• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI DAN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI DAN LABA YANG DIHARAPKAN PADA USAHA HARIAN

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

Usaha kecil adalah suatu usaha yang tidak tergantung pada pemilik dan menajemennya serta tidak menguasai/mendominasi pasar dimana dia berada. Usaha kecil tidak menjadi bagian dari bisnis lainnya, sehingga sebagai usaha kecil tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap pasar dimana ia berada (Amirullah & Imam Hardjanto, 2005:80). Perkembangan dunia usaha sekarang ini sangat pesat. Hal ini ditandai dengan tajamnya persaingan dalam dunia usaha guna mempertahankan dan meningkatkan usaha itu sendiri. Dengan tajamnya persaingan tersebut perusahaan dituntut mampu menghadapi persaingan yang ada. Demikian juga dalam dunia usaha khususnya usaha kecil. usaha kecil diharapkan mempunyai kebijakan dan strategi untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan usahanya.

(2)

Penentuan harga jual yang tidak tepat sering berakibat fatal pada masalah keuangan badan usaha dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha tersebut. Ketidaktepatan tersebut akan menimbulkan resiko pada badan usaha, misalnya kerugian yang terus menerus atau menimbunnya produk di gudang karena macetnya pemasaran. Untuk itu setiap badan usaha harus menetapkan harga jualnya secara tepat karena harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi usaha tersebut. Pada hakekatnya badan usaha dalam menjual produknya harus dapat mencapai keuntungan (laba) yang diharapkan, sehingga perusahaan dalam menjual produknya harus menetapkan harga jual. Harga jual adalah harga yang diperoleh dari penjumlahan biaya produksi, biaya non produksi serta laba yang diharapkan (Mulyadi, 2002:79). Sedangkan (warren, 2006: 2) mendefenisikan laba adalah selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam dalam mrnghasilkan barang atau jasa tersebut.

Umumnya dalam menentukan harga jual yang menjadi tolak ukur adalah harga pokok produk. Harga pokok produksi adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau pesanan, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menfokuskan pada penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan variabel costing.

(3)

Biaya (cost) merupakan pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya ini belum habis masa pakainya dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukan kedalam neraca. Dalam kegiatan produksi biaya-biaya yang perlu diperhitungkan dalam menetapkan harga adalah biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku, tenaga kerja lansung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku merupakan bisya yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri lansung kepada produk selesai. Biaya tenaga keja lansung adalah biaya tenga kerja yang digunakan dalam mengubah atau mengonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri lansung kepada produk selesai. Sedangkan biaya overhead pabrik merupakan biaya selain biaya bahan baku dan tenga kerja lansung tetapi membantu dalam mengubah bahan baku menjadi produk selesai. Biaya ini tidak dapat lansung ditelusuri kepada produk selesai. (Bastian Bustam, 2010:7&12)

(4)

dengan cara membagi total biaya produksi untuk priode tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam priode yang bersangkutan (Mulyadi, 2007:17).

Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam biaya produksi terdapat dua pendekatan yaitu biaya variabel (variable costing) dan biaya tetap (full costing). Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah sebanding dengan aktivitas dan atau volume produksi tetapi perunit bersifat tetap. Bahan lansung, tenaga kerja lansung dan biaya overhead dapat digolongkan sebagai biaya variabel. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang secara total tetap dalam rentang yang relevan (relevant range) tetapi perunit berubah. Dalam jangka panjang sebenarnya semua biaya bersifat variabel meskipun beberapa jenis biaya tampak sebagai biaya tetap.( Bastian Bustami dan Nurlela, 2006:48-50)

(5)

Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis mengambil judul penelitian: “ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN PERENCANAAN LABA DIHARAPKAN”.

II. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalahnya adalah: a. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi pada Usaha Murni kue bawang iris.

b. Bagaimana hasil analisis perhitungan harga pokok produksi digunakan sebagai alat pengambilan keputusan.

c. Bagaimana perencanaan laba dalam Usaha Murni kue bawang iris.

d. Bagaimana perencanaa laba dengan menggunakan metode ABC Usaha Murni kue bawang iris.

III. Batasan Masalah

a. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi pada Usaha Murni kue bawang iris.

b. Bagaimana perencanaa laba dengan menggunakan metode ABC Usaha Murni kue bawang iris.

IV. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan harga pokok produksi pada Usaha Murni kue bawang iris.

b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh harga pokok produksi terhadap harga jual pada Usaha Murni kue bawang iris.

V. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan tentang analisis perhitungan biaya produksi dan pengaruhnya terhadap harga jual.

b. Bagi pemilik usaha, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi dan informasi dalam perhitungan biaya produksi dan menentukan harga jual.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

I. Konsep dan Pengertian Biaya 1. Pengertian Biaya

Biaya dalam artian sempit adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva, sedangkan dalam artian luasnya yaitu pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Sulastriningsih & Zulkifli 1999 :79).

Akuntansi biaya menyediakan informasi tentang biaya untuk tiga tujuan pokok, yaitu: a. Penentuan harga pokok produk dan laba rugi periodik

b. Perencanaan dan pengendalian kegiatan rutin

c. Pembuatan keputusan rutin, perumusan kebijakan atau strategi dan perencanaan jangka panjang.

