• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Kebijakan Umum Peradilan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Kebijakan Umum Peradilan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Kebijakan Umum Peradilan

Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama., walaupun Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 telah mengalami perubahan kedua dengan terbitnya Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama tersebut namun pasal 2 tersebut tidak mengalami perubahan.

Adapun mengenai organisasi, Administrasi dan Finansial di Lingkungan Peradilan Agama sejak tanggal 30 Juni 2004 beralih dari Departemen Agama ke Mahkamah Agung RI sesuai dengan Keputusan Presiden RI Nomor 21 Tahun 2004 Tentang Pengalihan Organisasi. Administrasi dan Finansial di Lingkungan Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha serta Peradilan Agama ke Mahkamah Agung RI.

Peradilan Agama sebagai Pengadilan Tingkat Pertama bertugas dan berwenang menerima, memeriksa memutus dan menyelesaikan perkara-perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shodaqoh dan ekonomi syari’ah sebagaimana diatur dalam pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama jo. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang

(2)

Peradilan Agama, telah membawa perubahan besar terhadap fungsi, kedudukan dan kewenangan Peradilan Agama di Indonesia. Salah satu sektor yang mengalami perubahan mendasar adalah beralihnya fungsi dan kedudukan lembaga Peradilan Agama dari Peradilan Semu (Quasi Rechtpraak) menjadi lembaga kekuasaan kehakiman yang mandiri (court of law) dalam tata hukum di Indonesia sehingga mempunyai kedudukan yang sejajar dengan lembaga peradilan lain.

Lembaga peradilan yang mandiri (court of law) mempunyai ciri antara lain pertama tertibnya administrasi peradilan baik administrasi umum maupun administrasi teknis yustisial. Kedua, penerapan hukum acara dalam proses berperkara dilaksanakan dengan baik dan benar. Ketiga, putusan yang telah dijatuhkan hakim terhadap suatu perkara dapat dieksekusi oleh lembaga peradilan yang memutuskan perkara tersebut.

Ketiga hal ini adalah merupakan prinsip dasar yang harus berjalan secara simultan dan sejalan dengan gerak lajunya proses berperkara di lembaga peradilan tersebut, sehingga setiap putusan yang dijatuhkan benar-benar bermanfaat, mempunyai nilai keadilan dan kepastian hukum.

Pada kenyataannya pengadilan sedang subur-suburnya dengan berbagai cercaan dan terpaan dari sana sini atau dengan kata lain, publik sedang memihak kepada rasa ketidakpercayaan terhadap keberadaan lembaga peradilan salah, yang benarpun tetap didera dan dicerca.

Disisi lain, hakim selalu dituntut untuk mampu memutus dan menyelesaikan setiap permasalahan sekalipun masih samar atau bahkan belum ada aturannya (Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, SH sebagaimana menyebutkan, bahwa hukum berjalan bertatih-tatih dibelakang permasalahan). Dengan kata lain sampai saat ini hukum belum bisa menjangkau terhadap masalah yang baru akan muncul dan terjadi kemudian.

(3)

Berangkat dari fakta di atas, baik dalam hal menyelaraskan fakta yang ada dengan hukum yang masih samar-samar atau sama sekali belum ada aturannya juga demi tetap tegaknya peradilan yang diharapkan, maka dalam dunia peradilan dikenal istilah “Kebijakan Mengadili/Judicial Discretion”.

Menerapkan metode “Penemuan Hukum” adalah suatu wujud kebijakan mengadili. Memutus atas nama Keadilan adalah juga suatu kebijakan mengadili. Demikian juga penggunaan pertimbangan memberatkan, meringankan, membenarkan dan menyalahkan adalah juga wujud Kebijakan Mengadili.

Akan tetapi tentunya demi untuk mencegah agar kebijakan mengadili tidak terjelembab menjadi kesewenang-wenangan, atau upaya jalan menyelundupi keberpihakan, ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh oleh hakim, yaitu :

1. Kebijakan mengadili harus mengandung tujuan yang tidak bertentangan dengan azas hukum utama terutama azas keadilan. 2. Kebijakan mengadili harus dapat memajukan penerapan hukum

yang ada tanpa suatu diskresi, tidak menimbulkan pertentangan secara nyata dengan rasa keadilan terutama rasa keadilan si pencari keadilan.

3. Kebijakan mengadili tidak boleh mencederai azas Norma dan Konstitusi. Azas Norma dan Konstitusi merupakan batas yang tidak dapat dilampaui.

4. Kebijakan Mengadili tidak boleh mencederai hak-hak azasi pencari keadilan.

5. Kebijakan mengadili dimaksudkan untuk menemukan keseimbangan antara kepentingan pencari keadilan dan kepentingan masyarakat.

6. Walau ada diskresi, putusan hakim harus semata-mata didasarkan kepada fakta yang ditemukan dalam persidangan dan tetap memutus menurut hukum. Hakim dilarang melakukan

(4)

kriminalisasi terhadap hal-hal yang tidak diatur atau sesuatu yang samar-samar diatur dalam peraturan perundang-undangan. Jangankan melakukan kriminalisasi, memperluas suatu pengertian saja sangat terlarang dilakukan hakim. Salah satu yang sekarang acap kali menimbulkan rasa gundah yaitu longgarnya batas “kesalahan” yang timbul dari suatu bleid dengan perbuatan yang dapat dipidana. Begitu pula gambaran ini sama berlaku dalam perkara perdata khususnya dalam hal-hal yang menjadi kewenangan Peradilan Agama.

B. Visi dan Misi Visi

1. Mewujudkan supremasi hukum dan keadilan di bidang Hukum Islam sesuai dengan kewenangan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. Menjaga profesionalitas dalam memberikan pelayanan hukum yang berkualitas dan memuaskan bagi masyarakat pencari keadilan.

Misi

1. Melaksanakan kekuasaan kehakiman yang mandiri/independen, tidak memihak dan transparan;

2. Melaksanakan proses peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan;

3. Mewujudkan rasa keadilan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan rasa keadilan masyarakat.

(5)

C. Rencana Strategis

RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA SUKABUMI TAHUN 2008 – 2013

NO VISI MISI TUJUAN SASARAN CARA PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN

KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Terwujudnya Pengadilan Agama Sukabumi sebagai Peradilan Negara yang man-diri, bermartabat dan dihormati da-lam melayani dan mengayomi tun-tutan masyarakat Mewujudkan Peng-adilan Agama Sukabumi yang independen, man-diri dan bermarta-bat sebagai Peng-adilan Negara dan sebagai Penegak Hukum yang mampu memberi- Mewujudkan pro-ses pemeriksaan perkara yang mandiri dan bebas dari cam-pur tangan pihak lain; 1. Terwujudnya putusan yang berkualitas 2. Terciptanya rasa keadilan masyarakat Memberi petunjuk proses beracara yang benar, tepat dan cepat. 1. Mengadakan pertemuan rutin 2. Menyelengga-rakan diskusi 1. Melaksanakan pe-nyuluhan hukum; 2. Pembinaan aparatur

pencari keadilan kan pelayanan hu-kum dan keadilan untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat; Mewujudkan transparansi in-formasi tentang proses berper-kara Terciptanya pela-yanan yang me-muaskan untuk masyarakat pen-cari keadilan

Menyediakan sa-rana informasi melalui humas dan media internet

Pengadaan sarana untuk informasi ten-tang peradilan

1. Menyediakan kom-puter khusus untuk program aplikasi informasi perkara 2. Mengoptimalkan pemakaian dan update data SIADPA Meningkatkan pelayanan kepa-da masyarakat pencari keadilan 1. Terwujudnya pelayanan pe-nerimaan per-kara secara tertib 2. Terciptanya proses berper-kara yang baik dan benar

1. Menyelenggara-kan prosedur penerimaan per-kara secara ter-tib dan ditangani oleh pejabat ter-tentu 2. Ditetapkannya Majelis Hakim 1. Peningkatan mutu pelayanan kepada pencari keadilan dalam penerimaan perkara 2. Penyelesaian putusan yang baik dan benar serta tepat waktu

1. Menyelesaikan sisa perkara tahun lalu; 2. Menerima

pendaf-taran perkara de-ngan tertib;

3. Mengefektifkan program aplikasi SIADPA dalam pe-nerimaan pendaf-taran perkara

(6)

