• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Serapan Dosis Dental Panoramik Dengan Menggunakan X-Ray

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Serapan Dosis Dental Panoramik Dengan Menggunakan X-Ray"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi

Gigi adalah bagian terkeras dalam rongga mulut dan merupakan organ pencernaan mekanis. Gigi tumbuh pada rahang atas dan rahang bawah yang berpasangan atau simetris kiri dan kanan. Gigi yang utuh memiliki bagian mahkota, leher dan akar. Mahkota gigi adalah bagian yang menjulang diatas gusi yang dapat kita lihat. Tonjolan runcing ataupun tumpul pada mahkota gigi disebut dengan cusp. Bagian leher adalah bagian yang di kelilingi gusi, sedangkan akar gigi adalah bagian terdalam dari gigi yang tertanam di dalam tulang rahang dan dikelilingi oleh jaringan periodontal. Gigi yang terdapat di dalam mulut dari banyak vertebrata. Mereka memiliki struktur yang bervariasi yang memungkinkan mereka untuk melakukan banyak tugas. Fungsi utama dari gigi adalah untuk merobek dan mengunyah makanan dan pada beberapa hewan, terutama karnivora, sebagai senjata. Akar dari gigi tertutup oleh gusi. Gigi memiliki struktur pelindung yang disebut email gigi, yang membantu mencegah lubang di gigi. Pulp dalam gigi menciut dan dentin terdeposit di tempatnya.

2.2. Anatomi Gigi 2.2.1. Bagian Gigi

Gigi mempunyai beberapa bagian, seperti terlihat pada gambar dibawah ini yaitu:

a. Bagian akar gigi, adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam tulang rahang dikelilingi (dilindungi) oleh jaringan periodontal.

b. Mahkota gigi adalah bagian dari gigi yang dapat dilihat.

(2)

Gambar 2.1 Anatomi gigi

2.2.2 Bentuk-bentuk Gigi Permanen

Orang dewasa biasanya mempunyai 32 gigi permanen, 16 di tiap rahang. Di tiap rahang terdapat:

a. Empat gigi depan (gigi insisivus). Bentuknya seperti sekop dengan tepi yang lebar untuk menggigit, hanya mempunyai satu akar. Gigi insisivus atas lebih besar daripada gigi yang bawah.

b. Dua gigi kaninus yang serupa di rahang atas dan rahang bawah. Gigi ini kuat dan menonjol di “sudut mulut”. Hanya mempunyai satu akar.

c. Empat gigi pre-molar/gigi molar kecil. Mahkotanya bulat hampir seperti bentuk kaleng tipis, mempunyai dua tonjolan, satu di sebelah pipi dan satu di sebelah lidah. Kebanyakan gigi pre-molar mempunyai satu akar, bebrapa mempunyai dua akar.

(3)

mahkota persegi, seperti blok-blok bangunan. Ada yang mempunyai tiga, empat, atau lima tonjolan. Gigi molar di rahang atas mempunyai tiga akar dan gigi molar di rahang bawah mempunyai dua akar.

Gambar 2.2 Bentuk – bentuk gigi

2.2.3 Permukaan-permukaan Gigi

Nama-nama yang dipakai untuk menunjukkan permukaan gigi adalah: a. Permukaan oklusal: permukaan pengunyahan gigi molar dan gigi pre-molar. b. Permukaan mesial: permukaan paling dekat garis tengah tubuh.

c. Permukaan lingual: permukaan paling dekat lidah di rahang bawah, di rahang atas disebut permukaan palatal.

d. Permukaan distal: permukaan paling jauh dari garis tengah. e. Permukaan bukal: permukaan paling dekat bibir dan pipi.

(4)

g. Permukaan proksimal: permukaan-permukaan yang berdekatan letaknya, misalnya: permukaan mesial gigi tertentu dapat menyentuh permukaan distal gigi sampingnya. Kedua permukaan itu disebut permukaan proksimal.

2.2.4. Jaringan Gigi

Gigi terdiri dari beberapa jaringan, yaitu:

a. Enamel Enamel merupakan bahan yang tidak ada selnya dan juga merupakan satu-satunya komponen dalam tubuh manusia yang tidak mempunyai kekuatan reparatif karena itu regenerasi enamel tidak mungkin terjadi. Struktur enamel gigi merupakan susunan kimia kompleks, sebagian besar terdiri dari 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, dan fluor), air 1% dan bahan organik 2%, yang terletak dalam suatu pola kristalin. Karena susunan enamel yang demikian maka ion-ion dalam cairan rongga mulut dapat masuk ke enamel bagian dalam dan hal ini memungkinkan terjadinya transport ion-ion melalui permukaan dalam enamel ke permukaan luar sehingga akan terjadi perubahan enamel.

