• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 712012037 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1 712012037 BAB III"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

3. Hasil Penelitian

3.1 Riwayat Singkat Hidup Soekarno

Soekarno lahir 6 Juni 1901 di Lawang Seketeng, Surabaya, Jawa Timur

dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai.1 Beliau

wafat pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di RSPAD Gatot Subroto dan dimakamkan

di Blitar Jawa Timur. Sejak muda, Soekarno telah menaruh perhatian terhadap

dunia politik dan tulisan pertamanya terkait hal tersebut ialah Nasionalisme,

Islamisme dan Marxisme.

Soekarno muda kemudian terlibat dalam berbagai kegiatan politik yang

kemudian mengantarkannya ke puncak tertinggi kepemimpinan negara Indonesia.

Beliau memimpin bangsa Indonesia, terhitung sejak tanggal 18 Agustus 1945

hingga 20 Februari 1967 saat beliau menyerahkan mandatnya kepada MPR yang

disusul dengan ketetapan MPR tanggal 7 Maret 1967 mengenai pencabutan

wewenang presiden Soekarno dan pengangkatan Soeharto sebagai pejabat

presiden.

Karakter revolusioner Soekarno terbentuk dari rangkaian penderitaan

hidup yang dialaminya. Soekarno muda tumbuh menjadi seorang yang penuh

perasaan cinta kepada sesama, terutama kepada golongan yang tertindas. Pada

saat yang sama, dia juga menjadi orang yang membenci penindasan. Hal itu

terlihat jelas dalam penuturannya kepada Cindy Adams yang kemudian

menuliskannya dalam buku Soekarno Penjambung Lidah Rakjat Indonesia. Riwayat hidup Soekarno sendiri memperlihatkan bagaimana gambaran dirinya di

masa depan dan persepsinya tentang Indonesia yang kemudian menggerakkannya

untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.

Imajinasi Soekarno tentang nasionalisme dan paham kebangsaan bukan

sekadar bayangan tanpa pijakan realitas. Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan

titik pusat dari keberhasilan menggalang nasionalisme sejak ia masih menjadi

mahasiswa. Nasionalisme untuk melawan penjajahan, yang berupaya menemukan

1

Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat (1901-1970), (Jogjakarta: GARASI,

(2)

jati diri, self-esteem, dan kepribadian nasional.2 Hingga saat ini, namanya terus dikenang sebagai perumus dasar negara dan proklamator kemerdekaan sehingga

pemikirannya terus menjadi rujukan dalam menentukan arah bangsa ini.

3.2 Pidato Soekarno

Berikut ini adalah penggalan pidato kenegaraan presiden Soekarno yang

berjudul JASMERAH (Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah) 3:

Saudara-saudara sekalian,

Dalam melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945, dalam mewujudkan pengejawantahan isi jiwa kita yang sedalam-dalamnya, maka pokok inti sari mandat, inti sari mandat, yang saya terima dari MPRS, ialah:

“Membangun Bangsa (Nation Building) dari kemerosotannya zaman kolonial untuk dijadikan satu bangsa yang berjiwa, yang dapat dan mampu menghadapi semua tantangan, satu bangsa yang merdeka dalam abad ke-20 ini”! Itulah inti sari pokok daripada mandat MPRS kepada saya!

Sesungguhnya toh: bahwa membangun suatu negara, membangun ekonomi, membangun teknik, membangun pertahanan, adalah pertama-tama dan pada tahap upertama-tamanya: Membangun Jiwa Bangsa! Bukankah demikian? Sekali lagi: bukankah demikian?

Tentu saja keahlian adalah perlu! Tetapi keahlian saja, tanpa dilandaskan pada jiwa yang besar, tidak dapat mungkin akan mencapai tujuannya.

Inilah perlunya, sekali lagi mutlak perlunya! Nation and character Building!! Tentu saja usaha ini pun memakan ongkos, memerlukan biaya tetapi hasilnya sungguh berlipat-lipat ganda lebih besar dibandingkan dengan pengeluarannya!

2

Kartodirdjo, Pembangunan Bangsa, 69.

