• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Industri perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut bank, kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Menurut UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Fungsi utama bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Tujuan bank yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Menurut Dendawijaya (2009:15) bank di Indonesia terdiri dari beberapa jenis. Jika ditinjau dari segi kepemilikannya, maka jenis bank yang tergolong di dalamnya ialah Bank BUMN, Bank Pemerintah Daerah (BPD), Bank Milik Swasta Nasional, Bank milik Swasta Campuran, dan Bank Milik Asing.

Bank Pembangunan Daerah merupakan jenis bank yang tergolong berperan aktif dalam menunjang kegiatan pembangunan nasional dan regional di Indonesia. Menurut UU Nomor 13 tahun 1962 tentang ketentuan-ketentuan pokok Bank Pembangunan Daerah, bank ini didirikan dengan maksud khusus untuk menyediakan pembiayaan bagi pelaksanaan usaha-usaha pembangunan daerah. BPD memberikan pinjaman untuk keperluan perluasan dan pembaruan proyek-proyek pembangunan daerah di daerah yang bersangkutan, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah maupun yang diselenggarakan oleh perusahaan-perusahaan campuran antara Pemerintah Daerah dan Swasta. Namun kiprah BPD di dunia perbankan nasional masih sangat minim dimana peran tersebut belum diterapkan secara maksimal oleh BPD (www.cnnindonesia.com). BPD sangat tertinggal jauh dengan bank swasta dan bank milik pemerintah pusat

(2)

2

(BUMN) dan salah satunya ditandai dengan terus meningkatnya kredit bermasalah dari BPD. Menurut Bank Indonesia pada tahun 2011-2014 terdapat sebanyak 26 Bank Pembangunan Daerah yang beroperasi dan terdaftar di Bank Indonesia, diantaranya:

Tabel 1.1 Daftar Bank Pembangunan Daerah

No Bank No Bank

1 Bank Aceh 14 BPD Maluku

2 BPD Bali 15 Bank Nusa Tenggara Barat

3 Bank Bengkulu 16 Bank Nusa Tenggara

4 Bank DKI 17 Bank Papua

5 Bank Jambi 18 Bank Riau Kepri

6 Bank Jawa Tengah 19 Bank Sulawesi Tenggara 7 Bank Jawa Barat dan Banten 20 Bank Sulselbar

8 Bank Jawa Timur 21 Bank Sulawesi Tengah 9 Bank Kalimantan Timur 22 Bank Sulawesi Utara 10 Bank Kalimantan Tengah 23 Bank Sumatera Barat 11 Bank Kalimantan Barat 24 Bank Sumselbabel 12 Bank Kalimantan Selatan 25 Bank Sumatera Utara

13 Bank Lampung 26 Bank Yogyakarta

Sumber: Bank Indonesia (data yang telah diolah)

1.2 Latar Belakang Penelitian

Perbankan merupakan indikator lembaga penggerak ekonomi di suatu negara. Bank memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian dimana turunnya perekonomian suatu negara sedikit banyak dipengaruhi oleh sektor perbankan. Salah satu kegiatan sektor ini adalah melakukan penyaluran kredit untuk beberapa pemangku kepentingan di sektor perekonomian.

Menurut Mahmoeddin (2010:2) penyaluran kredit ialah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

(3)

3 imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Suatu bank yang melakukan pemberian kredit maka akan memiliki risiko kredit dimana terjadinya hambatan yakni tidak lancarnya pengembalian atau pembayaran kredit tersebut (Dewi dan Ramantha, 2015).

Besarnya jumlah kredit yang diberikan akan mengakibatkan besarnya risiko yang ditanggung oleh pihak bank yang bersangkutan dan terlihat dari besarnya kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank (Diyanti dan Widyarti, 2012). Risiko kredit merupakan sebuah potensi tidak tertagihnya kredit yang diberikan bank kepada debitur sehingga memungkinkan terjadinya kerugian bank. Risiko kredit biasanya berupa macetnya pembayaran suatu kredit atau sering disebut dengan Non Performing Loan (NPL).

Berdasarkan data Biro Riset Infobank (birl), per Maret 2015 total kredit 26 BPD sebesar Rp 303,53 triliun tumbuh 12,97%. Meski masih diatas pertumbuhan industri, namun terjadi perlambatan, bahkan sejak 2013. Pada 2012 kredit BPD masih berjaya dengan pertumbuhan sebesar 24,56% sementara pertumbuhan industri 22,97%. Pada 2013 pertumbuhannya mulai menurun, bahkan dibawah pertumbuhan industri yang tercatat 21,80%. Setahun kemudian pertumbuhannya makin menukik, yakni hanya 13,95% pada triwulan pertama 2015. Namun yang cukup menghawatirkan, perlambatan pertumbuhan kredit BPD dibarengi dengan penurunan kualitas kreditnya yang ditandai dengan kenaikan non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah (Infobank, Juni 2015). Selain itu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 3 Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara juga menyatakan perlambatan ekonomi Indonesia yang terjadi hingga saat ini telah memicu peningkatan NPL kalangan perbankan (wartaekonomi.co.id).