b. Dentin Seperti halnya enamel, dentin terdiri dari kalsium dan fospor tetapi dengan proporsi protein yang lebih tinggi (terutama collagen). Dentin adalah suatu jaringan vital yang tubulus dentinnya berisi perpanjangan sitoplasma odontoblas. Sel-sel odontoblas mengelilingi ruang pulpa dan kelangsungan hidupnya bergantung kepada penyediaan darah dan drainase limfatik jaringan pulpa. Oleh karena itu dentin peka terhadap berbagai macam rangsangan, misal: panas dan dingin serta kerusakan fisik termasuk kerusakan yang disebabkan oleh bor gigi.

c. Cementum Cementum adalah penutup luar tipis pada akar yang mirip strukturnya dengan tulang.

(5)

seperti panas dan dingin dari gigi ke otak, di mana hal ini dialami sebagai rasa sakit.20 Rangsangan yang membangkitkan reaksi pertahanan adalah rangsangan dari bakteri (pada karies), rangsangan mekanis (pada trauma, faktur gigi, preparasi kavitas, dan keausan gigi), serta bisa juga disebabkan oleh rangsangan khemis misalnya asam dari makanan, bahan kedokteran gigi yang toksik, atau dehidrasi dentin yang mungkin terjadi pada saat preparasi kavitas/pengeboran gigi.

2.3 Periodontal

Periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi (periodontium). Penyakit periodontal dapat hanya mengenai gingiva (gingivitis) atau dapat menyerang struktur yang lebih dalam (periodontitis). Gambaran klinis yang membedakan antara gingivitis dan periodontitis adalah ada tidaknya kerusakan jaringan periodontal destruktif umumnya dihubungkan dengan keberadaan dan atau meningkatnya jumlah bakteri patogen spesifik seperti Phorphyromonas gingivalis (P.g), prevotella intermedia (P.i), bacteriodes forsytus (Bi) dan actinobacillus

actinomycetemcomitans.

2.3.1 Penyebab Periodontal

Faktor Primer

(6)

beberapa pasien bahkan mempunyai jumlah plak yang cukup besar yang sudah berlangsung lama tanpa mengalami periodontitis yang merusak walaupun mereka mengalami gingivitis.

Faktor Sekunder

Faktor sekunder dapat lokal atau sistemik. Beberapa faktor lokal pada lingkungan gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak dan menghalangi pembersihan plak. Faktor ini disebut sebagai faktor retensi plak.

Faktor Lokal

1. Restorasi yang keliru 2. Kavitas karies

3. Tumpukan sisa makanan

4. Geligi tiruan sebagian yang desainnya tidak baik 5. Pesawat ortodonti

6. Susunan gigi geligi yang tidak teratur

7. Kurangnya seal bibir atau kebiasaan bernapas melalui mulut 8. Merokok tembakau

9. Groove perkembangan pada enamel servikal atau permukaan akar

2.3.2 Gingivitis (Peradangan pada gusi)

Adalah peradangan pada gingival yang menunjukkan adanya tanda-tanda penyakit atau kelainan pada gingival.

2.3.2.1 Penyebab Gingivitis

Gingivitis disebabkan oleh plak dan dipercepat adanya faktor iritasi lokal dan sistemik.

(7)

1. Materia alba 2. Karang gigi

3. Overhanging filling (tambalan berlebihan) 4. Obat, missal arsen, phenol.

Macam-macam faktor sistemik :

1. Ketidak seimbangan hormonal (diabetes, pubertas, kehamilan). 2. Kelainan darah

3. Malnutrisi

4. Obat-obatan, misalnya dilantin sodium. · Pencegahan :

1. Peningkatan oral hygiene (kontrol plak). 2. Perbaikan gigi

· Pengobatan :

1. Penberian obat-obat kumur yang bersifat antiseptic dan analgetik. 2. Pembersihan karang gigi (scaling).

· Perawatan

Tergantung dari penyebabnya :

 Kalau karena makanan, minuman, rokok ditanggulangi dengan menghindari atau menghentikan konsumsi makanan-makanan tersebut.

 Bila karena kondisi-kondisi fisiologis sukar dihindari, penanggulangannya dapat dengan menggunakan bahan kosmetik seperti obat kumur, mout spray, tablet isap atau makan permen mentol.

(8)

2.3.3 Periodontitis

Periodontitis adalah inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang alveolar. Pada pemeriksaan klinis terdapat peningkatan kedalaman probing, perdarahan saat probing (ditempat aktifnya penyakit) yang dilakukan dengan perlahan dan perubahan kontur fisiologis. Dapat juga ditemukan kemerahan, pembengkakan gingiva dan biasanya tidak ada rasa sakit.