3

Soekarno, “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah!” dalam Dibawah Bendera

Revolusi Jilid II, (Jakarta: Yayasan Bung Karno dan Penerbit Media Pressindo, 2005), 709-713. Pidato ini merupakan pidato kenegaraan terakhir Presiden Soekarno sebelum akhirnya tanggal 20 Februari 1967 mengumumkan penyerahan kekuasaan kepada Pengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966. Penyerahan kekuasaan ini dilatarbelakangi oleh peristiwa G30S/PKI 1965 sebagai sebuah tindakan percobaan kudeta. Soekarno dituduh berpihak kepada kaum komunis karena ketidakmauannya mengutuk PKI sebagai dalang. Mulai saat itu keadaan negara menjadi tidak kondusif, persatuan yang selama ini diserukan oleh Soekarno terusik dan puncaknya pada tanggal 9 – 12 Desember sekitar 200.000 mahasiswa mendesak agar presiden Soekarno diadili. Konteks historis dari pidato ini jelas tercermin sebagai keadaan dimana ideologi sosialis sebagai salah satu

“bahan dasar” Pancasila, ditolak dan ingin dimusnahkan oleh kelompok ideologi lain. Hal ini

(3)

“Memberikan selfrespect kepada bangsa sendiri, memberikan

selfconfidence kepada diri bangsa sendiri, memberikan kesanggupan untuk Berdikari”, adalah mutlak perlu bagi tiap-tiap bangsa, di sudut dunia mana pun, di bawah kolong langit yang mana pun!

Lihatlah contoh-contohnya: Lihatlah kepada bangsa Amerika, lihatlah kepada bangsa Jepang, lihatlah kepada bangsa Uni Sovyet!

Amerika baru menjadi bangsa yang besar, sesudah mengalami perang saudara yang hebat dan dua kali peperangan dunia. Jepang baru menjadi bangsa yang besar, setelah mengalami perang dengan Rusia, perang dengan Tiongkok, dan dua kali perang dunia. Uni sovyet baru menjadi bangsa yang besar sesudah mengalami burgeroorlog yang dahsyat dari lima penjuru yang dikobarkan oleh kaum imperialis, dan dua kali perang dunia! Dan Indonesia tidak perlu dan insya Allah tidak usah, mengundang peperangan, tetapi gemblengkan jiwa adalah mutlak perlu untuk membangun bangsa dan negara kita! Indonesia yang kita cita-citakan tidak dapat dan tidak mungkin dapat dibangun atas warisan atau sisa-sisa jiwa kolonialisme! Sisa-sisa jiwa kolonialisme ini harus kita bongkar sama sekali. Oleh sebab itu, saripati daripada proyek-proyek Mandataris itu dapat dipertanggungjawabkan, karena maksud dan tujuannya adalah tidak lain tidak bukan untuk memberikan jiwa kepada bangsa Indonesia untuk merdeka! Proyek-proyek Mandataris adalah tidak lain dan tidak bukan sekadara alat, alat!, untuk menanamkan dan menumbuhkan kebesaran jiwa daripada bangsa dan rakyat kita!

Satu contoh lagi: Terus-terang saja, yang menghebatkan inflasi, bukanlah pelaksanaan proyek Mandataris itu, akan tetapi pengeluaran-pengeluaran kita buat ABRI, untuk pembebasan Irian Barat dan untuk pengembalian keamanan. Untuk mengongkosi perjuangan pembebasan Irian Barat dan usaha penyelesaian keamanan, kita telah menggunakan lebih dari 80 persen daripada budget negara di tahun-tahun itu. tetapi aku bertanya: apakah pembebasan Irian Barat salah? Apakah pemulihan keamanan salah? Tidak! Tidak salah, melainkan malahan perlu, perlu, perlu, sekali lagi, perlu!

Pendek kata, hasil politis, hasil ekonomis, hasil moneter, prestise, respek dunia internasional kepada kita, nation building, character building, selfrespect dan selfconfidence, semangat Berdikari, semua, semua ini dapat dipertanggungjawabkan sebagai kebijaksanaan yang saya jalankan sejak tahun1959 itu untuk “opknappen” warisan jahat yang saya sebut tadi itu!

