyak menemui kesulitan dan hambatan dalam penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini telah diupayakan sebaik-baiknya, namun penyusun menyadari sebagai manusia biasa bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini.
Wassalamu’alaikum ,
Metro, 25 Oktober 2016 Penulis
3 BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyaknya umat muslim yang belum mengetahui bagaimana seharusnya menjalankan syirkah atau perkongsian dalam memenuhi kebutuhan hidup didunia ini yang sesuai dengan tuntutan syariat. Sebagai seorang muslim kita perlu mengetahui apa itu Syirkah? Mungkin kita pernah mendengar kata Syirkah atau perkongsian. Syirkah perkongsian yang mana syirkah atau perkongsian tersebut merupakan salah satu pembahasan yang penting dalam fiqh muamalah. Syirkah atau perkongsian adalah salah satu cara untuk mendapatkan suatu keuntungan melalui kerjasama dengan menggabungkan atau mencampurka harta seseorang dengan harta orang yang diajak untuk kerjasama untuk dijadikan modal usaha, namun tidak hanya itu masalah yang ada dalam perkongsian atau syirkah masih banyak lagi pembahaan yang perlu kita ketahui. Oleh karena itu,dalam makalah berjudul syirkah ini guna untuk meberikan pemahaman kepada pembaca makalah ini. Pada zaman sekarang ini banyak orang-orang muslim yang menjalankan sistem syirkah atau perkongsian dengan mengikuti tata cara orang barat yang belum tentu sesuai dengan apa yang diajarkan oleh syari’at.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari syirkah ?
2. Bagaimana landasan hukum tentang adanya syirkah ? 3. Apa saja rukun dan syarat dari syirkah ?
C. Tujuan
1. Memberikan pengetahuan tentang pengertian syirkah.
4 BAB II.
PEMBAHASAN
A. Definisi Syirkah
Syirkah secara etimologi Syirkah merupakan kata yang berasal dari kata isytirak yang berarti perkongsian diartikan demikian karena syirkah
merupakan perkongsian dalam hak untuk menjalankan modal.1 Kata
syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika yasraku dan mashdar kata dasarnya ada tiga wazn (timbangan),boleh dibaca dengan salah satunya,yaitu syirkatan atau syarikatan atau syarakatan yang
artinya persekutuan atau perserikatan.2 Syirkah menurut bahasa berarti
al-ikhtilath yang artinya campur atau percampuran. Demikian dinyatakan
oleh Taqiyuddin. Maksud percampuran disini ialah seseorang
mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga tidak mungkin
untuk dibedakan.3 Wahbah al-Zuhaiali mendefinisikan syirkah secara
bahasa yaitu Syirkah adalah percampuran yaitu bercampurnya satu modal dengan lainnya, sampai tidak dapat dibedakan antara keduanya.”
Ada perbedaan definisi syirkah di kalangan ulama. Menurut Malikiyah,syirkah adalah perkongsian dua pihak atau lebih dimana semua anggota perkongsiaan tersebut mengizinkan anggota lainnya untuk menjalankan modal untuk berusaha. Menurut kalangan hanafiyah syirkah merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut akad antara dua pihak yang berkongsi atau bersekutu dalam modal dan keuntungan. Menurut kalangan Syafi’iyah syirkah adalah tetapnya hak para pihak yang berkongsi untuk menjalankan dan mengembangkan modal. Sementara kalangan hambaliyah berpendapat bahwa syirkah adalah persekutuan hak dalam berusaha atau menjalankan sebuah usaha.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa syirkah adalah persekutuan atau perkongsian dua pihak atau lebih dalam menjalankan sebuah usaha, baik dalam bidang perdagangan atau jasa dimana modal bisa dari semua pihak yang bersekutu atau dari sebagian
1 Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer. (Jakarta :RajaWali Pers,2016).Hal. 127
2 Muhammad Wasito Abu Fawas,”Mengenal Konsep Syirkah (Kerja Sama dalam Bisnis)
yang Sesuai Tuntutan Syari’ah”Posted on 5 November 2012.
