BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan dimana aktivitas utamanya melakukan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi atau barang setengah jadi, untuk kemudian langsung dijual kepada konsumen tingkat akhir atau diolah menjadi produk lain. Perusahaan di bidang manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri dari 3 sub sektor industri yang sehingga memiliki jumlah perusahan terbanyak di Bursa Efek Indonesia. Tiga sub sektor industri tersebut meliputi industri dasar dan kimia, industri barang konsumsi, dan aneka industri. Industri dasar dan kimia meliputi; industri semen; industri keramik, industri porselen, industri kaca, industri logam, industri kimia, industri plastik dan kemasan, industri pakan ternak, dan industri pulp dan kertas. Industri barang konsumsi mencakup industri rokok, industri farmasi, dan industri kosmetika. Aneka industri mencakup industri mesin dan alat berat; industri otomotif dan komponennya, industri perakitan (assembling). industri tekstil dan garmen, industri sepatu dan alas kaki lain, industri kabel misalnya kabel listrik dan kabel telepon (elektrik), dan industri barang elektronika.
Perusahaan di bidang industri manufaktur di Indonesia merupakan perusahaan yang meningkat jumlahnya setiap tahun. Menurut BPS salah satu indikator untuk mengamati perkembangan industri manufaktur adalah indeks produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Bulanan. Angka indeks yang dihasilkan dapat menggambarkan perkembangan produksi sektor industri manufaktur secara lebih dini karena sifatnya yang dirancang secara periodik bulanan. Data bulanan tersebut juga dapat disajikan sebagai data triwulanan maupun tahunan. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil survey Badan Pusat Statistik, dimana terjadi kenaikan indeks produksi industri Manufaktur Besar dan Sedang dalam data triwulan dari tahun 2011-2014. Berdasarkan table 1.1 terlihat bahwa indeks produksi industri besar dan sedang
meningkat 4,28 poin di tahun 2012, 6,51 poin di tahun 2013 dan di tahun 2014 meningkat 5,26 poin.
Tabel 1.1
Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang
Tahun Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV TahunanRataan
Rataan Rataan Rataan Rataan
2011 101.86 105.02 105.56 103.94 104.10
2012 103.62 107.16 107.27 115.48 108.38
2013 112.94 114.41 115 117.2 114.89
2014 116.91 119.21 121.64 122.85 120.15
*menggunakan rata-rata untuk masing-masing triwulan
Sumber : www.bps.go.id
Peningkatan jumlah industri manufaktur di Indonesia sebanding dengan peningkatan pertumbuhan perekonomian nasional. Walaupun sempat mengalami keterpurukan di tahun 2008 akibat krisis ekonomi global, seperti yang dikutip berdasarkan Indonesian Commercial Newsletter (ICN) Desember 2008 berbagai industri manufaktur terutama yang berorientasi ekspor seperti tekstil, sepatu dan elektronik, mulai mengurangi kegiatannya termasuk mengurangi tenaga kerja karena permintaan pasar ekspor yang menurun. Upaya untuk mencari pasar baru bukanlah hal yang mudah. Sektor manufaktur melambat dengan pertumbuhan 4,25% tahun 2008 dari 4.66% tahun sebelumnya akibat naiknya biaya produksi setealh harga BBM dan suku bunga meningkat. Namun secara perlahan sektor ini bangkit kembali dan terus mengalami pertumbuhan.
Pertumbuhan perekonomian Indonesia dapat dilihat dari besarnya Produk Domestik Bruto (PDB) yang dimiliki oleh suatu Negara. Besarnya pengaruh industri manufaktur terhadap perekonomian nasional dapat dilihat dari besarnya porsi sektor manufaktur dalam PDB. Menurut data BPS tercatat bahwa kontribusi industri manufaktur dalam PDB mengalami peningkatan dari tahun 2011-2012 sebesar 9,21%, pada tahun 2012-2013 meningkat sebesar 9,13% , dan pada tahun 2013-2014 meningkat sebesar 10,07%. Berikut tabel dan grafik data PDB Menurut Lapangan Usaha.
Tabel 1.2
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2011-2014 (Miliar Rupiah)
LAPANGAN USAHA 2011 2012 2013* 2014**
1. Pertanian,Peternakan, Kehutanan
dan perikanan 1091447,1 1193452,9 1310427,3 1446722,3
2. Pertambangan dan Penggalian 876983,8 972458,4 1026297,0 1058750,2
3. Industri Pengolahan 1806140,5 1972523,6 2152802,8 2394004,9
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 55882,3 62271,6 70339,6 81131,0
5. Bangunan 753554,6 844090,9 907267,0 1014540,8
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1023724,8 1148791,0 1301175,0 1473559,7
7. Pengangkutan dan Komunikasi 491287,0 549105,4 635302,9 745648,2
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Persh. 535152,9 598433,3 682973,2 771961,5
9. Jasa-Jasa 785014,1 889798,8 1000691,7 1108610,3
Produk Domestik Bruto 7419187,1 8230925,9 9087276,5
10 094 928,9
Produk Domestik BrutoTanpa Migas 6795885,6 7589809,0 8419133,9 9391537,3 Sumber : www.bps.go.id
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Gambar 1.1
GrafikProduk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2011-2014 (Miliar Rupiah)
Sumber : www.bps.go.id (data diolah)
Dalam menjalankan operasinya setiap perusahaan selalu diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimalkan kekayaan bagi para pemegang sahamnya atau kepada pemiik perusahaan (stakeholder). Salah satu cara untuk mencapai tujuan perusahaan adalah dengan meningkatkan profitabilitas perusahaan tersebut. Profitabilitas sangat penting bagi perusahaan karena dapat mencerminkan keberhasilan dan keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Profitabilitas menunjukan keunggulan perusahaan dalam persaingan bisnis. Semakin tinggi tingkat profitabilitas maka kinerja perusahaan semakin baik.
Profitabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba (profit) selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva yang produktif atau modal, baik modal secara keseluruhan maupun modal sendiri (Van Horn dan Wachowiez, 1997:148-149). Pendapat lain menyebutkan bahwa profitabilitas perusahaan merupakan salah satu indikator yang tercakup dalam informasi mengenai kinerja perusahaan jangka panjang. Kinerja keuangan tersebut dapat dilihat melalui analisis laporan keuangan. Menurut Brigham dalam bukunya “Managerial Finance” mengemukakan profitabilitas sebagai berikut : “Profitability is the result of a large number of policies and decision”. Faktor fundamental yang dianalisis dari kinerja perusahaan yaitu bagaimana perusahaan menghasilkan laba atau profit serta pendanaan terhadap aset tersebut. Kebutuhan aset perusahaan tidak semuanya dapat dipenuhi oleh pemilik perusahaan sehingga membuat perusahaan menggunakan dana dari pihak eksternal. Ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola utangnya untuk menghasilkan penjualan yang tinggi hanya akan menyebabkan biaya utang yang tinggi, sehingga berdampak pada penurunan profitabilitas. Profitabilitas perusahaan dapat diukur menggunakan rasio profitabilitas untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas manajemen dalam mengelola perusahaannya. Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Dengan demikian, rasio profitabilitas akan mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan dalam keuntungan atau laba yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas salah satunya adalah
Return On Assets (ROA). ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar (Husnan, 1998). ROA penting bagi perusahaan karena digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya diubah menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Disamping itu faktor eksternal yang mempengaruhi profitabilitas yaitu kondisi makro ekonomi dan kebijakan pemerintah. Kondisi makro ekonomi diantaranya adalah inflasi dan kurs mata uang. Inflasi berpengaruh terhadap biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan, sedangkan depresiasi kurs akan berdampak pada pendapatan perusahaan yang diperoleh dari investor asing menjadi berkurang dan biaya bahan baku impor menjadi meningkat karena nilai rupiah menurun. Kondisi ekonomi makro oleh investor digunakan untuk menganilisis stabilitas perusahaan, untuk mencapai kondisi ekonomi yang stabil perlu didukung kebijakan struktural yang baik seperti pembangunan infrastruktur, upaya peningkatan daya saing dan produktivitas serta perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Kondisi tersebut merupakan kunci mengatasi keterbatasam sisi penawaran dan meningkatan aliran masuk investasi global untuk mendorong partumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas diiringi penurunan inflasi. Daya beli masyarakat juga akan meningkat, sehingga konsumsi diperkirakan tetap tumbuh tinggi.
Sebagai salah satu pelaku ekonomi, untuk meraih profit yang diharapkan maka efisiensi mutlak harus dilakukan oleh setiap perusahaan, tidak terkecuali perusahaan manufaktur dalam rangka menjaga kelangsungan usaha maupun meningkatkan daya saing. Penelitian ini memilih rasio ROA sebagai alat ukur profitabilitas perusahaan. ROA perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sejak tahun 2011-2014 terus mengalami penurunan. Penurunan ROA di tahun 2011 ke tahun 2012 sebesar 10 persen, kemudian mengalami penurunan yang cukup tajam pada tahun 2013 sebesar 28 persen, dan pada tahun 2014 mengalami penurunan namun hanya 7,2 persen . Pergerakan ROA tersebut disajikan dalam bentuk grafik di bawah ini.
Gambar 1.2
GrafikProfitabilitas Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-214
Sumber : www.idx.go.id (data diolah)
Dari grafik pergerakan profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014 Pada gambar 1.2 dapat dilihat bahwa ROA perusahaan terus mengalami penurunan. Pertumbuhan ROA di tahun 2011 disebabkan dengan melakukan berbagai kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan seperti melakukan ekspansi dalam hal penambahan pabrik baru, memperluas distribusi, peluncuran produk baru, dan mendapat persyaratan kredit yang ringan, diikuti tingkat bunga yang rendah, kurs mata uang asing yang relatif stabil dan konsumsi domestik yang kuat. Sejak tahun 2012 sampai 2014 ROA perusahaan terus mengalami penurunan, walaupun beberapa aspek menunjukan peningkatan seperti penjulan yang meningkat setiap tahunnya, peluncuran produk baru, ekspansi pabrik di berbagai wilayah, kesepakatan mendirikan perusahaan patungan. Namun kebijakan makro dan kondisi ekonomi global yang memburuk tidak dapat dibendung. Berbagai kesulitan dialami oleh perusahaan seperti, selisih kurs yang melonjak tinggi mengakibatkan naiknya biaya bahan baku impor dan beban utang luar negeri. Selain itu inflasi yang terjadi terus menerus sebagai akibat kenaikan selisih kurs juga memberi dampak negatif pada beberapa perusahaan khususnya otomotif yang mengakibatkan daya beli masyarakat pada barang otomotif menurun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas suatu perusahaan dapat dipengaruhin oleh kurs, inflasi dan kebijakan penggunaan hutang.
Kurs merupakan harga dimana mata uang suatu negara dapat dikonversikan menjadi mata uang negara lain. Harga dari suatu mata uang dalam bentuk mata uang luar negeri disebut nilai tukar. Berikut ini adalah gambaran perubahan kondisi makro ekonomi Indonesia berdasarkan kurs tengah. Dimana pergerakan kurs tengah Indonesia mengalami pelemahan sejak tahun 2011-2014 yang dapat dilihat berdasarkan grafik di bawah ini.
Gambar 1.3
Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar US pada Tahun 2011-2014 Sumber : www.bi.go.id (data diolah)
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada bulan Agustus tahun 2013 sudah menyentuh ke level Rp 10.963 per dolar Amerika Serikat (AS). Banyak emiten yang memiliki hutang berdasarkan mata uang dolar AS. Adapun beberapa perusahaan yang sangat terpengaruh terhadap pelemahan nilai tukar rupiah adalah PT Gudang Garam Tbk (GGRM), yaitu laba bersih perusahaan megalami penurunan hingga 0,9% dan laba bersih PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) mengalami penurunan 5,9%. Pelemahan rupiah juga menurunkan laba bersih emiten, tapi juga memberikan dampak pada keuntungan emiten. Sedangkan PT Timah Tbk (TINS) mengalami penurunan keuntungan hingga 5,2%, Pelemahan mata uang rupiah juga berdampak pada PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengalami penurunan laba bersih hingga 3,4%. Pelemahan rupiah yang semakin tajam, memang mempengaruhi kinerja emiten, khususnya yang berpendapatan mata uang dolar AS. Penelitian sebelumnya oleh Dwijayanti dan Naomi (2009), mengemukakan bahwa pengujian hipotesis menunjukan adanya pengaruh negatif nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank, depresiasi dan apresiasi nilai tukar berdampak pada pendapatan valas perusahaan yang akibatnya akan berpengaruh pada profitabilitas.. Sedangkan menurut hasil penelitian Demir (2007), ketidakpastian makro ekonomi yang diukur dengan nilai tukar dan inflasi memiliki pengaruh negatif secara signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.
Selain kurs, kebijakan makro ekonomi adalah inflasi. Fahmi (2011) menyebutkan bahwa inflasi merupakan suatu kejadian yang menggambarkan situasi dan kondisi dimana harga barang mengalami kenaikan dan nilai mata uang mengalami pelemahan, dan jika ini terjadi secara terus-menerus maka akan mengakibatkan pada memburuknya kondisi ekonomi secara menyeluruh serta mampu menggucang tatanan stabilitas politik suatu negara. Sebagai negara bekembang Indonesia merupakan negara yang masih melakukan banyak penyesuaian terhadap regulasi terhadap kebijakan moneter maupun nonmoneter untuk menciptakan perekonomian yang stabil
sehingga mampu mencapai tingkat kemakmuran rakyatnya. Berikut ini adalah gambaran perubahan kondisi makro ekonomi berdasarkan pergerakan inflasi di Indonesia dari tahun 2011-2014.
Gambar 1.4
Pergerakan Inflasi pada Tahun 2011 sampai 2014 Sumber : www.bps.go.id (data diolah)
Dari grafik pergerakan inflasi yang tercermin dalam gambar 1.4, dapat diketahui bahwa inflasi di Indonesia pada tahun 2011-2014 terus mengalami kenaikan. Secara historis, tingkat inflasi Indonesia lebih tinggi dibanding negara-negara berkembang lain. Sementara negara-negara berkembang lain tingkat inflasinya mencapai sekitar tiga sampai lima persen per tahun dalam periode 2005 sampai 2013, tingkat inflasi di Indonesia mencapai rata-rata 8.5 persen per tahun dalam periode yang sama. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks harga konsumen atau inflasi bulan Januari 2014 mencapai 1,07 persen. Sementara secara tahunan, inflasi Januari year on year sebesar 8,22 persen. Inflasi Januari 2014 lebih tinggi ketimbang Januari 2013 lalu. Sehingga dapat dikatakan inflasi Januari 2014 ini merupakan inflasi yang paling tinggi dibandingkan inflasi bulanan Januari dalam lima tahun terakhir. Sebelumnya Pada tahun 2011 terjadi inflasi Januari 0,89 persen, dan pada 2013 lalu inflasi bulanan Januari 1,03 persen. Berdasarkan kelompok pengeluaran, perumahan, air listrik, gas dan bahan bakar mengalami inflasi 0,25 persen. Sedangkan makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,12 persen (kompas.com). Dari data tersebut menunjukan bahwa inflasi di Indonesia mengalami fluktuasi sehingga mengakibatkan ketidakstabilan kondisi perekonomian dan mampu menimbulkan efek yang sangat sulit untuk diatasi. Sehingga semakin tinggi inflasi, maka semakin rendah kesejahteraan masyarakat karena nilai setiap sen uang yang dipegang seseorang terus menurun. Daya beli akan terus manurun dan aliran pendapatan perusahaan berkurang, menyebabkan profitabilitas menurun. Penelitian sebelumnya oleh dwijayanti dan Naomi (2009), menyebutkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap profitabilitas
bank. Sebaliknya dalam penelitian Wibowo dan Syaichu (2013) mandapatkan hasil bahwa, dampak inflasi yang masih pada tarif lima persen tidak mempengaruhi ROA.