2.3.3.1 Periodontitis Kronis

Periodontitis kronis merupakan penyakit dengan tipe progresif yang lambat. Dengan adanya faktor sistemik, seperti diabetes, perokok, atau stress, progres penyakit akan lebih cepat karena faktor tersebut dapat merubah respon host terhadap akumulasi plak.

Gambar 2.3 Tanda klinis periodontitis kronis pada pasien usia 45 tahun dengan kesehatan oral yang kurang dan tidak ada perawatan gigi sebelumnya.

(9)

Terjadinya periodontitis severe pada orang dewasa muda memiliki dampak buruk terhadap gigi mereka tapi dalam beberapa perawatan kasus penyakit periodontal dapat berhasil.

2.3.3.2 Faktor Resiko Terjadinya Periodontitis Kronis

Periodontitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor utama terjadinya periodontitis adalah terdapatnya akumulasi plak pada gigi dan gingiva.

Ada beberapa faktor yang ikut berkontribusi dalam peningkatan resiko terjadinya penyakit, antara lain:

1. Faktor lokal. Akumulasi plak pada gigi dan gingiva pada dentogingiva junction merupakan awal inisiasi agen pada etiologi periodontitis kronis.

Bakteri biasanya memberikan efek lokal pada sel dan jaringan berupa inflamasi.

2. Faktor sistemik. Kebanyakan periodontitis kronis terjadi pada pasien yang memiliki penyakit sistemik yang mempengaruhi keefektivan respon host. Diabetes merupakan contoh penyakit yang dapat meningkatkan keganasan penyakit ini.

3. Lingkungan dan perilaku merokok dapat meningkatkan keganasan penyakit ini. Pada perokok, terdapat lebih banyak kehilangan attachment dan tulang, lebih banyak furkasi dan pendalaman poket. Stres juga dapat meningkatkan prevalensi dan keganasan penyakit ini.

(10)

2.3.3.3 Karakteristik Umum Periodontitis Kronis

Karakteristik yang ditemukan pada pasien periodontitis kronis yang belum ditangani meliputi akumulasi plak pada supragingiva dan subgingiva, inflamasi gingiva, pembentukan poket, kehilangan periodontal attachment, kehilangan tulang alveolar, dan kadang-kadang muncul supurasi

Pada pasien dengan oral hygiene yang buruk, gingiva membengkak dan warnanya antara merah pucat hingga magenta. Hilangnya gingiva stippling dan adanya perubahan topografi pada permukaannya seperti menjadi tumpul dan rata (cratered papila).

Pada banyak pasien karakteristik umum seringkali tidak terdeteksi, dan inflamasi hanya terdeteksi dengan adanya pendarahan pada gingiva sebagai respon dari pemeriksaan poket periodontal.

Kedalaman poket bervariasi, dan kehilangan tulang secara vertikal maupun horizontal dapat ditemukan. Kegoyangan gigi terkadang muncul pada kasus yang lanjut dengan adanya perluasan hilangnya attachment dan hilangnya tulang

Periodontitis kronis dapat didiagnosis dengan terdeteksinya perubahan inflamasi kronis pada marginal gingiva, adanya poket periodontal dan hilangnya attachment secara klinis.

- Pencegahan :

1. Peningkatan oral hygiene (kontrol plak). 2. Perbaikan gigi

- Pengobatan :

1. Pembersihan karang gigi (scaling) 2. Pemberian obat :

- antimikroba dan analgetik - antiseptic

(11)

2.4Panoramik

Panoramik merupakan salah satu radiografi ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial. (Kang BC et al, 2005)

Salah satu bentuk dental radiography yaitu pengambilan citra rontgen panoramik gigi-geligi pasien. Pencitraan panoramik digunakan untuk melihat gigi -geligi secara keseluruhan beserta jaringan tulang penyangganya sehingga dapat digunakan oleh seorang dokter gigi untuk mendiagnosa penyakit atau kelainan gigi pasien. Radiografi panoramik mencitrakan seluruh gigi-geligi dalam satu film (White dan Pharoah, 2009). Pencitraan panoramik merupakan pencitraan ekstraoral dengan menggunakan film atau detektor yang diletakkan di luar mulut.

