• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB VI"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian Representasi Perempuan

dalam film “ Sang Penari” adalah perempuan masih menjadi objek dalam segala

pekerjaan, salah satunya seperti saat menari tari ronggeng di Dukuh Paruk.

Selain itu perempuan juga dijadikan sebagai objek kekerasan dan perempuan di

jadikan juga sebagai pemuas nafsu para lelaki yang mempunyai banyak harta

dalam melakukan ritual buka klambu yang di ada di film ini. Dari ke empat

kategorisasi menjelaskan bahwa:

1. Perempuan sebagai penari ronggeng selalu identik dengan selendangnya,

dan senyum mengoda, sensual, mempunyai banyak harta, gaya hidup

menjadi mewah, memakai pakaian seksi. Selain itu perempuan penari

ronggeng harus bersedia kehormatannya dan tubuhnya dijual saat ritual

buka klambu.

2. Perempuan sebagai Pelacur, di dalam penelitian ini penulis menemukan hal

yang baru, bahwa perempuan yang menjadi pelacur secara umumnya adalah

tindakan yang hina dan steorotipe masyarakat perempuan yang bekerja

sebagai pelacur selalu di jauhi atau dikucilkan. Namun di film Sang Penari

(2)

sendiri melainkan karena kebudayaan atau adat istiadat yang dapat

mempengaruhi.

3. Menjadi perempuan sebagai Ibu rumah tangga merupakan sebuah pilihan

dalam hidupnya. Namun menjadi ibu rumah tangga yang baik dan pintar

dalam membagi waktu antara bekerja serta mengurus, mendidik anak,

bukanlah sebuah perkara yang mudah.

4. Perempuan sebagai pihak yang tertindas, terjadi karena ketidakadilan gender

yang disebabkan karena budaya patriarki yang muncul dari sebuah

kebudayaan yang berkembang dalam suatu tatanan masyarakat. Sehingga

perempuan selalu menjadi objek kekerasan, diskriminasi, pelecehan,

pemerkosaan dan karena steorotipe yang salah dari laki-laki sehingga

memandang perempuan sebagai objek kaum yang lemah, namun justru kita

sebagai kaum laki-laki harus dapat menghargai perempuan sebagaimana

mestinya.

6.2.SARAN

Berdasarkan dari analisa data dan kesimpulan yang diambil, maka ada

beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada

umumnya, yaitu :

1. Film Sang Penari termasuk film yang bagus dan mendidik untuk di tonton,

(3)

tari yang merupakan ciri khas dari bangsa Indonesia. Namun masih terjebak

dalam satu genre yang dianggap menguntungkan secara finansial atau bersifat

komersil, sehingga kesan monoton dan stereotip tentang pemaknaan terhadap

perempuan tidak bisa dihilangkan.

2. Diharapkan para sineas muda untuk terus mengasah kemampuan dan

mengembangkan kreasinya dalam berkarya dengan melahirkan cerita-cerita

yang variatif dan inovatif. Serta ide-ide cerita yang bisa dikembangkan dari

budaya/adat istiadat sehari-hari yang berpijak pada akar tradisi atau kearifan

lokal sehingga karya-karya yang dihasilkan berdasarkan realitas yang ada dan

juga bisa dipertanggung jawabkan dari segi kualitasnya juga.

3. Bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi yang memiliki ruang gerak yang sangat

luas. Semoga tidak hanya terpaku pada bidang jurnalistik televisi, surat kabar,

radio, tetapi juga dapat dikembangkan ke fenomena yang ada di masyarakat

baik itu bidang sosial, bahasa, budaya, kesehatan, psikologi dan sebagainya,

terutama bisa peka melihat perkembangan dalam bidang perfilman yang dekat

Referensi

Dokumen terkait

“Mitos Ideologi Patriarki dalam Pembungkaman Perempuan pada Film Jamila dan Sang Presiden Analisis Semiotika Roland Barthes” oleh Evelyne Maria Cassandra Putri Prayitno telah

Selain itu dalam kerangka Roland Barthes pula identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai “mitos”, pada film Jenderal Soedirman terdapat sebuah

Film Setia Bersamamu adalah film bergenre drama yang mengangkat tentang fanatisme yang terjadi dalam masyarakat. Tindakan suporter dalam mendukung klub kebanggaannya

Film menjadi media yang sangat efektif untuk membentuk citra suatu profesi, tidak terkecuali ronggeng. Jaman dahulu ronggeng diketahui sebagai ritus yang

Secara spesifik, pertanyaan dalam makalah ini adalah, “Apakah Srintil sebagai seorang ronggeng ditampilkan secara berdaya atau tidak dalam film Sang Penari, dan seberapa

2 dihadirkan dalam film Dilan 1991 dapat dijadikan cerminan terhadap masyarakat, karena ini merupakan sebuah film romance namun lebih mengacu kepada bagaimana

Mitos merupakan perkembangan dari konotasi, sehingga adegan-adegan yang merepresentasikan feminisme dalam film I, Tonya ini sangat tidak mirip dengan perlakuan yang

Selain itu dalam kerangka Roland Barthes pula identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai “mitos”, pada film Jenderal Soedirman terdapat sebuah