• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan musyarakah di perbankan syaria

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan musyarakah di perbankan syaria"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan musyarakah di perbankan syariah di indonesia

Musyarakah yaitu pemilik modal yang mengadakan perjanjian untuk menyertakan modalnya kepada suatu proyek. Masing-masing pihak memiliki hak untuk ikut serta dalam manajemen proyek tersebut. Prinsip ini juga dapat diterapkan kedalam semua jenis pembiayaan. Perbedaannya dengan

mudharabah ialah pembiayaan yang dilakukan hanya untuk sebagian yang merupakan penyertaan dengan campur tangan pengelola bank pada suatu usaha atau proyek secara ad hoc, baik sementara maupun tetap. Untuk bank yang sehat dan memiliki keuntungan maka keuntungan tersebut akan dibagi dalam sistem bagi hasil, atau menurut prosi masing-masing pihak.

Bentuk-bentuk musyarakah dalam perbankan syariah, yaitu sebagai berikut:

1. Musyarakah permanen, dimana pihak bank merupakan partner usaha bentuk ini merupakan partner usaha tetap dalam suatu proyek/usaha. Bentuk ini merupakan alternatif bagi

investasi surat berharga atau saham yang dapat dijadikan salah satu portofolio investasi bank 2. Musyarakah digunakan untuk skim pembiayaan modal kerja. Bank merupkan partner awal

dari sebuah usaha atau proses produksi. Dalam skim ini pihak bank akan menyediakan dana untuk membeli asset atau alat-alat produksi, begitu juga dengan partner musyarakah lainnya. 3. Musyarakah digunakan untuk jangka pendek. Misalnya, pembiayaan perdagangan, export,

import, atau keprluan khusus nasabah lainnya.

Pembiayaan musyarakah, yaitu pembiayaan sebagian kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan. Hasil usaha bersih dibagi antara bank sebagai penyandang dana (shohibul maal) dengan pengelola usaha (mudhorib) sesuai dengan kesepakatan. Umumnya porsi bagi hasil yang ditetapkan sesuai dengan presentase kontribusi masing-masing. Pada akhir jangka waktu pembiayaan, dana pembiayaan dikembalikan kepada pihak bank. Dalil-dalil yang menjadi landasan hukum syariah dalam pembiayaan musyarakah antara lain sebagai berikut:

1. Q.S As-Sad 38:24 “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat dzalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang soleh dan amatlah sedikit mereka ini.”

2. Hadits riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah Ra “Allah SWT berfirman, “aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama salah satu pihak tidak menghianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat, aku keluar dari mereka.”

3. Implementasi Musyarakah dalam Perbankan Syariah

4. i. Definisi Musyarakah

5. Musyarakah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata syaraka yang bermakna bersekutu, meyetujui. Sedangkan menurut istilah, musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

6. Lewis dan Algaoud juga memberikan definisi musyarakah sebagai sebuah bentuk kemitraan dimana dua orang atau lebih menggabungkan modal atau kerja mereka untuk merbagi keuntungan, menikmatai hak-hak dan tanggung jawab yang sama.

(2)

8. Artinya : “… dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh”. (Q.S. Shad: 24)

9 .

أ نخي مل ام نيكيرشل ا ثل اث ان أ لوقي هللا ن إ ل اق هعفر ةريره يب أ نع امهدح هبحاص

10.

11.Artinya : “Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya.’” (H.R. Abu Dawud)

12.Kedua ayat dan hadits tersebut menunjukkan bahwa Islam mengakui tentang eksistensi perkongsian serta membolehkannya selama salah satu pihak yang bersekutu tetap memegang teguh kesepakatan yang telah dibuat dan tidak berkhianat.

13.

14. iii. Jenis-jenis Musyarakah

15.Musyarakah ada dua jenis, yaitu: musyarakah kepemilikan dan musyarakah akad (kontrak). Musyarakah kepemilikan terjadi karena warisan, wasiat, dan kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan suatu asset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut.

16.Musayarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah. Merekapun sepakat membagi keuntungan dan kerugian.

17.Musyarakah akad terbagi menjadi : ’inan, mufawwadhah, a’mal, al-wujuh, dan al-mudharabah. Para ulama berbeda berbeda pendapat tentang al-mudharabah, apakah ia termasuk jenis musyarakah atau bukan. Beberapa ulama menganggap al-mudharabah termasuk kategori musyarakah karena memenuhi rukun dan syarat sebuah akad (kontrak) musyarakah. Adapun ulama lain menganggap al-mudharabah tidak termasuk sebagai musyarakah. Berikut ini akan jelaskan mengenai pembagian musyarakah akad tersebut.