Sebagai suatu aktivitas, akuntansi biaya menghasilkan informasi biaya yang dibutuhkan untuk pelaporan kepada manjemen (pihak intern) dan pihak ekstern. Untuk pelaporan kepada intern misalnya informasi tentang harga pokok perunit, biaya perdepartemen. Sedangkan pelaporan kepada pihak ekstern misalnya informasi tentang harga poko penjualan dalam laporan laba-rugi, persediaan produk jadi, produk dalam proses. Akuntansi biaya menghasilkan informasi biaya yang digunakan sebagai pelaporan dalam akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan.

2. Fungsi Akuntansi Biaya

(7)

Pada setiap akhir tahun buku manajemen diharuskan menyajikan laporan keuangan yang meliputi laporan harga pokok produksi, neraca, laporan laba-rugi laporan perubahan laba dan aliran kas.

b. Umtuk perencanaan

Anggaran merupakan bentuk perencanaan kegiatan yang terpenting. Anggaran akan membantu manajemen dalam pengkordinasian kegiatan produksi, penjualan dan administratif perusahaan sehingga setiap peluang yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal. Tanggungjawab penyusunan anggaran biaya terletak pada bagian akuntansi biaya.

c. Untuk pengendalian

Laporan akuntansi pertanggungjawaban yang dilaporkan oleh manajer yang mengelola masing-masing unit organisasi merupakan konstribusi dari akuntansi biaya yang sangat besar artinya bagi manajemen untuk pengendalian biaya operasional.

d. Untuk penilaian prestasi

Peran akuntansi biaya dalam penyusunan anggaran khususnya anggaran biaya yang dipakai sebagai norma dan sebagi penilaian prestasi, tidak perlu lagi diragukan. Akuntansi biaya merupakan sumber informasi yang diperlukan manajemen untuk penilaian prestasi melalui perbandingan dan analisis terhadap penyimpangan biaya yang terjadi anggaran atau standarnya

e. Sebagai basis data

Informasi biaya digunakan sebagai dasar pelaporan dalam akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Apabila informasi biaya ditujukan pada pihak intern maka akuntansi biaya harus memeperhatikan karakteristik akuntansi manajemen. Informasi biaya yang ditujukan untuk pihak ekstern, harus memperhatikan karakteristik akuntansi keuangan. Akuntansi biaya merupakan basis data biaya untuk akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan (Sulastriningsih & Zulkifli, 1999 :81).

3. Penggolongan Biaya

Penggolan biaya diprlukan untuk menggembangkan data biaya yang dapat membantu manajemen dalam pencapaian tujuan perusahaan. Penggolongan biaya ini didasarkan pada hubungan antara biaya dengan:

(8)

Prinsip dan pengelolaan biaya ini berkaitan dengan tujuan pengeluaran. pada prisipnya biaya tersebut dikeluarkan untuk apa, misalnya: biaya untuk membayar gaji karyawan, disebut biaya gaji.

b. Fungsi pokok perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur biaya dklasifikasikan menjadi:

1. Biaya produksi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung yang disebut biaya utama (prime cost) dan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead disebut biaya konversi (covertion cost).

2. Biaya pemasaran yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menjual produk atau jasa. Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi dalam rangka mendapatkan dan memenuhi pesanan.

3. Biaya administrasi dan umum adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengarahkan, mengendalikan dan untuk mengoperasikan perusahaan.

c. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Atas dasar sesuatu yang dibiayai, biaya ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1. Biaya lansung yaitu biaya yang terjadi karena ada sesuatu yang dibiayai

2. Biaya tidak langsung yaitu biaya yang terjadi tidak tergantung kepada ada atau tidaknya sesuatu yang dibiayai.

Penggolongan biaya langsung dan tidak langsung sangat bermanfaat bagi perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk(Sulastriningsih & Zulkifli, 1999 :83).

d. Hubungan biaya dengan volume kegiatan

Klasifikasi biaya menurut hubungannya dengan volume kegiata, yaitu: 1. Biaya variabel

Menurut Charles T. Horngran, dkk (2008) Biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah sebanding dengan aktifitas atau volume produksi dalam rentang relevan tetapi perunit bersifat tetap. Bahan lansung dan baiya tenaga kerja lansung dapat digolongkan sebagai biaya variabel.

(9)

tetap. Sedangkan pada perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, biaya variabel adalah tenga kerja , bahan yang digunakan untuk melaksanakan jasa dan beberapa bagian dari biaya overhead.

2. Biaya tetap

Menurut Bastian Bustami, dkk, (2010: 25) biaya tetap dalah biaya yang secara total tetap dalam rentang relevan (relevant range) tetapi perunit berubah. Dalam jangka sebenarnya semua bersifat variabel meskipun beberapa jenis biaya tampak sebagi biaya tetap.

Untuk merencanakan, menganalisis, mengendalikan, atau mengevaluasi biaya pada tingkat aktivitas yang berbeda, biaya variabel dan biaya tetap harus dipisahkan. Pemisahan biaya variabel dan biaya tetap diperlukan untuk tujuan-tujuan berikut:

1) Perhitungan tarif biaya overhead predeterminasi dan analisi varians. 2) Persiapan anggaran fleksibel dan analisis varians.

3) Perhitungan biaya langsung dan analisis varians.

