1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
1.1.1 PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero)
PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan pemerintah Indonesia untuk mengelola Kawasan Industri terpadu berstatus Berikat yang berfungsi sebagai Kawasan Proses Ekspor (Export Processing Zone – EPZ) maupun industri umum lainnya tanpa tujuan ekspor.
PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) didirikan berdasarkan PP No. 23 Tahun 1986 yang merupakan hasil penggabungan antara PT Bonded Warehouse Indonesia dan PT Sasana Bhanda. Pada tahun 1990 melalui PP No. 31 Tahun 1990 pemerintah melikuidasi PT (Persero) Pusat Perkayuan Marunda yang digabungkan dengan PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) dan tahun 1994 melalui PP No. 38 Tahun 1994 menerima hasil likuidasi PT (Persero) Pengelola Kawasan Berikat Indonesia (PKBI) ke dalam PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero). Sejak saat itu pemegang saham PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) terdiri dari pemerintah pusat (88,7%) dan pemerintah daerah provinsi DKI Jakarta (11,3 %).
Usaha pokok PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) adalah mengelola kawasan industri terpadu berstatus berikat yang berfungsi sebagai kawasan proses ekspor Export Processing Zone (EPZ), non-berikat, dan jasa pelayanan logistik yang meliputi usaha angkutan, mekanik dan dokumen (forwarding), serta pergudangan (warehousing). Pengertian kawasan berikat adalah wilayah tertentu di dalam daerah pabean Indonesia yang merupakan salah satu prasarana penunjang pengembangan ekonomi dengan menggunakan lokasi tersebut untuk meningkatkan industri pengolahan berorientasi ekspor yang mendapat insentif khusus yaitu pembebasan bea masuk dan pungutan negara lainnya.
PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) menyediakan tiga lokasi kawasan industri yang paling strategis di Jakarta, jantung Indonesia, untuk investasi, usaha manufaktur dan logistik yang sangat dekat dengan akses tol lingkar luar (JOR) untuk menuju pelabuhan laut maupun
2
pelabuhan udara. Ketiga lokasi strategis tersebut adalah Kawasan Cakung seluas 176,7 hekto are, Kawasan Marunda seluas 413,8 hekto are dan Kawasan Tanjung Priok seluas 8 hekto are.
PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) menyediakan properti siap pakai berupa penyewaan tanah dan penyewaan gudang pabrik standar serta jasa pelayanan sistem logistik total (TLS) berupa pelayanan terpadu untuk pergudangan berikat dan pergudangan umum, penyediaan depo kontainer, serta pelayanan freight forwarding. Semuanya disediakan dengan penawaran tarif yang menarik untuk kemajuan usaha.
1.1.2 Visi, Misi, dan Logo dari PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) a. Visi Kawasan Berikat Nusantara (Persero)
Menjadi kawasan industri dengan layanan jasa properti dan logistik yang ramah lingkungan, pilihan utama, dan terpercaya.
b. Misi Kawasan Berikat Nusantara (Persero)
Menunjang program Pemerintah dalam penyelenggaraan kawasan industri dengan layanan jasa properti dan logistik yang ramah lingkungan, mengutamakan peningkatan ekspor non migas, serta beriklim usaha kondusif, sehingga para pengusaha dapat beroperasi secara efisien serta mampu menghimpun laba agar dapat membiayai pengembangan dan memberikan imbalan yang layak kepada pihak terkait (stakeholder).
Gambar 1.1
Logo PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) (Sumber: PT Kawasan Berikat Nusantara)
3 1.2 Latar Belakang Penelitian
Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang membangun sistem perekonomian negara agar stabil sehingga mampu mencapai tingkat kemakmuran untuk rakyatnya. Pada awal orde baru Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Tetapi pada saat terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997, perekonomian Indonesia mengalami penurunan yang drastis. Sejak saat itu keadaan ekonomi Indonesia menjadi tidak menentu. Pada tahun 2008 krisis ekonomi menerpa dunia. Krisis keuangan yang berawal dari Amerika Serikat ini akhirnya merambat ke negara-negara lainnya termasuk Indonesia. International Monetary Fund (IMF) memperkirakan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,9% pada tahun 2008 menjadi 2,2% pada tahun 2009.