Bahwa perjuangan kita belum selesai, dan bahwa rakyat, terutama sekali para buruh dan pegawai, belum dapat hidup secara layak, itu memang benar!! Itu saya akui, memang benar! Tetapi DASAR-DASAR KEBANGSAAN dan DASAR-DASAR KENEGARAAN DENGAN JIWA BARU, sudah tertanam!!

(4)

Tetapi kenapa kita sesudah terjadinya Gestok itu harus ubah haluan? Kenapa kita sesudah terjadinya Gestok itu harus melempar jauh beberapa hal yang sudah nyata baik? Tidak! Pancasila, Panca Azimat, Trisakti, harus kita pertahankan terus, malahan harus kita pertumbuhkan terus!

PANCASILA adalah, seperti sering kali telah kukatakan, satu

hogere optrekking daripada Declaration of Independence Amerika dan Manifesto Komunis, bahkan lebih jauh daripada itu saya telah sering berkata satu “laatste editieí” dari revolusi-revolusi di dunia sekarang ini!!

Lihatlah revolusi-revolusi lain! Revolusi Amerika sudah tinggal hanya menjadi satu historis moment dan satu historis monument saja, atau dalam bahasa asingnya: “De Amerikaanse Revolutie is maar een historisch

moment en een historisch monument geworden!” Kenapa? Revolusi

Amerika terjadi hampir dua abad yang lalu!

Revolusi Prancis sudah tinggal hanya menjadi satu historis moment

dan satu historis monument saja, atau dalam bahasa asingnya “De Franse

Revolutie is maar een historisch moment en ees historisch monument geworden!” Kenapa? Revolusi Prancis terjadi hampir dua abad yang lalu.

Revolusi Soviet pun sudah lamat-lamat mungkin nanti menuju kepada menjadi satu historis momen dan satu historis monumen saja, atau:

“De Soviet Revolutie, mogelijk, dreigt later ook slechts een historisch moment en een historisch monument te worden!” Kenapa? Revolusi Soviet pecah setengah abad yang lalu. Atau kalau kita hitung dari tahun 1905, yang oleh Lenin dikatakan generale repetitie daripada revolusi, sudah 60 tahun yang lalu.

Sudah tentu kita mengambil keuntungan-keuntungan besar dari revolusi-revolusi tersebut. Akan tetapi revolusi Indonesia tidak bisa dan tidak boleh hanya didasarkan atas pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil Revolusi Amerika, Revolusi Prancis, atau Revolusi Soviet itu saja.

CITA-CITA dan ISI serta KONSEPSI dari revolusi kita harus merupakan penggalian daripada tuntutan-tuntutan seluruh umat manusia umumnya dan rakyat Indonesia sendiri pada khususnya, pada waktu ini, yaitu dalam abad ke-20 ini! Bukan dua abad yang lalu seperti Revolusi Amerika, bukan dua abad yang lalu seperti Revolusi Prancis, bukan hampir tiga perempat abad seperti Revolusi Soviet. Tetapi revolusi Indonesia haruslah mencerminkan revolusi umat manusia dan revolusi bangsa Indonesia sendiri pada waktu ini, pada abad ke-20.

Saya berkata, bahwa Nasakom atau NASASOS atau Nasa apa pun adalah unsur mutlak daripada pembangunan bangsa Indonesia!

Nasionalisme, Ketuhanan, Sosialisme (dengan nama apa pun), adalah merupakan tuntutan daripada tiap jiwa manusia, tiap bangsa, tuntutan seluruh umat manusia!

Oleh sebab itu, ini harus kita pertumbuhkan secara konsekuen, tanpa dipengaruhi oleh pikiran atau doktrin yang sudah lapuk, baik dari ekstrem kanan maupun dari ekstrem kiri.

Jiwa Pancasila dan jiwa Nasasos atau Nasa apa pun harus menjadi

(5)

manusia! Oleh sebab itu, maka saya selalu peringatkan kepada bangsa dan rakyatku, “Jangan gontok-gontokan!!”. “Jangan sembelih-sembelihan!”