(3)

19.Syirkah al-mufawwadhah adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih, dimana setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja, dan setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Dalam jenis syirkah inisyarat utamanya adalah kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak.

20.Syirkah al-a’mal atau kadang disebut juga dengan musyarakah abdan atau sana’i adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu.

21.Syirkah al-wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis, dimana mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai, dan mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh setiap mitra. Jenis syrirkah ini tidak memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasar pada jaminan tersebut, sehingga syirkah ini biasa disebut dengan musyarakah piutang.

22.

23. iv. Implementasi Musyarakah dalam Perbankan Syariah

24.Implementasi musyarakah dalam perbankan syariah dapat dijumpai pada pembiayaan-pembiayaan seperti:

25.a. Pembiayaan Proyek

26.Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut, dan setelah proyek itu selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.

27.b. Modal Ventura

28.Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diaplikasikan dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.

29.

30. v. Manfaat dan Resiko Musyarakah

(4)

32.a. Bank akan mengalami peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.

33.b. Bank tidak berkewajiban menbayar pendanaan secara tetap dalam jumlah tertentu kepada nasabah, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.

34.c. Pengembalian pokok pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.

35.d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagi.

36.e. Prinsip bagi hasil dalam musyarakah berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih nasabah satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

37.Sedangkan resiko dalam musyarakah, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan, relative tinggi, antara lain :

38.a. side streaming, nasabah menggunakan dana yang diberikan bank bukan seperti yang disebut dalam kontrak;

39.b. lalai dan kesalahan yang disengaja;

40.c. penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur. 41.Pada prinsipnya musyarakah tidak jauh berbeda dengan mudharabah karena

keduanya merupakan sistem perkongsian (kemitraan) antara dua belah pihak atau lebih untuk mengelola suatu usaha tertentu dengan pembagian keuntungan sesuai porsi (nisbah) yang disepakati bersama pada awal perjanjian (akad). Mudharabah dan musyarakah berbeda pada beberapa hal sebagaimana berikut :

(5)

43.Dari pemaparan di atas, baik mengenai mudharabah maupun musyarakah bahwasanya perbedaan bank syariah dengan bank konvensional dapat dilihat pada hubungan antara bank dengan nasabahnya. Hubungan antara bank syariah dengan nasabahnya bukan hubungan antara debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan antara penyandang dana (shahib al-mal) dengan pengelola dana (mudharib). Sedangkan pada bank konvensional, para pemilik dana tertarik untuk menyimpan dana di bank berdasarkan tingkat bunga yang dijanjikan. Demikian pula bank memberikan pinjaman kepada pihak-pihak yang memerlukan dana berdasarkan kemampuan mereka membayar tingkat bunga tertentu.

44.Melihat betapa urgent dan besarnya manfaat yang diberikan dengan keberadaan sistem bagi hasil yang diterapkan dalam perbankan syariah, maka di akhir pembahasan ini penulis memaparkan beberapa implikasi sosial ekonomi yang merupakan keistimewaan dari perbankan syariah, kiranya dapat menjadi motivasi bagi pembaca agar senantiasi mengutamakan bank syariah daripada bank konvensional. Keistimewaan-keistimewaan tersebut antara lain :

Referensi

Dokumen terkait

Analisa data: pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya, dan juga tidak bisa mengakses informasi karena tidak bisa melihat. Data obyektif: saat observasi pasien tampak

Teknik ini terfokus pada domain-domain tertentu, domain perempuan dijadikan sub domain lagi yang lebih memfokuskan pada perempuan kelas menengah dan bawah, terkait

lainnya. Dikatakan bahwa segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut. Dengan

Suatu studi yang bertujuan untuk memperoleh dosis maksimum dari pemberian bokashi Titonia (Titonia diversifolia) terhadap konsentrasi merkuri (Hg) dalam tanah dan dalam

Pada tanaman padi dan ubi kayu, nilai R/C lebih besar dari satu yang berarti bahwa penerimaan petani lebih besar dari biaya produksi.. Besarnya nilai R/C ratio

Hasil penelitian menun- jukkan tuturan ekspresif yang terdapat dalam humor politik Republik Sentilan Sentilun terdiri dari (1) tuturan ekspresif ucapan meminta maaf; (2)

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa analisis sentimen pada Guru – guru SMK Eklesia dan SMK Bina Insani Jailolo

25% Tidak aktif dalam diskusi Kurang aktif dalam diskusi Sangat aktif dalam diskusi Perorangan - Sikap 25% Penyampaian tidak keras, tanpa menatap peserta, tanpa sikap