Keadaan ekonomi yang merosot tajam akan mendasari pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan. Beberapa kebijakan yang diambil pemerintah untuk mencapai kondisi ekonomi yang stabil di antaranya adalah kebijakan ekonomi makro yang meliputi kebijakan moneter dan fiskal. Kebijakan moneter harus tetap berhati-hati dengan melihat perkembangan dunia secara lebih detail. Walaupun telah mengadopsi kerangka kebijakan moneter dengan target inflasi (Inflation Targeting Framework), penentuan kebijakan moneter dengan tujuan inflasi rendah dan stabilitas ekonomi makro sebaiknya juga memberikan bobot yang lebih besar terhadap stabilitas pasar keuangan, baik global maupun domestik. Upaya-upaya di sisi fiskal yang bersifat stimulus sebaiknya diarahkan untuk memperbaiki kondisi infrastruktur, mendorong industri yang menjadi daya saing daerah berdaya serap tenaga kerja tinggi, mempertahankan daya beli masyarakat serta mengentaskan kemiskinan. Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar akan memicu terjadinya inflasi, meningkatnya inflasi secara relatif adalah signal negatif bagi para investor, inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya profitabilitas perusahaan karena peningkatan harga yang terus menerus tersebut akan berimbas pada daya beli masyarakat yang nantinya memengaruhi permintaan. Profitabilitas perusahaan yang terus menurun karena permintaan juga terus berkurang, banyak perusahaan yang mengalami gulung tikar karena krisis ekonomi tersebut.
Teguh (2013) menyebutkan bahwa profitabilitas perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kinerja perusahaan merupakan analisis internal yang dilihat oleh investor untuk menentukan keputusan berinvestasi. Faktor fundamental yang dianalisis dari kinerja perusahaan yaitu bagaimana perusahaan menghasilkan laba atau profit serta pendanaan terhadap aset tersebut. Ketatnya persaingan dan biaya produksi yang tinggi mengharuskan
4
perusahaan lebih efisien dalam mengelola sumber daya agar mampu meningkatkan daya saing. Peningkatan produktivitas aset akan menekan kebutuhan aset sekaligus meningkat profitabilitas perusahaan. Kebutuhan aset perusahaan tidak semuanya dapat dipenuhi oleh pemilik perusahaan sehingga membuat perusahaan menggunakan dana dari pihak eksternal. Ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola utangnya untuk menghasilkan penjualan yang tinggi hanya akan menyebabkan biaya utang yang tinggi, sehingga berdampak pada penurunan profitabilitas. Pengelolaan sumber daya yang efisien dapat dilihat dari kemampuan perusahaan menghasilkan profit dengan sumber daya yang digunakan atau disebut profitabilitas. Profitabilitas merupakan faktor yang sangat penting agar perusahaan dapat berkembang. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi menunjukkan kemampuannya untuk menambah aset yang dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya, sedangkan perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah akan sulit bertahan. Profitabilitas perusahaan tersebut dapat diukur menggunakan rasio profitabilitas untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas manajemen dalam mengelola perusahaannya. Efektivitas manajemen meliputi kegiatan fungsional manajemen, seperti keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, dan operasional. sejalan dengan itu, rasio-rasio profitabilitas itu akan menunjukkan hasil akhir dan sejumlah kebijaksanaan dan keputusan manajemen.
Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalarn memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, aset, maupun terhadap modal sendiri. Dengan demikian, rasio profitabilitas akan mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan dalam keuntungan atau laba yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas salah satunya adalah Return on Assets (ROA). ROA penting bagi perusahaan karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total aset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, kerena tingkat pengembalian (return) semakin besar (Husnan, 1998).
Sementara itu faktor eksternal yang mempengaruhi profitabilitas meliputi kondisi makro ekonomi dan kebijakan pemerintah. Kondisi makro ekonomi di antaranya adalah inflasi dan kurs mata uang. Inflasi berpengaruh terhadap biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan.
5
Depresiasi kurs akan berdampak pada pendapatan perusahaan yang diperoleh dari investor asing menjadi berkurang karena nilai rupiah menurun.
Secara eksternal kondisi ekonomi makro oleh investor digunakan untuk menganalisis stabilitas perusahaan, untuk mencapai kondisi ekonomi yang stabil perlu didukung kebijakan struktural yang kokoh seperti perbaikan iklim investasi (termasuk di dalamnya pembangunan infrastruktur), upaya peningkatan daya saing dan produktivitas serta perbaikan kualitas sumber daya manusia. Kondisi-kondisi tersebut merupakan kunci mengatasi keterbatasan sisi penawaran dan meningkatkan aliran masuk investasi global dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas. Seiring meningkatnya investasi tersebut, ekonomi diharapkan akan tumbuh lebih tinggi dan berkualitas, sedangkan inflasi akan menurun. Daya beli riil masyarakat juga akan meningkat, sehingga konsumsi diperkirakan tetap tumbuh tinggi. Sementara itu, kondisi eksternal yang masih kondusif, yang tercermin dari masih tingginya volume perdagangan dunia dan aliran investor global ke Indonesia terus meningkat sehingga neraca pembayaran tetap mantap dan nilai tukar masih dapat cenderung stabil.