Citra yang dihasilkan oleh sinar X panoramik gigi dari seorang pasien sangat penting bagi seorang dokter gigi terutama untuk melihat adanya kelainan pada tulang dan gigi-geligi. Penerapan dental radiography juga terdapat pada teknik penanaman dental implant. Teknik ini sangat memerlukan akurasi dan ketepatan yang sangat

tinggi, karena letak dental implant pada daerah yang sangat minimal, begitu juga dengan interpretasi pasca pemasangannya. Dalam proses ini dibutuhkan lebih dari satu citra radiography sebagai penunjang diagnosa, minimal foto panoramik, foto lateral dan foto periapikal. Sebelum pemasangan gigi implan, seorang dokter biasanya melakukan panoramic radiography untuk menilai kualitas tulang, kuantitas, dan anatomi gigi. Panoramic radiography mencitrakan tulang rahang atas dan rahang bawah sehingga dapat digunakan untuk mengukur densitas tulang secara radiografis. Tingkat densitas pada area tulang yang akan dirawat dengan dental implant berpengaruh pada stabilitas primer implant yang lebih lanjut akan

(12)
(13)

panoramik dengan dosis yang diterima oleh lingkungan di sekitar mesin panoramik pada ruang radiografi. Hal ini dilakukan sebagai upaya proteksi radiasi sehingga dapat diketahui keamanan paparan dosis sinar X dalam jangkauan aman dengan melakukan pemetaan laju dosis yang terdistribusi pada ruang radiografi. Dengan melakukan hal ini maka akan dapat mengantisipasi bahaya radiasi.

2.5Periapikal

Periapikal adalah radiografi intraoral yang mencakup gigi geligi dan jaringan sekitarnya sampai dengan daerah periapikal. Teknik ini digunakan untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan tulang pendukungnya.

2.6 Sinar – X

Sinar- X merupakan gelombang elektromagnetik, dimana dalam proses terjadinya memiliki energi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut didasarkan pada energi kinetik elektron.Sinar-X yang terbentuk ada yang memiliki energi rendah sekali sesuai dengan energi elektron pada saat timbulnya sinar-X. Juga ada yang berenergi tinggi, yakni berenergi sama dengan energi kinetik elektron pada saat menumbuk target anode.

Terbentuknya sinar-X dapat terjadi apabila partikel bermuatan, elektron misalnya, mengalami perlambatan yang diakibatkan adanya interaksi dengan suatu material. Sinar-X yang terbentuk dengan cara demikian disebut sebagai sinar-X bremsstrahlung. Sinar-X bremsstrahlung memiliki energi yang tinggi, yang besarnya sama dengan energi kinetik partikel bermuatan pada awal terjadinya perlambatan.

(14)

Pada dasarnya pesawat sinar-X terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung sinar-X, sumber tegangan tinggi yang mencatu tegangan listrik pada kedua elektrode dalam tabung sinar-X, dan unit pengatur bagian pesawat sinar-X. Tabung pesawat sinar-X yang biasanya terbuat dari bahan gelas yang terdapat filamen. Filamen tersebut berfungsi sebagai katode dan target yang berfungsi sebagai anode. Gambar 2.1menunjukkan skema dari tabung pesawat sinar-X, tabung tersebut dibuat hampa udara agar elektron yang berasal dari filamen tidak terhalang oleh molekul udara sewaktu menuju ke anode.Filamen yang di panasi oleh arus listrik berfungsi sebagai sumber elektron. Makin besar arus filamen, akan makin tinggi suhu filamen dan berakibat makin banyak elektron dibebaskan persatuan waktu. (Kane S.A, 2005)

Gambar 2.4 Skema Tabung Pesawat Sinar-X

Elektron-elektron yang dibebaskan oleh filamen tertarik menuju anode karena adanya beda potensial yang besar antara katode dan anode (potensial katode beberapa puluh hingga beberapa ratus KV atau MV lebih rendah dibandingkan potensial anode). Selanjutnya elektron-elektron tersebut akan menumbuk bahan target yang umumnya bernomor atom dan bertitik cair tinggi (misalnya tungsten) dan terjadilah proses bremsstrahlung.

(15)

menimbulkan bremsstrahlung pada dinding.Beda potensial atau tegangan antara kedua elektrode menentukan energi maksimum sinar-X yang terbentuk.Sedangkan fluks sinar-X bergantung pada jumlah elektron persatuan waktu yang sampai ke bidang anode.Namun demikian dalam batas tertentu, tegangan tabung juga dapat mempengaruhi arus tabung.Arus tabung dalam sistem pesawat sinar-X biasanya hanya mempunyai tingkat besaran dalam milliampere (mA), berbeda dengan arus filamen yang besarnya dalam tingkat ampere.

Sumber radiasi yang sebenarnya adalah bidang target dalam tabung sinar-X, bidang ini disebut bidang fokus. Pada proses bremsstrahlung sinar-X mempunyai kemungkinan dipancarkan kesegala arah. Namun demikian bagian dalam tabung atau di sekitar tabung, misalnya logam penghantar anode gelas tabung dan juga rumah tabung yang biasanya terbuat dari logam berat menyerap sebagian besar sinar-X yang dipancarkan sehingga sinar-X yang keluar dari rumah tabung, kecuali yang mengarah ke jendela tabung sudah sangat sedikit. Sinar-X yang dimanfaatkan adalah berkas yang mengarah ke jendela bagian yang tipis dari tabung.

