PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR
TIK SISWA KELAS IX SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Peneliti :
Maretha Sabatini Parere (702010092) Dr. Dharmaputra T.Palekahelu .M.pd.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMSACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
BELAJAR TIK SISWA KELAS IX SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015
1)
Maretha Sabatini Parere, 2) Dr. Dharmaputra T. Palekahelu, M.Pd Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia Email :1)[email protected],
Abstract
The purpose of this study was to determine the effect of cooperative learning Student Teams Achievement Division in the learning of technology information subject learning activities. This research is done by using the experimental method. IXA and IXC class population. Iinstrumen this study is a test that pretest and posttest and observation sheet activity of students. the observation of activity of students in class experiments 93.95% and 69.99%, while the control class acquisition average pretest score in the experimental class which was originally 67.8% to 80.7%, whereas in the control class average value of the initial 62.9% to 70 %.
Keywords: Model Student Teams Achievement Division, learning activities, experimental research method
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division dalam pembelajaran TIK terhadap aktivitas belajar siswa. penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen. populasi kelas IXA dan IXC. Iinstrumen penelitian ini adalah tes yaitu pretest dan posttest dan lembar observasi keaktivan siswa. hasil observasi keaktivan siswa dikelas eksperimen 93.95% dan kelas kontrol 69.99% sedangkan perolehan nilai rata-rata pretest di kelas eksperimen yang awalnya 67,8% menjadi 80,7%, sedangkan di kelas kontrol nilai rata-rata awal 62,9% menjadi 70%.
Kata kunci : Model Student Teams Achievement Division , Aktivitas belajar, Metode penelitian eksperimen
1)Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan TIK, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
2 1. Pendahuluan
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, khususnya Teknologi Informasi saat ini sudah berkembang dengan pesat dan merambah ke segala bidang, termaksud di dunia pendidikan. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi bagi kepentingan pembelajaran sudah diterapkan dalam berbagai bentuk. Penerapan yang paling umum dilakukan adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk membuat materi pengajaran, penyampaian bahan ajar maupun komunikasi dengan siswa. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada tahap awal lebih terkonsentrasi pada penggunaan teknologi informasi sebagai media pendukung pembelajaran di kelas. Guru sebagai pengelola pembelajaran harus mengemas pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran akan memiliki makna, jika pembelajaran yang dikemas guru dapat dinikmati oleh siswa dan dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan aktivitas belajarnya. Belajar memiliki dua pengertian, pertama belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat[1].
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi TIK di SMP Negeri 7 Salatiga terdapat permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun masalah yang terjadi dalam aktivitas belajar, seorang guru tidaklah mudah menciptakan kondisi yang kondusif bagi semua siswa. ada siswa yang proaktif, ada siswa yang tidak banyak bicara (pendiam) tetapi memiliki kemampuan akademik yang di atas temannya, dan terdapat pula siswa yang banyak bicara tetapi memiliki kemampuan rendah. Bahkan, ada siswa dengan akademik menengah ke bawah merasa tertekan dengan materi TIK yang sulit mereka pahami.
Permasalahan – permasalahan tersebut yang menjadi masalah dalam nilai dan Kriteria Ketuntasan Minimum siswa (KKM). Mengatasi permasalahan tersebut para guru hanya menggunakan metode pembelajaran melalui metode ceramah atau konvensional. Namun dalam kenyataannya dari 100 %, 30 % metode ceramah tersebut hanya untuk pengetahuan dasar dan kemampuan siswa hanya bisa mengetahui pelajaran dengan tingkat 30 %, oleh sebab itu banyak siswa yang nilainya cenderung belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Rendahnya aktivitas belajar siswa dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal adalah pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas. Pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas sering kali membuat siswa bosan sehingga aktivitas belajar siswa rendah. Banyak hal-hal yang dapat di dilakukan guru agar proses pembelajaran menjadi aktif salah satunya dengan menerapkan model-model pembelajaran.
Berdasarkan paparan diatas saya tertarik untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achevement division (STAD). Tujuannya untuk mendorong proses belajar yang lebih aktif dan diharapkan akan memperbaiki aktivitas belajar siswa.