5
mereka. Pekrjaan untuk menjalankan modal juga dapat dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam perkongsian atau sebagian mereka, sementara risiko ditanggung bersama. Keuntungan dari usaha tersebut
dibagi bersama secara proporsional dan sesuai dengan kesepakatan.4
Jika dilihat dari sisi bagi hasilnya, ada dua jenis bagi hasil tergantung kesepakatan yaitu reventure sharing atau profit sharing. Sedangkan dalam hal presentase bagi hasil nya dikenal dengan nisbah yang dapat disepakati dengan customer yang mendapat fasilitas pembiayaan pada
saat akad pembiayaan.5
Syirkah adalah perjanjian kerja sama antara pemilik modal (uang atau barang) untuk membiayai suatu usaha. Keuntungan dari usaha tersebut dibagi sesuai dengan persetujuan antara pihak-pihak tertentu, yang tidak
harus sama dengan pangsa modal masing-masing pihak.6 Menurut Hasbi
Ash-Shiddieqie, bahwa yang dimaksud dengan syirkah ialah akad yang berlaku antara dua orang atau lebih untuk ta’awun dalam bekerja pada
suatu usaha dan membagi keuntungannya.7
Menurut istilah yang dimaksud dengan syirkah para fuqaha berbeda pendapat yaitu:
1. Menurut Sayyid Sabiq yang dimaksud dengan syirkah ialah
“Akad antara dua orang berserikat pada pokok harta (modal) dan keuntungan.”
2. Menurut Muhammad al-syarbini al-khatib, yang dimaksud dengan syirkah ialah,
“ketetapan hak pada sesuatu untuk dua orang atau lebih dengan cara yang masyhur (deketahui).”
3. Menurut syihab al-din al-qalyubi wa Umaira, yang dimaksud dengan syirkah ialah,
“penetapan hak pada sesuatu bagi dua orang atau lebih.”
4 Imam Mustofa, op.cit. hlm. 127-129
5 Andria Permata Veithzal,Islam Financial Management.(Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada,2008).Hal.41
6 Susanti, Dyah Ochtorina,”Syirkah Sebagai Model Investasi Berbasis Syari’ah (Kajian
Ontologi)”. Jurnal Rechtlde Vol. 9, No. 1 (2014).
6
4. Menurut Imam Taqiyuddin Abi Bakr Ibn Muhammadal-Husaini,yang dimaksud dengan syirkah ialah,
“Ibarat penetapan suatu hak pada sesuatu yang satu untuk dua orang
atau lebih dengan cara yang telah diketahui.”
5. Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie, bahwa yang dimaksud dengan syirkah ialah,
“Akad yang berlaku antara dua orang atau lebih untuk ta’awun dalam bekerja pada suatu usaha dan membagi keuntungan.”
6. Idris Ahmad menyebutkan syirkah sama dengan syarikat dagang yakni dua orang atau lebih sama-sama berjanji akan bekerja sama dalam
dagang, dengan menyerahkan modal masing-masing, dimana
keuntungan dan kerugiaannya diperhitungkan menurut besar kecilnya modal masing-masing.
Setelah diketahui definisi-definisi syirkah menurut pandangan ulama kiranya dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan syirkah adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam berusaha yang keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama.
Adapun yang dijadikan dasar hukum syirkah oleh para ulama adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abi Hurairah dari Nabi Saw bersabda :
“Aku jadi yang ketiga antara dua orang yang berserikat selama yang satu tidak khianat kepada yang lainnya, apabila yang satu berkhianat kepada
pihak yang lain maka keluarlah aku darinya.” 8
Dalam syirkah dua orang atau lebih mitra menyumbang untuk memberikan modal guna menjalankan usaha atau melakukan investasi untuk suatu usaha. Hasil usaha atas mitra usaha dalam akan dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati oleh pihak-pihak yang berserikat.
