BAB IV
GAMBARAN UMUM FILM SANG PENARI
Gambar 4.1 Cover “FILM SANG PENARI”
1.1. Struktur Produksi Film Sang Penari
Produser : Shanty Harmayn
Produser Eksekutif : Kemal Arsjad, Kristuadji Legopranowo, Bert Hofman,
Bimo Setiawan, Indra Yudhistira, Elwin Siregar.
Sutradara : Ifa Isfansyah
▸ Baca selengkapnya: watak srintil dalam novel ronggeng dukuh paruk
(2)Co. Produser : Natacha Devillers, Marcia Raharjo
Ass. Produser : Ferdian Armia
Produser Pelaksana : Agustiya Herdwiyanto
Assisten Sutradara 1 : Wawan Muhammad
Assisten Sutradara 2 : Nicho Yudhifar
Penulis Naskah : Salman Aristo, Ifa Isfansyah, Shanty Harmayn
Editor : Cesa David Luckmansyah
Penata kamera : Yadi Sugandi
Penata Artistik : Eros Eflin
Penata Kostum : Chitra Subiyakto
Penata Rias : Jimmy „Asoen‟ Tasmin
Penata Musik : Aksan Sjuman, Titi Sjuman
Penata Suara : Bruno Tarierre, Khikmawan Santosa
Perekam Suara : Aufa R Triangga Ariaputra
Casting : Amelya Oktavia, Riri Pohan
Konsultan Naskah : Miguel Machalski
Tim Pengembang Naskah : M Abduh Aziz, Michael Ratnadwijanti
4.2Pengenalan Tokoh Utama
1. Srintil (Prisia Nasution)
Seorang Perempuan yang dari sejak kecil sudah
mempunyai hobi, ketika melihat pertunjukan tari
ronggeng, Srintil menyukai dan ingin menjadi penari
ronggeng di tempat kelahiran nya Dukuh Paruk
Gambar 4.2 Tokoh Srintil
2. Rasus (Nyoman Oka Antara)
Teman cowok Srintil sejak kecil dan sampai beranjak
dewasa, Rasus Menyukai Srintil dan mereka menjalin
hubungan seperti berpacaran. Ketika dewasa Rasus
mempunyai pekerjaan menjadi salah satu anggota
keamanan militer.
Gambar 4.3 Tokoh Rasus
3. Kertarajasa (Slamet Rahardjo)
Seorang dukun ronggeng di Dukuh Paruk, dan saat
pertunjukan tari ronggeng dukun ronggeng ini peran
nya sangat penting karena dukun ronggeng ini yang
dapat menentukan saat pertunjukan tari ronggeng
berlangsung dari awal hingga berakhir.
4. Nyai Kertarajasa (Dewi Irawan)
Sebagai istri Kartareja dan juga dukun ronggeng Dukuh
Paruk. bertugas menyiapkan segala perlengkapan &
kebutuhan Srintil saat menari ronggeng, karakter yang
jahat dan berorientasi dengan materi (Uang). Sehingga
memanfaatkan peluang karier srintil yang istilahnya
menjadi artis di dukuh paruk.
Gambar 4.5 Nyai Kertarajasa
5. Sakarya (Landung Simatupang)
Satu-satunya keluarga yang dimiliki oleh Srintil ketika
orang tua nya telah meninggal, kakek ini mengetahui
bakat menari yang dimiliki oleh Srintil, sehingga kakek
Srintil ini mempunyai niat menyalurkan bakat menari
srintil untuk menjadikan nya penari ronggeng.
Gambar 4.6 Tokoh Sakarya
6. Sakum (Hendro Djarot)
Seorang penabuh kendhang mahir yang mempunyai
kekurangan dengan penglihatannya (buta), namun
naluri dan pendengarannya yang tajam tak heran jika
dia menjadi salah satu anggota kesenian ronggeng
Dukuh Paruk. Dalam kesenian tari ronggeng alat musik
kendhang bisa di bilang alat musik yang lebih dominan.
7. Bakar (Lukman Sardi)
Berperan menjadi salah satu anggota partai komunis
yang kembali ke Dukuh Paruk, dan karena kepintaran
nya dalam berbicara serta menghasut warga Dukuh
Paruk yang mengakibatkan ketidak nyamanan warga di
Dukuh Paruk, namun aksi Bakar ini telah di amankan
oleh petugas keamanan militer.
Gambar 4.8 Tokoh Bakar
8. Sersan Binsar (Tio Pakusadewo)
Berperan sebagai Kepala keamanan angkatan bersenjata,
Sersan Binsar ini juga yang mengangkat Rasus untuk
masuk di kesatuan yang di kepalai oleh Sersan Binsar.
Selain itu Sersan Binsar juga yang memusnahkan
Gerakan komunis yang terjadi di Dukuh Paruk akibat
hasutan dari Bakar.
Gambar 4.9 Tokoh Binsar
1.2. Sekilas Tentang Film Sang Penari
Film ini merupakan film adaptasi kedua dari novel tersebut setelah film
Darah dan Mahkota Ronggeng (1983). Sang Penari membutuhkan dua tahun
penelitian untuk menyajikan konteks sejarah dengan lebih baik, termasuk
Gerakan 30 September dan peristiwa pembantaian anti-komunis yang
mengikutinya. Rincian ini dalam novelnya disensor oleh pemerintahan Orde
berlatar dan disyuting di Purwokerto, Jawa Tengah, kedua pemeran utama film
ini bukan berasal dari etnis Jawa. Prisia Nasution, dalam peran debutnya, adalah
orang Batak, sedangkan Oka Antara adalah orang Bali.
Kekuatan film Sang Penari bukan sekadar mengangkat tema cinta biasa,
pun menempatkan tokohnya pada dilema antara loyalitas kepada negara dan
cinta kepada seorang penari ronggeng di sebuah desa miskin Indonesia pada
pertengahan 1960-an. Rasus (Nyoman Oka Antara), seorang tentara muda
menyusuri kampung halamannya, mencari cintanya yang hilang, Srintil (Prisia
Nasution). Film yang terinspirasi dari trilogi "Ronggeng Dukuh Paruk" karya
Ahmad Tohari ini melibatkan masyarakat. Desa di Banyumas, Jawa Tengah,
tempat lokasi pembuatan film ini.
Kelebihan lain film ini, dalam penggarapannya sampai membangunan
jalan. Film ini pun menghidupkan kembali batik sebagai kostum pemaian,
musik tradisional lokal dan juga memperjualkan buku tentang film tersebut.
“Jadi ada dampak ekonomi yang positif di dalam pembuatan film ini,” kata
Menparekraf Mari Elka Pangestu yang hadir dan memberikan piala citra kepada
pemenang film terbaik FF 2011 ini di Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu
(10/12/20110) 1.
1
Apresiasi terhadap film ini memenangi Empat Penghargaan Piala Citra
di Festival Film Indonesia 2011 untuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Ifa
Isfansyah), Aktris Terbaik (Prisia Nasution) dan Aktris Pendukung Terbaik
(Dewi Irawan). Film ini adalah film yang diajukan Indonesia untuk
penghargaan Academy Awards ke-85 untuk kategori Film Bahasa Asing
Terbaik2.
1.3. Sinopsis Film Sang Penari
Cerita cinta yang tragis ini terjadi di Jawa Tengah, Indonesia tahun
1960-an. Rasus (Oka Antara)adalah seorang tentara dari Dukuh Paruk, sebuah
desa miskin di daerah Banyumas. Awal cerita terjadi ketika Rasus kembali dan
menyusuri Dukuh Paruk, dan bertemu dengan Sakum (Hendro Djarot), seorang
tunanetra yang memintanya untuk mencari seseorang bernama Srintil. Cerita
kemudian berkilas balik ke Dukuh paruk dan hubungan cinta antara Rasus dan
Srintil.
Dukuh Paruk sempat mengalami masa kelam pada tahun 1953 silam.
Santayib, pembuat tempe bongkrèk Dukuh Paruk, tak sengaja menjual tempe
bongkrèk beracun, yang membunuh banyak warga, termasuk Surti (Happy
Salma), ronggeng Dukuh Paruk. Penduduk dusun mulai panik dan rusuh, dan
dalam kerusuhan tersebut, Santayib dan istrinya melakukan bunuh diri dengan
2
mengonsumsi tempe beracun buatan mereka. Putri dari Santayip, Srintil,
selamat dan dibesarkan oleh kakeknya Sakarya (Landung Simatupang). Sejak
insiden itu, Dukuh Paruk seperti kehilangan kehidupannya, tidak ada musik
mengalun dan penari 3ronggeng lagi di dukuh tersebut.
Sepuluh tahun kemudian, tahun 1963, Srintil (Prisia Nasution) dan
Rasus yang sama-sama yatim piatu adalah teman yang sangat dekat sejak kecil.
Rasus sendiri juga menyimpan perasaan cinta pada Srintil. Keadaan Dukuh
Paruk yang mengalami kelaparan dan depresi sejak kehilangan sang penari
ronggengnya. Keinginan Srintil sejak dari kecil yang istilahnya mempunyai
bakat dalam bidang menari ternyata seperti mengandung kekuatan magis yang
membuat Sakarya yakin bahwa Srintil bisa menjadi ronggeng.
Suatu hari Sakarya mendapat pertanda bahwa Srintil akan menjadi
ronggeng besar dan mampu menyelamatkan Dukuh Paruk dari kelaparan. Dia
kemudian meyakinkan Srintil untuk menjadi ronggeng dan meminta Kertareja
(Slamet Rahardjo), dukun ronggeng Dukuh Paruk untuk menjadikan Srintil
seorang ronggeng. Srintil percaya bahwa dengan menjadi ronggeng, dia bisa
membayar dosa kedua orang tuanya dalam insiden tragis sepuluh tahun lalu.