3 2. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang menggunakan model STAD (Student Teams Achievement
Division) yang berjudul "Pengaruh model STAD(Student Team Achievement
Devisions) dengan memanfaatkan alat peraga dua dimensi dan tiga dimensi terhadap hasil belajar Matematika”. Berdasarkan analisis data yang telah disajikan
dan sudah dianalisis, Rata-rata hasil tes akhir (Post-test) pada kelas eksperimen adalah 76,5, sedangkan kelas kontrol sebesar 58,6, dengan demikian nilai rata-rata tes akhir (Post-test) kelas eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Deviasions) dengan memanfaatkan alat peraga tiga dimensi lebih baik dari pada kelas kontrol yang mendapatkan perlakuan dengan metode ceramah dengan memanfaatkan alat peraga dua dimensi. Nilai tes akhir (Post-test) kelas eksperimen dapat dikatakan lebih baik dari pada kelas kontrol, karena adanya perbedaan rata-rata nilai kelas eksperimnen yaitu sebesar 76, 5 dan kelas kontrol 58,6 Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh alat peraga terhadap hasil belajar siswa kelas V MI. Dengan demikian, pemanfaatan alat peraga tiga dimensi memiliki pengaruh terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD [2].
Penelitian lain berjudul ”Pengaruh P embelajaran Model Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Kauman Kidul Salatiga”. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa hasil penelitian yang dilakukan melalui penelitian eksperimen dengan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD), dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Kauman Kidul Salatiga, data hasil belajar siswa pada kelas kontrol adalah 77,68 dan pada kela eksperimen 82,31 peningkatan skor pada kelas kontrol adalah 7,26 dan pada kelas eksperimen adalah 10,74 hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) hasilnya tidak sama dengan kelas ceramah. Hasil ini dapat menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Kauman Kidul Salatiga (kelas eksperimen) pada mata pelajaran Matematika pokok bahasan sifat-sifat bangun datar[3].
Berdasarkan analisis penelitian yang dilakukan Mega dan Iis, dapat dilihat perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini yaitu penelitian menggunakan model STAD dengan berbantuan internet. Penelitian sebelumnya telah menunjukan keberhasilannya dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penulis memilih dua penelitian tersebut karena sangat relevan untuk penelitian berikutnya dilingkungan yang berbeda. Oleh karena itu, penulis yakin bahwa pada penelitian ini juga akan berhasil meningkatkan hasil belajar TIK siswa.
Pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide
sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah
4
berpusat pasa peserta didik (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran[7].
Model STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan variasi
pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti”. Model ini juga sangat mudah
diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi[8]. STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman teman sekelompok untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan. Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling membantu ketika menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai materi itu (tanggung jawab perserangan).
Dalam proses pembelajaran, keaktifan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga proses pembelajaran yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal[9].
5 3. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen (ekxperimental research). Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya pengaruh aktivitas belajar TIK menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement Division pada mata pelajaran TIK terhadap aktivitas belajar siswa kelas IX SMP Negeri 7 Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.
Metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Hal ini berate siswa melakukan sendiri suatu percobaan tentang materi yang di ajarkan, mengamati dan akhirnmya hasil pengamatan disampaikan dikelas dan dievaluasi[13].
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IX SMP N 7 Salatiga beralamat di Jalan Setiaki no. 15 kecamatan Sidomukti Salatiga. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 dimulai pada bulan Desember-Januari 2014/2015.
Variabel-variabel yang terlihat dalam penelitian ini meliputi: 1) Variabel bebas proses belajar mengajar dengan pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division; 2) variabel terikat adalah Aktivitas Belajar.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas IX , SMP Negeri 7 Salatiga mata pelajaran TIK. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas IXA dan IXC, SMP Negeri 7 Salatiga
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest_Posttest Control Group Design yaitu desain ini memiliki dua kelompok yang dipilih secara acak, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengaruh perlakuan adalah (O2-O1)-(O4-O3).
R : Kelompok eksperimen dan kelompok control dipilih secara random O1 : Pretest untuk kelompok eksperimen
O2 : posttest untuk kelompok eksperimen O3 : Pretest untuk kelompok kontrol O4 : Posttest untuk kelompok kontrol
X : perlakuan (treatment) uktuk kelompok eksperimen yaitu pada kelas IXB SMP Negeri 7 Salatiga yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division [14].
