• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta) yang disingkat BEI merupakan lembaga yang mengelola pasar modal di Indonesia. Bursa Efek Indonesia menyediakan infrastruktur bagi terselenggaranya transaksi di pasar modal (www.sahamok.com). BEI memiliki beberapa jenis indeks harga saham yang dimaksudkan sebagai indikator pergerakan saham dan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai perkembangan bursa pada publik. Saat ini, BEI memiliki beberapa jenis indeks yaitu: composite, MBX, KOMPAS100, LQ45, DBX, JII, INFOBANK15, IDX30, BISNIS-27, PEFINDO25, Investor33, SMInfra18, SRI-KEHATI, MNC36, dan ISSI. (www.idx.co.id).

Penelitian ini menggunakan Jakarta Islamic Index (JII) sebagai objek penelitian. JII merupakan indeks yang berisi 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah islam. JII diterbitkan oleh BAPEPAM-LK dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi (www.sahamok.com). Senalasari (2015) menyebutkan bahwa Jakarta Islamic Index (JII) mencakup 30 jenis saham dari emiten-emiten yang kegiatan usahanya memenuhi ketentuan tentang hukum syariah. Penentuan kriteria kompinen JII tersebut disusun berdasarkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah DIM. Sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dalam menentukan kriteria saham-saham yang menjadi komponen dari JII adalah:

1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip hukum syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 (tiga) bulan (kecuali bila termasuk di dalam saham-saham 10 berkapitalisasi terbesar).

2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahunan berakhir yang memiliki kewajiban terhadap aktiva maksimal 90% (sembilan puluh persen).

(2)

3. Memilih 60 (enam puluh) saham dari susunan di atas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.

4. Memilih 30 (tiga puluh) saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan selama satu tahun terakhir.

Jakarta Islamic Index akan dievaluasi dua kali dalam setahun yaitu setiap bulan Desember dan Mei berdasarkan periode yang telah ditetapkan oleh Bapepam-LK. Selain itu jenis usaha akan dimonitor secara rutin apakah tetap memenuhi syarat atau tidak. (www.sahamok.com)

1.2 Latar Belakang Penelitian

Laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu yang merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang diberikan oleh pemilik (Putri dan Yuyetta, 2013). PSAK nomor 1 (revisi 2015) menyatakan bahwa laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan perubahan posisi keuangan, neraca, laporan laba rugi, serta catata, laporan lain, dan penjelasan yang merupakan bagian internal dari laporan keuangan. Semua elemen dari laporan keuangan tersebut sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan. Informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan perusahaan bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 5 menyatakan bahwa tujuan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Laporan keuangan juga merupakan cerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan keuangan terdapat informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemakai laporan keuangan dapat dibedakan menjadi beberapa pihak, yaitu: manajemen, pemegang saham, kreditor, pemerintah, karyawan perusahaan, pemasok, konsumen, dan masyarakat umum lainnya yang pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2

(3)

kelompok besar yaitu pihak eksternal dan pihak internal. Salah satu parameter yang digunanakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba

Salah satu parameter yang digunanakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Laba beserta komponennya yang terdapat dalam pelaporan keuangan dapat menunjukkan informasi suatu entitas bisnis mengenai prestasi yang diraihnya. Laba yang dilaporkan merupakan informasi yang berharga bagi pihak internal dan eksternal. Informasi laba dalam laporan keuangan bertujuan untuk menaksir risiko investasi atau meminjamkan dana, membantu mengestimasi kemampuan laba, dan menilai kinerja manajemen (Marpaung dan Latrini, 2014). Informasi yang terkandung dalam laba bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja dari manajemen apakah baik atau tidak, membantu memprediksi hasil laba di masa datang, dan memprediksi kemampuan perusahaan meminjam dana kepada investor. Perhatian investor seringkali terpusat pada laba sehingga hal tersebut membuat manajemen terdorong untuk melakukan perilaku yang tidak semestinya (dysfunctional behavior) (Peranasari dan Dharmadiaksa, 2014).

Pada umumnya, perhatian para pemakai laporan keuangan hanya berfokus pada laba yang terdapat dalam laporan laba rugi untuk menilai kinerja sebuah perusahaan yang digunakan untuk mengambil keputusan, oleh karena itu, manajemen menyadari hal ini dan cenderung melakukan manajemen laba. (Peranasari dan Dharmadiaksa, 2014).