Landasan Syariah :
8 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah. (Jakarta :PT RajaGrafindo Persada,2013). Hal.
7
“Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati yang lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat maka Aku keluar dari mereka”. (HR. Abu Daud yang
dishahihkan oleh Al-Hakim dari Abu Hurairah).9
B. Dasar Hukum Syirkah
Pada dasarnya hukum syirkah adalah mubah atau boleh. Hal ini
ditunjukan oleh dibiarkannya praktik syirkah oleh baginda Rasulullah yang
dilakukan masyarakat Islam saat itu.10
Landasan syirkah (perseroan) terdapat dalam Al-Qur’an, Al-Hadits, dan
ijma’, berikut ini :
a. Al- Qur’an
Terdapat dalam Qs. An-Nisa’ :12
“Mereka bersekutu dalam yang sepertiga”
Qs. Shad :24
“Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan amat sedikitlah mereka ini.”11
b. As-Sunah
“Dari Abu Hurairah yang dirafa’kan kepada Nabi Saw bahwa Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt berfirman “Aku adalah yang ketiga pada dua orang yang bersekutu selama salah seorang dari keduanya tidak menghianati temannya, Aku akan keluar dari persekutuan tersebut apabila salah seorang menghianatinya.”
(HR. Abu Dawud dan Hakim dan menyahihkan sanadnya).
Maksudnya, Allah Swt akan menjaga dan menolong dua orang yang bersekutu dan menurunkan berkah pada pandangan mereka. Jika
9 Ismail,Perbankan Syariah.(Jakarta :Prenadamedia Group,2011).hal. 182
10Setiawan, Deny,”Kerja Sama (Syirkah) Dalam Ekonomi Islam”. Jurnal Ekonomi Volume
21, No. 03(2013).
8
salah seorang yang bersekutu itu mengkhianati temannya, Allah Swt akan menghilangkan pertolongan dan keberkahan tersebut.
Legalitas perkongsianpun diperkuat ketika Nabi diutus masyarakat sedang melakukan perkongsian. Beliau bersabda :
“Kekuasaan Allah senantiasa berada pada dua orang yang bersekutu selama keduanya tidak berkhianat.” (HR. Bukhari dari Muslim)
c. Al-Ijma’
Umat islam sepakat bahwa syirkah dibolehkan. Hanya saja mereka
berbeda pendapat tentang jenisnya.12
C. Rukun dan Syarat Syirkah
Dalam melaksanakan suatu perikatan islam harus memenuhi rukun dan syarat yang sesuai dengan hukum islam. Rukun adalah suatu unsur yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga yang menentukan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dan ada atau tidak adanya sesuatu itu. Syarat adalah sesuatu yang tergantung padanya keberadaan hukum syar’I dan ia berada diluar hukum itu sendiri yang ketiadaannya menyebabkan hukum pun tidak
ada.13Rukun syirkah diperselisihkan oleh para ulama. Menurut ulama
Hanafiyah bahwa rukun syirkah ada dua, yaitu ijab dan qabul atau bahasa lainya adalah akad. Akad yang menentukan adanya syirkah.
Syarat-syarat yang berhubungan dengan syirkah menurut Hanafiyah dibagi menjadi empat bagian berikut ini :
1. Sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk syirkah baik dengan harta maupun dengan yang lainnya. Dalam hal ini terdapat dua syarat yaitu :
a) yang berkenaan dengan benda yang diakadkan adalah harus dapat diterima sebagai perwakilan,
12 Ibid.,hlm. 185-186
13Abdul Aziz Dahlan, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 5, (Jakarta :Ichtiar Baru Van
Houve,1996)hal.1510 “sebagaimana dikutip oleh Susi Wardani,Tinjauan Umum Terhadap
9
b) yang berkenaan dengan keuntungan yaitu pembagian keuntungan harus jelas dan dapat diketahui dua pihak, misalnya setengah, sepertiga dan yang lainnya.
2. Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mal (harta). Dalam hal ini terdapat dua perkara yang harus dipenuhi yaitu :
a) bahwa modal yang dijadikan objek akad syirkah adalah dari alat pembayaran (nuqud) seperti Riyal, dan Rupiah
b) yang dijadikan modal (harta pokok) ada ketika akad syirkah dilakukan baik jumlahnya sama maupun berbeda.
3. Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mufawadhah bahwa dalam mufawadhah disyaratkan,
a) modal (pokok harta) dalam syirkah mufawadhah harus sama b) bagi yang bersyirkah ahli untuk kafalah
c) bagi yang dijadikan objek akad disyaratkan syirkah umum, yakni pada semua macam jual beli atas perdagangan.
4. Adapun syarat-syarat yang bertalian dengan syirkah inan sama dengan syarat-syarat syirkah mufawadhah.
Menurut ulama mazhab Malikiyah syarat-syarat bertalian yang bertalian dengan orang yang melakukan akad ialah merdeka, baligh dan pintar. Syafi’iyah berpendapat bahwa syirkah yang sah hukumnya hanyalah syirkah inan sedan Dijelaskan pula oleh Abd Rahman al-Jaziri bahwa rukun syirkah adalah dua orang yang berserikat, subyek dan objek akad syirkah baik harta maupun kerja.
Syarat-syarat syirkah dijelaskan oleh Idris Achmad berikut ini : 1. Mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan izin masing-masing
anggota serikat kepada pihak yang akan mengendalikan harta itu. 2. Anggota serikat itu saling mempercayai sebab masing-masing
10
3. Mencampurkan harta sehingga tidak dapat dibedakan hak masing-masing baik berupa mata uang maupun bentuk yang lainnya,akan
syirkah yang lainnya batal.14
Hanafi dan Maliki juga membolehkan syirkah muwafadhah. Namun diantaranya mereka terdapat perbedaan mengenai bentuknya. Menurut pendapat hanafi syirkah muwafadhah adalah dua orang berserikat pada suatu usaha yang mereka miliki seperti emas dan mata uang dan harus bersamaan modalnya. Maliki berpendapat dalam syirkah muwafadhah boleh tidak sama besar modalnya, dan keuntungannya dibagi menurut perbandingan persentase modal masing-masing yang ditanam .15
Dalam rukun syirkah mempunyai syarat:
1. Shigat, yang terdiri dari ijab dan qabul yang mempunyai syarat: a. Pengelolaan di isyaratkan menddapat izin dari para sekutu
didalamnya menjual dan membeli.
b. Kalau diantara anggota sebagai pengelola, maka harus ada ijab dan qabul sebagai tanda pemberian izin diantara mereka,
bahwa dia diperbolehkan sebagaimana jabatan yang
diberikannya.
c. Jika beberapa pekerjaan bisa dilakukan bersama-sama maka harus mendapatkan izin dari anggota yang lainnya dan pemberian izin itu merupakan kepercayaan yang diberikan kepadanya, dan tidak boleh melebihi tugas kepercayaan yang diberikannya.
d. Kata sepakat itu bias dimengerti, sebagai pengertian izin yang dipercayakan, seperti kami jadikan harta ini sebagai harta syirkah dan saya izinkan kamu mengelola dengan jalan yang
14Setiawan, Deny “Kerja Sama (Syirkah) dalam Ekonomi Islam”. Jurnal Ekonomi Vol.21,
No. 03 (2013).h.4-5
15 Syaikh al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat Mazhab.
11
biasa dalam perdagangan pada umumnya. Pengertian ini dijawab dengan ucapan (saya terima) dengan jawaban inilah yang dimaksud sebagai aqad shigat.