6
pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar; 2) pembagian kelompok, Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik; 3) prestasi dari guru, Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasa tersebut dipelajari. Guru member motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya; 4) kegiatan belajar dalam tim(kerja tim), Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD; 5) kuis (evaluasi), Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60,85,84 dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa; 6) penghargaan prestasi tim, Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100, selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) menghitung skor individu, Untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:[15]
Tabel 1 perhitungan perkembangan skor individu
No Nilai tes Skor perkembangan
1 Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin
2) menghitung skor kelompok, Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok sebagaimana dalam tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2 perhitungan perkembangan skor kelompok
No Rata-rata skor Kualifikasi
1 0 ≤ N ≤ 5 -
2 6 ≤ N ≤ 15 Tim yang baik (Good Team)
3 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang baik sekali (Great Team)
4 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang istimewa (Super Team)
7
kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru)
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
yaitu tentang e-mail dengan
mengkondisikan kelas agar siswa termotivasi dalam pembelajaran dan
menginformasikan tentang prinsip
1. Guru menyampaikan materi
pengenalan e-maildengan model
pembelajaran STAD Elaborasi
1. Guru membagi siswa ke dalam
kelompok berjumlah 4-5 orang
berdasarkan nilai pretest.
2. Siswa belajar dalam kelompok
3. Guru memberikan tugas
4. Guru mengawasi, membimbing dan
mengarahkan saat proses
pembelajaran kelompok
5. Guru menunjuk salah satu perwakilan
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
6. Guru mengevaluasi hasil diskusi
apakah jawaban benar atau salah dan
memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk menjawab
dengan benar Konfirmasi
1. Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok terbaik
2. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individu
3. Guru menarik kesimpulan tentang
materi pengenalan e-mail dan cara membuat email
Penutup
Guru mengakhiri pelajaran dan
mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi yang akan diajarkan pada
8
1. Guru memberikan tugas kepada siswa
tentang mengirim email
2. Siswa belajar dalam kelompok
3. Guru mengawasi, membimbing dan
mengarahkan saat proses
pembelajaran kelompok
4. Guru menunjuk salah satu perwakilan
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
5. Guru mengevaluasi hasil diskusi
apakah jawaban benar atau salah dan
memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk menjawab
dengan benar Konfirmasi
1. Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok terbaik
2. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individu
3. Guru menarik kesimpulan tentang
materi cara mengirim e-mail
9
2 Memperhatikan dengan sungguh-sungguh
sesuatu yang disampaikan oleh guru
3 Siswa dianjurkan untuk bersikap kritis
dalam menyimak pertanyaan-pertanyaan atau menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan guru.
4 Guru mengarahkan siswa untuk membentuk
kelompok
5 Siswa berinteraksi dengan temannya
6 Siswa berdiskusi dan kerja kelompok
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD sesuai instruksi yang diberikan oleh guru
7 Siswa mengerjakan soal yang telah
disiapkan
Modifikasi Purwanto,1992 :102
Penilaian observasi keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Nilai 1 (tidak baik) : minat peserta didik tidak aktif/kurang aktif dalam belajar Nilai 2 (cukup baik) : minat peserta didik cukup baik dan cukup aktif dalam belajar Nilai 3 (baik) : minat peserta didik baik dan aktif dalam belajar
Nilai 4 (sangat baik) : minat peserta didik sangat baik dan aktif dalam belajar
Untuk menganalisa data yang diperoleh dari lembar observasi peserta didik, menggunakan rumus penilaian sebagai berikut :
Rumus nilai NP = R/SM ×100% Keterangan :
NP : nilai persen yang dicari atau yang diharapkan R : skor mentah yang diperoleh
10
Persentase penskoran untuk kala penilaian yang digunakan untuk lembar observasi aktivitas siswa secara individu adalah sebagai berikut :
25 % ≤ nilai ≤ 45 % : aktivitas siswa kurang 45 % ≤ nilai ≤ 65 % : aktivitas siswa cukup baik
65 % ≤ nilai ≤ 85 % : aktivitas siswa baik
85 % ≤ nilai ≤ 100 % : aktivitas siswa sangat baik
4. Hasil Dan Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol menggunakan model konvensional (ceramah). Materi pembelajarannya adalah mengenal E-mail. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai acuan kegiatan belajar mengajar, dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen tertulis berupa tes pilihan ganda dan lembar observasi untuk mendapatkan data mengenai aktifitas belajar siswa pada mata pelajar TIK.
