BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL
Bioteknologi konvensional adalah teknologi sederhana yang telah
digunakan sejak lama dengan memanfaatkan mikroorganisme sebagai agen pembantu dalam menghasilkan suatu produk, tanpa adanya modifikasi pada agen biologi tersebut sehingga pengerjaannya sederhana. Bentuk
bioteknologi konvensional yang umum adalah produk-produk yang
dihasilkan dari proses fermentasi oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur.
Contoh-contoh penerapan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 jenis, yaitu penerapannya dalam bidang pengolahan produk susu, bidang pangan, dan bidang non-pangan.
Bioteknologi Konvensional dalam Pengolahan Susu
Penerapan bioteknologi konvensional dalam bidang pangan berbahan baku susu dapat kita temukan dalam yogurt, keju, dan mentega.
1. Yogurt
Yogurt terbuat dari hasil fermentasi susu oleh bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobasilus bulgaricus. Susu yang biasa
digunakan adalah susu hewan yang terlebih dahulu dipasteurisasi. 2. Keju
Keju merupakan contoh penerapan bioteknologi konvensional yang dilakukan melalui metode pengawetan susu. Metode ini sudah dilakukan semenjak zaman Romawi dan Yunani kuno. Keju dibuat dengan menambahkan bakteri asam laktat pada susu. Bakteri asam laktat tersebut misalnya Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus lactis, dan Streptococcus. Adapun bakteri-bakteri tersebut berfungsi sebagai mikroba yang dapat mengubah laktosa (gula susu) menjadi asam laktat yang padat dan menggumpal.
3. Mentega
Mentega dihasilkan dari fermentasi krim susu menggunakan
bakteri Streptococcus lactis. Bakteri ini dapat memisahkan tetesan mentega yang berlemak dengan cairan yang terkandung di dalamnya.
Bioteknologi Konvensional dalam Bidang Pangan
Penerapan dan contoh bioteknologi konvensional dalam bidang pangan dapat kita temukan dalam beberapa produk sebagai berikut.
Dibuat melalui fermentasi ketan atau singkong menggunakan jamur
Saccharoyces cerevisiae. Jamur ini merubah glukosa pada bahan menjadi asam asetat, energi, alkohol dan karbondioksida.
2. Tempe
Tempe merupakan produk hasil fermentasi kapang Rhizopus sp yang dapat merubah protein kompleks dari kedelai menjadi asam amino dengan menggunakan bahan kedelai. Tempe mengalam dua tahap fermentasi, yaitu merendam kacang kedelai di dalam air, dan fermentasi kedua dilakukan oleh kapang Rhizopus sp.
3. Oncom
Oncom dibagi menjadi dua jenis, yaitu oncom merah dan oncom hitam. Oncom merah dihasilkan dari hasil fermentasi oleh Neuspora sitophila atau Neuspora intermedia. Oncom merah dibuat dari
fermentasi bungkil tahu. Oncom hitam dihasilkan dari hasil fermentasi oleh Rhizopus oligosporus atau Mucor sp. Oncom hitam dibuat dari fermentasi bungkil kacang tanah yang dicampur dengan ampas singkong.
4. Roti
Roti terbuat dari bahan utama berupa tepung terigu. Agar adonan roti dapat mengembang, para pembuatnya biasanya akan menambahkan ragi roti atau Saccharomyces cerevisiae. Selain membuat adonan roti lebih mengembang, penambahan mikroorganisme ini juga membuat tekstur roti menjadi lebih lembut dan tidak bantat.
5. Kecap dan Tauco
Kecap terbuat dari kedelai rebus dan gula merah yang ditambahkan dengan jamur Aspergilus soyae dan Aspergilus wentii.
Tauco terbuat dari kedelai yang ditambah bakteri Aspergilus oryzae. Jamur-jamur ini merubah protein kompleks kedelai menjadi asam amino yang lebih mudah dicerna oleh tubuh manusia.
6. Nata de Coco
Nata de coco adalah makanan dengan tekstur kenyal yang terbuat dari ari kelapa yang ditambahi dengan bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri ini merubah gula dalam air kelapa menjadi selulosa yang lebih kenyal dan padat. Selain dibuat dari air kelapa, nata juga dapat
diproduksi dari sari nanas (nata de pineaplee), sari kedelai (nata de soya), sari biji kakao (nata de cacao), dan lain sebagainya.
7. Acar atau Asinan
merupakan mikroba penting dalam pembuatan bahan panganan tersebut. Bakteri-bakteri ini mengubah gula dalam sayuran menjadi asam asetat yang menghasilkan rasa masam.
8. Minuman Beralkohol
Anggur, wine, rum, sake adalah beberapa contoh produk bioteknologi konvensional yang menggunakan lebih dari satu mikroorganisme dalam proses pembuatannya. Misalnya dalam produksi alkohol, pati dari ketan atau bahan berkarbohidrat lainnya diubah menjadi glukosa menggunakan bantuan jamur Aspergilus. Glukosa tersebut kemudian diubah menjadi etanol mengunakan bantuan jamur Saccharomyces.
9. Sufu atau Kacang kedelai
Sufu terbuat dari gumpalan protein kedelai yang dihasilkan dari proses fermentasi jamur Actinomucor elegans. Meski jamur-jamur lainnya seperti Mucor hiemalis, Mucor salvaticus, Mucor sufu, dan
Mucor substilissimus dapat digunakan dalam pembuatan sufu, jamur
Actinomucor elegans lebih banyak dipilih karena lebih ekonomis.
10. Tempe Bongkrek
Tempe bongkrek adalah hasil sampingan dari produksi minyak kelapa yang difermentasi menggunakan bakteri Pseudomonas cocovenenans. Tempe bongkrek bisa bersifat racun jika dalam proses pembuatannya terjadi kontaminasi bakteri Burkholderia cocovenenans. Efek dari racun ini bahkan bisa membuat terganggunya sistem pernafasan dan menyebabkan kematian.
Bioteknologi Konvensional dalam Bidang Lainnya
Penerapan dan contoh bioteknologi konvensional dalam berbagai bidang lainnya dapat kita temukan dalam beberapa hal berikut.
1. Biogas
Biogas merupakan salah satu energi alternatif pengganti minyak bumi yang dihasilkan melalui fermentasi kotoran ternak dan bahan organik lainnya. Melalui fermentasi ini, bahan-bahan tersebut diubah menjadi metana yang dapat berfungsi sebagai penghasil energi yang mirip gas LPG.
2. Pengolahan Limbah
Sebelum dibuang ke perairan, limbah industri mengalami serangkaian proses pengolahan untuk menurunkan tingkat pencemarannya.
tersebut menguraikan limbah organik menjadi karbondioksida, metana, dan hidrogen.
3. Obat-obatan
Contoh bioteknologi konvensional dapat pula ditemukan dalam produksi obat-obatan. Jamur Penicillium sp. digunakan sebagai
antibiotik penisilin, antibiotik yang perannya sangat penting di dunia kesehatan untuk mengobati penyakit-penyakit akibat infeksi patogen.
Manfaat dari Bioteknologi Konvensional
1. Meningkatkan kandungan gizi dari hasil produk bioteknologi berupa makanan dan minuman karena telah terjadi perubahan kandungan zat dari bahan makanan tersebut.