Pesawat sinar-X energi tinggi (orde MV) biasanya lebih dikenal dengan nama pemercepat partikel. Dalam pesawat ini percepatan elektron dilakukan bertingkat-tingkat sehingga pada waktu mencapai target mempunyai energi sangat tinggi, misalnya ada yang sampai setinggi 20 MV atau lebih. Energi sinar-X yang dipancarkan sudah tentu juga sangat tinggi.Sinar-X yang dipancarkan dari pesawat pemercepat partikel memiliki energi yang lebih seragam dibandingkan dengan yang dipancarkan melalui pesawat sinar-X energi rendah. Sasaran pada pesawat pemercepat partikel biasanya sangat tipis, sehingga energi sinar-X yang dipancarkan juga hampir sama. (Kane S.A, 2005).

2.6.1 Sifat Fisik Sinar-X

Adapun sifat-sifat fisik sinar-X adalah

(16)

Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya tegangan) yang digunakan, makin besar daya tembusnya.

2. Pertebaran.

Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan/zat yang dilaluinya.

3. Penyerapan.

Sinar-x dalam radiografi diserap oleh bahan/zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya, makin besar penyerapannya.

4. Efek Fotografik.

Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.

5. Pendar Fluor (Fluoresensi).

Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau zink-sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi sinar-X (Arif Jauhari, 2008).

2.7 Interaksi Sinar-X dengan Materi

Interaksi sinar-X dengan materi mengakibatkan kehilangan energi dari sinar-X pada saat melewati materi (zat) terjadi karena tiga proses utama, yaitu:

• Efek fotolistrik • Efek Compton

(17)

Efek fotolistrik dan Efek Compton timbul karena interaksi antara sinar-X dengan elektron-elektron dalam atom dari materi (zat) itu, sedang efek produksi pasangan timbul karena interaksi dengan medan listrik inti atom (Arif Jauhari, 2008).

Apabila I0 adalah intensitas sinar-X yang datang pada suatu permukaan materi (zat) dan Ix adalah intensitas sinar-X yang berhasil menembus lapisan setebal x materi tersebut maka akan terjadi pengurangan intensitas. Hubungan antara I0

dengan Ix adalah sebagai berikut:

Ix = I0 emx ... ( 2.1 ) m disebut koefisien absorbsi linier.

Oleh karena m tidak memiliki satuan, maka jika x dinyatakan dalam cm haruslah m dinyatakan dalam 1/cm (cm-1). Seringkali lebih disukai untuk menggantikan x

dengan (rx) dan dinyatakan dalam gram/cm2 yaitu yang menyatakan massa dari

lapisan tebal x dengan penampang 1 cm2. Sedangkan m digantikan menjadi (m /r)

dinyatakan dalam cm2/gram, disebut koefisien absorpsi massa.

2.7.1 Efek foto listrik.

Pada efek foto listrik energi foton diserap oleh atom, yaitu oleh elektron, sehingga elektron tersebut dilepaskan dari ikatannya dengan atom. Elektron yang dilepaskan oleh efek foto listrik disebut foto elektron. Proses efek foto listrik terutama terjadi pada foton yang berenergi rendah yaitu antara energi 0, 01 MeV hingga 0, 5 MeV bila energinya kecil.

(18)

2.7.2 Hamburan Compton

Penghamburan compton merupakan suatu tumbukan lenting sempurna antara sebuah foton dan sebuah elektron bebas. Dimana foton berinteraksi dengan elektron yang dianggap bebas (tenaga ikat elektron lebih kecil dari energi foton datang), seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.6 Penghamburan compton: suatu tumbukan lenting sempurna antara sebuah foton dan sebuah elektron.

Dalam suatu tumbukan antara sebuah foton dan elektron bebas maka tidak mungkin semua energi foton dapat dipindahkan ke elektron jika momentum dan energi dibuat kekal. Hal ini dapat diperlihatkan dengan berasumsi bahwa reaksi semakin dimungkinkan. Jika hal itu memang benar, maka menurut hukum kekekalan semua energi foton diberikan kepada elektron .

2.7.3 Efek Produksi Pasangan

Proses produksi pasangan hanya terjadi bila energi datang lebih dari 1.02 MeV. Apabila foton semacam ini mengenai inti atom berat, foton tersebut lenyap dan sebagai gantinya timbul sepasang elektron-elektron. Positron adalah partikel yang massanya sama dengan elektron-elektron bermuatan listrik positif yang besarnya juga sama dengan muatan elektron. Proses ini memenuhi hukum kekekalan energi:

(19)

K- = Energi Kinetik elektron

Oleh karena proses ini hanya bisa berlangsung bilamana energi foton datang minimal (2 m0c2) (1.02 MeV) m0 adalah massa diam elektron dan c adalah kecepatan cahaya.

