• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB I"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam berkomunikasi manusia menggunakan berbagai media untuk

menyampaikan maksudnya. Seorang komunikator menyampaikan pesannya

terhadap komunikannya dengan menggunakan berbagai media. Seiring

berkembangnya teknologi komunikasi makin banyak media yang digunakan oleh

manusia untuk menyampaikan pesannya kepada orang lain berdasarkan

kebutuhannya. Media massa sangat membantu masyarakat di dalam

mendapatkan informasi. Dengan menggunakan media massa penyebaran

informasi lebih mudah dan cepat ( Wijaya, 1997:77 ).

Film merupakan media massa yang tidak terbatas pada ruang lingkupnya.

Hal ini dipengaruhi unsur cita rasa dan unsur visualisasi yang saling

berkesinambungan. Menurut Alex Sobur dalam bukunya semiotika komunikasi,

film merupakan salah satu media yang berpotensi untuk mempengaruhi

khalayaknya karena kemampuan dan kekuatannya menjangkau banyak segmen

sosial. Dalam hubungannya, film dan masyarakat dipahami secara linear.

Maksudnya, film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasar

(2)

terhadap perspektif ini didasarkan atas argumen bahwa film adalah potret dari

masyarakat di mana film itu dibuat (Sobur, 2003:127).

Sekarang ini film Indonesia umumnya menimbulkan kecemasan dan

perhatian masyarakat ketika disajikan dalam film adalah adegan-adegan seks dan

kekerasan dengan wanita sebagai objeknya. Namun seringkali kecemasan

masyarakat berasal dari keyakinan bahwa isi seperti itu mempunyai efek moral,

psikologis, dan sosial yang merugikan, khususnya kepada generasi muda, dan

menimbulkan perilaku antisosial (Wright, 1986:173-174).

Terdapat beberapa karakteristik kunci yang dapat membantu mengenali

film perempuan. Salah satunya dikutip Joanne Hollows (Feminism, Femininity

and Popular Culture, 2000) dari kategori yang dibuat Maria LaPlace. LaPlace

menyebutkan, ”film perempuan dibedakan berdasarkan protagonis

perempuannya, sudut pandang perempuan, dan naratifnya yang umumnya

berputar sekitar pengalaman perempuan: keluarga, ruang domestik, romantisme

arena di mana cinta, emosi, dan pengalaman mendapatkan tempat lebih dari aksi

dan peristiwa. Satu aspek yang paling penting adalah menempatkan dalam posisi

tertinggi keserasiannya dengan relasi antara perempuan”.

Perempuan dalam media massa, pada dasarnya berbicara tentang

representasi perempuan dalam media massa, baik media cetak, media elektronik,

maupun berbagai bentuk multi media. Sejauh ini media massa menjadikan

(3)

Wajah perempuan dalam media cenderung menggambarkan perempuan sebagai

korban, pihak yang lemah, tak berdaya, atau menjadi korban kriminalitas karena

sikapnya yang mengundang atau memancing terjadinya kriminalitas, atau

sebagai obyek seksual. Penggambaran dalam cerita-ceritanya seringkali mejadi

stereotipe. Perempuan digambarkan tak berdaya, lemah, membutuhkan

perlindungan, dan korban kekerasan.1

Problem pokok yang menampilkan sosok perempuan adalah keberadaan

perempuan dalam dunia laki-laki. Hal tersebut ditandai oleh pelecehan,

diskriminasi, ketidakberdayaan, dan dominasi oleh laki-laki. Ideologi patriarki

masih sangat kuat mendominasi posisi perempuan, baik sebagai individu

maupun kelompok. Dalam keadaan demikian tidak mengherankan bahwa masih

banyak terjadi pelecehan terhadap derajat maupun martabat perempuan.

Pada dasarnya, perempuan merupakan suatu pesan yang dikomunikasikan

dalam budaya patriarki. Perempuan “dituliskan” melalui pembentukan stereotip

dan mitos bahwa ia adalah suatu tanda yang dipertukarkan, begitulah akhirnya

perempuan berfungsi dalam bentuk-bentuk budaya dominan. Karena itu, dalam

bidang seni dan juga dalam teks film, representasi perempuan terutama bukanlah

suatu tema atau persoalan sosiologis, seperti sering dipikirkan, melainkan sebuah

tanda yang sedang dikomunikasikan.(Johnston, 1975:124).

1http://www.esaunggul.ac.id/article/jurnalisme-berperspektif-gender/ diunduh 23 Desember 2012 jam

(4)

Film “Sang Penari” telah di rilis pada tanggal 10 November 2011.

Merupakan film dokumenter yang diproduksi oleh Salto Films berdurasi 111

menit. Film ini terinspirasi dari novel 'Ronggeng Dukuh Paruk' karya Ahmad

Tohari, butuh waktu lama hingga akhirnya 'Sang Penari' siap untuk dirilis ke

layar lebar. Film ini merupakan film yang pertama kali mengangkat tentang

tarian dengan diperpadukan konflik drama percintaan agar yang menonton film

ini tidak menjadi bosan dan dibuat mengharukan. 2

Selain itu Film ini juga mempunyai banyak prestasi seperti penghargaan

Pada program acara piala Citra Festival Film 2011 di Indonesia yang disiarkan

oleh RCTI, film “Sang Penari” ini memborong empat sekaligus penghargaan

yaitu:

1. Sebagai Film terbaik pada Penghargaan Piala Citra di Festival Film

Indonesia 2011

2. Sutradara Terbaik (Ifa Isfansyah)

3. Aktris Terbaik (Prisia Nasution)

4. Aktris Pendukung Terbaik (Dewi Irawan)

dan yang terakhir di tahun 2013, film garapan sutradara Ifa Isfansyah tersebut

dikabarkan dipilih untuk mewakili Indonesia di ajang Academy Awards yang

ke-85, Film Sang Penari bakal berkompetisi dalam kategori “The Academy of

(5)

Motion Picture Arts and Sciences akan memilih sembilan film sebagai pilihan

awal pada Januari 2013, yang akan diselenggarakan pada tanggal 26 Februari

2013.3

Perkembangan penelitian sebelumnya pada film Sang Penari ini telah

diteliti oleh mahasiswa dari Universitas Negeri Diponegoro yang bernama

Pudyadita, penelitian tersebut berfokus pada penggambaran kebudayaan

kesenian tari ronggeng dan menggunakan teori Jhon Fiske “The Codes of

Television”. Sehingga penulis menganggap bahwa penelitian sebelumnya

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis sekarang walaupun

dalam satu film yaitu Film Sang Penari, karena penelitian sekarang ini

mengangkat representasi perempuan dalam film Sang Penari dan dianalisa

menggunakan teori semiotika Roland Barthes.

Film Sang Penari ini bisa dibilang film yang mengandung sebuah teks

yang tersusun atas tanda dan lambang yang akan memperoleh suatu makna atau

pesan yang ingin disampaikan oleh sang sutradara, sehingga pendekatan yang

relevan pada penelitian ini digunakan adalah pendekatan semiotika. Sehingga

dari latar belakang yang sudah disampaikan diatas, maka penulis ingin melihat

representasi perempuan yang digambarkan melalui film „Sang Penari‟.

(6)

1.2. Rumusan Masalah

Pada penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana

Representasi perempuan yang digambarkan dalam film “Sang Penari”?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini adalah menggambarkan Representasi perempuan

dalam film “Sang Penari”.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan acuan bagi rekan-rekan

lain yang mengadakan penelitian dengan topik yang mengenai film,

analisis semiotika, dan Representasi perempuan dalam film Sang Penari.

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu

mengungkap lebih dalam pesan komunikasi, nilai-nilai atau ideologi yang

terkandung dalam sebuah film. Selain itu penelitian ini juga bertujuan

menggambarkan sebuah fenomena atau parakdoks-paradoks kehidupan

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti berasumsi Kompas adalah media yang cocok dengan teori analisis wacana fairclough, karena dalam pengambilan judul ia tidak secara langsung menuding Raffi

Sumber dari tingkat kreatifitas, inovasi, dan produktivitas karyawan adalah tingkat kepuasan kerja karyawan. Semakin tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan, maka

Sedangkan residu dalam ruang lingkup agama mempunyai makna yang sama dengan Ashobah, dimana Ashobah dalam ilmu waris adalah ahli waris yang tidak mempunyai bagian yang tegas

Pengungkapan Diri (Self Disclosure) kemampuan individu menyampaikan informasi pribadi yang belum pernah disampaikan pada teman, orang tua dan guru yang berkaitan

Skripsi ini berjudul: Anak Angkat Yang Berstatus Anak Kandung Berdasarkan Akta Kelahiran Ditinjau Dari Segi Hukum Islam (Studi Kasus di Kecamatan Medan Denai). Fokus studi

Penulis kurang sependapat dengan hasil putusan ini karena di dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 176 dan Alquran yang menyatakan bahwa pembagian warisan anak laki-laki

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media sapih hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, sedangkan parameter lain seperti persentase hidup,

Dalam melakukan tugasnya, tenaga PLS berfungsi sebagai pendidik (dalam wujud fasilitator/pendamping, instruktur/tutor/widiaiswara, dan pamong belajar), sebagai