Sebab hal itu akan memecahkan kesatuan dan persatuan bangsa, memecah inti hakiki dari revolusi kita. Dan kecuali daripada itu, maka ratusan ribu pembunuhan, ratusan ribu penahanan, malahan akan menjadi masalah sosial politik yang panas, yang makin meningkatkan pertentangan-pertentangan saja.

Persatuan dan kesatuan bangsa masih tetap merupakan syarat mutlak bagi kehidupan nasional, masih tetap merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan serta pembangunan dalam bidang materiil atau idiil apa pun!

Lihatlah ke belakang! Tidakkah pada masa yang lampau, yaitu sebelum kita merdeka, maupun sesudah kita merdeka, fakta-fakta menunjukkan dengan jelas bahwa perpecahan hanyalah membawa kita pada keruntuhan belaka?

Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca benggalanya daripada masa yang akan datang!

Hasil-hasil positif yang sudah dicapai di masa yang lampau jangan dibuang begitu saja!! Membuang hasil-hasil positif dari masa yang lampau tidak mungkin, sebab kemajuan yang kita miliki sekarang ini, adalah akumulasi daripada hasil-hasil perjuangan di masa yang lampau, yaitu hasil-hasil macam-macam perjuangan dari generasi nenek moyang kita sampai kepada generasi sekarang ini! Sekali lagi saya ulangi kalimat ini: membuang hasil-hasil positif dari masa yang lampau, hal itu tidak mungkin, sebab kemajuan yang kita miliki sekarang ini, adalah akumulasi daripada hasil-hasil perjuangan di masa yang lampau.

Seorang pemimpin yaitu Abraham Lincoln, berkata, “one cannot escape history”, “orang tak dapat melepaskan diri dari sejarah”. Saya pun berkata demikian! Tetapi saya tambah. Bukan saja “one cannot escape history”, tetapi saya tambah: “Never leave history”!, “Janganlah sekali -kali meninggalkan sejarah!” Jangan se-kali-kali meninggalkan sejarah!” jangan meninggalkan sejarahmu yang sudah!, hai bangsaku, karena jika engkau meninggalkan sejarahmu yang sudah, engkau akan berdiri di atas

vacuum, engkau akan berdiri diatas kekosongan, dan lantas engkau menjadi bingung, dan perjuanganmu paling-paling hanya akan berupa amuk, amuk belaka! Amuk, seperti kera kejepit di dalam gelap!

3.3 Peran Agama-agama dalam Nation Building Menurut Soekarno

Setelah menguraikan penggalan pidato Soekarno sebagaimana tertulis di

atas, maka penulis berusaha merumuskan peran agama-agama dalam nation building menurut Soekarno. Soekarno menyadari pentingnya pembangunan bangsa secara holistik, tidak terbatas pada hal-hal yang kasat mata (materil) tetapi

(6)

1. Membangun Karakter Berketuhanan

Karakter berketuhanan terwujud dalam sikap hidup yang menyadari

asalnya dari Tuhan, Sang Pencipta dan karena kesadaran itu berusaha hidup sesuai

tatanan aturan relasi yang benar dengan Sang Pencipta dan sesama ciptaan. Jauh

sebelumnya, saat menyusun dasar negara Indonesia, Soekarno telah menekankan

pentingnya karakter ini sehingga beliau, dalam pidatonya 1 Juni 1945, mengatakan: “hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan leluasa.”4

Lebih lanjut, Soekarno dalam merumuskan Pancasila, memasukkan kalimat “Ketuhanan yang Mahaesa” yang berarti mengakui kemajemukan agama di Indonesia dan kebebasan untuk

mengespresikannya. Inilah yang kemudian menjadi bagian dalam tubuh

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, khususnya UUD 1945 pasal 29 ayat 2.

