• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian

Kerugian penurunan nilai aset (asset impairment) terjadi ketika nilai tercatat (carrying amount) suatu aset melebihi nilai terpulihkannya (recoverable amount). Nilai terpulihkan diperoleh dari pengukuran nilai mana yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan dibandingkan dengan nilai pakainya. Kerugian penurunan nilai aset menjadi elemen beban yang diakui pada laporan laba rugi perusahaan. Pada tahun 2011, Telkom membukukan beban kerugian penurunan nilai aset dalam laporan laba rugi sebesar Rp563 miliar, Rp247 miliar pada tahun 2012, bahkan meningkat Rp596 miliar pada tahun 2013. Kasus lain terjadi pada salah satu emiten bidang pertambangan yaitu PT. Medco Energi Internasional. Pada 16 Oktober 2013, Medco memutuskan untuk menutup operasi pabrik ethanolnya. Pabrik yang telah beroperasi sejak 2009 ini tutup karena masalah pasokan yang tidak cukup dan berkelanjutan. Penutupan ini berakibat pada total kerugian sebesar US$20 juta untuk penurunan nilai aset. Kerugian penurunan nilai aset juga dialami oleh PT. Garuda Indonesia. Pada tahun 2013, Garuda Indonesia membukukan penurunan nilai aset sebesar Rp135 miliar, naik dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp124 miliar.

Terdapat indikasi bahwa tambahan beban akibat terjadinya kerugian penurunan nilai akan menggerus porsi laba yang seharusnya dapat dicapai oleh perusahaan sehingga akan dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan tersebut. Indikasi berikutnya adalah terpengaruhnya tingkat struktur modal perusahaan ketika aset tetap yang sebagian besar diperoleh perusahaan dengan menggunakan utang jangka panjang mengalami kerugian penurunan nilai aset. Perusahaan akan dihadapkan pada tingkat utang pada jumlah yang relatif tetap dibandingkan dengan aset yang justru mengalami penurunan nilai. Indikasi lain adalah penilaian investor terhadap perusahaan yang mengalami kerugian penurunan nilai akan bervariasi sehingga mempengaruhi nilai pasar perusahaan tersebut. Untuk itu diperlukan pengujian dan analisis terkait pengaruh antara kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai

(2)

2 pasar. Penelitian yang dilakukan Strong dan Mayer (1987), serta Ragothaman dan Bublitz (1996) dalam Yang (2014) tentang pengaruh pengumuman kerugian penurunan nilai aset menunjukkan bahwa harga saham akan turun ketika entitas mengumumkan mengalami kerugian penurunan nilai aset dalam laporan keuangannya. Semakin besar jumlah kerugian penurunan nilai aset yang diumumkan, semakin besar penurunan harga saham entitas tersebut di hari publikasi laporan keuangannya. Sedangkan penelitian yang dilakukan Zucca dan Campbell (1992) dalam Yang (2014) justru menyatakan entitas yang mengumumkan penurunan nilai aset tidak mengakibatkan reaksi negatif di pasar karena pasar beranggapan bahwa entitas melaporkan penurunan nilai aset sebagai manajemen laba, dan tidak begitu berpengaruh pada nilai aset perusahaan secara nyata.

Penelitian ini menganalisa dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang mengalami kerugian penurunan nilai aset dalam periode tahun 2011 sampai dengan 2014. Analisis keseluruhan sektor industri dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar.

1.2 Latar Belakang Penelitian

Aset didefinisikan dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) 6 paragraf 25 sebagai manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti, yang diperoleh, dikuasai, ataupun dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Conceptual Framework of International Accouting Standards Boards (IASB) menekankan terdapat tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam mendifinisikan aset, yaitu terdapatnya kendali atas sumber daya (resources) oleh entitas, berasal dari transaksi masa lalu, terdapat manfaat ekonomi di masa mendatang yang diharapkan mengalir ke entitas pemilik (future benefit). Aset menunjukkan kekuatan operasional perusahaan karena aset memiliki nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value), maupun nilai tukar (exchange value). Aset digunakan oleh suatu entitas untuk mendukung kegiatan operasional, pembiayaan, maupun