1 2 3 4 5 6 7 8

4. Menyampaikan putusan/penetapan sesuai peraturan

2. Meningkatkan

kua-litas sumber daya manusia pada Pengadilan Agama Sukabumi melalui pelaksanaan sys-tem pembinaan dan pengawasan meka-nisme kerja baik bidang yudisial maupun non yudisial Meningkatkan profesionalisme aparat Terwujudnya aparatur peradil-an yperadil-ang profesio-nal 1. Menugaskan aparat untuk mengikuti pela-tihan yang di-programkan oleh MARI dan PTA; 2. Memotifasi

apa-rat untuk melan-jutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi dan menjadi dosen di Perguruan Tinggi sekitar 1. Penyampaian hasil pelatihan dalam pembinaan pegawai; 2. Pengusulan izin belajar untuk pe-gawai yang me-lanjutkan pendi-dikan ke jenjang yang lebih tinggi

1. Menyelenggarakan pembinaan rutin; 2. Menyelenggarakan

diskusi rutin dengan kajian Bindalmin dan permasalahan hukum; 3. Eksaminasi berkas perkara; 4. Mengikuti seminar/ lokakarya 3. Menciptakan

meka-nisme kerja organi-sasi dan kinerja Pengadilan Agama Sukabumi yang ter-tata rapi dan siste-matis dengan me-nerapkan manaje-men modern dan transparansi dalam pengawasan keta-tausahaan serta keperkaraan yang berbasis peman-faatan teknologi informasi Meningkatkan kinerja sesuai dengan peratur-an dperatur-an kode etik

Terciptanya kinerja pegawai sesuai dengan yang ditentukan peraturan dan kode etik dengan berbasis peman-faatan teknologi informasi 1. Melaksanakan pembinaan ter-hadap sistem kerja pegawai; 2. Mengaktifkan sistem peng-awasan terhadap kinerja pegawai 1. Peningkatan disiplin dan kwa-litas sumber daya manusia dibidang teknologi infor-masi 2. Peningkatan sis-tem pengawasan 1. Menata kembali sistem kinerja seluruh pegawai; 2. Mengoptimalkan penggunaan sistem aplikasi dan tekno-logi informasi dalam pelaksanaan tugas administrasi;

3. Melakukan peng-awasan terhadap disiplin dan kinerja pegawai secara optimal dan periodik

4. Menciptakan

koor-dinasi dan kerja sama antara lem-baga Peradilan dan

Meningkatkan ko ordinasi dan ker-ja sama dengan instansi terkait Terwujudnya koordinasi yang harmonis dan dinamis Membuka kran kerja sama dengan instansi terkait Proaktif melakukan koordinasi dengan instansi terkait 1. Memenuhi undang-an dari instansi manapun;

(7)

1 2 3 4 5 6 7 8

antar instansi ter-kait yang berbasis pada keterpaduan sistem manajemen pelayanan publik internal dan ekster-nal yang profess-sional

2. Mengundang in-stansi lain dalam kegiatan PA Sukabumi; 3. Memberikan pertim-bangan hukum pada pemerintah daerah 4. Mengikuti rapat koordinasi yang diselenggarakan Pemda

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh metode pelapisan TiO 2 pada kaca ITO sebagai elektroda kerja dengan membandingkan hasil pengukuran arus dan tegangan pada

Pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian, keringat asam dan cahaya matahari menghasilkan nilai yang masuk dalam kategori sedang sampai tinggi (3,3-4,4 dan 5) dan pada

(2) Dalam hal tindak pidana lalu lintas dilakukan Perusahaan Angkutan Umum, selain pidana yang dijatuhkan terhadap pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Berapa perlambatan yang diperlukan oleh se- buah mobil yang sedang melaju dengan kecepatan 20 meter/detik agar dapat berhenti sepenuhnya dalam jarak 50 meter?...

coli pada penyimpanan bubuk ekstrak bakiteriosin suhu ruang selama 12 minggu, dibandingkan yang disimpan di suhu dingin (24,5%) dalam periode waktu yang sama,

Aslında bu açıklamalarda da görüldüğü gibi, dikkat çekici olan, bağlamanın kopuzdan türeyip türemediğinden veya kopuz türü çalgıların kökeninden daha çok,

Buku Panduan Mahasiswa (BPM) Blok 4.7.14 ini terdiri dari beberapa mata ajar yang tidak terintegrasi yang terhimpun dalam blok ini, antara lain mata ajar Ilmu Kesehatan Gigi

[r]