2. Membangun Karakter Sosialis

Hal ini tidaklah sulit bagi agama, bahkan mungkin menjadi peran yang

paling mudah sebab ajaran keagamaan secara eksplisit berisi petunjuk hidup

bersama (sosial). Semua orang Hindu percaya bahwa segala sesuatu adalah

Brahman. Keyakinan itu menginformasikan tanggapan Hindu terhadap isu-isu

pembangunan ekonomi, pluralisme, hak-hak asasi manusia, perang dan

perdamaian, komunitas, usaha mencari kebenaran, perubahan kultural, ekologi

atau keadilan.5

Dimensi-dimensi Buddhisme yang relevan dengan isu global modern

diuraikan kedalam tiga kelompok tempat perlindungan Buddhisme: saya

berlindung di dalam dharma (doktrin); saya berlindung di dalam Buddha; saya berlindung di dalam sangha (kehidupan biara).6 Pertama, saya berlindung di dalam Budha. Tempat perlindungan pertama ini adalah usaha pencarian dan

realisasi pencerahan yang memampukan pribadi yang bersangkutan mencapai

nirwana. Kedua, saya berlindung di dalam dharma. Kualitas yang secara khusus berharga dalam masyarakat Buddhis adalah larangan terhadap pemusnahan

4

Syaafroedin Bahar dan Nannie Hudawati (Tim Penyunting), Risalah Sidang Badan

Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)-Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) (Jakarta: Sekretariat Negara RI, 1998), 101.

5

David W. Shenk, Ilah-Ilah Global: Menggali Peran Agama-Agama dalam Masyarakat

Modern, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 92. 6

(7)

kehidupan. Buddhisme memiliki suatu karunia untuk ditawarkan kepada

bangsa-bangsa karunia hubungan-hunbungan yang selaras di berbagai masyarakat.

Karunia Buddhis akan rasa hormat yang bersifat non-kekerasan bagi kehidupan

yaitu ahimsa. Ketiga, saya berlindung di dalam sangha. Sangha adalah komunitas biara yang mempersembahkan dirinya sendiri pada praktik dan penyebarluasan

Buddhisme.

Salah satu ajaran Islam yang terkenal ialah puasa. Puasa selama bulan

Ramadan merupakan peringatan atas anugerah penyataan Allah. Puasa selama

satu bulan pada saat aktif dari pagi subuh sampai matahari terbenam

mempersatukan komunitas Muslim di seluruh dunia dalam peringatan atas

anugerah penyataan tersebut.7 Orang-orang percaya juga memahami puasa itu

sebagai bentuk identifikasi dengan orang miskin. Anugerah penyataan tersebut

merupakan kemurahan bagi umat manusia; orang percaya Muslim harus juga

menunjukkan kemurahan kepada orang lapar dan orang miskin.8

Di dalam kekristenan, ajaran mengenai hukum taurat memuat komposisi

tatanan aturan relasi dengan Tuhan juga tatanan relasi dengan sesama manusia.

Aturan mengenai relasi manusia dengan manusia bejumlah lebih banyak daripada

aturan soal relasi manusia dengan Tuhan. Ada yang mencoba memahami hal ini

sebagai petunjuk Tuhan mengenai pentingnya kehidupan sosial yang memang

sangat banyak. Kitab Injil juga mengemukakan tema yang sama yaitu ajaran soal

kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama. Kasih dijadikan nilai utama yang

mendasari relasi manusia.

Ajaran Konfusius yang mendasar dicatat dalam Analects (Lun Yu), sebuah koleksi perkataan-perkataan Konfusius beserta murid-murid dan rekan-rekan

sejawatnya. Tiga karya besar lainnya yang juga berisi filsafat Konfusian The Great Learning (Ta Hsueh), The Doctrine of the Mean (Chung Yung), dan The Book of Mencius. Penekanan buku-buku ini menyingkap cara pandang sistem nilai yang mempunyai komitmen terhadap tata krama dan kepercayaan sosial dalam

7

Shenk, Ilah-Ilah Global, 342. 8

(8)

hubungan intim dengan pribadi, masyarakat serta tatanan kosmologis.9

Pemerintahan yang baik adalah kunci keselarasan kosmologis, karena rakyat akan

meniru para pemimpin mereka. Teladan para pemimpin jauh lebih penting

ketimbang hukum-hukum yang diberlakukan mereka.