Gambar 2.7 Efek produksi pasangan.

2.8 Dosis Radiasi

Dosis radiasi dapat diartikan sebagai kuantisasi dari proses yang ditinjau sebgai akibat radiasi mengenai materi (Dwi Seno, 2008). Besaran radiasi untuk pertana kali diperkenalkan adalah penyinaran (terjemahan dari istilah exposure) dengan simbol X, yang pada Kongres Radiologi pada tahun 1928 didefenisikan sebagai kemampuan radiasi sinar-X atau gamma untuk menimbulkan ionisasi di udara. Satuannya adalah roentgen atau R, di mana 1R adalah besarnya penyinaran yang dapat menyebabkan terbentuknya muatan listrik sebesar 1 esu (electro-static-unit) pada suatu elemen volume udara sebesar 1cc, pada kondisi temperatur dan

tekanan normal (Dwi Seno, 2008).

2.8.1 Besaran dan Satuan Radiasi

(20)

2.8.1.1 Satuan untuk paparan radiasi.

Paparan radiasi adalah kemampuan sinar-X untuk menimbulkan ionisasi di udara dan digunakan untuk mendeskripsikan sifat emisi sinar-X dari sebuah sumber radiasi. Satuan ini mendeskripsikan keluaran radiasi dari sebuah sumber radiasi namun tidak mendeskripsikan energi yang diberikan pada sebuah objek yang disinari. Satuannya adalah Roentgen atau R

1 Roentgen (R) = 2.58 x 10-4Coulomb/kg udara

1 Roentgen (R) = 1.610 x 1012 pasangan ion/gr udara

2.8.1.2 Satuan Kecepatan Pemaparan (Exposure Rate)

Kecepatan pemaparan (ER) adalah besar pemaparan per satuan waktu. Satuannya adalah R/jam atau mR/jam;

1 mR = 10-3R.

2.8.2 Pemantauan Paparan Radiasi Personil

Pada umumnya, peralatan pemantauan harus digunakan apabila dimungkinkan bahwa seseorang dapat menerima 25 % dari maksimum paparan yang dibolehkan (Nilai Batas Dosis-NBD) ketika seseoarang tersebut melakukan tugasnya. Ketentuan ini mengamanatkan keharusan dilakukan pemantauan paparan yang diterima oleh dokter spesialis radiologi, dokter spesialis kardiologi dan semua personil yang membantu dalam pemggunaan alat.

Metode yang paling populer pemantauan radiasi adalah film badge sebab alat tersebut sangat praktis dan ekonomis. Biasanya, setiap orang menggunakan satu film badge di bawah apron dan yang lain pada bagian leher baju yang berada di luar apron tersebut.

(21)

Gambar 2.8 Penempatan personal monitoring

2.8.3 Satuan untuk Dosis serap

Dosis serap (D) ialah perbandingan energi yang diberikan oleh radiasi pengion (E) kepada materi dalam elemen volume yang mempunyai massa (m). Satuan ini menggambarkan jumlah radiasi yang diterima oleh pasien. Satuannya adalah Roentgen Absorbed Dose (rad) dan gray (Gy).

1 Gy = 1J/kg = 100 rad

2.9 Dosimetri

Dosimetri radiasi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari besaran dan satuan dosis radiasi, sedang pengertian dosis adalah kuantisasi dari proses yang ditinjau sebgai akibat radiasi mengenai materi (Dwi Seno, 2008).

Besaran radiasi untuk pertana kali diperkenalkan adalah penyinaran (terjemahan dari istilah exposure) dengan simbol X, yang pada Kongres Radiologi pada tahun 1928 didefenisikan sebagai kemampuan radiasi sinar-X atau gamma untuk menimbulkan ionisasi di udara. Satuannya adalah roentgen atau R, di mana 1R adalah besarnya penyinaran yang dapat menyebabkan terbentuknya muatan listrik sebesar 1 esu (electro-static-unit) pada suatu elemen volume udara sebesar 1cc, pada kondisi

(22)

Apabila radiasi mengenai bahan, maka akan terjadi penyerapan energi di dalam bahan tersebut melalui berbagai macam proses/interaksi. Dosis serap (D) didefenisikan sebagai energi rata-rata yang diserap bahan per satuan massa bahan tersebut. Satuan yang digunakan sebelumnya adalah rad yang didefenisikan sebagai:

1 rad = 100 erg/g

Satuan baru yaitu gray (Gy) di mana: 1 gray (Gy) = 1 joule/kg

Dengan demikian dapat diperoleh hubungan: 1 gray (Gy) = 100 rad

Besaran dosis serap ini berlaku untuk semua jenis radiasi dan semua jenis bahan yang dikenainya, namun bila menyangkut akibat penyinaran terhadap mahluk hidup, maka informasi yang diperoleh tidak cukup. Jadi diperlukan besaran lain yang sekaligus memperhitungkan efek radiasi untuk jenis radiasi yang berbeda.

