• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Conversion Sebagai Perbuatan Melawan Hukum Dalam Transaksi Perdagangan Internasional T1 312009031 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Conversion Sebagai Perbuatan Melawan Hukum Dalam Transaksi Perdagangan Internasional T1 312009031 BAB IV"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

85

BAB IV

PENUTUP

Menarik kesimpulan pada akhirnya, dan juga menyampaikan beberapa

saran adalah bagian terpenting dari skripsi ini. Oleh sebab itu dalam Bab ini

Penulis akan menyampaikan kesimpulan dan saran dimaksud.

4.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai Conversion sebagai

perbuatan melawan hukum dalam transaksi perdagangan intenasional, maka

kesimpulannya adalah: Pengenaan hukum positif indonesia yaitu Pasal 1365

KUHPerdata “perbuatan melawan hukum” terhadap importir dan pengangkut oleh

Hakim adalah kurang tepat, yang seharusnya hakim bisa memutus dengan

menggunakan kaedah hukum perdagangan internasional yaitu conversionyang

secara hukum dikehendaki. Dengan maksud untuk lebih memberikan dimensi

perdagangan internasional dalam putusan tersebut, mengingat perkara No. 1887

K/PDT/1986 berkateristik perdagangan internasional.

Sesuai dengan fakta yang dapat dilihat dalam gugatan adalah, adanya

kerugian Issuing Bank, uang sejumlah US.$ 169.000,- sebagai akibat dibukanya

(2)

86 Artinya, kerugian yang dialami oleh the Issuing Bank, dalam pandangan

hakim adalah perbuatan karena akibat dari perbuatan melawan hukum dari PT.

Gespamindo yang mengambil barang (pupuk) tanpa menunjukan B/L dan

perbuatan melawan hukum pengangkut yang menyerahakan barang (pupuk)

kepada PT. Gespamindo tanpa menunjukan B/L.

Dengan adanya kenyataan tersebut, maka hakim seharusnya

mempertimbangkan prinsip konversi sebagai perbuatan melawan hak sehingga

dalam penerapan hukum yang lebih berlaku di dalam transaksi adalah adil bila

para hakim dalam mengadili dan memutus perkara Putusan 1887 mengikuti saja

prinsip ilmu hukum dengan cara menetapkan lex causae dan menerapkan prinsip

hukum perdagangan internasional yaitu lex mercatoria, khususnya konversi.

4.2. Saran

Berdasarkan penelitian dan pembahasan serta kesimpulan di atas, maka

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan perlu dibenahi demi terwujudnya

peradilan terutama terhadap ketepatan pengenaan norma hukum kepada pihak

yang membutuhkan keadilan.

Saran penulis: Saran penulis: Harusnya dalam memutus perkara, Hakim

memanifestasikan dalam putusannya dengan rumusan Pasal 5 Ayat (1)

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang berbunyi

“Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa

(3)

87 Yang Penulis maksud adalah dalam memutus suatu perkara, hakim tidak

hanya mengkaji dari sudut pandang hukum positif Indonesia, tetapi juga melihat

dan menelaah dari sudut pandang hukum perdagangan inernasional supaya dalam

memutus perkara ada ketepatan pengimplementasian kaedah hukum ke dalam

putusan. Khususnya dalam kasus ini, yaitu mengenai Conversion sebagai

perbuatan melawan hak bukan Pasal 1365 KHUPerdata yang sebagaimana telah

dijelaskan panjang lebar oleh penulis di atas.

Dalam Putusan 1887 telah terjadi kekurangtepatan penerapan hukum,

Hakim telah menggunakan hukum positif Indonesia saja, yaitu KUHPedata dan

KUHD. Padahal seharusnya yang digunakan adalah kaedah hukum yang mengatur

tentang perdagangan internasional. Kaedah yang dimaksud adalah: hasil

penelitian sebagaimana telah dikemukakan di depan, yaitu: kaedah dalam

kebiasaan perdagangan internasional, yaitu “Conversion sebagai perbuatan

Referensi

Dokumen terkait

internasional, maka penulis memilih judul: ” Perlindungan Hukum Terhadap Folklore Dalam Hukum Hak Kekayaan Intelektual Indonesia dan

Primat hukum internasional di atas hukum nasional: tingkat preferensi diberikan kepada kaedah hukum internasional karena hukum internasional yang mengatur kewenangan negara-negara,

Ada berbagai motif atau alasan mengapa negara atau subyek hukum (pelaku dalam perdagangan) melakukan transaksi dagang internasional. Yang menjadi fakta adalah bahwa

jawaban atas pertanyaan bagaimana nemo dat rule dalam Putusan 1887 adalah bahwa asas hukum perdagangan internasional atau yang dikenal lex mercatoria itu belum

20 menit menyepakati kontrak perkuliahan 2 Mengetahui halangan- halangan dalma perdagangan internasional, teori-teori yang menjelaskan tentang perdagangan internasional

Dengan kata lain, Schmitthoff menegaskan wilayah hukum perdagangan internasional tidak termasuk atau terlepas dari aturan-aturan hukum internasional publik yang

hanya mengatur hubungan dalam negeri dan (c) kaedah hukum internasional ialah kaedah wajib, seperti layaknya semua kaedah hukum, dan ini yang membedakan antara hukum internasional

Jadi, hukum yang berlaku atau yang harus dipakai oleh BANI untuk menyelesaikan suatu perkara, yang pertama-tama hukum yang dikehendaki oleh para pihak, apabila