Subramanyam dan Wild (2013:131) menyebutkan bahwa terdapat tiga jenis manajemen laba. (1) Manajer meningkatkan laba (increasing income) periode kini. (2) Manajer melakukan “mandi besar” (big bath) melalui pengurangan laba periode in. (3) Manajer mengurangi fluktuasi laba dengan perataan laba (income smoothing). Seringkali manajer melakukan satu atau kombinasi dari ketiga strategi ini pada waktu yang berbeda untuk mencapai tujuan manajemen laba jangka panjang. Manajemen laba merupakan perilaku yang tidak semestinya dari manajemen. Bentuk dari manajemen laba yang kerap dilakukan oleh manajer adalah perataan laba.

(4)

Penelitian ini membahas manajemen laba perataan laba. Perataan laba dilakukan manajer karena terjadi fluktuasi laba didalam perusahaan. Manajemen tertarik untuk melakukan praktik perataan laba karena manajemen menyukai perusahaan yang memiliki laba rata begitu juga investor karena laba yang rata dianggap perusahaan tersebut baik (Peranasari dan Dharmadiaksa, 2014). Wulandari, Arfan, dan Shabri (2013) menyatakan bahwa perataan laba dilakukan terutama untuk menunjukkan kinerja perusahaan dan keadaan keuangan. Tujuan yang melatarbelakangi manajemen melakukan perataan laba tetap saja dapat mengubah kandungan informasi atas laba yang dihasilkan perusahaan. hal ini perlu diwaspadai oleh pengguna laporan keuangan karena informasi yang telah mengalami penambahan atau pengurangan tersebut dapat menyesatkan pengambilan keputusan.

Perataan laba telah banyak digunakan sebagai topik penelitian-penelitian sebelumnya. Terdapat beberapa ukuran yang dipakai untuk mendeteksi faktor-faktor yang mendorong manajemen melakukan praktik perataan laba berdasarkan penelitian sebelumnya, antara lain profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, risiko keuangan, net profit margin, total debt to total asset, debt to equity ratio, good corporate governance, konservatisme akuntansi, dewan komisaris independen, komite audit, kualitas audit, nilai perusahaan, kepemilikan manajemen, dan agency cost. Pada penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah profitabilitas, ukuran perusahaan, dan nilai perusahaan. Dasar pemilihan variabel-variabel tersebut karena pada penelitian-penelitian terdahulu masih banyak terdapat inkonsistensi yang ada dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu penulis memilih variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, dan nilai perusahaan untuk memperkuat hasil penelitian mengenai perataan laba yang telah dilakukan sebelumnya.

Perataan laba yang belum lama terjadi yaitu kasus manipulasi laba Toshiba. Tim penyelidik independen menemukan bahwa direktur utama Toshiba mengetahui bahwa perusahaan memanipulasi laporan keuntungan dengan nilai U$1,2 miliar selama beberapa tahun. Laporan oleh akuntan independen dengan pengacara menyatakan bahwa laba operasional Toshiba telah dibesar-besarkan

(5)

sebesar U$1,22 miliar dari tahun 2008 hingga 2015. Menurut penyelidikan yang dilakukan, hal tersebut terjadi karena adanya tekanan divisi bisnis untuk memenuhi target laba yang sulit, toshiba melebih-lebihkan laba dan menunda laporan kerugian. (www.bisnis.liputan6.com)

Perusahaan Bakrie Group yang terdiri dari Bakrieland Development, Bakrie Telecomunication, Bakrie Sumatra Plantation, Bumi Resources, Bakrie Sumatra Plantation dan Darma Henwa diduga memanipulasi laporan keuangan. Hal tersebut diawali dari adanya triliunan rupiah dari perusahaan tersebut yang pencatatannya bermasalah. Pada laporan keuangan kuartal 1 2012. Bakrie group menyebutkan mempunyai dana deposito sebesar Rp6,8 Triliun di Bank Capital Indonesia, padahal seluruh dana nasabah di bank tersebut hanya Rp2,7 triliun (www.neraca.co.id)

Kasus mengenai perataan laba lainnya juga dilakukan oleh PT Ancora Resource (OKAS). Ancora Mining Services dilaporkan Forum Masyarakat Peduli Keadilan (FMPK) atas tudingan dugaan penyelewengan pajak. Dugaan manipulasi tersebut dilakukan pada neraca, laporan laba rugi, serta laporan perubahan modal yang berakhir pada 31 Desember 2008. (www.okezone.com).

Selain praktik perataan laba yang dilakukan oleh Toshiba dan PT. Ancora Reasources Tbk (OKAS), praktik perataan laba juga dilakukan oleh PT. Timah (Persero) Tbk (TINS). Ikatan Karyawan Timah (IKT) menilai direksi telah banyak melakukan kebohongan publik melalui media. Contohnya adalah pada saat press release laporan keuangan semester I-2015 yang mengatakan bahwa efisiensi dan strategi yang ada telah membuahkan kinerja yang positif. Padahal kenyataanya pada semester I-2015 laba operasi rugi sebesar Rp59 miliar (www.okezone.com).