Dosis serap yang sama tetapi berasal dari jenis radiasi yang berbeda ternyata memberikan akibat/efek yang berbeda pada sistem tubuh mahluk hidup. Pengaruh interaksi yang terjadi sepanjang lintasan radiasi di dalam jaringan tubuh yang terkena radiasi terutama berasal dari besaran proses yang disebut sebagai alih energi linier. Yang paling berperan dalam hal ini adalah peristiwa ionisasi yang terjadi sepanjang lintasan radiasi di dalam materi yang dilaluinya. Dengan demikian, jenis radiasi yang memiliki daya ionisasi besar akan dapat menyebabkan akibat/kerusakan biologik yang besar pula. Besaran yang merupakan kuantisasi dari sifat tersebut dinamakan faktor kualitas (Q), maka dosis serap (H) yang disebut dosis ekivalen, yaitu perkalian antara dosis serap dan faktor kualitas radiasi Q atau faktor bobot radiasi Wr atau radiation weighting factor dapat ditulis :

H = D . Q . N ………( 2.3 )

N merupakan suatu faktor modifikasi, misalnya pengaruh laju dosis, distribusi zat radioaktif dalam tubuh, dan sebagainya. Untuk keperluan Proteksi Radiasi: faktor N tersebut selalu dianggap N = 1

(23)

1 sievert (Sv) = 100 rem

Satuan sievert (Sv), menggantikan satuan lama rem (rontgen equivalent man).

2.9.1 Nilai Batas Dosis

Nilai Batas Dosis yang ditetapkan dalam surat keputusan BAPETEN No.01/Ka-BAPETEN/V-99 adalah penerimaan dosis yang tidak boleh dilampaui oleh seorang pekerja radiasi dan anggota masyarakat selama jangka waktu 1 (satu) tahun, tidak bergantung pada laju dosis, baik dari penyinaran eksterna maupun interna. Nilai batas dosis bukan batas tertinggi yang apabila dilampaui seseorang akan mengalami akibat merugikan yang nyata. Meskipun demikian, setiap penyinaran yang tidak perlu harus dihindarkan dan penerimaan dosis harus diusahakan serendah-rendahnya.

Menurut Keputusan Kepala BAPETEN No.01/Ka-BAPETEN/V-99 Nilai Batas Dosis ditetapkan sebagai berikut:

" Nilai batas dosis untuk Pekerja Radiasi atas penyinaran seluruh tubuh adalah 50 mSv (5000 mrem) / tahun atau 416,67mRem / bulan".

2.10 Efek Radiasi

Pada penelitian ternyata tidak semua sel mempunyai kepekaan yang sama terhadap radiasi. Borgonie dan Tribondeu mendapatkan bahwa radioaktivitas berbanding terbalik dengan derajat diferensial dan berbanding lurus dengan kapasitas reproduksi. Dengan demikian jaringan yang sel – selnya aktif membelah mempunyai kepekaan yang relatif tinggi terhadap radiasi, adalah sel – sel darah putih, sel – sel pembentuk darah dalam sumsum tulang merah, sel – sel epitel kulit dan selaput lendir, sel – sel pembentuk sperma dan telur ( Bapeten, 2005 )

(24)

tinggi akan terjadi kerusakan permanen yang berakhir dengan kematian. Akibatnya penekanan aktivitas sum – sum tulang maka orang yang terkena radiasi akan menderita kecendrungan pendarahan dan infeksi, anemia dan kekurangan haemoglobin.

Gangguan kesehatan dalam bentuk apapun merupakan akibat dari paparan radiasi yang bermula dari interaksi antara radiasi dengan sel maupun jaringan tubuh manusia. Akibat interaksi itu sel – sel dapat mengalami perubahan struktur

Menurut Akhadi ( 1997 ), berdasarkan proses berlangsungnya ada dua jenis penyinaran terhadap tubuh manusia yaitu :

1. Efek biologi seketika, yaitu efek yang kemunculannya kurang dari satu tahun sejak terjadinya penyinaran. Penyinaran akut melibatkan dosis tinggi.

2. Efek tertunda yaitu penyinaran oleh radiasi dosis rendah namun berlangsung terus menerus. Penyinaran ini biasanya tidak segera menampakan efeknya.