Menurut Agus Sartono (2000) dalam Syailendra ( 2002) menyatakan hutang adalah semua kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Dana yang dimiliki atau diperoleh perusahaan digunakan sebagai modal untuk menopang kegiatan usahanya, salah satu kebijakan pendanaan perusahaan adalah penggunaan dana eksternal berupa hutang. Dalam hal ini, hutang jangka pendek dan jangka panjang merupakan salah satu sumber dana yang terpenting dalam setiap jenis usaha. Perusahaan memilih menggunakan hutang sebagai sumber dana karena pada umumnya bunga yang dibayarkan oleh perusahaan dapat digunakan untuk mengurangi pajak penghasilan, sehingga pajak penghasilan yang harus dibayarkan oleh perusahaan lebih kecil. Penghematan pajak penghasilan merupakan suatu manfaat yang menguntungkan bagi perusahaan. Selain itu, hutang jangka pendek digunakan untuk memenuhi kebutuhan mendesak seperti bahan baku dan hutang jangka panjang yang digunakan perusahaan dapat dijadikan modal bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi. Dalam melakukan pembiayaan dengan menggunakan hutang, manajer dituntut untuk membuat keputusan yang tepat. Saat penggunaan hutang semakin meningkat, maka biaya bunga yang dibayarkan juga akan meningkat dan dapat mengurangi laba perusahaan. Namun di sisi lain, pembiayaan dengan hutang masih banyak digunakan oleh perusahaan karena dengan adanya modal pinjaman dari luar maka perusahaan mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Setiana (2012) mengemukakan bahwa uji statistik terhadap pengaruh variabel hutang jangka panjang terhdap ROA, berpengaruh secara signifikan, hutang jangka panjang memiliki pengaruh negatif terhadap ROA. Sedangkan menurut (Suwitho, 2013) naiknya utang akan menaikkan pula profitabilitas dan sebaliknya turunnya utang juga menurunkan profitabilitas.
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, penulis termotivasi untuk menganalisa lebih jauh mengenai fakto-faktor yang mempengaruhi profitabilias khususnya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
periode 2011-2014. Penelitian ini mengambil judul “Pengaruh tingkat fluktuasi kurs, inflasi, dan penggunaan hutang terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2014”.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, secara umum permasalahan dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat fluktuasi kurs, inflasi, penggunaan hutang dan profitabilitas perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014?
2. Bagaimana pengaruh secara simultan tingkat fluktuasi kurs, inflasi, dan penggunaan hutang terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014?
3. Bagaimana pengaruh secara parsial tingkat fluktuasi kurs, inflasi, penggunaan hutang terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014, yaitu :
a. Bagaimana pengaruh tingkat fluktuasi kurs terhadap profitabilitas perusahaan?
b. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap profitabilitas perusahaan?
c. Bagaimana penggunaan hutang jangka pendek terhadap profitabilitas perusahaan?
d. Bagaimana penggunaan hutang jangka panjang terhadap profitabilitas perusahaan?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat fluktuasi kurs, inflasi, penggunaan hutang dan profitabilitas perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014?
2. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan tingkat fluktuasi kurs, inflasi, dan penggunaan hutang terhadap profitabilitas perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014?
3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial tingkat fluktuasi kurs, inflasi, penggunaan hutang terhadap profitabilitas perusahaan, yaitu :
a. Untuk mengetahui pengaruh tingkat fluktuasi kurs terhadap profitabilitas perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014?
b. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap profitabilitas perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014 ?
c. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan hutang jangka pendek terhadap profitabilitas perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014?
d. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan hutang jangka panjang terhadap profitabilitas perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014?
1.5 Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diperoleh beberapa kegunaan yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkaitan antara lain :
a. Aspek Teoritis
Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya sebagai dasar pemikiran atau bahan studi perbandingan dan merupakan media referensi untuk penelitian tentang fluktuasi kurs, inflasi dan penggunaan utang.
b. Aspek Praktis 1. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai dampak dari fluktuasi kurs, inflasi dan penggunaan utang serta memberikan masukan untuk pengambilan keputusan,
sehingga pengguna laporan keuangan lebih mencermati laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan; dan
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan dapat memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai flukuasi kurs, inflasi, dan penggunaan hutang sebagai alat ukur dalam pengambilan keputusan kebijakan manajemen perusahaan.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran penulisan dalam penelitian ini, berikut ini merupakan sistematika penulisan yang berisi informasi umum yang akan dibahas di setiap babnya.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pengantar menuju pembahasan penelitian yang berisi gambaran umum obyek penelitian, latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Bab ini memuat konsep teori sebagai penguat dalam skripsi ini. Merupakan pembahasan mengenai penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis yang digunakan.
BAB III METODE PENELITIAN
Pembahasan terhadap metode penelitian yang terdiri dari variable penelitian dan definisi operasionalnya, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, serta metode analisis data.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Merupakan hasil pembahasan berisi inti dari penulisan skripsi, gambaran umum obyek penelitian serta analisis data dan interprestasi hasilnya.
Bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan, implikasi manajerial, saran, keterbatasan penelitian, dan agenda penelitian mendatang yang akan diberikan peneliti setelah melakukan analisis pembahasan.