Wibowo dan Syaichu (2013) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa, dampak inflasi yang masih pada taraf lima persen tidak mempengaruhi ROA. Hasil yang sama juga dinyatakan oleh Masood dan Ashraf (2012) bahwa inflasi memiliki kontribusi yang tidak signifikan terhadap ROA. Sedangkan menurut hasil penelitian Demir (2007), ketidakpastian makro ekonomi yang diukur dengan nilai tukar dan inflasi memiliki pengaruh negatif secara signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Dwijayanthy dan Naomi (2009) menyatakan bahwa inflasi dan nilai tukar berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perusahaan, karena dengan kenaikan inflasi beban operasional perusahan akan bertambah seiring dengan kenaikan harga, sedangkan depresiasi dan apresiasi nilai tukar berdampak pada pendapatan valas perusahaan yang akibatnya akan berpengaruh pada profitabilitas.
Berikut ini adalah gambaran perubahan kondisi makro ekonomi Indonesia sejak terjadinya krisis tahun 2008 sampai tahun 2012 yang dilihat berdasarkan pergerakan inflasi dan nilai tukar rupiah.
6 Gambar 1.2
Pergerakan Inflasi pada Tahun 2008 sampai 2012 Sumber : www.bi.go.id (data diolah)
Dari grafik pergerakan inflasi yang tercermin dalam gambar 1.2, dapat diketahui bahwa inflasi di Indonesia pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terus mengalami fluktuasi dari sehingga mengakibatkan ketidakstabilan kondisi perekonomian. Inflasi tertinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 10 persen dipicu dari sisi penawaran, antara lain akibat naiknya harga minyak dunia, sehingga bahan bakar minyak di dalam negeri juga ikut naik. Selain itu harga komoditas impor atau pangan dunia juga naik sehingga menyebabkan harga pokok produksi mengalami kenaikan. Di sisi lain listrik dan gas yang langka memicu kenaikan biaya produksi. Sedangkan inflasi terendah terjadi pada tahun 2012 sebesar 4,28 persen karena sepanjang tahun 2012 tidak terjadi kenaikan bahan bakar minyak. Padahal menurut Fahmi (2011:199) kondisi inflasi yang stabil akan membawa peluang pada perusahaan untuk memperoleh profitabilitas sesuai dengan target dalam rencana bisnis sehingga memungkinkan perusahaan untuk mengalokasikan sebagian keuntungan untuk melakukan ekspansi dan membangun kontrak bisnis dengan perusahaan lainnya. Ketidakstabilan inflasi sebagaimana yang dikutip dari Kompas.com (diakses tanggal 9 November 2013) apabila inflasi tidak stabil maka ekspor Indonesia akan terpengaruh, industri dalam negeri akan meradang, yang pada ujungnya akan meningkatkan angka pengangguran. Jika permintaan luar negeri berkurang, industri akan melakukan penyesuaian, antara lain mengurangi produksi. Semakin tinggi laju inflasi, maka semakin rendah kesejahteraan masyarakat karena nilai setiap sen uang yang dipegang orang terus menurun. Daya beli akan terus menurun dan aliran pendapatan perusahaan berkurang, sehingga profitabilitas menurun.
10
4,9 5,13 5,38 4,28
2008 2009 2010 2011 2012
Grafik Pergerakan Inflasi Tahun 2008 sampai 2012
Inflasi (%)
7 Gambar 1.3
Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar US pada Tahun 2008 sampai 2012 Sumber : www.bi.go.id (data diolah)
Sedangkan dari grafik pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar US yang tercermin pada gambar 1.3 dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar US mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009 nilai tukar rupiah mencapai tertinggi selama periode 2008-2012. Hal ini disebabkan oleh serangan Amerika Serikat ke Suriah. Sebagaimana yang dikutip dari kompas.com (diakses tanggal 17 Februari 2014) bahwa rencana serangan Amerika ke Suriah menjadi biang keladi pelemahan rupiah. Para pelaku pasar khawatir, jika benar-benar terjadi serangan ke Suriah akan membuat harga minyak mentah terbang semakin tinggi. Sehingga berdampak pada defisit neraca perdagangan, neraca berjalan, maupun anggaran Indonesia. Di dalam negeri, kekhawatiran itu membuat pasokan dolar semakin tipis. Selain itu penguatan rupiah akan berdampak bagi perekonomian adalah turunnya inflasi karena turunnya harga barang-barang impor dan akan mendorong peningkatan konsumsi dan investasi yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Seperti yang dikutip dari www.ekonomi.kompasiana.com (diakses tanggal 9 November 2013) bagi dunia bisnis, kestabilan kurs nilai tukar ini sangat penting. Jika kurs mata uang lokal menguat atau melemah terlalu tajam, dampaknya sangat tidak menguntungkan karena sebuah negara perlu memiliki mata uang yang relatif stabil untuk menarik modal investasi dari investor asing. Jika tidak, prospek pertukaran kerugian yang diakibatkan oleh depresiasi mata uang dapat menghalangi investor luar negeri.
Sebagai salah satu pelaku ekonomi, BUMN sangat dipengaruhi oleh kondisi moneter dalam negeri, terutama kestabilan nilai tukar rupiah. Pengaruh tersebut akan semain besar bagi BUMN yang banyak melakukan transaksi mata uang asing. Untuk meminimalisasi pengaruh dari
9679,55 10398,35 9084,55 8779,49 9380,39 7000 8000 9000 10000 11000 2008 2009 2010 2011 2012
Grafik Pergerakan Kurs (rupiah)
Grafik Fluktuasi Kurs (rupiah) Tahun N ilai ru p iah (Rp)
8
fluktuasi nilai tukar rupiah, BUMN dituntut untuk mengoptimalkan penggunaan produk dalam negeri, dan menjaga agar tidak berlebihan dalam melakukan transaksi yang melibatkan mata uang asing. Salah satu sektor usaha BUMN tersebut adalah Kawasan Industri.
Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. BUMN kawasan industri memiliki kegiatan utama mengelola bangunan dan lahan untuk industri milik pemerintah.
Salah satu perusahaan di dalam sektor usaha kawasan industri berdiri sebagai Export Processing Zone (EPZ) atau Bonded zone. Dalam bahasa Indonesia kawasan ini disebut sebagai Kawasan Berikat dan lain-lain. Istilah yang menunjuk kepada suatu area khusus yang mana barang-barang impor yang masuk ke area tersebut tidak dianggap sebagai impor, tidak dikenakan bea, sampai barang tersebut diekspor kembali, atau di masukkan ke dalam negara tempat itu berada dengan membayar sejumlah bea sebagaimana barang impor lainnya. PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) merupakan sebuah BUMN yang didirikan dengan mengemban dua misi dari pemerintah, sebagai institusi pencari laba dan sebagai agen pembangunan yang mengemban misi untuk menopang perekonomian pemerintah dengan menyelenggarakan suatu kawasan industri yang berstatus berikat di Indonesia. Dari pengertian tersebut kegiatan usaha utama PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) adalah melakukan penyewaan Standard Factory Building (SFB) kepada investor, ditopang bisnis lain berupa Jasa Forwarding dan Jasa Warehousing (Pergudangan). Bisnis PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) dalam menyewakan gedung atau bangunan sebagai tempat industri yang bertujuan ekspor telah menampung kurang lebih 147 perusahaan dari berbagai negara untuk melakukan proses produksi.
9 Gambar 1.4
Profitabilitas PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) Tahun 2008 sampai 2012 Sumber: PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero)
Dari grafik pergerakan profitabilitas PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) pada gambar 1.2 dapat dilihat bahwa ROA perusahaan terus mengalami naik turun. Kenaikan ROA di tahun 2008 ke tahun 2009 sebesar 1,38 persen disebabkan langkah efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan yang tidak lagi bergantung sepenuhnya kepada sektor properti yang selama ini menjadi andalan pendapatan perusahaan. Pengembangan usaha pada sektor non properti seperti Strategic Business Unit (SBU) yang dibentuk oleh manajemen ternyata memberikan andil dalam meningkatkan laba perusahaan, dimana unit–unit yang semula adalah cost center berubah menjadi profit center bagi perusahaan. Sedangkan ROA terendah yang dicapai PT Kawasan Berikat Nusantara selama tahun 2008-2012 terjadi di tahun 2012 yaitu sebesar 10,44 persen, hal ini dikarenakan beberapa beberapa lahan milik perusahaan mengalami kerugian akibat dari proyek Banjir Kanal Timur (BKT).
Di tengah ketidakstabilan kondisi perekonomian yang melanda karena inflasi dan nilai tukar mata uang akibat adanya krisis PT Kawasan Berikat Nusantara berusaha untuk menstabilkan dan meningkatkan kinerja keuangannya, khususnya dari sisi kemampuan menghasilkan laba agar mampu menarik investor untuk berinvestasi sebagai penyewa bangunan dan lahan untuk kegiatan produksi sehingga mampu mendukung pemerintah dalam membangun perekonomian Indonesia ke arah lebih baik.
PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) sebagai perusahaan yang bergerak di bidang properti khususnya sebagai penyedia bangunan pabrik untuk disewakan dan jasa logistik ekspor
15,26 16,64 13,73 14,12
10,44
2008 2009 2010 2011 2012
Grafik ROA PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) Tahun 2008-2012
ROA (%)
10
impor, tingkat inflasi dan fluktuasi nilai tukar mata uang menjadi beberapa faktor yang akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang mampu dihasilkan oleh perusahaan. Sehingga dari penjabaran tersebut penulis mengambil judul untuk penelitian ini yaitu “PENGARUH INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN STUDI PADA PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO) PERIODE 2008-2012”.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, secara umum permasalahan dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kondisi Inflasi Indonesia pada tahun 2008 sampai 2012 ?
2. Bagaimana kondisi Nilai Tukar Rupiah di Indonesia pada tahun 2008 sampai 2012 ? 3. Bagaimana kondisi Return on Assets PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) pada tahun
2008 sampai 2012 ?
4. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap profitabilitas perusahaan dan seberapa besar pengaruhnya secara parsial ?
5. Bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah terhadap profitabilitas perusahaan dan seberapa besar pengaruhnya secara parsial ?
6. Bagaimana pengaruh inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap profitabilitas perusahaan dan seberapa besar pengaruhnya secara simultan ?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kondisi Inflasi di Indonesia pada tahun 2008 sampai 2012. 2. Mengetahui kondisi Nilai Tukar Rupiah di Indonesia pada tahun 2008-2012
3. Mengetahui kondisi Return on Assets PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) pada tahun 2008 sampai 2012.
4. Mengetahui pengaruh inflasi terhadap profitabilitas perusahaan dan besarnya pengaruh secara parsial.
5. Mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah terhadap profitabilitas perusahaan dan besarnya pengaruh secara parsial.
11
6. Mengetahui pengaruh inflasi dan nilai tukar terhadap profitabilitas perusahaan dan besarnya pengaruh secara simultan.
1.5 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dipergunakan sebagai: 1. Secara Teoritis
Sebagai upaya untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang manajemen keuangan serta menganalisis teori dengan prakteknya di lapangan, yaitu tentang tingkat profitabilitas perusahaan. Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
Bagi Peneliti
Diharapkan dapat digunakan untuk menerapkan maupun membandingkan berbagai teori dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah diterima selama duduk di bangku kuliah ke dalam praktek yang sesungguhnya, khususnya di bidang manajemen keuangan.
Bagi Akademik
Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi untuk memperluas ilmu pengetahuan, serta dapat digunakan sebagai acuan dan referensi bahan pertimbangan bagi peneliti-peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa di masa yang akan datang.
2. Secara Praktis
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat memberi masukan, gambaran/informasi, acuan, dan referensi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan atau bahan masukan untuk melakukan kebijakan dan strategi keuangan yang berkaitan dengan pengaruh inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap profitabilitas perusahaan.
12 1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran penulisan dalam penelitian ini, berikut ini merupakan sistematika penulisan yang berisi informasi umum yang akan dibahas di setiap babnya.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pengantar menuju penelitian yang berisi gambaran singkat mengenai isi skripsi yang menyangkut latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Merupakan tinjauan yang memuat konsep teori sebagai penguat dalam skripsi ini. Dalam bab ini juga akan dibahas mengenai penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis yang digunakan.
BAB III METODE PENELITIAN
Merupakan metode penelitian yang terdiri dari variabel penelitian dan definisi operasionalnya, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis data.
BAB IV HASIL DAN ANALISIS
Merupakan hasil pembahasan berisi inti dari penulisan skripsi, gambaran umum obyek penelitian serta analisis data dan interpretasi hasilnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab penutup, yang berisikan tentang kesimpulan, implikasi manajerial, saran, keterbatasan penelitian, dan agenda penelitian mendatang yang diberikan peneliti setelah melakukan analisis pembahasan.