4) Analisis titik impas dan analisi biaya biaya-volume-laba 5) Analisis biaya diferensial dan komparatif.

6) Analisis maksiminasi laba dan minimasi biaya jangka pendek. 7) Analisis anggaran modal.

8) Analisis profitabilitas pemasaran berdasarkan daerah, produk, dan pelanggan.

Klasifikasi dan estimasi biaya yang lebih dapat diperoleh dengan menggunakan salah satu dari metode perhitungan berikut: pertama metode tinggi rendah, kedua metode scattergraph, dan ketiga metode kuadrat terkecil. Metode-metode ini digunakan tdak hanya untuk mengestimasikan komponen tetap dan variabel, tetapi juga untuk menenetukan apakah suatu biaya seluruhnya tetap atau seluruhnya variabel dalam rentang aktivitas yang relevan.

Meskipun penggunaan metode perhitungan biasanya menghasilkan analisis perilaku biaya yang lebih dapat diandalkan dibandingkan penggunaan penilaian manajemen, analisis sebaiknya mengingat bahwa hasil yang diperoleh bergantung pada data historis. Estimasi biaya tetap dan biaya variabel berdasarkan data historis sebaiknya disesuaikan untuk merefleksikan apa yang diperkirakan akan terjadi selama periode perkiraan.

3. Biaya semi variabel

(10)

e. Atas dan waktu

Untuk tujuan perhitungan laba-rugi dan penentuan harga pokok produk secara teliti, maka biaya dklasifikasikan menjadi dua yaitu:

1. Biaya periode sekarang atau pengeluaran (revenue expenditure) adalah biaya yang telah dikeluarkan dan menjadi beban pada periode sekarang umtuk mendapatkan periode penghasilan sekarang.

2. Biaya periode yang akan datang atau pengeluaran modal (capital expenditure) adalah biaya yang telah dikeluarkan dan manfaatnya dinikmati selama lebih dari satu periode akuntansi. f. Hubungan dengan perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan

Biaya diklasifikasikan kedalam delapan golongan: 1. Biaya standar dan biaya dianggarkan

Biaya standar adalah biaya yang ditentukan dimuka yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi. Sedangkan biaya dianggarkan adalah perkiraan biaya total pada tingkat produksi yang direncanakan.

2. Biaya terkendali (controllable cost) dan biaya tak terkendali (uncntrollable cost)

Biaya terkendali merupakan biaya yang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh menajer tertentu, sedangkan biaya tidak terkendali adalah biaya yang secara tidak langsung dikelola oleh otoritas manjer tertentu.

3. Biaya tetap committed dan discretionary

Biaya tetap committed merupakan biaya tetap yang timbul dan jumlah maupun pengeluarannya dipengaruhi oleh pihak ketiga dan tidak bisa dikendalikan oleh manajemen. Sedangkan biaya tetap discretionary merupakan biaya tetap yang jumlaahnya dipengaruhi oleh keputusan manajemen.

4. Biaya variabel teknis (engineered variable cost) dan biaya kebijakan (discretionary variable cost)

Biay variabel teknis adalah biaya variabel yang sudah diprogramkan, sedangkan biaya biaya kebijakan merupakan biaya variabel yang tingkat variabelitasnya dipengaruhi kebijakan manajer.

5. Biaya relevan (relevant cost) dan biaya tidak relevan (irrelevant cost)

(11)

6. Biaya terhindarkan (avoidable cost) dan biaya tidak terhindarkan (unavoidable cost)

Biaya terhindar adalah biaya yang dapat dihindarkan dengan mengambil suatu alternatif keputusan, sedangkan biaya tak terhindarkan meerupakan biaya yang tidak dapat dihindari pengeluarannya.

7. Biaya diferensial dan biaya marjinal

Biaya diferensial dan biaya narjinal sebenarnya mempunyai pengertian yang sama, yaitu tambahan biaya yang disebabkan keputusan untuk menambah unit yang diproduksi. Namun istilah dan penerapan keduanya berbeda. Biaya diferensial digunakan oleh akuntan sedangkan biaya marjinal dipakai oleh ekonom.

8. Biaya kesempatan (opportunity cost)

Biaya ini merupakan pendatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai akibat dipilihnya alternatif tertentu (Sulastriningsih & Zulkifli, 1999 :87).

II. Klasifikasi Biaya 1. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahn baku langsung, tenaga kerja lansung, dan biaya overhead pabrik (Bastian Bustami & Nurlela, 2010 :12).

Tiga komponen biaya produksi untuk menentukana harga pokok produksi, yaitu: a. Biaya bahan baku

(12)

dilacak atau diidentifikasi ke objek biaya tertentu dengan cara layak secara ekonomi. Sebagai contoh, gaji supervisi yang juga mengawasi produksi produk minuman ringan lain yang pembotolannya dilakukan dipabrik Pepsi.

Akuntansi biaya bahan baku:

a) Akuntansi pembelian biaya bahan baku.