Sebelum saya melakukan penelitian di SMP N 7 Salatiga, saya melakukan observasi terlebih dahulu untuk melihat aktivitas siswa sebelum penerapan model STAD dilakukan. Observasi yang saya lakukan adalah melihat aktivitas siswa saat mengikuti proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas IXA dan di kelas IXC. Pada saat saya melakukan observasi di kelas IXA saya melihat siswa terlihat bosan dikelas ada beberapa siswa yang berbicara dengan teman sebangkunya ada juga siswa yang mengantuk pada saat guru menerangkan materi. Siswa lebih banyak diam ketika guru mengajukan pertanyaan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. Hal ini yang menyebabkan proses belajar mengajar menjadi membosankan di dalam kelas karena tidak adanya perubahan proses belajar mengajar di kelas tersebut. Pada saat saya melakukan observasi di kelas IXC saya melihat sebagian siswa terlihat aktif pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Ketika guru memberikan pertanyaan kepada siswa hamper sebagian siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru walaupun tidak semua jawaban siswa benar, tetapi dikelas ini siswa bersaing untuk mengutarakan pendapat mereka dikelas.
Dari hasil observasi yang saya lakukan di kelas IXA dan IXC saya memutuskan untuk memilih kelas IXA sebagai kelas eksperimen karena saya ingin melihat apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division siswa bisa aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas. Dan saya memilih kelas IXC sebagai kelas kontrol karena kelas IXC sudah termaksud kelas yang aktif saya ingin melihat apakah ada perbedaan ketika saya menggunakan model konvensional di kelas IXC dan ketika saya menggunakan model STAD di kelas IXA.
11
kelompok-kelompok yang berprestasi. Guru mengecek kesiapan siswa dengan melihat kondisi siswa serta situasi dalam kelas. Guru mengingatkan kembali kepada siswa bahwa kerja sama dalam kelompok akan dinilai. Guru mengumumkan pembagian kelompok dan membagi siswa kedalam kelompok-kelompok. Banyaknya siswa di kelas IXA adalah 26 siswa dan terbagi menjadi 6 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4-5 anggota dalam tiap kelompok dan masing-masing kelompok di bagi menurut jenis kelamin dan sukunya. Guru memulai pembelajaran dengan memberikan apersepsi mengenai E-mail, guru menjelaskan pengertian e-mail. Guru juga menjelaskan cara membuat e-mail pada Gmail, guru memberikan satu contoh cara membuat e-mail pada Gmail siswa diminta untuk fokus memperhatikan guru membuat contoh pembuatan email. Pada saat guru menjelaskan materi tentang email, siswa masih terlihat pasif di kelas ada juga beberapa siswa yang sibuk berbicara dengan teman sebangkunya. Setelah guru memberikan penjelasan materi guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok. Setiap kelompok diminta untuk membuat email menggunakan Gmail. Guru meminta siswa untuk bisa memahami yang sudah diperagakan oleh guru didepan kelas, guru juga meminta setiap anggota kelompok yang sudah bisa membuat email untuk mengajarkan teman satu kelompoknya membuat email. Sementara itu guru berkeliling mengamati pekerjaan tiap kelompok. Saat mengerjakan tugas siswa sering bertanya kepada guru. Mereka masih terlihat bingung dengan pekerjaannya. Pada saat bekerja kelompok, suasana kelas ramai. Guru menyerukan agar siswa tetap tenang dan melanjutkan mengerjakan tugas.
Beberapa kelompok terlihat mulai saling bekerja sama dan berdiskusi dengan teman kelompoknya. kadang-kadang siswa saling berdebat untuk mempertahankan pendapatnya ketika terjadi perbedaan pendapat dalam kelompoknya. namun ada juga siswa yang terlihat tenang ketika mengerjakan tugas, tidak berdiskusi bersama kelompoknya, terlihat lebih berkonsentrasi ketika bekerja secara individu meskipun pada awal pembelajaran guru telah menginstruksikan bahwa pembelajaran hari ini adalah belajar kelompok. Setelah semua kelmpok menyelesaikan hasil kerjanya, guru meminta salah satu siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. pada saat siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, guru mendampingi kemudian membahas bersama seluruh siswa ketika ada pekerjaan yang kurang tepat. sebagian besar siswa masih belum mengerti cara membuat email bahkan masih ada siswa yang belum bisa menggunakan internet. Guru kembali menjelaskan kepada siswa cara membuat email dan memperagakan kembali kepda siswa yang masih belum mengerti cara membuat email. Pada saat proses pemembelajaran, peneliti dibantu observer untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran menggunakan lembar observasi. setelah kerja keleompok selesai guru memberikan kuis kepada siswa secara individu. Soal berbentuk esai yang terdiri dari 5 soal. Setelah siswa selesai mengerjakan soal kuis guru mengumumkan kepada siswa hasil dari kerja kelompok mereka, guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang sudah menyelesaikan tugas dengan baik yaitu kelompok 5. Setelah pembelajaran selesai guru menutup pelajaran, guru mengingatkan siswa untuk mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya, yaitu mengenai penggunaan email
12
juga menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu siswa dapat mengirim email dengan email yang sudah di buat pada pertemuan sebelumnya. Guru juga menginformasikan bahwa akan diberikan penghargaan kepada kelompok-kelompok yang berprestasi. Guru memulai pelajaran dengan memberikan apersepsi kepada siswa mengenai cara mengirim email menggunakan email yang telah mereka buat pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu guru memberikan tugas kepada setiap kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua masing masing kelompok diminta untuk mengirimkan dan membalas email kepada kelompok yang lain dengan email yang sudah mereka buat minggu lalu, setiap kelompok juga bisa mengedit email mereka dan membuat profil pada email kelompok mereka. Siswa Nampak lebih tenang dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Setelah semua
kelompok menyelesaikan tugasnya sesuai waktu yang diberikan, guru
mempersilahkan salah satu siswa untuk mempresentasikan dan memberikan contoh cara mengirim email dan membalas email, salah satu kelompk yang dipersilahkan maju adalah kelompok 5. Dari hasil kerja kelompok 5 yang sudah dipresentasikan, dapat diketahui bahwa siswa mulai dapat memahami masalah-masalah yang diberikan dan dapat mengerjakan tugas dengan baik.
Setelah presentasi kelas selesai maka akan diberikan kuis yang berbentuk soal esai yang berjumlah 5 soal. Para siswa tidak diperkenankan bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan kuis ini. Guru mengingatkan siswa bahwa jika siswa ada yang berbuat curang dalam mengerjakan kuis ini maka siswa tersebut tidak memperoleh nilai. Semua siswa tenang tidak ada satupun siswa yang bertanya kepada guru dan berdiskusi dengan teman. Guru mengawasi siswa dalam mengerjakan kuis. Setelah siswa selesai mengerjakan kuis, guru menyampaikan hasil kerja siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Guru mengumumkan dan memberikan penghargaan kepada kelompok 5 yaitu kelompok yang sudah bekerja sama dengan baik selama mengerjakan tugas kelompok dan memperoleh nilai dengan rata-rata 16,6. Sedangkan hasil kerja kelompok siswa dapat dilihat pada tabel 3. Adapun peningkatan skor kelompok siswa sebagai berikut:
Tabel 3. Perkembangan skor kelompok
13
tidak mau bekerja sama, dan satu orang yang mendapatkan skor peningkatan 20 siswa ini cukup aktif dalam mengerjakan tugas kelompok dan mau mau membantu teman kelompoknya walaupun siswa ini tidak begitu mengerti cara membuat email. Kelompok dua ada dua orang siswa yang saya beri skor peningkatan 5 siswa tersebut tidak mengerti dengan tugas yang diberkan dan tidak membantu kelompok mereka mengerjakan tugas mereka, satu orang yang mendapatkan skor peningkatan 10 adalah siswa yang aktif namun tidak terlalu bisa mengerjakan tugas kelompok mereka, tiga orang siswa yang mendapatkan skor peningkatan 20 adalah siswa yang aktif dan yang bisa membantu teman kelompok mereka mengerjakan tugas kelompok mereka. Pada kelompok tiga dua orang siswa yang mendapatkan skor peningkatan 10 adalah siswa yang tidak terlalu aktif dalam kelompok mereka hanya sibuk berbicara tapi tidak membantu mengerjakan tugas mereka, dua orang yang mendapatkan skor peningkatan 20 adalah siswa yang bisa mengerjakan tugas kelompok tapi tidak mau bekerja sama dengan kelompok, dan satu orang siswa yang mendapatkan skor peningkatan 30 siswa ini bisa saling bekerja sama dengan kelompoknya siswa ini juga mau membantu teman kelompoknya yang tidak bisa mengerjakan tugas kelompok mereka. Kelompok empat satu orang siswa yang mendapatkan skor peningkatan 5 siswa ini tidak bisa bekerja sama dengan kelompoknya siswa ini selalu diam, satu orang siswa yang mendapatkan skor peningkatan 20 adalah siswa yang mau bekerja sama dengan kelompok walaupun dia tidak begitu bisa mengerjakan tugas kelompok mereka, dan dua orang siswa yang mendapatkan skor peningkatan 30 adalah siswa yang aktif dan mau bekerja sama dengan kelompoknya dan bisa mengerjakan tugas mereka. Kelompok lima satu orang yang mendapatkan skor peningkatan 10 adalah siswa yang tidak terlalu aktif pada saat mengerjakan tugas dan tiga orang yang mendapatkan skor peningkatan 30 adalah siswa yang aktif dan bisa mengerjakan tugas kelompok mereka kelompok lima ini adalah kelompok yang sempurna karena kelompok ini bisa saling bekerja sama dengan baik dan kompak dalam mengerjakan tugas kelompok mereka. Pada kelompok enam ada satu orang siswa yang mendapatkan skor peningkatan 5 yaitu siswa tidak bisaa bekerja sama dengan kelompoknya, satu orang siswa yang mendapatkan skor peningkatan 10 adalah siswa yang aktif dalam kelompok namun tidak bisa bekerja sama dengan baik, dan dua orang siswa yang mendapatkan skor peningkatan 20 adalah siswa yang bisa bekerja sama dengan baik walaupun mereka tidak begitu bisa mengerjakan tugas mereka.
Sebelum guru menutup pelajaran, guru memberikan soal postest kepada siswa untuk melihat perkembangan siswa selama proses pelajaran TIK berjalan. Setelah soal selesai dikerjakan, kelas di akhiri dengan memberikan salam kepada guru yang dipimpin ketua kelas.
14
Gambar 2. Siswa diskusi kelompok dan memperesentasikan hasilnya
Pertemuan pertama kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 24 januari 2015. Proses pembelajaran pada kelas kontrol pada pertemuan pertama yaitu di kelas IXC, pembelajaran diawali dengan doa yang dipimpin oleh ketua kelas. Sebelum memulai proses pembelajaran guru memberikan soal pretest kepada siswa untuk melihat kemampuan siswa terhadap mata pelajaran TIK. Setelah pretest selesai guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu siswa dapat mengenal e-mail, cara membuat e-mail dan menggunakan e-mail. Guru mengarahkan siswa untuk tetap tenang, santai dan fokus selama proses belajar. Guru memulai pelajaran dengan memberikan apersepsi mengenai Email. Selama guru menjelaskan materi guru meminta siswa untuk fokus selama proses belajar berlangsung dan mencatat materi yang guru sampaikan di papan tulis. Setelah guru memberikan materi, guru memberikan kuis kepada siswa soal berbentuk esai yang terdiri dari 5 soal. Sebagian besar siswa masih terlihat kebingungan dengan soal yang diberikan siswa masih saling bekerja sama dalam mengerjakan soal, guru mengingatkan siswa untuk tidak saling bekerja sama. Setelah siswa mengerjakan soal, guru bertanya kepada siswa mengenai materi yang belum siswa mengerti, masih banayak siswa yang belum mengerti cara membuat email dikarenakan mereka sulit menerima penjelasan hanya dengan menjelaskan dipapan tulis saja. Sebelum guru mengakhiri pelajaran guru memberikan kesimpulan mengenai materi pengenalan email, guru jug mengingatkan siswa untuk mempelajari matei selanjutnya yaitu mengenai penggunaan email.
Pada pertemuan kedua dikelas kontrol yaitu pada tanggal 29 januari 2015, proses pembelajaran diawali dengan doa yang dipimpin ketua kelas. setelah itu guru menyampikan tujuan pembelajaran. Guru mengarahkan siswa untuk tatap tenang. Guru memulai pembelajaran dengan memberikan aperesepsi mengenai cara mengirim dan menggunakan email. Guru juga mengilustrasikan cara mengirim e-mail pada email teman dan penggunaan email dengan mencatat di papan tulis dan menggunakan laptop sebagai alat bantu guru untuk menjelaskan dan mengilustrasikan materi. Guru meminta siswa untuk fokus selama guru menerangkan cara menggunakan email. Setelah guru memberikan materi guru memberikan kuis terhadap siswa. Guru mengingatkan siswa untuk tidak saling bekerja sama pada saat mengerjakan soal. Siswa terlihat serius dalam mengerjakan soal dan sebagian besar siswa tidak ada yang saling berdiskusi dengan teman sebangkunya pada saat mengerjakan soal. Setelah siswa mengumpulkan tugas guru bertanya kepada siswa mengenai materi yang belum dimengerti. Sebelum guru mengakhiri kegiatan pembelajaran guru memberikan kesimpulan tentang materi penggunaan email, Sebelum siswa mengakhiri pelajaran guru memberikan soal postest kepada siswa untuk melihat perkembangan siswa selama proses pembelajaran menggunakan model konvensional.
15
Tabel 4. Hasil observasi aktivitas siswa
Indikator Kelas
Eksperimen kontrol Eksperimen Kontrol
Pertemuan pertama Pertemuan kedua
16
jawab kepada guru pada saat guru memberikan pertanyaan ataupun guru memberikan waktu untuk mereka memberikan pertanyaan kepada guru tentang materi yang belum mereka pahami; 4) Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok. Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen aktivitas siswa adalah 65% pada saat guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok masih ada beberapa siswa yang ingin membentuk kelompok sendiri ada pula siswa yang tidak mau bergabung dengan kelompok yang sudah di tentukan oleh guru, aktivitas siswa cukup baik dan pertemuan kedua meningkat menjadi 92,30% aktivitas siswa sangat aktif pada pertemuan kedua siswa sudah terlihat teratur pada saat guru mengarahkan pembagian kelompok karena pada pertemuan kedua siswa masih tetap dengan kelompok yang sudah di bagikan oleh guru, sedangkan pada kelas control tidak ada penilaian pada indikator ini karena pada kelas kontrol siswa hanya menerapkan metode ceramah, siswa hanya mendengarkan guru menjelaskan materi, dan mencatat jadi pada kelas kontrol tidak ada pembagian keompok siswa hanya focus pada materi yang disampaikan oleh guru didepan kelas; 5) Siswa berinteraksi dengan temannya. Pada pertemuan pertama dikelas eksperimen aktivitas siswa 69,23% artinya aktivitas siswa baik pada pertemuan pertama di kelas eksperimen sudah terlihat ada beberapa siswa yang mau berinteraksi dengan teman satu kelompok mereka ada beberapa kelompok yang sudah bisa berdiskusi dengan baik, pada kelas kontrol 69,23% aktivitas siswa baik pada kelas kontrol pada saat guru memberikan pertanyaan siswa berdiskusi dengan teman sebangku mereka. Sedangkan pada pertemuan kedua pada kelas eksperimen aktivitas siswa meningkat menjadi 95,15% pada pertemuan kedua ini masing-masing kelmpok terlihat sangat baik dalam mendiskusikan tugas kelompok mereka siswa saling membantu jika ada teman mereka yang masih belum bisa memahami tugas kelompok mereka, artinya aktivitas siswa sangat baik, dan kelas kontrol meningkat menjadi 76,92% artinya aktivitas siswa baik pada kelas kontrol ketika guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mereka saling membantu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan; 6) Siswa berdiskusi dan kerja kelompok menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sesuai instruksi yang deberikan oleh guru. Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen aktivitas siswa 61,53% siswa bekerja sama dengan baik dan mengikuti arahan yang disampaikan oleh guru dengan baik artinya aktivitas siswa baik, pada pertemuan kedua aktivitas siswa meningkat menjadi 92,30% artinya aktivitas siswa sangat aktif pada pertemuan kedua siswa sudah sangat baik dalam mengikuti arahan yang disampaikan oleh guru. pada kelas kontrol tidak ada penilaian pada indikator ini karena pada kelas kontrol siswa hanya menerapkan metode ceramah, siswa hanya mendengarkan guru menjelaskan materi, dan mencatat; 7) Siswa mengerjakan soal yang telah disiapkan. Pada pertemuan pertama dikelas eksperimen aktivitas siswa 65% pada pertemuan pertama ketika mengerjakan soal individu masih ada beberapa siswa yang bekerja sama artinya aktivitas siswa cukup baik, sedangkan pada kelas control 50% aktivitas siswa cukup baik pada kelas kontrol masih ada beberapa siswa juga yang bekerja sama saat mengerjakan soal individu. Pada pertemuan kedua di kelas eksperimen aktivitas siswa meningkat menjadi 100% artinya aktivitas siswa sangat baik dalam mengerjakan soal pada pertemuan kedua ini tidak ada satu orang siswa pun yang bekerja sama dalam mengerjakan soal individu, dan pada kelas control 76,99% aktivitas siswa baik dalam mengerjakan soal walaupun ada satu sampai dua orang siswa yang masih bekerja sama dalam mengerjakan soal individu.