Dia kemudian mencoba untuk membuktikan dirinya dengan menari di makam
Ki Secamenggala, pendiri Dukuh Paruk.
3
Walaupun gagal meyakinkan Kartareja pada kali pertama, Rasus yang
menaruh simpati pada tekad Srintil menolong Srintil dengan memberinya benda
temuannya, sebuah pusaka ronggeng milik Surti, ronggeng Dukuh Paruk yang
telah tiada. Setelah melihat pusaka tersebut, Sakarya akhirnya berhasil
meyakinkan Kartareja. Srintil kemudian dipermak dan dirias oleh Nyai
Kartareja (Dewi Irawan) untuk menjadi seorang ronggeng. Sementara itu,
seorang aktivis dan anggota Partai Komunis Indonesia, Bakar (Lukman Sardi)
tiba di Dukuh Paruk dan meyakinkan petani Dukuh Paruk untuk bergabung
dengan partai komunis, untuk menyelamatkan wong cilik (kelas bawah) Dukuh
Paruk dari kelaparan, kemiskinan, dan penindasan para tuan tanah yang serakah.
Kepopuleran Srintil yang sampai ke Desa Dawuan, membuat Rasus,
teman kecil sekaligus orang yang mencintainya, tidak senang dan nyaman.
Menjadi ronggeng berarti bukan hanya dipilih warga dukuh untuk menari,
namun juga untuk menjadi "milik bersama". Srintil harus melayani banyak
lelaki di atas ranjang setelah menari. Setelah keberhasilan Srintil menari di
makam Ki Secamenggala, Srintil harus menjalani ritual terakhir sebelum dia
benar-benar bisa menjadi ronggeng yang disebut Bukak Klambu, di mana
keperawanannya akan dijual kepada penawar tertinggi.
Hal ini mengecewakan Rasus, yang mengatakan pada Srintil bahwa dia
tidak senang dengan keputusannya menjadi ronggeng. Srintil mengatakan
bahwa dia akan memberikan keperawanannya kepada Rasus, dan pada hari
itu juga, Srintil berhubungan seks dengan dua "penawar tertinggi" lainnya dan
menjadi ronggeng sejati.
Hancur hatinya, Rasus memutuskan untuk pergi dari Dukuh Paruk,
meninggalkan Srintil yang patah hati. Dia kemudian bergabung dengan sebuah
batalyon TNI yang bermarkas tak jauh dari Dukuh Paruk, di mana ia berteman
dengan Sersan Binsar (Tio Pakusadewo) yang juga mengajarkan dia membaca.
Sementara itu, warga Dukuh Paruk yang dirundung kelaparan dan kemiskinan
mulai merangkul komunisme walaupun tidak paham tentang politik.
Sepeninggalan Rasus, grup kesenian ronggeng Dukuh Paruk makin berjaya, dan
politik juga mulai menjadi kehidupan Dukuh Paruk. Grup kesenian ronggeng
Dukuh Paruk yang termasuk Kartareja, Sakarya, Sakum dan Srintil mulai sering
diminta partai komunis dalam acara kesenian rakyat agar bisa menarik massa.
Namun kemudian malapetaka politik terjadi di Jakarta tahun 1965, dan
karena kebodohan mereka tentang politik, warga dukuh Paruk pun ikut terseret
karena "keterlibatan" mereka dalam acara-acara kesenian rakyat tersebut.
Setelah terjadinya percobaan kudeta yang gagal di Jakarta, Rasus dikirim oleh
Sersan Binsar dalam misi untuk "mengamankan" orang-orang partai komunis di
daerah. Namun, ketika giliran Dukuh Paruk tiba karena ikut terseret ke dalam
pembantaian berdarah itu, Rasus bergegas kembali, meninggalkan rekan
pasukannya ke kampung halamannya untuk mencari dan menyelamatkan
cintanya, Srintil. Cinta mereka harus menghadapi akhir yang tragis di
Rasus menemukan Dukuh Paruknya telah hancur dan warganya telah
hilang seperti ditelan bumi, hanya menyisakan Sakum yang buta. Sakum
meminta Rasus untuk secepatnya mencari Srintil, namun pencarian Rasus
akhirnya sia-sia. Rasus tiba di sebuah kamp konsentrasi tersembunyi tepat pada
saat Srintil dan warga Dukuh Paruk dibawa oleh kereta pengangkut dan
menghilang entah ke mana.
Sepuluh tahun kemudian, Rasus berpapasan dengan seorang penari
kumal yang mirip dengan Srintil dan seorang penabuh kendhang buta yang
mirip dengan Sakum di Desa Dawuan. Rasus memberikan pusaka ronggeng
Dukuh Paruk kepada penari tersebut, dan penari tersebut berlalu
meninggalkannya. Rasus tersenyum, menandakan dia mengenali penari tersebut
sebagai cintanya, Srintil. Film diakhiri dengan sang penari kumal dan si
pemusik buta yang menari dan menghilang di cakrawala.