Yayasan Pendidikan Internal Audit dalam buku yang berjudul Fraud Auditing (2012:11) menyatakan bahwa kecurangan yang dilakukan oleh manajemen biasanya dilakukan dengan menyajikan laporan keuangan yang tidak benar untuk keuntungan organisasi atau untuk perusahaan. Untuk menarik investor, manajemen merekayasa laporan keuangannya yang tidak baik menjadi seolah-olah menguntungkan. Yang menjadi korban akibat perilaku tersebut adalah publik

(6)

investor. Hal tersebut dapat merugikan stakeholder perusahaan. Kecurangan ini termasuk dalam kategori kejahatan kerah putih.

Berikut adalah grafik laba bersih perusahaan – perusahaan yang terdaftar dalam JII tahun 2011 – 2015:

Gambar 1.1

Grafik Laba Bersih Perusahaan Yang Terdaftar Dalam JII tahun 2011 – 2015

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan oleh penulis dengan menghitung laba bersih perusahaan-perusahaan tersebut, didapatkan hasil bahwa dari tahun 2011 hingga 2015 perusahaan yang dijadikan sampel oleh penulis memiliki laba yang relatif stabil pada tahun 2011-2014, namun pada tahun 2015 sebagian besar perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index mengalami penurunan laba. Laba perusahaan-perusahaan tersebut cenderung stabil dan tidak menunjukkan fluktuasi laba yang signifikan, hal tersebut memungkinkan adanya dugaan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut melakukan praktik perataan laba. Grafik tersebut mencerminkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik, namun memang mengalami penurunan di tahun 2015. Terkait dengan pernyataan Peranasari dan Dharmadiaksa (2014) yaitu alasan dilakukannya

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 2011 2012 2013 2014 2015 UNVR UNTR TLKM SMGR LPKR LSIP KLBF INTP ASRI ASII

(7)

praktik perataan laba adalah karena manajemen menyukai perusahaan yang memiliki laba rata begitu juga investor karena laba yang rata dianggap perusahaan tersebut baik. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui apakah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2011-2015 yang sahamnya telah memenuhi kriteria syariah masih ada yang melakukan perataan laba atau tidak

Teori keagenan menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah persetujuan diantara dua pihak, yaitu pemilik dan manajemen, dimana pemilik memberikan wewenang kepada manajemen untuk mengambil keputusan atas nama pemilik. Wewenang yang diberikan yaitu wewenang untuk mengelola perusahaan, termasuk didalamnya mengelola dana dan kewenangan untuk mengambil keputusan atas nama perusahaan. Dalam menjalankan kewenangan ini, besar kemungkinan terjadinya perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen (Peranasari dan Dharmadiaksa, 2014). Widana dan Yasa (2013) menyatakan bahwa manajemen sebagai bagian yang memiliki informasi lebih akurat cenderung akan melakukan tindakan untuk mencapai tujuan pribadinya tanpa memikirkan kepentingan minoritas (asymetric information).

Menurut Widana dan Yasa (2013) profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi profitabilitas sebuah perusahaan, maka akan semakin baik perusahaan dalam menghasilkan laba dan dianggap memiliki kinerja yang baik pula. Tingkat profitabilitas yang konsisten akan menjadi tolak ukur bagaimana perusahaan tersebut mampu bertahan dalam bisnisnya dengan memperoleh pengembalian (laba) yang memadahi dibanding dengan risikonya (utang dan kewajiban). Dalam penelitian ini, proksi yang digunakan untuk mengukur profitabilitas yaitu return on asset (ROA). Menurut Wulandari, Arfan, dan Shabri (2013) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ROA maka akan semakin baik produktivitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih, hal tersebut selanjutnya akan meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Peranasari dan Dharmadiaksa (2014) yang

(8)

menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba, hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki ROA yang tinggi dianggap perusahaan tersebut memiliki laba yang tinggi sehingga investor tertarik menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Giantra dan Putra (2015) serta Suryandari (2012) mengenai analisa faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2000-2005 menyatakan bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.

Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan, atau nilai aktiva (Senalasari, 2015). Sedangkan menurut Widana dan Yasa (2013) ukuran perusahaan merupakan skala untuk menentukan seberapa besar dan kecilnya perusahaan dilihat dari berbagai aspek yaitu total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Perusahaan berukuran besar biasanya memiliki keinginan yang lebih tinggi untuk melakukan praktik perataan laba dibanding perusahaan yang berukuran kecil karena perusahaan yang berukuran besar mendapatkan perhatian yang lebih besar investor. Senalasari (2015) menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung untuk melakukan praktik perataan laba dengan cara menurunkan laba saat memperoleh laba tinggi untuk menghindari munculnya tarif pajak yang lebih tinggi dari pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh Peranasari dan Dharmadiaksa (2014) menyimpulkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba . sedangkan Nurhayati (2013) dalam penelitiannya menghasilkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba karena praktik perataan laba sebenarnya bisa dilakukan oleh perusahaan manapun baik perusahaan kecil, menengah, ataupun besar.

Sulistiyawati (2013) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi akan cenderung melakukan praktik perataan laba, dikarenakan perusahaan akan cenderung menjaga konsistensi labanya agar nilai pasar perusahaan tetap tinggi sehingga dapat lebih menarik arus sumber daya kedalam perusahaannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Peranasari dan Dharmadiaksa (2014) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan berpengaruh

(9)

positif signifikan terhadap perataan laba karena dengan melakukan praktik perataan laba menyebabkan terjadinya penurunan variabilitas laba dan risiko saham dari perusahaan. tetapi hal tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Sulistiyawati (2013) yang menyimpulkan bahwa nilai perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perataan laba. Hal tersebut dikarenakan perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi bukan merupakan satu-satunya pertimbangan investor dalam melakukan investasi. Investor yang memiliki modal rendah cenderung akan memilih perusahaan dengan nilai pasar yang rendah dengan harapan nilai pasar tersebut akan mengalami peningkatan dan pada saat peningkatan tersebut, para investor tertarik untuk menjual sahamnya karena investor tersebut berorientasi pada investasi jangka pendek.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Jeren Akhoondnejad, Dr. Mansoor Garkaz, Dr. Mohammadreza Shoorvarazi (2013), yang menggunakan variabel bebas ukuran perusahaan, political cost, jumlah pegawai, pajak penghasilan dan kepemilikan publik dalam mempengaruhi variabel terikat perataan laba. Hasil dari penelitian Jeren Akhoondnejad, Dr. Mansoor Garkaz, Dr. Mohammadreza Shoorvarazi menunjukkan bahwa political cost, ukuran perusahaan, government ownership, income tax, dan jumlah pegawai berpengaruh positif signifikan terhadap income smoothing. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Jeren Akhoondnejad, Dr. Mansoor Garkaz, Dr. Mohammadreza Shoorvarazi (2013) adalah menggunakan variabel bebas yang berbeda yaitu profitabilitas dan nilai perusahaan, dan menggunakan periode pengamatan yang berbeda yaitu tahun 2011-2015, serta penentuan objek yang berbeda yaitu perusahaan yang terdaftar pada JII.

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index tahun 2011-2015. Alasan penulis memilih Jakarta Islamic Index untuk dijadikan objek penelitian adalah karena perataan laba dianggap sebagai hal kecurangan karena informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan tidak menunjukkan informasi yang sesungguhnya. Hal tersebut merupakan perilaku yang tidak semestinya dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu penulis ingin mengetahui apakah dalam perusahaan yang terdaftar

(10)

di Jakarta Islamic Index tahun 2011-2015 masih ada perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dimana saham-saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index telah memenuhi kriteria syariah.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis memikih judul: “Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Nilai Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di JII tahun 2011 – 2015)”.

1.3 Perumusan Masalah

Perataan laba merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba, sehingga laba suatu periode tidak jauh berbeda dengan jumlah laba periode sebelumnya. Perataan laba dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba dengan mengelola perkiraan pos-pos tertentu yang dapat mempengaruhi besarnya laba. Namun usaha tersebut bukan untuk membuat laba suatu periode sama dengan periode sebelumnya, karena dalam mengurangi fluktuasi laba itu juga dipertimbangkan tingkat pertumbuhan normal yang diharapkan pada periode tersebut.

Terdapat beberapa perusahaan yang memiliki laba yang stabil tiap tahunnya, namun beberapa perusahaan tersebut belum dapat dipastikan melakukan praktik perataan laba atau tidak sehingga akan diteliti menggunakan beberapa variabel yang diduga dapat memengaruhi praktik perataan laba yang diteliti meliputi profitabilitas, ukuran perusahaan, dan nilai perusahaan.

1.4 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana profitabilitas, ukuran perusahaan, nilai perusahaan dan praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar dalam JII pada tahun 2011-2015?

2. Apakah Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Nilai Perusahaan memiliki pengaruh secara simultan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar dalam JII pada tahun 2011-2015?

(11)

3. Apakah Profitabilitas memiliki pengaruh secara parsial terhadap praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar dalam JII pada tahun 2011-2015?

4. Apakah Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh secara parsial terhadap praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar dalam JII pada tahun 2011-2015?

5. Apakah Nilai Perusahaan memiliki pengaruh secara parsial terhadap praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar dalam JII pada tahun 2011-2015?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana profitabilitas, ukuran perusahaan, dan nilai perusahaan dan perataan laba perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2011-2015.

2. Untuk mengetahui apakah Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Nilai Perusahaan memiliki pengaruh simultan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar dalam JII pada tahun 2011-2015.

3. Untuk mengetahui apakah Profitabilitas memiliki pengaruh secara parsial terhadap praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar dalam JII pada tahun 2011-2015.

4. Untuk mengetahui apakah Ukuran Perusahaan memiliki perngaruh secara parsial terhadap praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar dalam JII pada tahun 2011-2015.

5. Untuk mengetahui apakah Nilai Perusahaan memiliki pengaruh secara parsial terhadap praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar dalam JII pada tahun 2011-2015.

(12)

1.6 Kegunaan Penelitian 1.6.1 Aspek Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba yaitu profitabilitas, ukuran perusahaan, dan nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.6.2 Aspek Praktis a. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba, dan dapat digunakan sebagai informasi dalam pengambilan keputusan dan mendorong pengguna laporan keuangan untuk lebih mencermati laporan keuangan yang dihasilka perusahaan.

b. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam hal pengawasan dalam kegiatan operasional perusahaan serta menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan perusahaan pada saat penyusunan laporan keuangan, karena manajemen adalah pihak yang berhubungan langsung dalam penyusunan laporan keuangan sehingga praktik perataan laba dapat diminimalisir.

1.7 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut:

(13)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang menyangkut fenomena yang menjadi isu penting sehingga layak untuk diteliti disertai dengan argumentasi teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan secara umum.

BAB II

Bab ini mengungkapkan dengan jelas, ringkas, dan padat mengenai landasan teori tentang Jakarta Islamic Index, perataan laba, dan variabel penelitian yaitu profitabilitas, ukuran perusahaan, kualitas audit, dan dewan komisaris. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian data, serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian yang digunakan, identifikasi variabel dependen dan variabel independen, definisi operasional variabel, tahapan penelitian, jenis dan sumber data (populasi dan sampel), serta teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan deskripsi hasil penelitisn ysng telah diidentifikasi, analisis model dan hipotesis, dan pembahasan mengenai pengaruh variabel independen (profitabilitas, ukuran perusahaan, dan nilai perusahaan) terhadap variabel dependen (perataan laba).

(14)

BAB V KESIMPULAN

Bab ini berisi kesimpulan hasil penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian dan saran secara kongkrit yang diberikan terhadap pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, dan nilai perusahaan terhadap praktik perataan laba dalam aspek praktis dan tujuan pengembangan ilmu.

Referensi

Dokumen terkait

dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah, Pertama, peneliti menggunakan kelima rasio untuk mengukur kinerja keuangan dan nilai perusahaan yang diwakili.

Fraktur merupakan hilangnya atau terputusnya kontiunitas jaringan tulang, baik yang bersifat total atau sebagian yang disebabkan oleh trauma fisik, kekuatan sudut,

1"!) /roses yang digunakan untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar di dalam paru atau ke bagian lain tubuh disebut stadium.In8ormasi yang dikumpulkan dari

Jika mesin akan dimatikan selama beberapa waktu atau jika perahu akan ditambatkan di air dangkal, motor tempel harus dimiringkan ke atas untuk melindungi baling-baling dan kotak

TRADING BUY : Posisi beli untuk jangka pendek / trading , yang menitikberatkan pada analisa teknikal dan isu-isu yang beredar. NEUTRAL : Tidak mengambil posisi pada saham

(8) Perubahan/pergeseran biaya dan atau kegiatan proyek dalam batas yang disediakan dalam DIP atau dokumen lain yang disamakan, dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku

Berdasarkan hasil pengujian tanah di lapangan dengan uji sondir kapasitas 5,0 ton pada lokasi studi Trangkil Gunungpati, bidang longsor diprediksi berbentuk kurva

Tipe yang sering ditemukan pada tumor jinak adalah fibroadenoma, sedangkan pada keganasan adalah karsinoma duktus invasif.. Kata Kunci: tumor payudara, kejadian,