17
dan memotivasi semangat didalam kelas, mereka menjadi lebih kompak dengan teman yang sebelumnya tidak terlalu akrab, dan pembelajaran didalam kelas menjadi menyenangkan. Sedangkan di kelas kontrol dari hasil wawancara setelah proses belajar mengajar selesai siswa berpendapat bahwa tidak ada perbedaan ketika mengikut proses belajar mengajar dikelas karena setiap pertemuan hanya berceramah bertanya jawab dan mencatat, kegiatan belajar mengajar seperti ini yang membuat siswa menjadi bosan dan malas untuk mengikuti proses belajar mengajar didalam kelas.
Hasil pretest dan postest dari kelas ekperimen dan kontrol membuktikan adanya perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan yang hanya menggunakan model konvensional. Di kelas eksperimen nilai rata-rata yang awalnya 67,8% menjadi 80,7%, sedangkan di kelas kontrol nilai rata-rata awal 62,9% menjadi 70%.
5. Simpulan
18 6. Daftar Pustaka
[1] Sugihartono dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY
[2] Mega, 2014. Pengaruh model STAD(Student Team Achievement Devisions)
dengan memanfaatkan alat peraga dua dimensi dan tiga dimensi terhadap hasil belajar Matematika.skripsi
[3] Iis, 2014. Pengaruh Pembelajaran Model Student Teams Achievement
Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Kauman Kidul Salatiga. Skripsi
[4] Slavin E. Robert. 2007. Cooverative Learning: Riset dan Praktik. Bandung. Nusa media.
[5] Nurulhadayati, siti. 2002. Pembelajaran kooperatif yang menggairahkan. Wahana Informasi dan komunikasi pendidikan TK dan SD, Edisi 3.
[6] Sadan Hasan. (2011). Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas
VIII1 SMP Negeri 1 Batuatas pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Peubah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Diakses dari http://goesbas.blogspot.com/2011/05/meningkatkan-prestasi-belajar.html pada tanggal 4 Februari 2012 pukul 13:36 WIB.
[7] Mushlihin al-Hafizh. (2011). Model Pembelajaran Cooperative Learning.
Diakses dari http://www.surgamakalah.com/2011/07/model-pembelajaran-cooperatif-learning.html pada tanggal 8 Februari 2012 pukul 23:09 WIB.
[8] Slavin E. Robert. 2007. Cooverative Learning: Riset dan Praktik. Bandung. Nusa media
[9] Hamalik, Oemar (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
[10] Wardiana, Wawan. (2002). Perkembanganteknologi informasi di indonesia,”
(makalah Seminar dan PameranTeknologi Informasi FT UniversitasKomputer Indonesia (UNIKOM)
[11] Miarso, Yusufhadi.
19
[12] Noor Cahyanto, Jalu. Pemanfaatan ICT dalammembangung jaringan
pembelajaraninternasional. Paper dalam KonferensiGuru Indonesia 2007,
Jakarta, 27 – 28November 2007.Peraturan PemerinhRepublik Indonesia No. 19 Tahun 2005tentang Standar nasional pendidikan
[13] Roestiyah, 2008, Strategi belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta
[14] Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: AFABETA, cv.