Pembelian bahan baku merupakan tanggungjawab bagian pembelian untuk pengadaan bahan dengan harga murah, kualitas baik dan tersedia tepat waktu. Sistem pembelian lokal bahan baku, melibatkan beberapa bagian, yaitu bagian produksi, bagian gudang, bagian pembelian, bagian penerimaan barang dan bagian akuntansi. Prosedur yang membentuk sistem pembelian bahan baku adalah prosedur permintaan pembelian, prosedur order pembelian, prosedur pernerimaan barang, prosedur pencatatan penerimaan barang digudang dan prosedur pencatatan pembelian (utang). Dalam sistem pembelian diperlukan dokumen-dokumen, baik dokumen sumber maupun dokumen pendukung. Dokumen tersebut adalah surat permintaan pembelian, surat order pembelian, laporan penerimaan barang dan faktur dari penjual.

b). Akuntansi pemakaian bahan baku.

Masalah yang timbul dalm penentuan harga poko bahan baku yang dipakai dalam produksi adalah adanya fluktuasi harga pembelian bahan baku. Harga beli bahan baku antara pembelian satu dengan pembelian yang lain berbeda, hal ini mengakibatkan harga poko bahan baku persatuan digudang berbeda-beda, walaupun jenis bahan bakunya sama.

Menurut Ralph S. Polimeni, Frank J. Fabozzi & Kathlenen Villani, (p.28-29) terdapat lima unsur prosedur pengawasan bahan baku yang dapat digunakan untuk menjamin agar biaya persediaan bahan baku minimun dan kegiatan produksi tidak terganggu karena kehabisan bahan baku yaitu:

1. Order cycling. Prosedur pengendalian bahan baku dilakukan secara periodik terhadap persediaan bahan dan mengadakan pemesanan jika diperlukan. 2. Min-max method. Prosedur pengendalian bahan baku

(13)

mencapai minimum maka harus diadakan pemesanan sehingga bahan mencapai jumlah maksimum.

3. Two bin method. Prosedur pengendalian bahan baku dilakukan dengan membagi persediaan dalam dua tempat dengan jumlah yang sama. Pemesanan bahan baku dilakukan apabila persediaan dalam salah satu tempat telah habis dipakai.

4. Automatic order sistem. Prosedur pengawasan bahan baku dilakukan dengan menentukan jumlah kuantitas pemesanan kembali. Pemesanan dilakukan pada saat kuantitas persediaan bahan telah mencapai jumlah yang ditentukan.

5. ABC Plan. Prosedur pengendalian bahan baku dilakukan dengan mengklasifikasi bahan kedalam tiga golongan menurut besarnya pemakain dalam suatu priode. Golongan bahan mengakibatkan biaya pemakaian terbesar (A) akan dikendalikan dengan teknik-teknik yang memadai (misal automatic order quantity). Golongan bahan yang mengakibatkan biaya terkecil (C) dikendalikan dengan teknik-teknik yang sederhana mislnya min-max method, sedangkan karakteristik pemakaian bahan sedang dikendalikan dengan pengendalian antara gol A dan B (Sulastiningsih & Zulkifli, 1999 :143-149).

b. Biaya tenaga kerja

(14)

Biaya tenga kerja lansung dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok, yaitu gaji dan upah reguler, premi lembur dan biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja (labor related cost). Ada tiga kegiatan dalam akuntansi biaya tenaga kerja yaitu pencatatan waktu kerja, perhitungan jumlah gaji dan upah, dan alokasi biaya tenaga kerja (Sulastiningsih & Zulkifli, 1999: 167).

c. Biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik (BOP) adalah elemen biaya produksi yang tidak dapat diklasifikasikan sebgai biaya bahan baku langsung atau biaya tenaga kerja langsung. BOP merupakan berbagai macam biaya dan semua tidak dapat ditelusuri secara langsung pada produk atau aktivitas lainnya dalam upaya perusahaan untuk merealisasi pendapatan. Konsekwensi logis BOP sebagai biaya tak langsung adalah sifatnya sebagai biaya bergabung (common costs), apabila perusahaan menghasilkan lebih dari satu jenis produk.

Ada dua pendekatan yang dapat dipakai untuk pembebanan biaya overhead pabrik kepada seluruh produk yang dihasikan secara adil yaitu:

1. Pendekatan biaya sesungguhnya terjadi

Menurut pendekatan ini, pembebanan BOP dilakukan pada akhir periode agar seluruh biaya benar-benar sudah diketahui jumlahnya. Sebagai konsekwensinya perhitungan harga pokok produk tidak dapat dilakukan pada saat produk telah selesai diproses. Pendekatan ini bermanfaat untuk penilaian persediaan dan penentuan laba periodik karena ketelitiannya dalam menghasilkan informasi HPP yang dihasilkan. Untuk perencanaan dan pembuatan keputusan bagi manajemen, pendekatan ini mengabaikan unsur ketepatan waktu penyajiannya. Tidak adanya jaminan akan tersedianya informasi HPP yang tepat pada waktunya, merupakan kelemahan utama dari pendekatan ini.

2. Berdasarkan taksiran atau anggaran BOP

(15)

alternatif yang digunakan perusahaan untuk mengalokasikan atau membebankan BOP kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka yaitu:

a. Menggunakan tarif tunggal untuk seluruh departemen.

b. Menggunakan tarif yang berbeda untuk setiap departemen produksi yang dilalui produk dalam proses produksi.

Kriteria pemakaian tarif tunggal digunakan apabila proses produksi dilakukan melalui beberapa departement yang relatif sama dalam organisasinya, sedangkan penggunaan tarif yang berbeda, apabila proses produksinya dilakukan pada departement produksi yang berbeda. Pembagian pabrik kedalam bagian-bagian yang berbeda disebut departement atau puasat biaya (cost center) sehingga akan memperjelas tanggung jawab setiap biaya yang terjadi di departement yang bersangkutan. Tarif biaya overhead pabrik dihitung utuk setiap departement dengan dasar pembebanan yang mungkin berbeda diantara departement-departement produksi yang ada disebut juga depatementalisasi BOP (Sulastiningsih & Zulkifli, 1999: 176). Pencatatan BOP sesungguhnya dan BOP yang dibebankan dapat dicatat dengan membuat satu rekening, yaitu rekening BOP atau dapat pula dilakukan dengan memeisahkannya menjadi dua rekening yaitu dengan membuat rekening BOP dibebankan dan rekening BOP sesungguhnya.

Jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan diperoleh dari perkalian suatu tarif dengan suatu ukuran aktivitas pabrik. Penentuan besarnya tarif dan dasar ukuran aktivitas dilakukan dengan analisa yang setepat mungkin. Tarif biaya overhead dapat didasarkan pada estimasi biaya yang akan terjadi. Tarif yang didasarkan pada estimasi tersebut tarif ditentukaan dimuka (tarif taksiran atau tarif standar). Sedangkan tarif berdasarkan biaya yang sesungguhnya atau sudah terjadi disebut tarif sesungguhnya.

Penentuan jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(16)

c. Pengalokasian biaya overhead dari deparrtement jasa ke departement produksi

d. Membagi biaya overhead pabrik ke departement-departementproduksi atau dasar ukuran aktivitas yang setepat mungkin.

2. Biaya non Produksi

Pada umumnya biaya non produksi dibagi menjadi dua, yaitu: a. Biaya Penjualan dan Pemasaran

Biaya penjualan dan pemasaran adalah biaya yang diperlukan untuk memenuhi pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen. Biaya-biaya tersebut meliputi pengiklanan, pengiriman, perjalanan dalam rangka penjualan, komisi penjualan, biaya gudang produk jadi.

b. Biaya Administrasi

Biaya administrasi terkait dengan biaya-biaya manajemen umum organisasi seperti kompensasi eksekutif, akuntansi umum, sekretariat, public relation, dan biaya sejenis yang terkait dengan administrasi umum organisasi secara keseluruhan.

III. Harga Pokok Produksi dan Fungsinya

(17)

Harga pokok produk merupakan elemen penting untuk menilai keberhasilan dari perusahaan dagang dan manufaktur. Harga pokok produk mempunyai kaitan erat dengan indikator-indikator tentang sukses perusahaan, seperti misalnya laba kotor penjualan dan laba bersih. Tergantung pada rasio antara harga jual dan harga produknya. Perubahan pada harga pokok produk yang relatif kecil biasa jadi berdampak signifikan pada indikator keberhasilannya. Informasi biaya bermanfaat untuk menentukan harga pokok-pokok yang dihasilkan oleh organisasi (perusahaan). Harga pokok produk merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang dibebankan pada produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dalam penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan. Penentuan harga pokok produk digunakan untuk menghitung laba atau rugi perusahaan yang akan dilaporkan kepada pihak eksternal perusahaan. Informasi mengenai harga pokok produk menjadi dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan harga jual produk yang bersangkutan.

Beberapa ahli mendefenisikan harga pokok produksi sebagai berikut:

a. Garisson (2008: 54) biaya produksi atau harga pokok produksi adalah semua biaya yang terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu produk.

b. Mowen (2009: 56) adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa.

Tujuan dilakukannya perhitungan harga pokok prduksi adalah sebagai berikut: 1. Untuk menentukan harga jual.

2. Untuk menetapkan efisien tidaknya suatu perusahaan. 3. Untuk menentukan kebijakan dalam penjualan.

4. Sebagai pedoman dalam pembelian alat-alat perlengkapan baru. 5. Untuk perhitungan neraca.

(18)

akan menyebabkan kegagalan perusahaan dalam bidang usahanya. Terdapat dua kemungkinan yang akan ditemui apabila perusahaan tidak teliti dalam melakukan perhitungan harga pokok yaitu:

1. Harga yang diperhitungkan terlalu tinggi

Perusahaan yang tidak teliti dalam menghitung harga pokok sehingga harga pokok menjadi terlalu tinggi akan menimbulkan masalah bagi perusahaan, karena harga pokok yang tinggi dapat menyebabkan harga jual produk di pasaran menjadi mahal. Dengan harga yang tinggi tersebut, perusahaan akan sulit dalam memasarkan hasil produksinya dan kalah dalam persaingan bisnis dengan perusahan lain, sebab konsumen akan lebih memilih produk sama dengan harga yang lebih rendah dan memiliki kualitas yang sama.

2. Harga pokok yang diperhitungkan terlalu rendah

Perusahaan yang tidak teliti dalam menghitung harga pokok produksi yang menyebabkan harga pokok terlalu rendah dapat merugikan perusahaan itu sendiri. Harga pokok yang rendah akan menyebabkan harga jualnya pun menjadi rendah. Di satu sisi produsen dapat menjual produknya dengan cepat karena harga jual yang rendah tetapi di sisi lain hal ini dapat merugikan perusahaan karena pendapatan yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi.

IV. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Terdapat dua metode dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga poko produksi (Mulyadi, 2005 :17), yaitu:

1. Full Costing

(19)

Biaya bahan baku xxx Biaya tenaga kerja lansung xxx Biaya overhead pabrik variabel xxx Biaya overhead pabrik tetap xxx

Biaya produksi xxx

Biaya produksi yang dihitung dengan pendekatan Full costing terdiri dari unsur biya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan tetap ditambah biaya non produksi (biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum)

2. Variable Costing

Variable costing merupakan penentuan biaya produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel. Dengan demikian maka biaya produksi menurut metode ini yaitu:

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja lansung xxx Biaya overhead pabrik variabel xxx

Biaya produksi xxx

Biaya produk yang dihitung dengan pendekatan Variable costing terdiri dari unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel ditambah baiay non produksi (biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum).

Sedangkan menurut proses produksinya, biaya pokok produksi dapat ditentukan dengan dua metode, yaitu:

1. Penentuan Harga Pokok Pesanan

Sulastriningsih & zulkifli, (1999 :91) Karakteristik sistem penentuan harga pokok peasanan yaitu:

a. Kegiatan produksi dilakukan atas dasar pesanan

b. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan sehingga perhitungan total biaya produksi dihitung saat pesanan selesai

(20)

Menurut Garrison, (2006: 205), perbedaan antara kedua sistem ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu aliran unit dalam perhitungan biaya berdasarkan terus menerus dan masing-masing unit tidak bisa dibedakan. Karakteristik sistem penetuan biaya pokok proses ini yaitu: a. Seluruh unit produk identik dan diproduksi terus menerus

b. Biaya dihitung perdepartemen

c. Laporan departemen produksi merupakandokumen penting yang menunjukan akumulasi biaya per departemen.

d. Biaya perunit dihitung perdepartemen

Menurut Horngren (2005), metode harga pokok terdiri dari dua metode yaitu: 1. Volume Based Costing System

Dalam metode ini pola konsumsi input, jumlah overhead serta overhead per unit produk dialokasikan pada masing-masing produk berdasarkan volume dan unit. Alokasi ini kurang mencerminkan biaya aktivitas penanganan produk yang sesungguhnya. Hal ini mengakibatkan produk dalam jumlah besar dialokasikan biaya terlalu besar, dan sebaliknya. 2. Activity Based Costing System

Activity Based Costing System merupakan metode penentuan harga pokok yang menelusuri biaya atas dasar aktivitas dan kemudian ke produknya. Alokasi ini berhubungan dengan konsumsi aktivitas dan penanganan produk sesungguhnya. Konsep seperti ini mendorong adanya golongan aktivitas penambah nilai dan aktivitas bukan penambah nilai, sehingga memungkinkan untuk mengurangi aktivitas bukan penambah nilai bahkan menghilangkannya sama sekali. Metode ini sangat cocok untuk perusahaan yang menghasilkan macam-macam produk.

(21)

proses adalah industri semen, industri perminyakan, industri tekstil dan sebagainya. Pendekatan mendasar dalam metode harga pokok proses adalah mengumpulkan biaya-biaya dalam kegiatan atau departemen tertentu untuk keseluruhan periode.

V. Aktivity-Based Costing (ABC) A. Pengertian Aktivity-Based Costing

Sulastriningsih & Zulkifli, (1999: 26), Aktivity-Based costing merupakan sebuah sistem informasi yang mengidentifikasi bermacam-macam aktivitas yang dikerjakan didalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya berdasarkan sifat dan aktivitas. Garrison, dkk (2006 : 477) Aktivity-Based costing adalah metode perhitungan biaya yang berdasarkan aktivitas yang didesain untuk memberikan informasi biaya kepada para manejer untuk pembuatan keputusan lain yang mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap.

Sulastriningsih & Zulkifli, (1999: 26), Perbedaan ABC dengan sistem konvensional dalam pengalokasian BOP kepada produk adalah:

1. Dalam pembebanan BOP tahap pertama, ABC lebih teliti dalam menelusuri kosumsi sumber daya untuk masing-masing pusat biaya.

2. Dalam tahap kedua, ABC lebih akurat dalam membebankan biaya yang terkumpul dalam pusat biaya ke produk, karena pembebanan biaya tersebut berdasarkan aktivitas

B. Manfaat Aktivity-Based Costing (ABC)

Menurut Sulastriningsih & Zulkifli, (1999: 26), manfaat dari ABC yaitu: 1. Memperbaiki kualitas pembuatan keputusan

2. Menyediakan informasi biaya berdasarkan aktivitas, sehingga memungkinkan manjemen melakukan manajemen berbasis aktivitas

3. Perbaikan berkesinambungan terhadap aktivitas untuk mengurangi biaya overhead pabrik 4. Memberikan kemudahan dalam estimasi biaya relevan

Supriyono (1994: 247) menyebutkan beberapa manfaat ABC sebagai berikut: 1. Penentuan Harga Pokok Produksi yang lebih akurat

(22)

4. Kemampuan yang lebih baik untuk mengelola (memperbaiki secara kontinyu) aktivitas-aktivitas.

Activity-Based Costing dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa mereka harus mengambil langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Pihak manajemen dapat berusaha untuk meningkatkan mutu dengan fokus pada pengurangan biaya yang memungkinkan. Selain itu, Activity-Based Costing dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan membuat atau membeli bahan baku serta bahan lainnya. Dengan penerapan Activity-Based Costing maka keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen akan lebih baik dan tepat. Hal ini didasarkan bahwa dengan akurasi perhitungan biaya produk yang menjadi sangat penting dalam persaingan global.

C. Kendala Activity-Based Costing

Activity-Based Costing merupakan pendekatan yang lebih baik daripada Sistem Tradisional, namun Activity-Based Costing mempunyai banyak kendala. Menurut Abdul Halim (1999: 470) kendala-kendala Activity-Based Costing meliputi:

1. Alokasi

Data aktivitas perlu diperoleh tetapi beberapa biaya memerlukan alokasi biaya berdasarkan volume. Usaha-usaha untuk menelusuri aktivitas-aktivitas penyebab biaya-biaya ini merupakan tindakan yang sia-sia dan tidak praktis.

2. Periode-periode akuntansi

(23)

diberikan pada saat siklus hidup produk itu berakhir sehingga untuk pengukuran produk yang memiliki siklus hidup yang lebih lama membutuhkan bentuk pengukuran yang interim (sementara).

3. Beberapa biaya yang terabaikan

Dalam menganalisa biaya produksi berdasarkan aktivitas, beberapa biaya yang sebenarnya berhubungan dengan hasil produk diabaikan begitu saja dalam pengukurannya.

Meskipun Activity-Based Costing dapat menelusuri biaya ke produk masing-masing dengan lebih baik, tetapi Activity-Based Costing juga mempunyai kendala-kendala yang harus diperhatikan pihak manajemen sebelum menerapkannya untuk menentukan Harga Pokok Produksi. Apabila data aktivitas telah tersedia namun ada beberapa biaya yang masih membutuhkan alokasi ke setiap departemen berdasarkan unit karena secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas yang dapat menyebabkan biaya tersebut.

Kendala lain dari penerapan Activity-Based Costing adalah beberapa biaya yang diidentifikasi pada produk tertentu diabaikan dari analisis. Selain itu, Activity-Based Costing sangat mahal untuk dikembangkan dan diimplementasikan karena biaya-biaya yang dikeluarkan semakin komplek sehingga biaya administrasi akan menjadi lebih mahal. Di samping itu juga membutuhkan waktu yang lama untuk mengimplementasikannya secara total.

VI. Perencanaan Laba A. Pengetian Laba

(24)

dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam dalam mrnghasilkan barang atau jasa tersebut.

B. Analisis Biaya_Volume_Laba

(Bastian, 2006: 207) Analisis biaya_volume_laba adalah suatu analisis untuk mengetahui hubungan antara biaya, volume, laba dan tingkat laba yang diinginkan.

Manfaat Analisis biaya_volume_laba dapat digunakan dalam hal-hal sebagai berikut: 1. Mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak

mengalami kerugian

2. Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu

3. Mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak mengalami kerugian

4. Mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan

5. Menentukan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba yang ditargetkan. C. Dasar-Dasar Analisis Biaya_Volume_Laba

1. Pengertian Dan Perhitungan Titik Impas

Analisis titik impas (break event point) menurut Garrison, (2006: 334) merupakan sebagai tingkat penjualan dimana laba perusahaan sama dengan nol. Titik impas dapat dihitung dengan menggunakan menggunakan metode persamaan (equation method) danmargin konstribusi (constribution margin).

a. Metode persamaan

Metode persamaan memusatkan pada pendekatan konstribusi hingga laporan laba rugi. Bentuk dari laporan laba rugi digambarkan dalam persamaan berikut:

Laba = (penjualan-beban variabel) – beban tetap

Mengubah sedikit persamaan ini, maka menghasilkan persamaan berikut: Penjualan = beban variabel +beban tetap + laba

b. Metode margin konstribusi

(25)

Variasi ari metode ini menggunakan rasio CM bukan margin konstribusi per unit. Hasilnya adalah titik impas dalam bentuk rupiah penjualan bukan unit yang terjual.

Pendekatan ini berbasis rasio CM, sangat berguna khususnya pada situasi dimana perusahaan memiliki berbagai lini produk dan ingin menghitung satu titik impas untuk keseluruhan perusahaan.

2. Analisis Target Laba

Rumus biaya_volume_laba dapat digunakan untu menentukan volume penjualan yang dibutuhkan untuk mencapai target laba. Misalkan, perusahaan menginginkan laba $40.000 perbulan. Maka produk yang harus terjual dapat dicari dengan cara:

Penjualan = beban variabel + beban tetap + laba $250Q = $150Q + $35.000 + $40.000

$100Q = $75.000

Q = $75.000:$100

Q = 750 unit

Dan dapat juga dapat juga dicari dengan cara pendekatan marginkonsttribusi, yaitu:

= ($35.000+$40.000) :$100 = 750 unit

D. Penerapan Konsep Biaya_Volume_Laba

(26)

1. Perubahan harga jual per unit barang dagangan, produk, atau jasa yang akan dijual. 2. Perubahan jumlah total biaya tetap.

3. Perubahan biaya variabel per unit

4. Kombinasi perubahan harga jual perunit, total biaya tetap, biaya variabel per unit, dan volume penjualan

VII. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil peninjauan penulis terhadap dari penelitian sebelumnya, khususnya yang berhubungan denga aspek yang akan penulis teliti. Penelitian mengenai “analisis perhitungan harga pokok produksi dan perencanaan laba ” telah ada orang menelitinya. Tetapi, penelitian yang penulis lakukan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Dimana penelitian sebelumnya diteliti oleh Sri Widiyastuti tahun 2007 dengan judul “analisis perhitungan harga pokok produksi tas wanita” pada UKM LIFERA HAND BAG COLECTION BOGOR. Dari penelitian dapat disimpulkan Perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahaan menghasilkan harga pokok yang lebih rendah bila dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC. Perbedaan tersebut terjadi karena dalam perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahaan, biaya overhead pabrik tidak dibebankan ke produk secara tepat sehingga harga pokok yang dihasilkan tidak mencerminkan pemakaian biaya overhead yang sesungguhnya. Sedangkan dalam perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC, biaya overhead pabrik telah dibebankan sesuai dengan pemakaian biaya yang sesungguhnya.

(27)

cost untuk memisahkan biaya tetap dengan biaya variabel, karena memperhitungkan seluruh faktor dan meniadakan unsur subjektif.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN I. Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Menurut Nur Asnawi, dkk (2011: 19) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang mementingkan kedalam data, penelitian kuantitatif tidak terlalu menitikberatkan pada kedalaman data. Pendekatan penelitian kuantatif adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif.

Penelitian ini bertujuan untuk perhitungan biaya pokok produksi dalam menetapkan harga jual agar tidak terjadi kesalahan dalam penetapan harga, dan perhitungan laba yang diharapkan dalam Usaha Murni kue bawang iris. Dan penelitian ini membantu Usaha Murni kue bawang iris dalam menetapkan harga pokok penjualan.

II. Sumber Data

a. Data primer, yaitu diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan, bersal dari pihak peerusahaan yaitu pemilik Usaha Murni kue bawang iris

b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada, berupa catatan-catatan dan dokumen-dokumen lainnya yang terkait dengan aktivitas perusahaan.

III. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan oleh penulis adalah wawancara. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada pihak perusahaan, yaitu pemilik perusahaan mengenai data yang terkait dengan operasi perusahaan, dan jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemilik dicatat.

(28)

Guna menghindari terjadinya kekeliruan dalam memahami judul ini, maka penulis meras perlu untuk menjelaskan istilah yang digunakan yaitu:

a. Activity Based Costing System

Activity Based Costing System merupakan metode penentuan harga pokok yang menelusuri biaya atas dasar aktivitas dan kemudian ke produknya.

b. Analisis titik impas (break event point)

Analisis titik impas (break event point) merupakan sebagai tingkat penjualan dimana laba perusahaan sama dengan nol. Titik impas dapat dihitung dengan menggunakan menggunakan metode persamaan (equation method) danmargin konstribusi (constribution margin).

DAFTAR PUSTAKA

Garrison, dkk, Managerial Accounting, Jakarta: Salemba Empat, 2006.

Mulyadi, Akuntansi Biaya, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manjemen YKPN, 2007. Sulastriningsih & Zulkifli, Akuntansi Biaya, Yogyakarta: AMP YKPN, 1999.

(29)

Mowen, Hansen, Management Accounting, Edisi tujuh, Jakarta: Salemba Empat, 2005.

Bastian Bustami dan Nurlela, Akuntansi Biaya Tingkat Lanjut, Yogyakarta: Graham Ilmu, 2006

William K. Carter dan Milton F. Usry, Akuntansi Biaya, Jakarta: Salemba Empat, 2004.

Bastian Bustami dan Nurlela, Akuntansi Biaya, Edisi II, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010

Referensi

Dokumen terkait

Keluar, pada menu keluar ini memiliki sub menu ganti user dan keluar dari program dimana sub menu ganti user dapat digunakan untuk pergantian user dengan hak

Ekskresi derivat purin dari kambing yang diberi pakan ampas tempe yang difermentasi menunjukkan hasil yang cukup banyak, sehingga besarnya serapan purin dan pasokan N-mikroba

Jika dana milik masyarakat yang dipegang para bank ‘diendapkan’ di BI, maka jumlah uang cash yang beredar di masyarakat akan berkurang, dan pada akhirnya menurunkan

Terkecil Dua Tahap (2SLS) merupakan prosedur untuk menduga parameter model struktural yang overidentified. Metode ini menggunakan informasi yang tersedia dari spesifikasi model

Perorangan yang berhak atas informasi dari arsip sesuai dengan kewenangannya. Arsip Media Baru adalah arsip yang tercipta oleh mesin perekam suara, gambar statis

Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang

Kemudian ditambahkan 5 ug/mL phytohaemagglutinin (PHA, Sigma) dan diinkubasi kembali selama 48 jam. Setelah 48 jam inkubasi supernatan diambil untuk diukur kadar IFN- γ

Berdasarkan hasil perhitungan nilai pentanahan peralatan transformator distribusi diperoleh sebesar 22,15 ohm, arus gangguan hubung singkat pada transformator