3. Membangun Karakter Nasionalis

Bagi masyarakat dengan karakter religius yang tinggi, maka agama-agama

di Indonesia masih memiliki tempat sebagai identitas pribadi dan golongan. Hal

ini tidak berarti tanpa sisi negatif. Andrew Greeley mengatakan bahwa dalam

masyarakat yang sangat beragam ada kecenderungan yang kuat untuk terciptanya

keharmonisan keagamaan di dalam hubungan kelompok utama.10 Hal ini

disebabkan oleh mereka yang memiliki kisah-kisah keagamaan dan dasar-dasar

kepercayaan yang sama, dan oleh karena itu mereka secara selektif merekrut

orang-orang yang memiliki kisah seperti itu untuk menjadi anggota kelompok

utama mereka. Kesulitan membangun karakter nasionalis dimulai di sini. Agama dipandang sebagai “ideologi” yang berbeda dengan nasionalisme sehingga mereka yang sudah menjadi anggota kelompok agama tertentu tidak lagi memiliki

peluang menjadi orang-orang dengan ideologi nasionalisme. Oknum-oknum

tertentu, dengan jubah keagamaan dapat menyebarkan ajaran yang kontradiktif

dengan nasionalisme. Di sinilah peran agama sebagai komunitas keagamaan, tidak

membatasi diri hanya pada penafsiran hubungan manusia dengan Tuhan tetapi

juga hubungan manusia dengan tanah kelahirannya, bangsanya, tempat dimana ia

hidup. Agama yang berupaya membangun karakter nasionalis senantiasa harus

memperhatikan prinsip-prinsip nasionalisme yakni kesatuan/persatuan (unity), kebebasan (liberty), persamaan (equality), kepribadian (personal-individuality) dan prestasi (performance). Prinsip-prinsip ini bukan hal yang asing, melainkan sesuatu yang inheren di dalam agama sehingga membangun karakter nasionalis

sama dengan menerapkan ajaran keagamaan.

Ketiga hal inilah, yaitu karakter ber-Tuhan, Sosialis dan Nasionalis yang

harus dibangun dalam diri bangsa Indonesia menurut Soekarno. Membangun

9

Shenk, Ilah-Ilah Global, 175. 10

(9)

Nation harus diawali dengan membangun character. Inilah yang disebut sebagai pembangunan yang holistik. Keberhasilan pembangunan karakter ini akan

terindikasikan pada penghayatan dan pengalaman Pancasila sebab Pancasila

merupakan intisari dari ketiga hal tersebut. Pancasila bukan merupakan saingan

dari agama-agama yang ada di Indonesia. Inilah yang dikatakan oleh Kartodiardjo bahwa Pancasila menjadi “religi politik” yang memuat prinsip-prinsip yang mempunyai kemampuan merekonsiliasi pelbagai loyalitas religi, ideologi,

etnisitas, dan lain sebagainya. Pancasila menjadi roh setiap pergerakan politik,

yang berarti bahwa kehidupan rakyat sehari-hari diarahkan oleh nilai-nilai dan

norma-norma sehingga pola kelakuan manusia Indonesia mengendap sebagai

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hugo Hartig (dalam Tarigan, 2008:24-25), merangkum tujuan penulisan, sebagai berikut: (1) tujuan penugasan artinya penulis menulis sesuatu karena penugasan

Negara Kesatuan Republik Indonesia meberikan hak-hak warganya yang di atur dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi menjamin kesejahteraan tiap- tiap warga

kaya akan beragam budaya baik kebudayaan tak benda maupun kebudayaan berbentuk benda, di samping kekayaan budayanya Moloku juga menjadi salah satu daerah yang pada masa

pencapaian  yang  cukup  signifikan  baik  kondisi  steady  state  maupun  kondisi  acak.  Penelitian  ini  bisa  dikembangkan  untuk  struktur  yang  lebih 

Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik dijelaskan dalam UUD 1945 [Pasal 1 (1), berbunyi : Negara Indonesia adalah negara hukum Pasal 1

5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan. 6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada. 7) Apakah keluarga kurang percaya

Penelitian yang dilakukan oleh Fery lebih fokus pada upaya penereapan model pembelajaran Osborn Untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan berpikir kreatif Matematis Siswa SMP

10.2 Bagi strategi publisiti Majlis Makan Malam Rasmi JPATI, poster akan ditampal di papan kenyataan rasmi Jabatan Pengajian Arab dan Tamaddun Islam dan di