Tingkat NPL yang tinggi menjadi suatu indikasi terjadinya permasalahan dalam bank dan apabila terus dibiarkan tanpa solusi tentunya akan berdampak buruk pada bank (Dewi dan Ramantha, 2015). Dampak keberadaan NPL bagi bank berupa kerugian karena tidak diterima kembalinya dana yang telah disalurkan sehingga bank tidak dapat memperoleh pendapatan. NPL juga mengakibatkan berkurangnya income dari kredit yang disalurkan sehingga

(4)

4 1,75 2,30 2,81 3,33 14,33 18,02 17,58 17,79 74,74 78,57 92,34 89,73 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2011 2012 2013 2014 NPL CAR LDR mengurangi laba bank dan kemampuan bank dalam memberikan kredit (Dendawijaya, 2009:157).

Terdapat beberapa faktor yang mendorong terjadinya peningkatan NPL diantaranya perekonomian yang menurun, industri yang lesu atau daya beli konsumen yang menurun. Beberapa faktor lain dari sisi fundamental perbankan yang diperkirakan mempengaruhi terjadinya kredit bermasalah yaitu kemampuan likuiditas bank dalam penyaluran kredit dan kecukupan modal bank. Faktor yang diperkirakan mempengaruhi NPL tersebut disajikan dalam grafik 1.1

Grafik 1.1 Faktor yang diperkirakan mempengaruhi NPL Sumber: Bank Indonesia (data yang telah diolah)

Grafik 1.1 menunjukan kondisi NPL BPD tahun 2011-2014 yang cenderung mengalami tren peningkatan. Meskipun rasio NPL BPD masih berada pada angka rata-rata di bawah 5%, namun kredit bermasalah tetap perlu diwaspadai oleh bank karena NPL dapat mengakibatkan kerugian bagi bank. Selain itu juga terdapat ketidaksesuaiaan antara faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap NPL dengan teori yang ada. Menurut Astrini et al,.(2014) semakin tinggi CAR maka akan semakin besar kemampuan bank dalam meminimalisir risiko kredit yang terjadi sehingga kredit bermasalah akan semakin rendah. Namun kenyataannya pada tahun tahun 2012 dan 2014 CAR yang tinggi diikuti dengan kenaikan NPL serta pada tahun 2011 CAR yang rendah diikuti dengan NPL yang rendah. Selain itu menurut Diyanti dan Widyarti (2012) LDR yang tinggi akan menyebabkan NPL meningkat karena kemampuan likuiditas bank semakin rendah (bank relatif

(5)

5 tidak likuid). Namun kebalikannya pada tahun 2014 penurunan LDR disertai dengan peningkatan NPL.

Gejala munculnya kredit bermasalah dengan indikator non performing loan selain bersumber dari faktor fundamental perbankan juga dapat bersumber dari faktor fundamental makro ekonomi (Rahmadani, 2015). Faktor fundamental makro ekonomi yang diperkirakan dapat mempengaruhi terjadinya kredit bermasalah adalah nilai tukar rupiah.

Menurut Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perbankan OJK Irwan Lubis (2015) menyatakan bahwa pelemahan kurs rupiah dapat mempengaruhi permodalan bank. Dampak ini terjadi melalui dua hal, yakni utang dalam bentuk valuta asing (valas) dan meningkatnya NPL (katadata.co.id). Depresiasi rupiah yang kian dalam terhadap dolar AS akan menyebabkan kontraksi output melalui penurunan daya beli dan peningkatan biaya produksi sehingga di sektor perbankan terdapat tekanan kredit bermasalah sebagai dampak gejolak nilai tukar rupiah (www.neraca.co.id). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Destry Damayanti bahwa dari sisi eksternal pelemahan nilai tukar mata uang masih menjadi risiko terbesar perbankan yang akan berisiko pada kenaikan non performing loan (NPL).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi NPL diantaranya penelitian Dewi dan Ramantha (2015), Rahmadani (2015), Febrianti (2015), Achmadi (2014), Astrini, Suwendra dan Suwarna (2014), Tanaskovic dan Jandric (2014), Elfauza dan Adiono (2014), Vatansever dan Hepsen (2013), Shingjergji (2013), Prasetya dan Khairani (2013), Diyanti dan Widyarti (2012), Wikutama (2010), Wardoyo dan Rusdiyanti (2009) dengan variabel independen yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio, Bank Size, Capital Adequacy Ratio, Inflation, Banking Industri, Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO), BI Rate, Return on Asset (ROA), Exchange Rate, Interest Rate, Gross Domestic Product (GDP), Debt ratio, loan to asset ratio, confididence index-real sector, customer price index, EURO/Turkish lira rate,USD/Turkish lira rate, the Euro zone’s GDP growth and volatility of the standard dan poor’s 500 stock market index, IPI, ISE, INEF, UR, dan ROE.