2. Dua orang yang berserikat, didalamnya terdapat beberapa syarat, yaitu:
a. Pandai b. Baliqh c. Merdeka
3. Modal, di dalamnya terddapat beberrapa syarat:
a. Bahwa modal itu berupa barang misli, artinya barang yang dapat dibatasi oleh takaran atau timbangan dan barang tersebut bias dipesan, seperti emas dan perak. Keduanya bias dibatasi dengan timbangan.
b. Bahwa modal dicampur sebelum perjanjian syirkah
berlangsung, sehingga salah satunya tidak bias dibedakan lagi dengan yang lainnya. Bahwa modal yang dikeluarkan oleh masing-masingg anggota itu sejenis artinya modal tersebut adalkah sama jenisnya. Jadi tidak sah, kalau salah satu anggota mengeluarkan modal yang berbeda. Oleh karena itu aqad syirkah tidak dikatakan syah, jika tidak memenuhi syarat-syarat diatas. Bagi anggota perseroan yang mempunyai cacat mata (buta) diperbolehkan menjadi pemegang saham. Dalam hal ini diantara yang cacat mata, apabila dikehendaki untuk mengelola perseroan ia berhak mewakilkan dengan syarat wakil tersebut harus sudah baliqh dan pandai serta mempunyai keahlian dibidang pekerjaan tersebut.
Syarat-syarat syirkah dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam:
1. Syarat orang (pihak-pihak) yang mengadakan perjanjian serikat atau kongsi itu haruslah
a. Orang yang berakal b. Baligh
12
2. Syarat-syarat mengenai modal yang disertakan dalam serikat, hendaklah berupa:
a. Modal yang dapat dihargai (lazimnya selalu disebutkan dalam bentuk uang)
b. Modal yang dijadikan satu oleh masing-masing persero yang menjadi harta perseroan, dan tidak diperbolehkan lagi darimana
asal-usul modal itu.16
16
13 BAB III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalangan hambaliyah berpendapat bahwa syirkah adalah persekutuan dalam hak dalam berusaha atau menjalankan sebuah usaha. Dapat disimpulkan bahwa syirkah adalah persekutuan atau perkongsian dua pihak atau lebih dalam menjalankan sebuah usaha, baik dalam bidang perdagangan atau jasa dimana modal bisa dari semua pihak yang bersekutu atau dari sebagian mereka. Pekrjaan untuk menjalankan modal juga dapat dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam perkongsian atau sebagian mereka, sementara risiko ditanggung bersama. Keuntungan dari usaha tersebut dibagi bersama secara proporsional dan sesuai dengan kesepakatan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer. (Jakarta :RajaWali
Pers,2016).
Muhammad Wasito Abu Fawas,”Mengenal Konsep Syirkah (Kerja Sama
dalam Bisnis) yang Sesuai Tuntutan Syari’ah”Posted on 5 November
2012.
Andria Permata Veithzal,Islam Financial Management.(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2008).
Susanti, Dyah Ochtorina,”Syirkah Sebagai Model Investasi Berbasis Syari’ah (Kajian Ontologi)”. Jurnal Rechtlde Vol. 9, No. 1 (2014).
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah. (Jakarta :PT RajaGrafindo
Persada,2013).
Ismail,Perbankan Syariah.(Jakarta :Prenadamedia Group,2011).
Setiawan, Deny,”Kerja Sama (Syirkah) Dalam Ekonomi Islam”. Jurnal
Ekonomi Volume 21, No. 03(2013).
Rachmat Syafe’I, Fiqih Muamalah. (Bandung :CV Pustaka Setia, 2001) Abdul Aziz Dahlan, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 5, (Jakarta :Ichtiar
Baru Van Houve,1996)hal.1510 “sebagaimana dikutip oleh Susi
Wardani,Tinjauan Umum Terhadap Konsep Syirkah Dalam Fiqh
Muamalah,Rabu,25 Mei 2011”.
Setiawan, Deny “Kerja Sama (Syirkah) dalam Ekonomi Islam”. Jurnal
Ekonomi Vol.21, No. 03 (2013).
Syaikh al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh
Empat Mazhab. (Bandung : Hasyimi,2012).
Chairiman Pasaribu, dkk, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar