• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lilis Ratna Dewi R 1111018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Lilis Ratna Dewi R 1111018"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN KADER

POSYANDU TENTANG IVA TEST DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MANTINGAN NGAWI

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Disusun oleh :

Nama : Lilis Ratna Dewi

NIM : R 1111018

PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK TRANSFER FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

HALAMAN VALIDASI

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN KADER

POSYANDU TENTANG IVA TEST DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MANTINGAN NGAWI

Lilis Ratna Dewi

R1111018

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Diuji di Hadapan Tim Penguji

Pada Tanggal Agustus 2012

Pembimbing I

( M. Nur Dewi K SST, M. Kes )

Pembimbing II

( Agus Eka Nurma Y SST, M. Kes )

Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah

(3)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN KADER

POSYANDU TENTANG IVA TEST DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MANTINGAN NGAWI

Lilis Ratna Dewi

R1111018

Telah Dipertahankan dan Disetujui di Hadapan Tim Penguji KTI

Mahasiswa D IV Kebidanan Transfer Fakultas Kedokteran UNS

Pada tanggal Agustus 2012

Pembimbing I

( M. Nur Dewi K SST, M. Kes )

Pembimbing II

( Agus Eka Nurma Y SST, M. Kes)

Penguji

(Munawaroh, S. ST, M. Kes)

Sekretaris

(Ika Sumiyarsi, SST, M. Kes)

Mengesahkan

Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah

(Erindra Budi C, S.Kep.Ns, M.Kes) NIP : 19780220 200501 1 001

Ketua Program Studi DIV Kebidanan FK UNS

(4)

commit to user

iv ABSTRAK

Lilis. R1111018. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Mantingan. Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012

Kanker serviks dapat dicegah melalui adanya deteksi dini yang terorganisir serta manajemen pengobatan yang baik salah satunya dengan IVA test. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan kader posyandu tentang IVA test di wilayah kerja Puskesmas Mantigan Ngawi.

Penelitian ini merupakan eksperimen kuasi (semu) dengan design pretest-post test control group. Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling dengan jumlah sampel 91 orang. Teknik pengumpulan data dengan kusioner dan uji analisis menggunakan U-Mann Whitne dengan bantuan SPSS. Analisis data didapatkan hasil nilai ρ=0,000 berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

Kesimpulannya ada pengaruh yang signifikan penyuluhan terhadap pengetahuan kader posyandu tentang IVA test di wilayah kerja Puskesmas Mantingan.

(5)

commit to user

v ABSTRACT

Lilis. R1111018. Effect of Extension Knowledge Against Kader IHC Health Center in the Work Area Mantingan. DIV Midwifery Educator Program Study Of Medical Faculty Of Surakarta Sebelas Maret University. 2012

Cervical cancer can be prevented through early detection of an organized and good management of one treatment with IVA test. The purpose of this study was to determine the effect penyuluhanterhadap posyandu knowledge about the IVA test in the work area Mantigan Ngawi health center.

This study is a quasi-experimental (pseudo) to design a pretest-post test control group. Sampling technique used is total sampling with a sample of 91 people. Data collection techniques with questionnaires and U-test analysis use Mann Whitne with the help of SPSS. The data analysis results obtained mean values ρ = 0.000 Ho refused and Ha is received.

In conclusion there is the significan influence of education on knowledge about the IVA test posyandu in the working area Mantingan health center.

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul“PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN

KADER POSYANDU TENTANG IVA TEST DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MANTINGAN NGAWI”. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana saint terapan program studi

Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, antara lain:

1. H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K) selaku Ketua Program Studi D IV

Kebidanan Universitas Sebelas Maret.

2. Erindra Budi C, S.Kep.Ns, M.Kes selaku Ketua Tim KTI D IV Kebidanan

Universitas Sebelas Maret.

3. M. Nur Dewi K SST, M. Kes, selaku Pembimbing Utama yang selalu

membimbing dan memberikan saran serta ilmunya.

4. Agus Eka Nurma Y SST, M. Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang

selalu membimbing dan memberikan saran serta ilmunya.

5. Munawaroh, SST, M. Kes, selaku Ketua Penguji dalam pelaksanaan ujian

Karya Tulis Ilmiah.

6. Ika Sumiyarsi, S. ST, M. Kes, selaku Sekretaris Penguji dalam pelaksanaan

(7)

commit to user

vii

7. Semua petugas kesehatan dan kader di wilayah kerja Puskesmas Mantingan

yang telah membantu kelancaran penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

8. Teman-teman mahasiswa D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret yang telah membantu kelancaran penyusunan Karya Tulis

Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun agar dalam melanjutkan Karya Tulis Ilmiah

selanjutnya menjadi lebih baik. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi

semua pihak.

Surakarta, Agustus 2012

Penulis

(8)

commit to user

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN VALIDASI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

1. Tujuan Umum... 3

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat... 4

1. Manfaat Teoritis ... 4

(9)

commit to user

ix BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori... 6

1. Penyuluhan Kesehatan ... 6

2. Pengetahuan ... 7

3. Kanker Serviks ... 10

4. Metode IVA test ... 10

5. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Kader Posyandu Tentang IVA test ... 13

B. Kerangka Konsep ... 14

C. Hipotesis ... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 15

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

C. Populasi Penelitian ... 16

D. Sampel dan teknik sampling ... 16

E. Kriteria Restriksi... 17

F. Definisi Operasional Variabel ... 18

G. Cara Kerja (Cara Pengambilan Data) ... 19

H. Pengolahan dan Analisis Data ... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 24

B. Analisis Univariat ... 24

(10)

commit to user

x BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden ... 29

B. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Kader

PosyanduTentang IVA Test ... 31

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ... 35

B. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ... 13

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner ... 14

Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden... 25

Tabel 4.2 Disribusi Pendidikan Responden ... 25

Tabel 4.3 Distribusi Masa Kerja Responden ... 26

Tabel 4.4 Mean Skor Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan ... 27

Tabel 4.5 Selisih Skor Pretest dan postest ... 27

(12)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ... 14

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2. Surat Pertanyaan Keaslian Penelitian

Lampiran 3. Surat Permohonan ke Responden

Lampiran 4. Informed Consent

Lampiran 5. Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran 6. Kuesioner

Lampiran 7. Tabulasi Validitas

Lampiran 8. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Lampiran 9. Data Penelitian

Lampiran 10 Surat Permohonan Ijin uji validitas dan reliabilitas

Lampiran 11 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 12 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing Utama

(14)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia

setelah kardiovaskuler. Berbagai upaya pengendalian penyakit kanker telah

dilakukan di berbagai negara di dunia, terutama negara-negara maju melalui

upaya pencegahan faktor resiko bersama penyakit menular seperti TBC,

Global Strategy on diet and physical activity. Penyakit ini menyumbang 7,6

juta kematian (sekitar 13% dari semua kematian) pada tahun 2008 (WHO,

2010).

Kanker serviks menempati urutan teratas dari seluruh kanker yang

menyerang kaum wanita. Kanker serviks merupakan penyakit keganasan yang

menimbulkan masalah dalam kesehatan kaum wanita baik di negara maju,

terlebih lagi di negara berkembang. Data International Agency for Research

on Cancer (IARC) menyebutkan bahwa pada tahun 2008 terdapat 530.232

insiden kanker leher rahim di dunia dan 51,87%-nya meninggal (Globocan,

2008). Pada tahun 2011 angka kejadiannya meningkat menjadi 630 juta, yang

setiap hari merenggut nyawa 600 wanita di dunia.

Penelitian di tiga belas laboratorium patologi anatomi di Indonesia

didapatkan frekuensi penderita kanker serviks sekitar 18,5%, ditemukan sejak

umur 25-34 tahun dengan jumlah penderita terbanyak pada umur 45-54 tahun.

Gubernur Jawa Timur, Soekarwo dalam siaran pers-nya di Surabaya pada hari

(15)

commit to user

2

Senin, 13 Juni 2011 menyebutkan pada 2009 jumlah kasus kanker serviks

mencapai 1.879 kasus yang terdiri atas 1.185 orang menjalani rawat inap, dan

694 orang rawat jalan. Angka ini mendudukkan Jatim sebagai peringkat

pertama kasus kanker serviks tingkat nasional (Suhartini, 2010).

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010

jumlah penderita kanker serviks sebanyak 890 kasus dan sebesar 1,24%

diantaranya meninggal. Angka kematian meningkat menjadi 3,67% dari 790

kasus pada tahun 2011. Data yang diperoleh dari Departemen Kesehatan

Kabupaten Ngawi pada tahun 2010 terdapat 34 penderita kanker serviks dan

meningkat menjadi 53 penderita kanker serviks pada tahun 2011.

Kematian akibat penyakit kanker serviks lebih dari 30% dapat dicegah,

melalui adanya pengetahuan wanita mengenai penyebab, pelaksanaan deteksi

dini yang terorganisir serta manajemen pengobatan yang baik (WHO, 2010).

Kejadian kanker serviks tersebut sebesar 95 % dapat dideteksi dengan IVA

test. IVA test mempunyai sensitivitas yang tinggi untuk deteksi dini lesi

prakanker serviks. Departemen Kesehatan juga menetapkan kebijakan

penyuluhan di samping menyediakan fasilitas untuk deteksi dini sehingga

meningkatkan pengetahuan mengenai manfaat IVA test guna mencegah dan

mendeteksi kanker serviks (YPKI, 2011). Kesadaran dan kewaspadaan yang

baik pada masyarakat untuk melaksanakan IVA test, didasari oleh suatu

pengetahuan yang baik pula (Notoatmojo, 2007).

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti diwilayah

(16)

commit to user

tersebut kurang mengetahui tentang IVA test. Berdasar penelitian sebelumnya

yang berjudul “Hubungan antara Faktor Predisposisi, Pendukung dan

Pendorong dengan Cakupan IVA di Kota Denpasar” didapatkan hasil bahwa

ada hubungan antara faktor predisposisi yang terdiri atas pengetahuan, sikap,

dan tingkat ekonomi wanita usia subur (WUS) dengan cakupan IVA di Kota

Denpasar.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan

Kader Posyandu Tentang IVA Test di Wilayah Kerja Puskesmas Mantingan

Ngawi.”

B. Rumusan Masalah

“Adakah pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan kader posyandu

tentang IVA test di wilayah kerja Puskesmas Mantigan Ngawi?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan

kader posyandu tentang IVA test di wilayah kerja Puskesmas Mantigan

(17)

commit to user

4

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader posyandu tentang IVA

test di wilayah kerja Puskesmas Mantigan Ngawi sebelum

dilaksanakan penyuluhan.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader posyandu tentang IVA

test di wilayah kerja Puskesmas Mantigan Ngawi setelah dilaksanakan

penyuluhan.

c. Untuk menganalisis pengaruh pemberian penyuluhan terhadap

perubahan pengetahuan pada kader posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Mantigan Ngawi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan

tentang pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi yang

disertai media leaflet terhadap tingkat pengetahuan mengenai IVA test.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Instansi Terkait atau Pukesmas

Memberikan pengetahuan untuk mengembangkan metode

penyuluhan, serta memperluas informasi kesehatan terutama tentang

(18)

commit to user

b. Bagi Kader atau Masyarakat Umum

Menambah wawasan masyarakat mengenai manfaat IVA test,

sehingga dengan pengetahuan yang baik masyarakat akan lebih sadar

(19)

commit to user

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kepada individu,

keluarga, kelompok sasaran khusus, dan masyarakat yang dilakukan

dengan cara menyebarkan pesan kesehatan. Suatu penyuluhan dapat

diukur hasilnya melalui knowledge pengetahuan), attitude (sikap), practice

(perilaku) (Machfoedz,2008; Fitriani,2011).

Tujuan diadakannya penyuluhan adalah untuk mewujudkan

perubahan perilaku dan membentuk perilaku sehat. Keberhasilan

pencapaian tujuan dipengaruhi oleh faktor penyuluh, sasaran serta proses

berlangsungnya penyuluhan (Maulana, 2009).

Ceramah merupakan cara penyajian materi melalui penuturan secara

lisan pada sekelompok orang. Peran penyuluh lebih banyak untuk

memberikan materi penyuluhan, sehingga pembicaraan lebih bersifat satu

arah sementara peserta penyuluhan cenderung hanya mendengarkan

(Dharma, 2008).

Menurut Tarigan (2010), metode ceramah memiliki beberapa

keterbatasan maka dalam penggunaannya perlu digabung dengan

metode-metode lain, salah satunya diskusi. Diskusi merupakan suatu bentuk

komunikasi dua arah yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan

(20)

commit to user

peserta dalam kegiatan penyuluhan serta mengembangkan pemahaman

yang lebih baik mengenai pokok bahasan yang disampaikan (Notoatmojo,

2007).

Penyampaian materi suluh bisa menggunakan beberapa media,

termasuk media cetak. Leaflet adalah salah satu bentuk media cetak yang

digunakan untuk memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan

melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi bisa dalam bentuk kaliman

maupun gambar, atau kombinasi keduanya. Ukuran leaflet kecil, sehingga

mudah dibawa, disebarluaskan dan dibaca (Depkes RI, 2010; Fitriani,

2011).

2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “ tahu “ dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, perasa, dan perasa, sebagian besar pengetahuan manusia di

peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2007).

Model studi Yale menyebutkan tahapan untuk menjadi tahu:

timbulnya kesadaran, ada ketertarikan, memiliki pertimbangan, menerima

pengetahuan, kemudian terjadi peningkatan pengetahuan (Fishbein dan

(21)

commit to user

8

Tingkat Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) di dalam domain

kognitif dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yg dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tingkat ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengetahui

dan mengukur bahwa orang tahu apa yang telah dipelajari, maka

digunakan kata kerja, antara lain: menyebutkan, mendefinisikan,

menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya (real).

(22)

commit to user

siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam

pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisa (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyebarkan materi

atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari pengguna kata

kerja, seperti dapat digambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru

atau dengan kata lain menyusun formulasi-formulasi yang ada.

Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas,

dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap tori atau

rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi obyek.

Penilaian-penilaian itu berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

(23)

commit to user

10

kebudayaan lingkungan, kemudahan dalam memperoleh informasi

(Notoatmodjo 2007).

3. Kanker serviks

Menurut Rasjidi (2009), kanker serviks merupakan penyakit kanker

yang terjadi pada daerah leher rahim, berupa pertumbuhan sel-sel yang

tidak normal. Perjalanan penyakit ini tidak terjadi secara cepat. Dari

kondisi wanita normal sampai terdiagnosis kanker stadium II, memerlukan

waktu 13 tahun. Melihat dari perjalanan penyakit ini, sebenarnya bila

dikenali sejak awal akan mempunyai prognosa yang baik. Hal ini tidak

lepas dari pengetahuan wanita tentang tanda dan gejala penyakit ini pada

stadium dini. Untuk itu perlu disampaikan secara lebih terperinci tentang

penyebab, faktor resiko, tanda dan gejala serta upaya pencegahan yang

dapat dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan tertular penyakit ini

(Samadi, 2010).

Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma

Virus (HPV atau virus papiloma manusia). Sekitar 70% kejadian kanker

serviks merupakan akibat dari HPV 16 dan HPV 18. Awalnya sel kanker

berkembang dari serviks / mulut rahim yang letaknya berada di bawah

rahim dan di atas vagina. Oleh sebab itu kanker serviks disebut juga

kanker leher rahim atau kanker mulut rahim. Di mulut rahim ada dua jenis

sel, yaitu sel kolumnar dan sel skuamosa. Sel skuamus ini sangat berperan

(24)

commit to user

Wanita yang menderita kanker rahim tampaknya memiliki faktor

resiko tertentu. Wanita yang memiliki faktor resiko tidak selalu menderita

kanker rahim, sebaliknya banyak penderita kanker rahim yang tidak

memiliki faktor resiko. Kadang tidak dapat dijelaskan mengapa seorang

wanita menderita kanker rahim sedangkan wanita yang lainnya tidak.

Tanda dan gejala kanker servik bisa berupa:

a. Perdarahan rahim yang abnormal

b. Siklus menstruasi yang abnormal

c. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang

masih mengalami menstruasi)

d. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause

e. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita

yang berusia diatas 40 tahun)

f. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul

g. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca

menopause)

h. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih

i. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual

Kanker serviks dapat keluar dari tumor utama. Tidak menutup

kemungkinan mulai berkembang di bagian lain dari tubuh. Kanker serviks

(25)

commit to user

12

1. Dapat tumbuh membesar dan menginvasi daerah terdekatnya seperti

vagina, kandung kemih, rektum, atau jaringan lain dekat uterus dan

vagina.

2. Dapat menyebar melalui kelenjar getah bening.

3. Cara penyebaran lain melalui peredaran darah, namun cara ini tidak

umum.

Ketika kanker serviks telah menyebar ke bagian lain dari tubuh, tidak

serta merta dianggap kanker baru. Sebagai contoh, jika menyebar ke

vagina, tidak disebut kanker vagina, tapi disebut metastasis kanker serviks.

Ini karena umumnya kanker dinamai sesuai dengan nama tempat tumor

awal.

Sistem yang umumnya digunakan untuk pembagian stadium kanker

serviks adalah sistem yang diperkenalkan oleh International Federation of

Gynecology and Obstetrics (FIGO). Pada sistem ini, angka romawi 0

sampai IV menggambarkan stadium kanker. Semakin besar angkanya,

maka kanker semakin serius dan dalam tahap lanjut. Stadium kanker servik

dapat dibagi menjadi berikut :

Stadium 0 : Stadium ini disebut juga carcinoma in situ (CIS). Tumor

masih dangkal, hanya tumbuh di lapisan sel serviks.

Stadium I : Kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum

(26)

commit to user

Stadium IA1 : Dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop.

Kedalamannya kurang dari 3 mm dan besarnya kurang

dari 7 mm.

Stadium IA2 : Dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop.

Kedalamannya antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari 7

mm.

Stadium IB1 : Dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang.

Ukuran tidak lebih besar dari 4 cm.

Stadium IB2 : Dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang.

Ukuran lebih besar dari 4 cm.

Stadium II : Kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan di luar

panggul. Stadium II dibagi menjadi:

Stadium IIA : Kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum

menyebar ke jaringan yang lebih dalam dari vagina.

Stadium IIB : Kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan

serviks, namun belum sampai ke dinding panggul.

Stadium III : Kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina

dan serviks sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat

menghambat aliran urin ke kandung kemih.

Stadium IV : Pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain

tubuh, seperti kandung kemih, rektum, atau paru-paru.

(27)

commit to user

14

Stadium IVA : Kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti

kandung kemih dan rectum

Stadium IVB : Kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh, seperti

paru-paru.

4. Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA Test)

IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana

untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca, 2009).

Metode IVA test adalah metode baru deteksi dini kanker serviks

dengan mengoleskan asam asetat (cuka) sebesar 5% ke dalam leher rahim

dan memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan papsmear yang

selama ini lebih populer.

Keunggulan IVA test menurut Nugroho (2010) antara lain :

a. Mudah, praktis

c. Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan

d. Alat-alat yang dibutuhkan sederhana

e. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana

Jadwal IVA test menurut Nugroho (2010) antara lain :

a. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun

b. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55

tahun

c. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita

(28)

commit to user

d. Anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun

dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun

IVA bisa dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pemeriksaan dan yang bisa melakukan IVA test

diantaranya oleh :

a. Perawat terlatih

b. Bidan

c. Dokter Umum

d. Dokter Spesialis Obgyn

Syarat mengikuti IVA test adalah sebagai berikut :

a. Sudah pernah melakukan hubungan seksual

b. Tidak sedang datang bulan/haid

c. Tidak sedang hamil

d. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

IVA test dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim

yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan

warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan

negative. Sebaliknya jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan

timbul plak putih, maka dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.

Kalau hasil dari IVA test dideteksi adanya lesi prakanker, yang

terlihat dari adanya perubahan dinding leher rahim dari merah muda

menjadi putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di

(29)

commit to user

16

dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker yang disebabkan human

papillomavirus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan merusak organ tubuh

yang lain (Samadi, 2010).

Kelebihannya antara lain sensitivitas IVA lebih tinggi daripada

papsmear, hasil dapat langsung dibaca, biaya murah bahkan gratis apabila

di puskesmas (Nugroho, 2010). Perbandingan sensitivitas untuk tes Pap

55%, spesifisitas 90%, nilai duga positif 84%, nilai duga negatif 69%,

sedang sensitivitas IVA test 84%, spesifisitas 89%, nilai duga positif 87%

dan nilai duga negatif 86%. Simpulannya IVA test mempunyai sensitivitas

yang tinggi untuk deteksi dini lesi prakanker serviks (Samadi, 2010).

Asam asetat menegaskan dan menandai lesi pra-kanker dengan

perubahan warna agak keputihan (acetowhite change). Hasilnya dapat

diketahui saat itu juga atau dalam waktu 15 menit. Berbeda dengan test

Pap smear, pemeriksaan dengan metode IVA juga dapat dilakukan kapan

saja, termasuksaat menstruasi, saat asuhan nifas atau paska keguguran.

(30)

commit to user

5. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Kader Posyandu Tentang

IVA Test

Kecenderungan sikap positif akan terbentuk setelah dilakukan

penyuluhan yang tercermin dalam pengetahuan masyarakat yang diberi

penyuluhan. Untuk mencapai pengetahuan pada tingkat pemahaman, tidak

hanya digunakan metode penyuluhan ceramah namun juga diskusi dengan

media leaflet, sehingga pengetahuan yang didapat lebih mantap dan

(31)

commit to user

18

B. Kerangka Konsep

Input Proses Output

[image:31.595.137.509.134.482.2]

(Fishbein dan Azjen dalam Azwar, 2011)

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Kader Posyandu Tentang IVA Test

Keterangan : : Variabel yang diteliti.

: Variabel yang tidak diteliti.

C. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh

penyuluhan terhadap pengetahuan kader posyandu tentang IVA test.”

1. Umur Kader

Posyandu

2. Pendidikan Kader Posyandu

3. Pekerjaan Kader

Posyandu

4. Pengalaman Kader Posyandu 5. Kebudayaan lingkungan Peningkatan Pengetahuan tentang IVA Test Penyuluhan IVA test

1. Faktor penyuluh 2. Faktor pesan 3. Faktor penerima

Kesadaran

Tertarik

(32)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimen kuasi (semu) dengan design

pretest-post test control group karena peneliti tidak mungkin untuk

mengontrol semua variable yang relevan, Serta menggunakan rancangan

sebelum dan sesudah intervensi, yang dilakukan pada kelompok eksperimen

dan juga kelompok kontrol. Kelompok kontrol yang dijadikan sebagai

pembanding memiliki karakteristik yang identik dengan kelompok

eksperimen. Adapun skema rancangannya sebagai berikut :

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan:

E : Kelompok eksperimen

P : Kelompok kontrol

O1 : Pretes pada kelompok eksperimen

O2 : Pretes pada kelompok kontrol

Subjek R

E

P

Q1

Q2

El

Pl Q4

X Q3

(33)

commit to user

20

Q3 : Post tes pada kelompok eksperimen

Q4 : Post tes pada kelompok kontrol

X : Intervensi

B. Tempat dan Waktu penelititan

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas

Mantingan, pada bulan Juni - Agustus 2012.

C. Populasi Penelitian

1. Populasi Target

Populasi target pada penelitian ini adalah kader posyandu di wilayah

kerja Puskesmas Mantingan sejumlah 105 orang.

2. Populasi Aktual

Populasi aktual pada penelitian ini adalah kader posyandu di wilayah

kerja Puskesmas Mantingan yang masih aktif pada bulan Mei-Juli 2012,

sejumlah 91 orang yang sudah masuk dalam kriteria inklusi.

D. Sampel dan Tehnik Sampling

Sampel dalam penelitian ini adalah kader posyandu di wilayah

Puskesmas Mantingan. Pengambilan sampel yang digunakan untuk

menentukan jumlah responden dalam penelitian ini adalah teknik sampling

jenuh, dengan berdasarkan pertimbangan bahwa jumlah populasi dan

(34)

commit to user

Sedangkan untuk pembagian wilayah menggunakan cluster sampling. Dari

sampel yang ada yaitu sejumlah 91 orang dibagi dua menjadi kelompok atas

dasar wilayah perdesa. Desa mantingan dan desa jatimulyo masuk dalam

kelompok kontrol dengan jumlah sampel pada desa mantingan sejumlah 28

orang dan desa jatimulyo sejumlah 15 orang. Sedangkan desa sambirejo dan

desa pengkol masuk dalam kelompok eksperimen dengan jumlah sampel pada

desa sambirejo sejumlah 28 orang dan desa pengkol sejumlah 20 orang.

E. Kriteria Restriksi

1. Kriteria Inklusi

a. Kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Mantingan yang bersedia

menjadi responden.

b. Telah berpengalaman menjadi kader minimal 1 tahun.

c. Pendidikan minimal sekolah menengah pertama (SMP) atau sekolah

menengan atas (SMA).

d. Usia antara 20-45 tahun.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah kader posyandu di

wilayah kerja Puskesmas Mantingan yang tidak hadir pada saat

(35)

commit to user

22

[image:35.595.128.546.161.717.2]

F. Definisi Operasional Variabel

Tabel 2.1 Definisi operasional variabel penyuluhan dan pengetahuan

No. Variabel Definisi Operasional Cara

Mengukur

Skala Variasi Nilai

1. Variabel

Bebas

(Penyuluhan

tentang IVA

test)

Penyuluhan IVA test

merupakan kegiatan

penyampaian materi oleh

peneliti, yang menjelaskan

tentang pengertian kanker

leher rahim, gejala kanker

leher rahim, faktor resiko

kanker leher rahim, deteksi

dini kanker leher rahim,

pengertian IVA, cara IVA

test, keunggulan IVA test, ,

hasil IVA test. Penyuluhan

dilakukan sebanyak satu

kali dengan metode

ceramah yang dilanjutkan

dengan diskusi.

Lembar

observasi

Nominal Sebelum

dilakukan

penyuluhan,

Sesudah

dilakukan

penyuluhan

2. Variabel

Terikat

(Pengetahuan

tentang IVA

test)

Pengetahuan tentang IVA

test merupakan pemahaman

ibu tentang IVA test

meliputi; pengertian kanker

leher rahim, gejala kanker

leher rahim, faktor resiko

kanker leher rahim, deteksi

dini kanker leher rahim,

pengertian IVA, cara IVA

test, keunggulan IVA test ,

hasil IVA test.

Kuesioner Ordinal Baik 76% -

100%

Cukup 56% -

75%

Kurang

(36)

commit to user

G. Cara Kerja (Cara Pengambilan Data)

1. Intervensi

Pada penelitian ini sampel dibagi menjadi dua kelompok;

eksperimen dan kontrol. Dari sampel yang ada yaitu sejumlah 91 orang

dibagi dua menjadi kelompok atas dasar wilayah dalam kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Masing-masing kelompok dilakukan

pretest untuk mengetahui pengetahuan tentang IVA test. Selanjutnya pada

kelompok eksperimen dilakukan penyuluhan tentang IVA test dengan

metode ceramah dan diskusi, serta diberikan juga leaflet sehingga lebih

banyak informasi yang didapat berkaitan dengan penyakit ini. Sementara

pada kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi. Untuk mengetahui hasil

dari penyuluhan dilakukan postest pada masing-masing kelompok dengan

jangka waktu enam belas hari, terhitung dari dilakukannya penyuluhan.

2. Instrumentasi

Instrumentasi pengetahuan tentang IVA test meliputi;

a. Alat ukur

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur pengetahuan tentang

IVA test berupa kuesioner dengan skala Guttman berbentuk

closedended dichotomy question dan responden hanya memilih satu

diantara jawaban tersebut, jawaban yang benar diberi nilai 1 dan

(37)

commit to user

24

b. Cara pengukuran

Kuesioner diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol dibantu bidan desa setempat. Tingkat pengetahuan diukur

sebelum penyuluhan (pretest) dan sesudah penyuluhan (post test).

Pretest dan post test tidak dilaksanakan dalam hari yang sama,

[image:37.595.160.514.241.596.2]

melainkan berselang waktu 16 hari.

Tabel 2.2 Kisi-kisi pernyataan kuesioner (pengetahuan tentang IVA test).

Variabel Indikator

No. Item

Jumlah Favorable Unfavorable

Pengetahuan tentang IVA test 1. Pengertian kanker leher rahim

1,2 3, 4 4

2. Gejala kanker leher rahim

6, 24 5, 15 4

3. Faktor resiko kanker leher rahim

7, 10 8, 12 4

4. Deteksi dini kanker leher rahim

9, 13 11, 16 4

5. Pengertian

IVA 19, 22 21,26 4

6. Cara IVAtest 17, 20, 29 18, 25 5

7. Keunggulan

IVAtest 23, 28 14, 30 4

8. Hasil IVA

test 27, 31 32, 33 4

(38)

commit to user

3. Validitas dan Reliabilitas

Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, dilakukan uji

validitas dan reliabilitas. Hasilnya kemudian diolah menggunakan program

SPSS versi 17.

a. Uji Validitas

Uji validitas pada penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja

Puskesmas Ngawi dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang dimana

karakteristik dari responden tersebut adalah sama.

Analisis uji validitas data dilakukan dengan menggunakan

teknik Korelasi Product Moment dengan menggunakan bantuan SPSS

17 for Windows. Suatu instrumen dinyatakan valid jika r hitung lebih

besar dari r tabel dan tidak valid jika r hitung lebih kecil dari r tabel

untuk taraf kesalahan 5 %. Dari hasil uji validitas didapatkan

pertanyaan yang tidak valid sejumlah 5 soal yaitu nomor 5, 9, 12, 14,

dan 32. Pernyataan yang tidak valid tersebut akan dihapus karena

sudah memenuhi tiap-tiap indikator.

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa instrumen

cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat

pengumpulan data karena instumen tersebut sudah baik.

Di dalam penelitian ini untuk mencari reliabilitas alat ukur

menggunakan rumus Spearman Brown dengan menggunakan bantuan

(39)

commit to user

26

dengan taraf kesalahan 5%. Dari hasil uji reliabilitas didapatkan hasil

bahwa semua soal sudah reliabel sehingga dapat digunakan sebagai

instrumen penelitian.

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan

data. Proses pengolahan data penelitian adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan data (editing) yaitu memeriksa data yang telah

dikumpulkan untuk mengecek kelengkapan dan kebenaran data.

b. Pemberian kode (coding) untuk mempermudah pengolahan dengan

memberikan kode pada semua variabel terutama data klasifikasi.

c. Menyusun data (tabulating) merupakan pengorganisasian data

sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlahkan, disusun dan

ditata untuk disajikan dan dianalisis.

d. Melakukan tehnik analisis yaitu melakukan analisis terhadap data

penelitian dengan penggunaan ilmu statistik yang disesuaikan dengan

tujuan rencana analisis.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

(40)

commit to user b. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat adanya pengaruh

penyuluhan terhadap pengetahuan. Dalam penelitian ini data dianalisis

dengan menggunakan uji U-Mann Whitne, sehingga diperoleh hasil

penghitungan pada kelompok eksperimen dan kontrol. Dengan

penggunaan uji Mann whitne ini akan diketahui perbedaan nilai

peningkatan pengetahuan pada kelompok eksperimen dan kontrol Pada

pelaksanaannya uji hipotesis dibantu dengan menggunakan program

(41)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Mantingan yang

lokasinya terletak di Jl. Raya Mantingan, Desa Sambirejo, Kecamatan

Mantingan. Lokasi penelitian tersebut berbatasan dengan Desa Sriwedari

Kecamatan Karanganyar di sebelah utara, Desa Pengkol Kecamatan Mantingan

di sebelah timur, Desa Banyubiru Kecamatan Widodaren di sebelah selatan, serta

di sebelah barat berbatasan dengan Desa Mantingan Kecamatan Mantingan. Di

wilayah kerja Puskesmas Mantingan terdapat 4 Desa yang terdiri dari Desa

Mantingan, Desa Jatimulyo, Desa Sambirejo dan Desa Pengkol. Jumlah dusun di

wilayah kerja Puskesmas Mantingan ada 12 dusun yang masing-masing dusun

terdapat 1 posyandu dan di masing-masing posyandu dipegang 3-5 kader

posyandu.

B. Analisis Univariat

1. Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur pada kelompok

eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(42)
[image:42.595.146.501.134.214.2]

commit to user

Tabel 4.1 Distribusi umur responden kelompok eksperimen dan kontrol

Umur (Tahun)

Eksperimen

Frekuensi Prosentase

Kontrol

Frekuensi Prosentase

21-40 41-65 Total 30 18 48 62,5% 37,5% 100% 30 13 43 70% 30% 100%

Sumber: Data primer 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa distribusi umur pada

kelompok eksperimen dan kontrol, paling banyak berada pada golongan umur

21-40 tahun sejumlah 30 orang atau 62,5% pada kelompok eksperimen, dan

30 orang atau 70% pada kelompok kontrol.

2. Pendidikan

[image:42.595.135.528.229.543.2]

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Distribusi pendidikan responden pada kelompok eksperimen dan kontrol

Pendidikan Eksperimen

Frekuensi Prosentase

Kontrol

Frekuensi Prosentase

SMP 30 63% 25 58%

SMA 18 37% 18 42%

Sumber: Data primer 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden baik pada kelompok eksperimen maupun kontrol memiliki riwayat

terakhir pendidikan SMP yaitu sejumlah 27 orang atau 63% pada kelompok

(43)

commit to user

3. Masa Kerja

Karakteristik responden berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada

[image:43.595.126.525.209.506.2]

tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Distribusi masa kerja responden kelompok eksperimen dan kontrol

Masa Kerja (Tahun)

Eksperimen

Frekuensi Prosentase

Kontrol

Frekuensi Prosentase

< 5 5 – 10 >10 Total 13 12 23 48 27% 25% 48% 100% 12 14 17 43 28% 32% 40% 100%

Sumber: Data primer 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa distribusi masa kerja

pada kelompok eksperimen dan kontrol, paling banyak berada pada golongan

>10 tahun sejumlah 23 orang atau 48% pada kelompok eksperimen, dan 17

orang atau 40% pada kelompok kontrol.

C. Analisis Bivariat

Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh

penyuluhan terhadap pengetahuan kader posyandu tentang IVA Test. Analisis

data yang digunakan adalah U-Mann Whitne. Berikut ini hasil uji statistik yang

dianalisis.

1. Tingkat pengetahuan kader posyandu tentang IVA test sebelum dilakukan

(44)

commit to user

Tabel 4.2. Mean Skor Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Tentang IVA Test

Kelompok Mean Std.Deviasi

Pretest eksperimen 71.94 8.175

Postest eksperimen 78.50 7.512

Pretest kontrol 72.72 7.516

Postest kontrol 72.16 7.387

Sumber : Data Primer, 2012

Dari tabel 4.2 diketahui pada kelompok ekperimen nilai rata-rata

pretest adalah 71,94 dan nilai rata-rata postest adalah 78,50. Pada kelompok

kontrol, nilai rata-rata pretest adalah 72,72 dan nilai rata-rata postest adalah

72,16.

2. Perbedaan selisih Skor Pretest dan Postest Pengaruh Penyuluhan Terhadap

Pengetahuan Tentang IVA Test pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol.

Tabel 4.3. Selisih Skor Pretest dan Postest Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Tentang IVA Test pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok Mean Std. Deviasi

Selisih Eksperimen 6.56 0.663

Selisih Kontrol 0.56 0.129

Sumber: Data Primer, 2012.

Tabel 4.4. Hasil Uji Statistik Mann-Whitney Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Tentang IVA Test

Kelompok

Mann-Whitney U Z Sig. (2-tailed)

Eksperimen Equal variances assumed

671.500 -3.545 0,000

Kontrol Equal variances assumed

883.500 -0.358 0.720

[image:44.595.134.528.128.547.2] [image:44.595.148.527.603.719.2]
(45)

commit to user

Dari tabel 4.3 diketahui pada kelompok eksperimen nilai rata-rata

selisih skor pretest-postest adalah 6,56 dan pada kelompok kontrol 0,56.

Kemudian dari tabel 4.4 diketahui bahwa ada signifikan hasil

perbedaan selisih skor kelompok eksperimen antara postest dan pretest

dengan nilai signifikansi yaitu 0,000 (p<0,05), sedangkan pada kelompok

kontrol tidak ada signifikan perbedaan selisih skor antara postest dan pretest

dengan nilai signifikasi 0,720 (p>0,05).

Dari analisis diatas dapat disimpulkan ada pengaruh penyuluhan

terhadap pengetahuan kader posyandu tentang IVA test di wilayah kerja

(46)

commit to user

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden, diantaranya

adalah faktor umur, tingkat pendidikan, informasi dan budaya serta pengalaman

atau masa kerja responden. Pada penelitian ini peneliti membandingkan tingkat

pengetahuan responden sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan IVA test.

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa kelompok umur terbanyak

baik pada kelompok eksperimen maupun kontrol berada pada rentang umur

21-40 tahun sejumlah 30 orang atau 62,5% pada kelompok eksperimen dan 30 orang

atau 70% pada kelompok kontrol. Pada umur ini, individu akan lebih berperan

aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial (Hurlock, 2004). Kemampuan

intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal mencapai puncak

kematangan dan cenderung stabil pada umur ini. Jadi semakin matang usia

seseorang, maka dalam memahami suatu masalah akan lebih mudah dan dapat

menambah pengetahuan (Nursalam, 2003).

Berdasarkan distribusi jenjang pendidikan terakhir responden, didapatkan

hasil sebagian besar responden berpendidikan terakhir SMP yaitu sebanyak 27

orang atau 63% pada kelompok eksperimen dan 25 orang atau 58% pada

kelompok kontrol. Tingkat pendidikan responden merupakan salah satu faktor

penting yang dapat mempengaruhi pengetahuan responden yang diteliti. Semakin

tinggi pendidikan seseorang akan semakin mudah dalam menerima informasi

(47)

commit to user

(Notoatmodjo, 2005). Meskipun demikian perlu ditekankan pula bahwa

seseorang yang berpendidikan lebih rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan

rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan

formal. Dalam hal ini, penyuluhan kesehatan dapat digolongkan dalam

pendidikan non formal.

Sedangkan dari faktor masa kerja didapatkan hasil sebagian besar

responden bekerja lebih dari 10 tahun sejumlah 23 orang atau 48% pada

kelompok eksperimen dan 17 orang atau 40% pada kelompok kontrol. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin lama bekerja maka pengetahuannya juga semakin

bertambah. Seseorang akan memiliki pengetahuan yang lebih banyak dari

pengalaman yang telah dialami. Pengalaman kerja secara tidak langsung

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Notoatmodjo (2007) mengemukakan

bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana

fisik dan sosial kebudayaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, faktor umur, pendidikan serta masa kerja

berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan. Akan tetapi, secara statistik intervensi

penyuluhan IVA test lebih signifikan mempengaruhi kenaikan tingkat

pengetahuan responden. Hal ini ditunjukan dari hasil kelompok eksperimen

(yang diberi penyuluhan) nilai rata-rata selisih skor pretest-postest adalah 6,56

(48)

commit to user

B. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Kader Posyandu

Tentang IVA Test

Berdasarkan hasil analisis data penelitian menggunakan uji U

mann-whitney dengan program SPSS versi 17 diperoleh p value 0,000 (P<.0,05) berarti

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu terdapat pengaruh penyuluhan terhadap

pengetahuan tentang IVA test.

Peningkatan pengetahuan terjadi pada kelompok eksperimen dan juga

kontrol, tetapi pada kelompok eksperimen setelah mendapatkan intervensi berupa

penyuluhan. Terjadi peningkatan nilai yang signifikan dengan nilai terendah dari

pretest 55% menjadi 64% pada postest atau termasuk kategori cukup, sedangkan

pada kelompok kontrol masih terdapat nilai terendah 55% atau termasuk kategori

kurang. Kemudian ada signifikan hasil perbedaan selisih skor kelompok

eksperimen antara postest dan pretest dengan nilai signifikansi yaitu 0,000

(p<0,05), sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada signifikan perbedaan

selisih skor antara postest dan pretest dengan nilai signifikasi 0,720 (p>0,05).

Semakin baik pengetahuan tentang IVA test maka seorang kader

posyandu akan cenderung lebih berperan aktif memberikan kesadaran untuk

deteksi dini kanker serviks. Hal ini terjadi karena memang pengetahuan

merupakan salah satu aspek psikis yang dapat menjadi motivasi atau faktor

pendorong seseorang melakukan suatu perilaku atau aktifitas.

Menurut Lawrence Green (Notoatmodjo, 2005) perilaku (khususnya

bidang kesehatan) ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor predisposisi

(49)

commit to user

penguat (reinforcing factors). Pengetahuan sendiri termasuk faktor predisposisi

yang dapat meningkat dengan intervensi pendidikan ataupun penyuluhan.

Penyuluhan kesehatan merupakan gabungan berbagai kegiatan dan

kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu

keadaan dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara

keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan upaya

pencegahan sesuai yang bisa dilakukannya (Depkes RI 2004). Setelah mendapat

penyuluhan kesehatan dimungkinkan terjadi peningkatan pengetahuan yang lebih

tinggi pada kelompok yang diberi penyuluhan.

Dalam penelitian ini media penyuluhan yang digunakan adalah ceramah

yang berupa penyajian materi melalui penuturan secara lisan pada sekelompok

orang. Penggunaan metode ini digunakan karena sebagian besar responden

belum mengetahui tentang IVA test sehingga perlu adanya penjelasan dari

peneliti melalui ceramah. Dengan metode ceramah responden bisa lebih

berkonsentrasi mendengarkan dan memahami materi yang diberikan. Peran

penyuluh lebih banyak untuk memberikan materi penyuluhan, sehingga

pembicaraan lebih bersifat satu arah sementara peserta penyuluhan cenderung

hanya mendengarkan. Oleh karena itu, untuk mendukung pengetahuan dari

responden, selain menggunakan metode ceramah juga disertai dengan adanya

diskusi. Diskusi merupakan suatu bentuk komunikasi dua arah sehingga bisa

terjalin komunikasi aktif antara peneliti dengan responden dan bisa

mengembangkan pemahaman responden yang lebih baik mengenai pokok

(50)

commit to user

pengetahuan responden pada penelitian ini bisa meningkat secara signifikan. Hal

ini sesuai dengan teori menurut Tarigan (2010), metode ceramah memiliki

beberapa keterbatasan maka dalam penggunaannya perlu digabung dengan

metode-metode lain, salah satunya diskusi. Media ceramah sendiri mempunyai

kelebihan antara lain efisien waktu, meningkatkan daya dengar dan memberikan

wawasan yang luas.

Dalam penelitian ini, selain menggunakan metode ceramah dan diskusi

juga perlu didukung dengan adanya media penyuluhan salah satunya dengan

media leaflet. Media leaflet merupakan salah satu media cetak yang dapat

menyampaikan informasi melalui lembar yang dilipat dan berisi kalimat maupun

gambar. Dengan menggunakan leaflet responden akan lebih mudah memahami

materi yang disampaikan karena diperkuat dengan adanya gambar pada leaflet,

sehingga responden bisa melihat dan mengamati secara langsung contoh materi

yang diberikan. Leaflet diberikan pada responden dengan harapan dibaca ulang

dirumah sehingga adanya aktifitas yang berkesinambungan yaitu mendengar,

melihat dan mengulang/ membaca ulang dirumah. Selain itu leaflet juga

mempunyai kelebihan dengan ukurannya yang kecil memudahkan responden

untuk membawanya dan menyebarluaskan informasi yang telah didapat. Hal ini

sesuai dengan pendapat Fitriani (2011) bahwa leaflet adalah salah satu bentuk

media cetak yang digunakan untuk memberikan informasi atau pesan-pesan

kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi bisa dalam bentuk

kaliman maupun gambar, atau kombinasi keduanya. Ukuran leaflet kecil,

[image:50.595.133.525.248.484.2]
(51)

commit to user

Menurut penelitian sejenis sebelumnya yang berjudul “Pengaruh

Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Primipara Tentang ASI Eksklusif

Di RSIA Assalam Gemolong Sragen” didapatkan hasil bahwa penyuluhan

dengan metode ceramah dan diskusi dapat meningkatkan pengetahuan yang

signifikan pada responden dari kategori pengetahuan kurang baik sebelum diberi

penyuluhan sebanyak 37% menjadi kategori baik sejumlah 92,6% setelah diberi

penyuluhan.

Penelitian lain yang berjudul “Pengaruh penyuluhan tentang personal

hygiene terhadap perilaku mencegah keputihan pada siswi SMK Wikarya

Karanganyar Tahun 2012” juga membuktikan bahwa penyuluhan dengan

metode ceramah disertai dengan media leaflet dapat meningkatkan pengetahuan

responden mengenai perilaku personal hygiene.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian ini, bahwa pelaksanaan

penyuluhan kesehatan akan mempengaruhi peningkatan pengetahuan peserta

penyuluhan, yang kedepannya diharapkan tercapai perubahan perilaku dan

terbentuk perilaku sehat. Salah satu indikator perubahan perilaku tersebut dapat

(52)

commit to user

35 39

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

1. Tingkat pengetahuan kader posyandu sebelum diberi penyuluhan tentang

IVA test pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol sebagian

besar mempunyai kategori cukup yaitu pada kelompok eksperimen

sebanyak 25 orang (52%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 23 orang

(53%).

2. Tingkat pengetahuan kader posyandu setelah diberi penyuluhan tentang

IVA test pada kelompok eksperimen sebagian besar mempunyai kategori

baik sebanyak 34 orang (71%) dan pada kelompok kontrol sebagian besar

mempunyai kategori cukup sebanyak 24 orang (56%).

3. Terdapat pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan kader posyandu

tentang IVA test di wilayah kerja Puskesmas Mantingan dengan nilai

p=0,000.

B. Saran

1. Bagi Instansi Kesehatan

Penyuluhan kesehatan khususnya tentang IVA test sebaiknya tidak hanya

dilakukan pada tenaga kesehatan dan kader saja tetapi juga pada

(53)

commit to user

35 39

2. Bagi Masyarakat

Pengetahuan yang telah dimiliki terkait IVA test sebaiknya diikuti dengan

Gambar

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner .................................................................
Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian ................................................
Gambar 2.1  Kerangka Konsep Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan  Kader Posyandu Tentang IVA Test
Tabel 2.1 Definisi operasional variabel penyuluhan dan pengetahuan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan kesehatan yang menghormati hak perempuan atas tubuhnya, dalam jangka panjang akan memberikan kontribusi yang nyata dalam mengatasi masalah kependudukan, dengan

Dinas Kesehatan Kota Salatiga melakukan inovasi dengan membuat sebuah sistem perizinan yang berfungsi untuk melakukan pengajuan izin secara online sehingga proses

Kompetensi profesional adalah kompetensi guru dalam memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan kepada peserta didik,

(5) Jumlah jurnal internasional bereputasi yang dilanggan; (6) Jumlah jurnal ilmiah di lingkungan UMyang terakreditasi; (7) Jumlah penelitian kerjasama dengan pemerintah daerah;

pribadi masing-masing ”. Dalam konteks tugas guru, kompetensi pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru pada dasarnya akan bersumber dan bergantung

penelitian terutama dalam bidang akuntansi lingkungan serta sebagai pembuktian empiris mengenai pengaruh penerapan green accounting dalam hal kinerja lingkungan,

pendapatan asli daerah dan belanja tidak langsung terhadap kemiskinan. melalui pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali tahun

[r]