(6)

6

Menurut penelitian sebelumnya terdapat banyak variabel independen yang dapat mempengaruhi NPL namun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio dan nilai tukar rupiah. Peneliti memilih variabel tersebut dikarenakan adanya inkonsistensi hasil yang terjadi pada penelitian sebelumnya.

CAR merupakan rasio kecukupan modal bank atau kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian dalam perkreditan atau perdagangan surat-surat berharga (Wardiah, 2013:295). Menurut Taswan dalam Diyanti (2012) penurunan jumlah CAR merupakan akibat dari menurunnya jumlah modal bank atau meningkatnya jumlah Aktiva Tertimbang menurut Risiko (ATMR). Jumlah modal bank yang kecil disebabkan oleh adanya penurunan laba yang diperoleh perusahaan. Penurunan laba yang terjadi pada bank salah satunya terjadi karena peningkatan kredit bermasalah atau kualitas kredit yang buruk.

Penelitian tentang CAR yang dilakukan Achmadi (2014), Diyanti dan Widyarti (2012) dan Wardoyo (2009) menunjukkan bahwa CAR mempunyai pengaruh terhadap NPL. Sementara hasil penelitian yang dilakukan Rahmadani (2015), Elfauza dan Adiono (2014) menyatakan bahwa CAR tidak mempengaruhi NPL.

LDR merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir, 2014:319). Semakin besar kredit yang disalurkan, maka akan memberikan konsekuensi semakin besarnya risiko yang harus ditanggung oleh pihak bank (Astrini, 2014).

Penelitian tentang LDR yang dilakukan oleh Dewi dan Ramantha (2015) dan Diyanti dan Widyarti (2012) menunjukan bahwa LDR berpengaruh terhadap NPL. Sedangkan Prasetya dan Khairani (2013) yang melakukan penelitian serupa namun menunjukkan hasil yang berbeda yaitu LDR tidak berpengaruh terhadap NPL.

Nilai tukar adalah harga suatu mata uang asing atau harga mata uang luar negeri terhadap mata uang domestik (Latumaerissa, 2015:289). Nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang Indonesia menggambarkan kestabilan ekonomi di

(7)

7 negara Indonesia. Makin tinggi nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang Indonesia, makin rendah tingkat kestabilan ekonomi di negara ini. Nilai tukar memiliki peranan sentral dalam hubungan perdagangan internasional, karena nilai tukar memungkinkan kita untuk membandingkan harga-harga segenap barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara (Wikutama, 2010).

Penelitian tentang nilai tukar yang dilakukan oleh Tanaskovic (2014), Shingjergji (2013) menunjukan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap peningkatan NPL. Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Vatansever (2013), Wikutama (2010) dan Tanudjaja (2006) yang menyatakan nilai tukar rupiah tidak memiliki pengaruh terhadap NPL.

Berdasarkan latar belakang penelitian dan adanya inkonsistensi dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya, penulis tertarik untuk menganalisa lebih jauh mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan NPL khususnya pada Bank Pembangunan Daerah. Berdasarkan uraian diatas, penulis membahas penelitian ini dengan judul “Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Non Performing Loan (Studi pada Bank Pembangunan Daerah Tahun 2011-2014)”.

1.3 Perumusan Masalah

Industri perbankan merupakan industri yang mengalami kemajuan yang paling pesat dibandingkan industri yang lainnya. Namun kredit yang diberikan tidak lepas dari potensi risiko yang terjadi yang diduga dapat bersumber dari faktor fundamental perbankan dan faktor fundamental makroekonomi. Menurut Biro riset Info Bank, beberapa tahun terakhir telah terjadi perlambatan pertumbuhan kredit pada BPD yang dibarengi dengan kenaikan kredit bermasalah.

Faktor fundamental perbankan yang mempengaruhi kredit bermasalah adalah kecukupan modal bank yang dimiliki dibandingkan jumlah aktiva tertimbang menurut risiko yang diukur dengan indikator CAR dan kemampuan likuiditas bank dalam penyaluran kredit yang dinilai dengan indikator LDR. Sedangkan faktor fundamental makro ekonomi yang mempengaruhi terjadinya kredit bermasalah yaitu nilai tukar yang menggambarkan kestabilan perekonomian.