(3)

3 untuk investasi. Aset juga sangat berhubungan erat dengan kewajiban dan ekuitas perusahaan karena cara memperolehnya tidak dapat dipisahkan. Aset, kewajiban, maupun ekuitas berada dalam elemen neraca dalam sebuah entitas Pengelolaan dan manajemen aset yang baik dilakukan oleh entitas agar setiap aset yang dimilikinya mampu memberikan kontribusi pada peningkatan nilai entitas tersebut. Menurut Sugiama (2013:15) berdasarkan pada pengelolaan aset fisik, secara definitif manajemen aset adalah ilmu dan seni untuk memandu pengelolaan kekayaan yang mencakup proses merencanakan kebutuhan aset, mendapatkan, menginventarisasi, melakukan legal audit, menilai, mengoperasikan, memelihara, membaharukan atau menghapuskan hingga mengalihkan aset secara efektif dan efisien. Tujuan manajemen aset adalah agar biaya yang timbul selama kepemilikan aset dapat diminimalkan, terciptanya laba yang optimal, serta penggunaan dan pemanfaatan aset mencapai titik yang optimum. Siklus kehidupan manajemen aset terdiri dari empat unsur kunci, yaitu pemeliharaan yang bersifat pencegahan, penurunan penundaan pemeliharaan, pembaharuan, dan fungsi peningkatan. Untuk pencapaian tujuan dalam manajemen aset diperlukan penggunaan perencanaan manajemen strategis berupa rencana panjang bagi organisasi dengan mengakomodasikan visi, misi, dan penciptaan nilai organisasi, kebijakan bisnis, persyaratan yang ditetapkan oleh para pemangku kepentingan, tujuan organisasi, serta manajemen risiko.

Permasalahan mulai timbul ketika aset yang diharapkan mampu memberikan manfaat ekonomik di masa mendatang justru mengalami penurunan nilai sehingga menyebabkan kerugian bagi entitas pemilik aset. Kerugian penurunan nilai aset terjadi ketika nilai aset yang entitas catat dalam laporan keuangan lebih tinggi daripada nilai pemulihan aset tersebut. Terdapat berbagai hal yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan nilai sebuah aset, baik disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor-faktor eksternal yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan nilai sebuah aset adalah terjadinya perubahan signifikan nilai pasar, perubahan signifikan teknologi, ekonomi, dan lingkup hukum. Sedangkan faktor-faktor internal yang dapat menyebabkan terjadinya kerugian penurunan nilai adalah terjadinya keusangan atau kerusakan fisik aset, perubahan signifikan atas penggunaan, penghentian dan masa manfaat

(4)

4 aset, serta terdapatnya bukti internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk dari yang diharapkan. Aset yang mengalami penurunan nilai harus disesuaikan dan dampak penyesuaian tersebut akan diakui sebagai kerugian dalam laporan laba rugi.

Martani (2012:2) menyatakan, “Penurunan nilai didasarkan pada prinsip konservatisme dan kehati-hatian. Aset tidak boleh dicatat overstated, dari nilai dapat diperoleh kembali”. Sesuai definisi aset adalah manfaat ekonomi yang di masa depan yang diharapkan akan mengalir dalam suatu entitas. Aset harus disajikan sebesar nilai yang mencerminkan manfaat ekonomi yang akan diperoleh di masa depan. Saat nilai yang akan diperoleh di masa depan lebih rendah dari nilai tercatat, maka aset tersebut harus diturunkan.

Kontrol entitas terhadap penurunan nilai aset akan membuat nilai aset entitas mampu mencerminkan manfaat ekonomi yang sebenarnya di masa mendatang. Entitas perlu memperhatikan konsep konservatif, kehati-hatian, relevansi informasi terkait penurunan nilai aset, serta menganalisa berbagai efek internal maupun eksternal yang ditimbulkan akibat terjadinya penurunan nilai aset tersebut.

Penyajian aset secara jujur (representational faithfulness) dalam laporan keuangan menjadi elemen penting dalam pengambilan keputusan oleh para pihak pengguna dalam mendefinisikan laporan keuangan, khususnya ketika terjadi penurunan nilai aset yang material bagi perusahaan. Kesalahan penyajian aset menyebabkan banyak elemen laporan keuangan lain yang ikut terpengaruh karena terjadinya kesalahan tersebut, baik pada elemen neraca maupun laporan laba rugi, sehingga analisis fundamental perusahaan akan menjadi kurang tepat. Beban yang timbul sebagai akibat terjadinya penurunan nilai aset dicatat pada laporan laba rugi entitas sehingga mengurangi tingkat profitabilitas entitas tersebut. Apabila entitas memilih untuk tidak melakukan pencatatan kerugian penurunan nilai aset, maka nilai aset yang tercatat tidak mencerminkan kondisi sebenarnya serta terdapat kemungkinan entitas justru harus mengalami kerugian penurunan nilai yang lebih besar pada periode berikutnya.

Perkembangan teknologi dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan nilai aset. Perusahaan yang telah

(5)

5 menginvestasikan dananya pada aset tertentu, dapat mengalami kerugian penurunan nilai aset apabila ditemukan teknologi baru yang menyebabkan nilai aset lama tersebut menjadi turun, atau bahkan tidak bernilai lagi. Hal ini banyak dialami oleh perusahaan yang berada di sektor teknologi informasi, di mana aset menjadi infrastruktur utama sebagai penggerak roda bisnisnya dengan dana investasi yang cukup besar. Apabila kemudian ditemukan teknologi yang baru dapat menyebabkan aset lama menjadi tidak bermanfaat lagi, entitas harus mencatat kerugian penurunan nilai aset lama akibat hal tersebut.

Konsep penurunan nilai aset telah mulai mendapat perhatian dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan ditetapkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 48 tentang Penurunan Nilai Aset yang disahkan pada tanggal 15 Juli 1998 untuk berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2000. Pada perkembangannya PSAK 48 ini mengalami beberapa kali penyesuaian untuk mengadopsi perlakuan International Accounting Standar (IAS) Nomor 36 tentang Impairment of Assets. PSAK 48 terakhir direvisi pada tanggal 29 April 2014 untuk berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2015. Tujuan utama ditetapkannya PSAK 48 adalah untuk menetapkan prosedur yang diterapkan entitas agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkannya. Suatu aset dikatakan melebihi jumlah terpulihkan jika jumlah tercatat aset melebihi jumlah yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Pada kasus demikian, aset mengalami penurunan nilai dan disyaratkan entitas untuk mengakui rugi penurunan nilai. PSAK 48 juga bertujuan menentukan kapan entitas dapat membalik rugi penurunan nilai dan menetapkan pengungkapan terkait rugi penurunan nilai tersebut.

Martani (2012:2) menyatakan, “Setiap entitas pada akhir periode pelaporan harus melakukan review apakah aset yang dimilikinya mengalami penurunan nilai”. Sebelum penurunan nilai dilakukan, entitas menguji ada tidaknya indikasi penurunan nilai. Jika tidak ada indikasi, maka pencatatan kerugian penurunan nilai aset tidak perlu dilakukan. Sebaliknya jika terdapat indikasi, entitas diwajibkan menghitung nilai terpulihkan dengan membandingkan mana yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan dan nilai pakai. Kerugian akan diakui sebesar selisih nilai tercatat

(6)

6 dengan nilai terpulihkan. Dalam praktik, perusahaan cenderung menghindari melakukan penurunan nilai karena dampak penurunan nilai akan mengurangi laba dan memperkecil nilai aset entitas. Entitas juga sulit untuk menentukan nilai terpulihkan. Dalam menentukan nilai pakai banyak menggunakan nilai estimasi dan asumsi yang dipengaruhi oleh subyektivitas manajemen.

Dalam menilai apakah terdapat indikasi aset mengalami penurunan nilai, PSAK 48 paragraf 12 menyebutkan bahwa entitas wajib mempertimbangkan informasi dari sumber-sumber eksternal, misalnya apakah terdapat indikasi yang dapat diobservasi bahwa nilai aset telah turun secara signifikan selama periode tersebut lebih dari yang diperkirakan sebagai akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian normal; perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi, atau lingkup hukum tempat aset dikaryakan, yang berdampak merugikan entitas; telah terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat; suku bunga pasar atau tingkat imbal hasil pasar lain atas investasi telah meningkat selama periode tersebut; jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya. Selain faktor eksternal, entitas juga wajib mempertimbangkan informasi dari sumber-sumber internal, misalnya apakah terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset; telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang berdampak merugikan; serta terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomik aset lebih buruk, atau akan lebih buruk dari yang diperkirakan. Entitas yang mengalami penurunan nilai aset, akan mengakui penurunan nilai tersebut sebesar selisih nilai tercatat dengan nilai pakai. Aset tersebut kemudian akan disesuaikan atau diturunkan nilainya sebesar nilai pakai. Kerugian penurunan nilai disajikan dalam laporan laba rugi periode berjalan. Entitas wajib mengungkapkan aset yang mengalami penurunan nilai dalam catatan atas laporan keuangan.

Sooriyakumaran (2014:2) menyatakan, “The effect of impairment of assets on firms capital structure is being introduced theoretically and tested empirically”. Kerugian penurunan nilai aset menyebabkan entitas harus mencatat beban kerugian penurunan nilai aset sehingga mempengaruhi laporan laba rugi dan neraca entitas, menurunkan laba dan nilai aset, dan pada akhirnya

(7)

7 berpengaruh pula terhadap kemampuan entitas untuk mendapatkan pinjaman dana. Dari sisi eksternal, para investor juga akan menaruh perhatian besar dalam melakukan analisis investasi terhadap entitas yang mengalami kerugian penurunan nilai aset. Penelitian yang dilakukan Strong dan Mayer (1987) dalam Yang (2014:3) tentang pengaruh pengumuman kerugian penurunan nilai aset menunjukkan bahwa harga saham akan turun ketika entitas mengumumkan mengalami kerugian penurunan nilai aset dalam laporan keuangannya. Bartov (1998) dalam Yang (2014:2) melakukan penelitian dampak jangka panjang dan jangka pendek nilai pasar terhadap perusahaan yang melaporkan kerugian penurunan nilai aset. Penelitian ini menunjukkan pasar nilai pasar lebih negatif pada tahun di mana kerugian penurunan nilai diumumkan ke pasar. Penelitian ini juga menyimpulkan arti penting perusahaan melaporkan penurunan nilai aset karena akan menunjukkan nilai aset yang sebenarnya.

Penulis mencoba mengamati beberapa perusahaan di Indonesia terkait fenomena kerugian penurunan nilai menggunakan variabel penelitian yang digunakan oleh Sooriyakumaran (2014), tentang bagaimana pengaruh kerugian penurunan nilai terhadap profitabilitas dan struktur modal. Dari pengamatan terhadap tiga perusahaan yaitu PT. Telkom, Medco Energy, dan Garuda Indonesia menggunakan analisis rasio model penelitian Sooriyakumaran (2014), menunjukkan rasio profitabilitas yang menurun ketika perusahaan mengalami kerugian penurunan nilai, sedangkan rasio long term debt per total equity dan long term debt per total asset cenderung meningkat.

(8)

8 Tabel 1.1 Impairment Loss PT. Telkom

PT. Telkom 2011 2012 2013 2014 Impairment Rp 563 M Rp 247 Rp 596 Rp 805 OPR 29.27 31.41 32.72 31.38 NPM 21.73 23.84 24.59 23.94 ROE 25.39 27.45 26.35 24.93 ROA 18.93 22.05 21.50 20.04 LTD/TE 32.61 30.28 28.53 26.69 LTE/TA 19.29 18.21 17.26 16.31

Sumber : Pengolahan data laporan keuangan Tabel 1.2 Impairment Loss PT. Medco Energy

Medco 2011 2012 2013 2014 Impairment $ 4.712.923 $ 9.128.182 $ 27.175.300 $ 16.428.117 OPR 26.13 21.81 21.67 14.12 NPM 11.75 2.08 1.80 1.18 ROE 11.07 2.24 1.78 1.00 ROA 7.42 1.25 0.93 0.46 LTD/TE 105.87 163.71 136.59 148.00 LTD/TA 35.36 51.98 48.38 49.21

Sumber : Pengolahan data laporan keuangan Tabel 1.3 Impairment Loss PT. Garuda Indonesia

Garuda 2011 2012 2013 2014 Impairment $ 13.855.546 $ 10.371.034 $ 10.649.525 $ 68.064.606 OPR 3.1 4.4 0.36 -11.6 NPM 2.1 3.2 0.36 -9.4 ROE 6.6 9.9 1.21 -41.9 ROA 4.7 5.9 0.63 -16.0 LTD/TE 53.2 58.2 77.09 115.3 LTD/TA 24.2 25.8 29.00 32.6

(9)

9 Harahap (2008:126-129) menyatakan, beberapa karakteristik laporan keuangan berdasarkan PSAK adalah :

1. Dapat dipahami 2. Relevan

3. Materialitas 4. Keandalan 5. Penyajian jujur

6. Substansi mengungguli bentuk 7. Netralitas

8. Pertimbangan sehat 9. Kelengkapan

Realibility and Relevance adalah dua kunci utama karakteristik kualitatif dari pelaporan keuangan. Untuk itu, pelaporan keuangan harus mampu menyajikan informasi nyata tentang posisi keuangan, laba atau rugi dari kegiatan operasional, perubahan modal, serta arus kas sebuah entitas. Berbagai peristiwa dapat terjadi selama satu periode pelaporan keuangan, misalnya nilai pasar aset yang turun secara signifikan, kerusakan fisik aset sehingga tidak dapat digunakan secara maksimal, terjadinya keusangan aset, atau berbagai hal yang dapat menyebabkan penurunan nilai aset suatu entitas. Beban yang timbul akibat kerugian penurunan nilai aset perlu disajikan dalam laporan keuangan sehingga nilai aset akan tersaji pada nilai yang sebenarnya meskipun akan mempengaruhi tingkat profitabilitas dan struktur modal entitas tersebut. PSAK 48 paragraf 9 menyatakan bahwa pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai apakah terdapat indikasi aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa setiap elemen dalam laporan keuangan harus disajikan secara wajar, sehingga perlu dilakukan identifikasi pada setiap akhir periode pelaporan apakah terdapat indikasi penurunan nilai atas aset yang dimiliki perusahaan.

Situasi yang melatarbelakangi penelitian ini adalah semakin banyaknya entitas yang mengalami kerugian penurunan nilai aset khususnya sebagai dampak terjadinya krisis ekonomi global dan pesatnya perkembangan teknologi

(10)

10 baru yang menyebabkan nilai aset menjadi cepat usang. Dampak terjadinya kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar perusahaan yang mengalami kerugian penurunan nilai aset merupakan hal yang layak untuk dianalisis.

1.3 Perumusan Masalah

Kerugian penurunan nilai aset dapat dialami oleh setiap entitas ketika nilai yang tercatat dalam laporan keuangan melebihi nilai yang dapat dipulihkan. PSAK 48 tentang Kerugian Penurunan Nilai Aset menjelaskan bahwa aset yang mengalami penurunan nilai harus disesuaikan dan dampak penyesuaian tersebut harus diakui sebagai beban kerugian penurunan nilai aset dalam laporan laba rugi. Semua aset yang dimiliki oleh entitas memiliki potensi untuk mengalami penurunan nilai. Untuk itu terkadang entitas membentuk provisi atau penyisihan kerugian penurunan nilai meskipun akan mempengaruhi profitabilitas dan struktur modal entitas tersebut. Investor juga akan menaruh perhatian kepada kondisi entitas yang mengalami kerugian penurunan nilai aset. Menurut Zucca dan Campbell (1992) dalam Yang (2014:2), sebagian investor berpendapat bahwa perusahaan yang mencatat kerugian penurunan nilai asetnya dalam periode tertentu justru akan terhindar dari potensi kerugian penurunan nilai aset yang lebih besar di masa mendatang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar perusahaan go public di Indonesia telah mendapat perhatian besar di kalangan akademisi maupun praktisi yang ditunjukkan dengan beberapa studi terdahulu yang membahas hal ini. Dari hasil pencarian literatur di Indonesia, belum ditemukan penelitian terpublikasi di Indonesia mengenai analisis kerugian penurunan nilai aset dan dampaknya terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar.

Dengan demikian perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas

yang diukur dengan rasio Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Asset, dan Return On Equity perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

(11)

11 2. Bagaimana dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap struktur modal yang diukur dengan rasio Long Term Debt per Total Equity dan Long Term Debt per Total Asset perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Bagaimana dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap nilai pasar

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kerugian penurunan nilai aset dan dampaknya terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga dapat digunakan untuk pengembangan keilmuan tentang faktor yang dapat berdampak terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar perusahaan yaitu dalam hal ini kerugian penurunan nilai aset.

Analisis dilakukan untuk keseluruhan sektor industri berdasarkan pengelompokan sektor industri perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia oleh Jakarta Stock Exchange Industrial Classification (JASICA) sehingga diharapkan mampu mengindentifikasi secara detail bagaimana dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar untuk setiap sektor industri. Analisis pengamatan menggunakan data emiten seluruh sektor yang mengalami kerugian penurunan nilai aset sepanjang periode 2011 sampai dengan 2014. Dari analisis tersebut diharapkan akan dapat dilihat apakah semua sektor mengalami kerugian penurunan nilai dan berdampak terhadap profitabilitas, struktur modal dan nilai pasar.

Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Mengetahui dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap struktur modal perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Mengetahui dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap nilai pasar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(12)

12 1.5 Kegunaan Penelitian

Manfaat dari dilaksanakannya penelitian ini adalah : 1. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat digunakan untuk:

a) Mengidentifikasi potensi dan pengaruh yang terjadi akibat terjadinya kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar yang terjadi.

b) Perusahaan kemudian dapat melakukan pemetaan strategi apabila terjadi indikasi penurunan nilai aset sehingga perusahaan menjadi lebih siap dalam menghadapi berbagai issue seputar penurunan nilai aset yang disebabkan baik dari faktor internal maupun eksternal.

c) Perusahaan akan dituntut lebih jeli dalam melakukan investasi pada asetnya untuk dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin sekaligus melakukan mitigasi, misalnya dengan membentuk provisi penurunan nilai aset sebagai upaya mengurangi resiko terjadinya penurunan nilai aset yang menyebabkan timbulnya beban atas penurunan nilai aset tersebut.

2. Bagi akademis, penelitian ini dapat digunakan untuk :

a) Mengidentifikasi faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar yang selama ini kurang mendapat perhatian untuk diteliti, dalam hal ini adalah terjadinya penurunan nilai aset.

b) Penelitian tentang efek dan pengaruh yang ditimbulkan akibat terjadinya kerugian penurunan nilai aset masih sangat jarang di Indonesia, dengan penelitian ini diharapkan dapat memunculkan berbagai inovasi dan langkah pencegahan atas terjadinya penurunan nilai aset.

(13)

13 1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyusunan thesis ini meliputi : Bab I Pendahulan

Bagian ini menjelaskan tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bagian ini menguraikan hasil kajian kepustakaan dari berbagai literatur yang berkaitan dengan penelitian. Dasar-dasar teori yang menunjang penelitian bersumber dari buku referensi, jurnal penelitian, thesis, dan disertasi yang dapat dipercaya.

Bab III Metode Penelitian

Bagian ini berisikan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab dan menjelaskan permasalahan penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bagian ini menguraikan proses data dan analisis hasil pengolahan tersebut dengan metoda yang telah ditetapkan sebelumnya.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bagian ini berisi kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan dan merumuskan rekomendasi sesuai hasil penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua memiliki peran yang besar dalam membentuk perilaku prososial remaja sehingga apabila orang tua

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Dalam melakukan perilaku menggosok gigi adalah dengan memecah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam sebuah task analysis. Berikut ini merupakan task analysis

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber antara lain dari Bank Sentral Nigeria, Kantor Federal Statistik dan Organisasi Perdagangan Pangan dan