Komisi Nasional untuk Perlindungan Radiasi ( IRCP ) membagi efek radiasi pengion terhadap tubuh manusia menjadi dua yaitu :

2.10.1 Efek Stokastik

Berkaitan dengan paparan dosis rendah yang dapat muncul pada manusia dalam bentuk kanker ( kerusakan somatik ) atau cacat pada keturunan ( Kerusakan genetik ). Yang dimaksud radiasi dosis rendah dosis radiasi dari 0,25 sampai dengan 1.000 mSv. Dalam efek stokastik tidak dikenal adanya dosis ambang. Jadi sekecil apapun dosis radiasi yang diterima tubuh ada kemungkinan menimbulkan kerusakan somatik maupun genetik.

2.10.2 Efek Deterministik

(25)

menimbulkan efek deterministik sebagai contoh adalah erythema kulit ( kulit merah ) karena teerpapar radiasi sebesar 3.000 – 6.000 mSv, atau kerontokan rambut yang disebabkan oleh paparan radiasi sebesar 6.000 – 12.000 mSv.

Kemunculan efek ini juga ditandai dengan munculnya keluhan baik umum maupun lokal. Keluhan umum berupa : nafsu makan berkurang, mual, lesu, lemah, demam, keringat berlebihan hingga menyebabkan shock. Beberapa saat kemudian timbul keluhan yang lebih khusus yaitu nyeri perut, rambut rontok, shock bahkan kematian. Sedangkan keluhan lokal yang biasa muncul adalah erythema kulit, pedih, gatal, bengkak, melepuh, memborok, dan kerontokan rambut kulit.

Beberapa efek deterministik lainnya yang dapat muncul akibat paparan radiasi dosis tinggi pada manusia adalah :

a. Penerimaan dosis radiasi 100.000 mSv ( 100 mSv ) mengakibatkan kerusakan sistem saraf pusat yang diikuti dengan kematian setelah beberapa jam.

b. Penyinaran dosis radiasi 10 – 50 mSv mengakibatkan kerusakan saluran pencernaan dan dapat mengakibatkan kematian 1 -2 minggu.

c. Dosis radiasi 3 – 5 mSv mengakibatkan kerusakan pada organ pembentukan sel darah merah pada sumsum tulang belakang yaitu dengan kematian setelah 1 – 2 bulan.

d. Efek somatik pada organ reproduksi adalah terganggunya produksi sperma pada pria dan kerusakan ovum pada wanita sehingga mengakibatkan kemandulan. e. Radiasi dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa mata sehingga mengakibatkan

katarak dengan dosis 2 – 5 mSv.

2.10.3 Metode Pengurangan Paparan dan Dosis

(26)

Pada bagian ini, metode pengurangan paparan dan dosis dijelaskan seperti yang biasa digunakan untuk radiografi oral. Setiap bagiannya dimulai dengan rekomendasi American Dental Association (ADA) Council on Dental Materials,Instruments, and Equipments berdasarkan pada penggunaan optimal

proses radiologi. Hal ini diikuti dengan diskusi sehingga rekomendasi ini lebih memuaskan. Termasuk juga rekomendasi NCRP dan peraturan federal mengenai penggunaan radiasi ionisasi.

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi gigi
Gambar 2.2 Bentuk – bentuk gigi
Gambar 2.3 Tanda klinis periodontitis kronis pada pasien usia 45 tahun dengan kesehatan oral yang kurang dan tidak ada perawatan gigi sebelumnya
Gambar 2.4 Skema Tabung Pesawat Sinar-X
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan utama dari menciptakan “Peta Kebersihan Interaktif” adalah pemerintah Amsterdam harus dapat meningkatkan ruang publik mereka dalam hal kualitas

• Jika data rate kita naikkan (dengan mempersingkat durasi pulsa), maka spektrum akan melebar sehingga dibutuhkan bandwidth frekuensi radio yang lebih lebar..

Pada gambar 12 DFD level 2 proses pembayaran motor menjelaskan tentang proses melakukan pembelian motor dimana user pembeli berkolerasi dengan admin. Ketika user pembeli

Untuk menghindari antrean di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum terkait dengan kebijakan pengendalian bahan bakar minyak bersubsidi, Pertamina diharapkan. memperbaiki

Pengaduan masyarakat (dumas) yang diterima oleh Tim Dumasdu pada Unit Eselon I berasal dari organisasi masyarakat, partai politik, perorangan atau penerusan pengaduan

a) Mengidentifikasi potensi dan pengaruh yang terjadi akibat terjadinya kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar

Dawam Raharjo (1985:vii), hal itu menjadi identitas pesantren pada awal pertumbuhannya, yaitu sebagai pusat penyebaran agama Islam, di samping sebagai sebuah

Jaringan prosedur pemberian kredit yang telah diterapkan oleh pihak PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk masih terdapat kekurangan sehingga perlu adanya perbaikan dengan