(8)

8

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana CAR, LDR, nilai tukar rupiah dan NPL pada Bank Pembangunan Daerah tahun 2011-2014?

2. Apakah CAR, LDR dan nilai tukar rupiah berpengaruh secara simultan terhadap NPL pada Bank Pembangunan Daerah tahun 2011-2014?

3. Apakah CAR, LDR dan nilai tukar rupiah berpengaruh secara parsial terhadap NPL, yaitu:

a) Apakah CAR berpengaruh terhadap NPL pada Bank Pembangunan Daerah tahun 2011-2014?

b) Apakah LDR berpengaruh terhadap NPL pada Bank Pembangunan Daerah tahun 2011-2014?

c) Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap NPL pada Bank Pembangunan Daerah tahun 2011-2014?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang dikemukakan sebelumnya maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui CAR, LDR, nilai tukar rupiah dan NPL pada Bank Pembangunan Daerah tahun 2011-2014

2. Untuk mengetahui pengaruh CAR, LDR, nilai tukar rupiah secara simultan terhadap NPL pada Bank Pembangunan Daerah tahun 2011-2014

3. Untuk mengetahui pengaruh CAR, LDR, nilai tukar rupiah secara parsial terhadap NPL, yaitu:

a) Untuk mengetahui pengaruh CAR terhadap NPL pada Bank Pembangunan Daerah tahun 2011-2014

b) Untuk mengetahui pengaruh LDR terhadap NPL pada Bank Pembangunan Daerah tahun 2011-2014

c) Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah terhadap NPL pada Bank Pembangunan Daerah tahun 2011-2014

(9)

9 1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, dan dikelompokkan dalam dua aspek, yaitu;

1.6.1 Aspek Teoritis

a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengaruh CAR, LDR dan Nilai tukar rupiah terhadap NPL pada Bank Pembangunan Daerah.

b) Bagi peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya khususnya untuk penelitian yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi NPL pada Bank Pembangunan Daerah.

1.6.2 Aspek Praktis

a) Bagi Bank Pembangunan Daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi untuk membantu Bank Pembangunan Daerah dalam mengurangi angka kredit bermasalah.

b) Bagi pihak nasabah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan pinjaman atau kredit ke bank agar mencegah terjadinya kredit bermasalah yang dapat membahayakan kelangsungan usaha

c) Bagi regulator, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pembuatan kebijakan khususnya dalam upaya untuk meminimalisasi NPL khususnya pada Bank Pembangunan Daerah.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan satu variabel independen dan tiga variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah non performing loan (NPL). Faktor determinan, dalam hal ini variabel independen yang mungkin mempengaruhi NPL antara lain; CAR, LDR dan nilai tukar rupiah. Penelitian ini akan mengkaji pengaruh baik secara simultan maupun parsial yang kemungkinan mempengaruhi NPL.

(10)

10

1.7.2 Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Bank Pembangunan Daerah dan objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan tahunan Bank Pembangunan Daerah. Data penelitian ini diperoleh peneliti dari website resmi masing-masing BPD, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan tahun 2011-2014.

1.7.3 Waktu dan Periode Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai bulan November 2015. Periode penelitian ini menggunakan data tahunan dari tahun 2011-2014.

1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang menyangkut fenomena yang menjadi isu, sehingga layak untuk diteliti disertai dengan argumentasi teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan secara umum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini berisi tentang literatur yang serupa dengan topik yang dibahas, pengertian dan teori yang berkaitan dengan penilaian kinerja bank. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian.

(11)

11 BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pedekatan penelitian yang digunakan, identifikasi variabel dependen dan variabel independen, definisi operasional variabel, tahapan penelitian, jenis dan sumber data (populasi dan sampel), serta teknik analisis data.

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil dari pengolahan data. Dimana hasil tersebut akan dianalisis oleh penulis agar menemukan kesimpulan dari penelitian ini. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan hasil penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisi temuan penelitian dan saran secara kongkrit. Adapula saran yang diberikan, diharapkan mampu memberikan yang baik terhadap perusahaan dan peneliti selanjutnya.

(12)

12

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Bank Pembangunan Daerah
Grafik 1.1 Faktor yang diperkirakan mempengaruhi NPL  Sumber: Bank Indonesia (data yang telah diolah)

Referensi

Dokumen terkait

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber antara lain dari Bank Sentral Nigeria, Kantor Federal Statistik dan Organisasi Perdagangan Pangan dan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua memiliki peran yang besar dalam membentuk perilaku prososial remaja sehingga apabila orang tua

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Dalam melakukan perilaku menggosok gigi adalah dengan memecah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam sebuah task analysis. Berikut ini merupakan task analysis

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar