PERNIKAHAN DINI DI DUSUN PALU DESA KARANG
PINANG KECAMATAN KEMBANG KABUPATEN
BOJONEGORO
(Tinjauan Dramaturgi)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
(S. Sos) dalam Bidang Sosiologi
Oleh:
UMI KHOLISOTIN
NIM. B05211068
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
J U R U S A N I L M U S O S I A L
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
ABSTRAK
Umi Kholisotin, 2015,Pernikahan DiniDi Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro, Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Pernikahan Diniearly-age marriage
Permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini adalah fenomena pernikahan pada usia dini, yang mana menikah pada usia dini di Dusun Palu Desa Karang Pinang tersebut dipengaruhi oleh pola pikir yang terbelakang dan wilayah pemukiman masyarakat setempat yang terpencil dan jauh dari keramaian, serta kepercayaan terhadap mitos menjadi pemicu utama dalam pernikahan dini tersebut. Ketakutan para orangtua akan hal yang negatif juga menjadi faktor dimana para remaja di Dusun Palu tersebut menikah pada usia yang masih sangat muda.
Metode yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan untuk melihat fenomena tentang Pernikahan Dini di Dusun Palu Desa Karang Pinang adalah teori Dramaturgi(Erving Goffman) tentang kehidupan atau perilaku ketika di depan panggung (font stage)
dan perilaku saat di belakang panggung (back stage).
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 21
2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22
3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 23
4. Tahap-Tahap Penelitian...24
5. Teknik Pengumpulan Data ... 26
6. Teknik Analisis Data ... 27
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 28
H. Sistematika Pembahasan ... 28
BAB II :DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN...31
1. Kerangka Teoritik ... 31
2. Sejarah Teori Dramaturgi...33
3. Biografi Erving Goffman...34
5. Dramaturgi (Kita Sebenarnya Hidup Di atas Panggung)...38
BAB III : PERNIKAHAN DINI ... 41
A. Profil Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro... 41
1. Letak GeografisDusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro ... 41
a. Struktur Pemerintahan di Desa Karang Pinang ... 43
b. Luas Wilayah Desa Karang Pinang... 44
c. Batas Wilayah DesaKarang Pinang ... 45
d. Luas Wilayah Dusun Palu ... 45
e. Batas Wilayah Dusun Palu ... 46
f. Mata Pencaharian Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang ... 46
g. Jumlah Penduduk Dusun Palu berdasarkan Pemeluk Agama ... 48
h. Tingkat Penghasilan Penduduk Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang ... 49
i. Tingkat Kesejahteraan Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang ... 50
j. Jumlah Penduduk, Usia, Pendidikan dan Status Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang ... 51
k. Tempat Ibadah Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang ... 56
B. Pernikahan Dini ... 57
1. Proses terjadinya Pernikahan Dini ... 57
2. Faktor Pernikahan Dini Di Dusun Palu ... 62
a. Tradisi ... 62
b. Ekonomi dan Pendidikan yang Terbelakang... 64
c. Lingkungan Yang Terpencil ... 68
3. Dampak Positif Pernikahan Dini Di DusunPalu ... 71
a. Keharmonisan Dalam Rumah Tangga... 71
b. Psikologis Yang LebihMandiri……… 72
c. KesetaraanSosial……….. 75
d. BebanEkonomi Yang Berkurang………. 81
C. Pernikahan Dini dilihat dari Kacamata Teori Dramaturgi ErvingGoffman...84
BAB IV : PENUTUP ... 88
A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 90
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menikah adalah sunnatullah yang akan dilalui semua orang dalam
proses perjalanan hidupnya. Untuk menikah ada dua hal yang harus di
perhatikan, yaitu kesiapan fisik dan kesiapan mental. Kesiapan fisik
seseorang dilihat dari kemampuan ekonomi, sedangkan kesiapan mental
dilihat dari faktor usia. Akan timbul permasalahan jika pernikahan
dilakukan di usia yang sangat muda yaitu menikah dini yang secara fisik
dan mental memang belum siap.1
Menikah merupakan acara sakral yang mana dalam menikah
tersebut kita sangat menginginkan kebahagiaan dan keharmonisan dalam
berumah tangga, tujuan utama dalam menikah adalah mempunyai keluarga
yang langgenng sampai ajal menjemput dan mempunyai partner dalam
mengarungi kehidupan. Kita sebagai manusia yang normal tentunya sangat
menginginkan pernikahan yang langgeng dan hanya terjadi satu kali dalam
kehidupan kita.2
Pernikahan dini merupakan pernikahan yang sering kita dengar,
biasanya pernikahan dini terjadi pada zaman dahulu (zaman nenek
moyang kita), namun pada saat sekarang ini masih ada wilayah yang
1
Noni Arni,Kuatnya Tradisi, Salah Satu Penyebab Pernikahan Dini(Yogyakarta:Lkis,
2007), 91.
2
2
masih menggunakan tradisi menikah dini tersebut, tentunya untuk zaman
yang sudah modern ini kurang pas jika maih menikah dalam usia dini.
Pada hakekatnya, penikahan dini juga mempunyai sisi positif. Kita
tahu, saat ini pacaran yang dilakukan oleh pasangan muda-mudi acapkali
tidak mengindahkan norma-norma agama. Kebebasan yang sudah
melampui batas, dimana akibat kebebasan itu kerap kita jumpai
tindakan-tindakan asusila di masyarakat. Fakta ini menunjukkan betapa moral
bangsa ini sudah sampai pada taraf yang memprihatinkan.3
Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia
pernikahan ini tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini
dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari sisi
fisik, psikis dan mental. Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini
mempunyai dampak negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan.
Menurut para sosiolog, ditinjau dari sisi sosial, pernikahan dini dapat
mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini disebabkan oleh emosi yang
masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang.
Melihat pernikahan dini dari berbagai aspeknya memang mempunyai
banyak dampak negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya mentolerir
pernikahan diatas umur 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.4
Fenomena pernikahan diusia anak-anak menjadi kultur sebagian
masyarakat Indonesia yang masih memposisikan anak perempuan sebagai
3
Abdul Shaheed, Tinjauan Fiih Pernikahan Dini (Yogyakarta: Gaul I,2009), 87 4
3
warga kelas ke-2. Para orang tua ingin mempercepat perkawinan dengan
berbagai alasan ekonomi, sosial anggapan tidak penting pendidikan bagi
anak perempuan dan stigma negatif terhadap status perawan tua.5
Sebenarnya kalau kita mau menelisik lebih jauh, fenomena
pernikahan dini bukanlah hal yang baru di Indonesia, khususnya daerah
Jawa. Penulis sangat yakin bahwa mbah buyut kita dulu banyak yang
menikahi gadis di bawah umur. Bahkan jaman dulu pernikahan di usia
”matang” akan menimbulkan preseden buruk di mata masyarakat.
Perempuan yang tidak segera menikah justru akan mendapat tanggapan
miring atau lazim disebut perawan kaseb.
Namun seiring perkembangan zaman, image masyarakat justru
sebaliknya. Arus globalisasi yang melaju dengan kencang mengubah cara
pandang masyarakat. Perempuan yang menikah di usia belia dianggap
sebagai hal yang tabu. Bahkan lebih jauh lagi, hal itu dianggap
menghancurkan masa depan wanita, memberangus kreativitasnya serta
mencegah wanita untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang
lebih luas.
Di Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang
Kabupaten Bojonegoro ini ternyata semua anak-anak di desanya menikah
pada usia dini. Bahkan mereka ada yang belum sampai lulus SMP sudah
5Syakir, Muhammad Fu’ad,
4
menikah, jarang yang melanjutkan sampai SMA. Dalam desa tersebut
terdapat salah satu pasangan yang menarik. Yaitu pada saat menikah masih
berumur 14 tahun yang perempuan dan yang lelaki berumur 15 tahun,
terpaksa mereka hanya di akadkan saja kerena sang penghulu tidak berani
menikahkan mereka pada umur yang belum mencukupi. Melihat realita
seperti ini sangat memprihatinkan dan sangat di sayangkan sekali apabila
wanita di desa tersebut tidak merasakan indahnya mengenyam dunia
pendidikan.
Dengan adanya pernikahan dini di desa tersebut tentunya para
remaja di desa tersebut sangat kurang ilmu pengetahuan dan wawasan
yang sempit. Tapi menikah dini tidak hanya memiliki nilai negatif,
menikah pada usia dini juga mempunyai nilai yang positif, yaitu dapat
mencegah pergaulan yang bebas dan dapat menjauhkan para remaja dari
perbuatan yang tidak di inginkan. Karena melihat realita sekarang ini para
remaja harus di didik dengan yang sebenar-sebenarnya, melihat keadaan
dunia yang semakin tua dan zaman yang sudah sangat modern, tentunya
bagi para orang tua harus lebih memberi himbauan untuk para anaknya
agar jangan sampai terjerumus kedalam pergaulan yang salah dan lembah
yang membawa pada keburukan.
Menurut peneliti, pernikahan dini di Dusun Palu ini menarik untuk
di teliti, karena dengan kepercayaan mitos yang belum tentu kebenarannya
sampai sekarang ini di gunakan prinsip dalam hidup oleh masyarakat desa
5
adalah hal utama yang menjadi prinsip hiup mereka, dan menurut peneliti
sangat menarik karena pernikahan serta hidup mereka menggunakan
kepercayaan terhadap mitos yang belum tentu benar adanya, pada zaman
sekarang sangat tidak pas apabila seorang wanita harus menikah muda,
karena wanita juga bisa berkarir dan mampu menjadi wanita yang lebih
maju, bukan hanya di dapur saja dan menjadi ibu rumah tangga.
Pemikran warga dusun palu membuat para remaja mengalami
pernikahan dini, saat usia mereka baru 14 tahun para orangtua sudah mulai
resah dan kebingungan apabila belum mendapatkan jodoh. Ibarat bunga
sudah layu jika pada saat usia yang masih muda belum mendapatkan jodoh
atau menikah. Namun dengan adanya pernikahan dini tersebut tidak
membuat kegagalan rumah tangga atau semacam KDRT. Suasana damai
dan tentram selalu terlhat di dusun palu tersebut. Hal itu di karenakan
karena interaksi sosial mereka yang begitu kuat dan bagus. Oleh sebab itu
pernikahan dini di dusun palu bukan menjadi hal yang buruk.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada suatu penelitian adalah untuk
memudahkan dalam menganalisa dan mengevaluasi masalah serta agar
dapat lebih terarah dan jelas sehingga diperoleh langkah-langkah
pemecahan masalah yang efektif dan efisien, maka perlu dibuat suatu
perumusan masalah. Adapun perumusan masalah yang peneliti kemukakan
6
1. Apa faktor yang menyebabkan pernikahan pada usia dini di Dusun Palu
Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro ?
2. Bagaimana dampak pernikahan pada usia dini di Dusun Palu Desa Karang
Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten bojonegoro ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini sesuai dengan
rumusan masalah di atas adalah:
1. Untuk mengetahui faktor apa yang melatar belakangi sehingga
pernikahan dini tersebut bisa terjadi pada masyarakat di Dusun
Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten
Bojonegoro.
2. Untuk mengetahui dampak dari adanya pernikahan dini di Dusun
Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten
Bojonegoro.
D. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian pastilah mempunyai manfaat dan kegunaan.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Manfaat dari penelitian ini adalah kita dapat mengetahui
faktor-faktor terjadinya pernikahan pada usia muda di desa
tersebut. Sekarang ini sudah tidak zamannya lagi menjadi
7
Dan dengan adanya penelitian ini semoga kita bisa menjadi
manusia yang lebih bersyukur karena kita masih bisa merasakanz
indahnya dunia pendidikan, dan kita masih dapat mmenikmati
masa muda, mendapat banyak pengalaman yang mungkin tidak
pernah di dapatkan pada mereka yang menikah pada usia muda.
2. Bagi Masyarakat yang di Teliti
Manfaat penelitian ini bagi masyarakat ialah masyarakat
akan mengetahui bagaimana dampak adanya pernikahan dini, dan
mereka juga akan sadar bahwa pada zaman sekarang ini seharusnya
anak-anak perempuan mereka harus memperoleh pendidikan yang
tinggi, bukan hanya sekedar menjadi ibu rumah tangga yang hanya
di dapur dalam usia yang masih sangat muda.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan pada masyarakat
yang wilayahnya sangat terpencil ini mau berfikir lebih maju untuk
masadepan anak-anak mereka. Dan semoga dengan adanya
penelitian ini mereka sadar bahwa menikahkan pada usia dini
dengan cara menjodohkan atau tradisi bukanlah cara yang disukai
remaja pada masa kini. Pernikahan dini bukan hanya mempunyai
dampak negatif, tapi pernikahan dini juga menjadi hal pemutus
bagi pendidikan remaja yang masih belum mempunyai wawasan
8
E. Definisi Konseptual
1. Pernikahan Dini
Pernikahan dini adalah sebuah pernikahan yang dilakukan oleh
mereka yang berusia di bawah usia 16 tahun bagi wanita, dan di bawah 19
tahun bagi laki-laki. Semua pernikahan yang dilakukan sebelum mencapai
usia tersebut maka bisa disebut pernikahan dini.6 Secara medis anak
perempuan usia di bawah 16 tahun masih dianggap belum matang secara
seksual karena organ reproduksinya belum mengalami menstruasi sehingga
tidak dianjurkan untuk menikah. Semua pernikahan yang dilakukan sebelum
mencapai usia tersebut maka bisa disebut pernikahan dini.7
F. Telaah Pustaka
1. Pernikahan Dini menurut Negara
Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan.
Dalam Undang-undang Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan
bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19
(sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16
(enam belas tahun) tahun. Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas
minimal usia pernikahan ini tentunya melalui proses dan berbagai
6
Arni, Kuatnya Tradisi, Salah Satu Penyebab Pernikahan Dini,89 7
9
pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar
siap dan matang dari sisi fisik, psikis dan mental.8
Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini mempunyai
dampak negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Menurut para
sosiolog, ditinjau dari sisi sosial, pernikahan dini dapat mengurangi
harmonisasi keluarga. Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih labil,
gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang. Melihat
pernikahan dini dari berbagai aspeknya memang mempunyai banyak
dampak negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya mentolerir pernikahan
diatas umur 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.
2. Pernikahan Dini Menurut Agama Islam
Agama dan negara terjadi perselisihan dalam memaknai
pernikahan dini. Pernikahan yang dilakukan melewati batas minimnal
Undang-undang Perkawinan, secara hukum kenegaraan tidak sah. Istilah
pernikahan dini menurut negara dibatas dengan umur. Sementara dalam
kaca mata agama, pernikahan dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh
orang yang belum baligh.9
Terlepas dari semua itu, masalah pernikahan dini adalah isu-isu kuno
yang sempat tertutup oleh tumpukan lembaran sejarah. Dan kini, isu
8
Cik Hasan Basri, Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama Dalam Sistem Hukum Nasional (Jakarta: Logos Wacan Ilmu,2000), 40
9
10
tersebut kembali muncul ke permukaan. Imam Jalaludin Suyuthi pernah
menulis dua hadis yang cukup menarik dalam kamus hadisnya. Arti hadis
pertama adalah ”Ada tiga perkara yang tidak boleh diakhirkan yaitu shalat
ketika datang waktunya, ketika ada jenazah, dan wanita tak bersuami ketika
diajak menikah orang yang setara atau kafaah”.10
Pada hakekatnya, penikahan dini juga mempunyai sisi positif. Kita
tahu, saat ini pacaran yang dilakukan oleh pasangan muda-mudi acapkali
tidak mengindahkan norma-norma agama. Kebebasan yang sudah melampui
batas, dimana akibat kebebasan itu kerap kita jumpai tindakan-tindakan
asusila di masyarakat. Fakta ini menunjukkan betapa moral bangsa ini
sudah sampai pada taraf yang memprihatinkan. Pernikahan dini merupakan
upaya untuk meminimalisir tindakan-tindakan negatif tersebut. Daripada
terjerumus dalam pergaulan yang kian mengkhawatirkan, jika sudah ada
yang siap untuk bertanggungjawab dan hal itu baik dalam pandangan
syara’.11
Berbicara tentang pernikahan maka tak lepas dari yang namanya
keluarga, yang mana tujuan utama menikah adalah membangun keluarga
yang bahagia dan sejahtera sampai ajal memisahkan. Dalam sebuah
10
Yusuf Fatawie, Santri Lirboyo Kediri, Pernikahan Dini Dalam Perspektif Agama dan
Negara. http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/islam-kontenporer.124 tanggal 21 September
2010
11
11
keluarga tentunya keluarga mempunyai fungsi-fungsi yang harus di jalankan
agar keluarga dapat berjalan dengan harmonis dan bahagia. Berikut ini
adalah pengertian tentang keluarga dan fungsi-fungsi keluarga.
Keluarga adalah kelompok yang berdasarkan pertalian sanak saudara
yang memiliki tanggungjawab utama atas sosialisasi anak-anaknya dan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok tertentu lainnya, ia terdiri dari
sekelompok orang yang memiliki hubungan darah, tali perkawinan, atau
adopsi dan yang hidup bersama-sama untuk periode waktu yangg tidak
terbatas.12 Selain sebagai kelompok orang yang hidup bersama keluarga
juga mempunyai fungsi-fungsi lainnya, antara lain ialah:
a. Pengasuhan dan perlindungan anak yang kecil, remaja, dewasa, dan
orang jompo
Keluarga terutama bertanggungjawab terhadap pengasuhan fisik
dan ekonomi anak-anak mereka seaktu mereka belum mampu
memenuhi fungsi mereka sendiri. Di samping itu, secara tradisional
keluarga harus bertanggung jawab atas pengasuhan dan menghibur si
kecil dan mencukupi kebutuhan ekonomi mereka yang lanjut usia.13
b. Sosialisasi Anak
Sepanjang ejarah mansuia, keluarga tetap merupakan perantara
utama bagi tahap awal sosialisasi anak. Selama periode waktu yang
12
Bruce J Cohen. Soisologi Suatu Pengantar (Jakarta:PT RINEKE CIPTA 1992), 172 13
12
cukup lama setelah kelahirannya, keluarga adalah merupakan
satu-satunya kelompok yang memberikan hubungan ekstensif bagi anak.
Oleh karena kondisinya yang semacam inilah keluarga memainkan
peranan penting dalam membentuk sikap, nilai, dan
keyakinan-keyakinan anak dan dalam mempengaruhi corak hubungan yang akan
dikembangkan dengan pranata-pranata dan lembaga-lembaga
kemasyarakatan lainnya.14
c. Menyajikan Jaminan Ekonomi
Dalam kebanyakan masyarakat di luar Amerika Serikat,
keluarga secara ekonomi adalah unit produksi dan unit konsumi.
Secara tradisional keluarga bertanggungjasab bagi pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan ekonomi pokok para anggota keluarganya.
Keluarga yang hidup dalam masyarakat agraris akan bekerja secara
bersama sebagai sebuah unit untuk menghasilkan barang-barang dan
jasa yang dibutuhkan dan untuk membantu kebutuhan-kebutuhan
hidup anggota keluarga yang berusia lanjut.15
Dalam penelitian kami dengan judul, Pernikahan Dini Di dusun Palu,
Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro ini,
kami menggunakan penelitian terdahulu yang relevan yakni:
14
Ibid.,179 15
13
1. Hendi Hermawan (2010), dalam skripsi dengan judul “Pengaruh
Pernikahan Dini Terhadap Perceraian Dini (studi kasus di
pengadilan agama klaten)”.16
Skripsi yang ditulis oleh Hendi Hermawan ini
memfokuskan pada dampak-dampak yang terjadi akibat adanya
pernikahan pada usia dini. Di dalam skripsi ini perceraian yang
menjadi akibatnya.
Metode yang di gunakan dalam skripsi yang di tulis oleh
Hendi Hermawan (2010) adalah metode kualitatif, yang mana
metode kualitatif adalah penelitian yang apabila menggalih data
dengan menggunakan metode deskriptif dan dengan cara observasi
serta wawancara.
2. Dzulkifli Ahmad (2011), dalam skripsi dengan judul “Dampak
Sosial Pernikahan Usia Dini (Studi kasus di desa gunung
sindur-Bogor)”17
Skripsi yang ditulis oleh Dzulkifli Ahmad ini memfokuskan
pada dampak sosial yang terjadi akibat adanya pernikahan pada
usia dini. Di dalam skripsi ini pernikahan dini menyebabkan
kangker rahim yang menjadi akibatnya.
16
Hendi Hermawan,Pengaruh Pernikahan dini Terhadap Perceraian Dini(studi kasus di pengadilan agama klaten2010)skripsi fakultas syariah dan hukum UIN sunan kalijaga yogyakarta, 2010.
17
14
Metode yang di gunakan dalam skripsi yang di tulis oleh
Dzulkifli Ahmad (2011) adalah metode kualitatif, yang mana
metode kualitatif adalah penelitian yang apabila menggalih data
dengan menggunakan metode deskriptif dan dengan cara observasi
serta wawancara. Pernikahan pada usia dini memang sudah sejak
zaman dahulu terjadi,bahkan sekarangpun masih ada daerah yang
masih sangat kental dengan adat tersebut.
Pernikahan dini mempunyai banyak dampak yang bisa
membuat rumah tangga menjadi tidak harmonis, hal itu di
sebabkan karena usia mereka yang terbilang masih sangat muda
dan tingkat emosional mereka masih susah di kontrol. Jadi,
pernikahan pada usia dini bukanlah hal yang gampang dan mudah
untuk dijalani, semua harus dipersiapkan dengan sempurna agar
tidak ada yang namanya perceraian dalam pernikahan.
Perbedaan
Dalam penelitian terdahulu tersebut hanya menjelaskan satu
dampaknya saja dari pernikahan dini, yaitu perceraian. Sedangkan
dalam proposal yang saya tulis ini pernikahan dini bukan hanya
berdampak perceraian saja, namun juga berdampak pada psikis
sang anak juga. Pada hakikatnya menikah dini mempunyai banyak
dampak negatif. Dari segi biologis, psikis, perceraian dalam waktu
dini, dan bahkan juga mengakibatkan kangker rahim apabila
15
Persamaan
Sama-sama membahas pernikahan dini serta dampak dari
pernikahan dini. Pada umumnya, usia perkawinan yang terlalu
muda bisa mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena
kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan
berumah tangga bagi suami-isteri. Hal itu di sebabkan karena sifat
pasangan pernikahan tersebut masih sangat labil sehingga sering
terjadi cek-cok dan permasalahan, lalu akhirnya perceraian menjadi
jalan satu-satunya tanpa memikirkan hal yang lain.
3. Faktor Pernikahan Dini
a. Tradisi Turun-temurun
Fenomena pernikahan diusia anak-anak menjadi kultur sebagian
masyarakat Indonesia yang masih memposisikan anak perempuan
sebagai warga kelas kedua. Kuatnya tradisi turun temurun membuat
nanak-anak mereka tak mampu menolak dan pandangan negatif
masyarakat terhadap status perawan tua.18
Tradisi menjadi faktor yang mendasar dalam terjadinya
pernikahan dini, ajaran nenek moyang dahulu kala yang menikahkan
anaknya dalam usia dini menjadikan masyarakat menganut tradisi
yang seharusnya pada saat ini harus di minimalisir sebisa mungkin.
18
16
Oleh karena tradisi yang sangat kuat akhirnya para remaja menjadi
korban akan pernikahan dini tersebut dan pendidikan menjadi
terputus.19
b. Lingkungan Yang Terpencil
Lingkungan yang masih sangat terpencil mempunyai pengaruh
besar pada pernikahan dini. Mereka menganggap bahwa anak
perempuan yang tidak segera menikah maka akan menjadi perawan
tua, hal itu di sebabkan oleh pengetahuan mereka yang masih sangat
terbatas dan masih kurang mengetahui kemajuan zaman.20
c. Ekonomi Yang Rendah Serta Pendidikan Yang Terbelakang
Para orang tua ingin mempercepat perkawinan dengan berbagai
alasan ekonomi, anggapan tidak penting pendidikan bagi anak
perempuan. Menurut masyarakat yang berada di lingkungan terpencil
tentunya perempuan hanya akan memasak dan berada di dapur, oleh
sebab itu pendidikan yang tinggi bagi mereka tidaklah penting dan
keadaan ekonomi yang sulit dan pas-pasan juga menjadi pendorong
mereka untuk tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.21 Karena ekonomi yang rendah juga sehingga mereka
mengambil keputusan untuk menikahkan anak-anak mereka agar
beban orangtua berkurang dan anak mereka yang menikah dini bisa
19
(http://bersamasuara.blogspot.com/2009/11/belenggu-tradisi-pernikahan-dini.html) 20
Fauzil Adhim, Saatnya Untuk Menikah (Jakarta:Gema Insani Press,2002),Cet.Ke-2,30 21
17
hidup mandiri. Namun bagaimanapun juga menikah dini adalah hal
yang dapat memutuskan anak dengan dunia pendidikan.
4. Dampak Pernikahan Dini
Pernikahan dini mempunyai dampak negatif yang membuat para
remaja jangan tergesa-gesa untuk menikah pada usia muda. Karena
menikah adalah suatu hal yang dilakukan seumur hidup sekali dan
harus siap secara mental dan fisik agar tidak terjadi kegagalan dalam
berumah tangga. Banyak orang dewasa yang gagal dalam berumah
tangga, hal itu di karenakan ketidak serasian serta lemahnya pendirian,
dan akhirnya perceraian menjadi pilihan mereka, apalagi menikah
pada usia dini tentunya banyak sekali rintangan yang harus dihadapi
untuk menjaga utuhnya rumah tangga. Disini peneliti menyebutkan
beberapa dampak dari pernikahan dini, antara lain adalah sebagai
berikut.
a. Dampak Psikologis
Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang
hubungan rumah tangga secara mendalam, sehingga akan
menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang
sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang
berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan
18
untuk memperoleh pendidikan (wajar 9 tahun), hak bermain dan
menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya yang melekat dalam
diri anak.22
b. Perceraian
Perceraian yang terjadi pada pasangan suami-isteri yang
menikah di usia dini, dikarenakan belum stabilnya emosi mereka.
Melihat fenomena percerceraian dini yang sangat rentan dengan
perceraian, maka sudah selayaknya dan seharusnya praktek
pernikahan dini ini diminimalisir, atau bahkan dilarang.23 Banyak
sekali rumah tangga yang berakhir dengan perceraian lalu anak
menjadi korban, ketidak cocokan prinsip dalam hidup juga menjadi
salah satu sebab dimana rumah tangga sering mengalami masalah,
oleh sebab itu pernikahan dini sebaiknya dihindari jika pasangan
memang belum benar-benar siap untuk menjalani hidup bersama
dalam sebuah rumah tangga.
c. Dampak Sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya
dalam masyarakat patriarki yang bias gender, yang menempatkan
perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap
laki-laki saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran agama
22
Gunarsa Singgih,Psikologi untuk keluarga (jakarta: Gunung Mulia, Cet ke 9 2001),56 23
19
apapun termasuk agama Islam yang sangat menghormati perempuan.
Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang bias
gender yang akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan.24
d. Dampak Terhadap Hukum
Adanya pelanggaran terhadap 3 Undang-undang di negara kita
yaitu:
1. UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 (1)
Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai
umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.
Pasal 6 (2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang
belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua
orang tua.
2. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Pasal 26 (1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab
untuk:
a. mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi
anak.
b. menumbuh kembangkan anak sesuai dengan
kemampuan, bakat dan minatnya.
c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia
anak-anak.
24
20
Amanat Undang-undang tersebut di atas bertujuan melindungi
anak, agar anak tetap memperoleh haknya untuk hidup, tumbuh
dan berkembang serta terlindungi dari perbuatan kekerasan,
eksploitasi dan diskriminasi. Sungguh disayangkan apabila ada
orang atau orang tua melanggar undang-undang tersebut.
Pemahaman tentang undang-undang tersebut harus dilakukan
untuk melindungi anak dari perbuatan salah oleh orang dewasa
dan orang tua.25
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam tulisan ini menggunakan penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak
menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer.
Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan
berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian kualitatif
merupakan penelitiian yang dalam kegiatannya peneliti tidak
menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam
memberikan penafsiran terhadap hasilnya.26
Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran,
definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak
meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
25
Suparman Usman,Perkawinan Antar Agama Dan Prblematika Hukum Perkawinan Di Indonesia (Serang:Saudara Serang,2001),97
26
21
Pendekatan kualitatif lebih lanjut mementingkan pada proses
dibandingkan dengan hasil akhir. Pendekatan kuantitatif
mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan
variable-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk
operasionalisasi variabel masing-masing.27
Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena
metode ini adalah yang paling mudah untuk mendapatkan data yang
relevan. Mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam karya ilmiyah
ini.
2. Lokasi dan waktu penelitian
Dalam penelitian tentang “Pernikahan pada usia dini” peneliti
melakukan penelitian seperti wawancara dan observasi (pengamatan)
lokasinya bertempat di Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan
Kembang Kabupaten Bojonegoro.
Peneliti telah menentukan waktu yang digunakan di dalam
melakukan proses penelitian. Waktu didalam proses penelitian
tersebut adalah ketika pertama kali peneliti melakukan observasi atau
pengamatan di lokasi penelitian, pra studi lapangan, studi lapangan
atau proses penelitian, dan pembuatan laporan penelitian.
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember 2014
dan selebihnya jika masih ada halangan yang mendadak dan belum
bisa terlaksanakan, maka waktu penelitian ini akan terselesaikan pada
27
22
bulan Januari 2015. Sebagaimana waktu penelitian tersebut dapat
dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1
Waktu Penelitian
No. Tahap penelitian Waktu penelitian
1. Pra studi lapangan Januari-Maret 2015
2. Studi lapangan Maret –April 2015
3. Pembuatan laporan Maret – Juli 2015
3. Pemilihan subjek penelitian
Setelah dirumuskan masalah dan rancangan penelitian secara
tepat dan sesuai dengan format penelitian, langkah berikutnya adalah
menentukan subjek penelitian. Subyek penelitian merupakan populasi
penelitian yang diambil secara sampel. Pengambilan sampel penelitian
disebut sampling.28 Dalam penelitian ini yang menjadi subyek untuk
mendapatkan data yang di butuhkan adalah pelaku pernikahan dini
dan beberapa warga yang berada di Dusun Palu tersebut, serta
perangkat desa yang berada di Desa Karang Pinang. Dapat dilihat
pada tabel 1.2 dan 1.3 di bawah ini:
28
23
Tabel 1.2
Daftar Nama Informan Perangkat Desa Karang Pinang
No Nama Jabatan
1. Siti Masruroh Kepala Desa
2. Anam Siswanto Kepala Kasun
3. Imam Hanafi Kaur Kesra
4. Jarmono Kaur Pembangunan
5. Ali Ma’sum Kaur Kepemerintahan
6. Yuni Rahmawati Kaur Keuangan
24
Tabel 1.3
Daftar Nama Informan Masyarakat Dusun Palu
No Nama Keterangan
1. Winda (17th) Pelaku pernikahan
dini
2. Arif (17th) Pelaku pernikahan
dini
3. Sinta (15) Pelaku pernikahan
dini
4. Roni (16) Pelaku pernikahan
dini
5. Lestari (45) Warga dusun palu
6. Susanti (47) Warga dusun palu
7. Agus (50) Warga dusun palu
8. Rahmawati (48th) Warga dusun palu
9. Ismail (49th) Warga dusun palu
10. Hidayah (39) Orangtua Pelaku
pernikahan dini
11. Hanafi (43) Orangtua Pelaku
pernikahan dini
12. Jumiati (40) Orangtua pelaku
pernikahan dini
13. Heri (45) Pelaku pernikahan
25
4. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian ini setiap peneliti harus memperhatikan
langkah-langkah umum yang selalu dilakukan peneliti dalam
menjalankan penelitian kualitatif sebagai berikut.29
a. Menyatakan masalah penelitian
b. Pembatasan masalah melalui fokus penelitian
c. Perumusan masalah
d. Tujuan penelitian
e. Mengumpulkan literatur yang relevan
f. Menentukan pendekatan penelitian
g. Menentukan informan penelitian
h. Menentukan waktu penelitian
i. Teknik pengumpulan data
j. Kesahihan dan keterandalan data
k. Analisis data penelitian
Moleong30
mengemukakan bahwa ’’Pelaksanaan penelitian ada
empat tahap yaitu :
a. Tahap sebelum ke lapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus,
penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti,
mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek
yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan
penelitian.
29
Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (kuantitaif dan kulitatif) (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009),193
30
26
b. Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan
yang berkaitan dengan terjadinya pernikahan pada usia dini di
Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten
Bojonegoro. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara
dan dokumentasi dengan terjun langsung ke desa tersebut.
c. Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh
melaui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan
pelaku pernikahan usia dini tersebut.
d. Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil
penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data
sampai pemberian makna data.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah sebagai
berikut:
a. Interview
Suatu pengumpulan data dengan cara mengajukan petanyaan
secara langsung kepada informan.31 Interview adalah suatu
bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi.32 Interview atau
31
Irwan Soehartono, Metodologi Peneiltian Sosial (Bandung:Remaja Rosda Karya,2000), 98
32
27
wawancara adalah langkah pertama sebelum melangkah ke
metode observasi.33
b. Observasi
Suatu cara yang digunakan untuk mengamati dan mencatat
obyek yang akan diteliti.34 Metode ini digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan dini
serta dampaknya. Karena dengan observasi dapat kita
memperoleh gambaran yang lebih jelas yang sukar diperoleh
dari metode lain.35 Dalam pengumpulan data ini, peneliti
menggunakan jenis observasi atau pengamatan tanpa partisipasi
pengamat, jadi pengamat sebagai non partisipan.36
c. Dokumentasi
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang
berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia
adalah berbentuk foto.37
6. Teknik analisis data
Dalam hal ini penulis meneliti kembali dari metode yang telah
dipergunakan, agar diantara landasan yang tertulis dapat sejajar
dengan hipotesa yang akan dipertanggungjawabkan. Metode yang
dipergunakan antara lain:
33
Masri Singarimbvun, Sofian Efendi,Metode Penelitian Survai (Jakarta:Raja Gravindo,2003),25
34
Sutrisno Hadi, Metodologi Research II (Yogyakarta: Andi Offset,2009 ),136 35
S. Nasution, Metode Research (Jakarta:Bumi Aksara, 2006 ),106 36
Ibid,107. 37
28
a. Deskriptif
Deskriptif yaitu tulisan yang diperoleh dari sumber data asli
ketika berada dilapangan, seperti hasil wawancara atau
informasi yang didapatkan dari informan untuk dipakai dalam
penerapan metode kualitatif. Deskriptif ini yaitu
menggambarkan karakteristik suatu masyarakat atau suatu
kelompok.38
b. Analisis
Analisis yaitu memadukan fakta yang terdapat dilapangan dan
selanjutnya menganalisanya, menjelaskan pokok-pokok
persoalan dan mendapatkan kesimpulan akhir dari faktor-faktor
dan dampak pernikahan dini yang ada di Dusun Palu, Desa
Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro.
7. Teknik pemeriksaan keabsahan data
Dalam penelitian tentang Pernikahan usia dini ini kemudian
dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang
diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan
cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data
sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk
38
29
memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam
memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.39
H. Sistematika pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan urutan didalam pembahasan yang
berada dilaporan penelitian. Dengan adanya sistematika pembahasan
tersebut segala bentuk laporan didalam penelitian dapat tersusun dengan
terarah dan mempermudah didalam penulisan laporan penelitian.
1. BAB I
Pada Bab I ini merupakan gambaran yang berhubungan dengan
penelitian yang mana menjelaskan tentang obyek yang diteliti. Memuat
gambaran tentang latar belakang yang menjelaskan tentang alasan atau
sebab dan akibat peneliti menggangkat permasalahan tersebut, menentukan
rumusan masalah yang mana memuat permasalahan yang akan dijawab
didalam penelitian. Telaah pustaka sebagaimana berhubungan dengan
gambaran secara umum tema penelitian yang diangkat oleh peneliti dan
penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pedoman akan perbedaan kajian
penelitian yang diangkat oleh peneliti. Tujuan penelitian, manfaat
penelitian, definisi konseptual, metode penelitian yang digunakan oleh
peneliti sebagai tahapan didalam melakukan penelitian, yang mana meliputi
pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu didalam penelitian, tahap
penelitian, tahap pengumpulan data, tahap analisis data serta pemeriksaan
keabsahan data.
39
30
2. BAB II
Pada Bab II kali ini peneliti mengkaji tentang teori yang digunakan
didalam penelitian tersebut. Sebagaimana teori yang sesuai dengan tema
yang diangkat oleh peneliti. Teori yang sudah ada direlavansikan dengan
permasalahan yang sudah diangkat oleh peneliti.
3. BAB III
Didalam Bab III ini peneliti mengkaji tentang penyajian dan Analisis
Data. Sebagaimana didalam analisis data tersebut peneliti menjelaskan
tentang data yang telah diperoleh dilapangan sebagaimana dapat menjawab
permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Hasil data yang sudah ditemukan
oleh peneliti dibentuk dengan analisis deskriptif, dengan mendeskripsikan
hasil penelitian. Kemudian setelah dianalisis dikorelasikan dengan teori
yang relavan atau sesuai. Penyajian data tersebut meliputi data yang
diperoleh dilapangan baik berhubungan dengan profil lokasi penelitian,
gambaran peristiwa yang mana mendukung konteks penelitian.
4. BAB IV
Pada Bab IV ini berisi penutup, yang mana berisi kesimpulan dari
hasil penelitian. Kesimpulan pada Bab ini menjadi sangat penting karena
berisi intisari dari hasil akhir penelitian di dalam penelitian. Saran bisa
ditujukan kepada subyek penelitian atau pihak terkait dan berisikan
BAB II
DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN
A. Kerangka Teoritik
Dalam ilmu sosiologi mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan
yang namanya teori dramaturgi, Dramaturgi adalah teori yang
mengemukakan bahwa teater dan drama mempunyai makna yang sama
dengan interaksi soial dalam kehidupan manusia. Dimana dalam teori
tersebut seseorang mempunyai sifat yang berbeda antara di depan panggung
dan di belakang panggung, maksudnya apa yang dilakukan seseorang itu di
depan masyarakat, sahabat atau keuarga (audien) sebenarnya berbeda
dengan apa yang dia rasakan, dalam hati mereka masih ingin meanjutkan
pendidikan dan merasa sedih karena akan menjadi seorang ibu rumah
tangga dalam usia yang masih sangat muda.
Pernikahan merupakan sebuah impian dalam hidup seorang manusia,
kehidupan yang harmonis serta generasi yang mampu membanggakan
orangtua adalah impian dalam setiap keluarga, dan pernikahan selalu
diharapkan hanya terjadi sekali dalam seumur hidup. Di sini mereka yang
menikah pada usia dini masih belum dewasa dan mereka sudah harus
memikirkan rumah tangga, yang mana rumah tangga tidak ada yang mudah
dan tentunya selalu terdapat masalah, baik itu masalah kecil atau besar.
32
belum ingin menikah, dan masih ingin merasakan dunia pendidikan dan
menjadi remaja yang bebas memilih pasangan hidup, karena mereka masih
dalam usia puber dan masih banyak hal lagi yang ingin mereka ketahui dan
rasakan.
Namun, karena tuntutan orangtua yang mendesak dan lingkungan yang
masih terpencil serta kepercayaan terhadap mitos prawan tua maka mau
tidak mau mereka harus melakukannya. Hal inilah yang dilakukan saat di
depan panggung, berpura-pura bahagia pada saat melakukan pernikahan dan
tersenyum ketika di depan orangtua dan keluarga serta masyarakat, padahal
sebenarnya hati kecil mereka masih ingin menjadi remaja yang bebas dan
mendapatkan pengalaman baru.
Melihat kejadian ini maka menikah dini jika di kaitkan dengan teori
dramaturgi maka mempunyai relasi yang pas, yang mana dalam diri para
remaja yang menikah dini terdapat sikap dramaturgi. Sebenarnya mereka
merasa belum siap dan masih ingin menikmati masa remajanya dulu, namun
karena keadaan dan tuntutan orang tua serta lingkungan yang mendukung
maka mereka melakukan pernikahan tersebut. Akhirnya jika tidak kuat iman
dan sifat yang masih labil maka rumah tangganya akan sering mengalami
cek-cok dan perseteruan. Hal itu di karenakan karena mereka belum
mempunyai sifat yang dewasa dan jiwanya masih dalam masa-masa puber
Permasalahan yang ingin diungkap oleh peneliti adalah
33
Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro. Masyarakat
yang masih melestarikan tradisi menikah dini akibat kepercayaan terhadap
mitos dan lingkungan yang terpencil membuat mereka menjadi terbelakang
akan ilmu pengetahuan. Teori yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian
ini adalah teori Dramaturgi Erving Goffman (1922-1982).
B. Sejarah Teori Dramaturgi
Tahun 1945 Kenneth Duva Burke (1897-1993) seorang teoritis
literatur Amerika dan filosof memperkenalkan konsep dramatisme sebagai
metode untuk memahami fungsi sosial dari bahasa dan drama sebagai
pentas simbolik kata dan kehidupan sosial. Tujuan Dramatisme adalah
memberikan penjelasan logis untuk memahami motif tindakan manusia,
atau kenapa manusia melakukan apa yang mereka lakukan. Dramatisme
memperlihatkan bahasa sebagai model tindakan simbolik ketimbang model
pengetahuan. Pandangan Burke adalah bahwa hidup bukan seperti drama,
tapi hidup itu sendiri adalah drama.1
Erving Goffman, seorang sosiolog interaksionis dan penulis,
memperdalam kajian dramatisme tersebut dan menyempurnakannya dalam
bukunya yang kemudian terkenal sebagai salah satu sumbangan terbesar
bagi teori ilmu sosial “The Presentation of Self in Everyday Life”. Dalam
1
34
buku ini Goffman yang mendalami fenomena interaksi simbolik
mengemukakan kajian mendalam mengenai konsep Dramaturgi.2
C. Teori Dramaturgi
Istilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau
pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan
karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh
gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita
dari drama yang disajikan.3 Dalam Dramaturgi terdiri dari Front
stage (panggung depan) dan Back Stage (panggung belakang).4
FrontStage (panggung depan) yaitu bagian pertunjukan yang
berfungsi mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan. Front stage dibagi
menjadi dua bagian. Pertama, Setting yaitu pemandangan fisik yang harus
ada jika sang actor memainkan perannya, Dan kedua Front Personal yaitu
berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasa perasaan dari sang actor.
Back stage (panggung belakang) yaitu ruang dimana disitulah berjalan
scenario pertunjukan oleh “tim” (masyarakat rahasia yang mengatur
pementasan masing-masing actor).5
Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Ia menggali
segala macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan
2
Ibid., 97 3
Ibid.,43. 4
Ibid.,44 5
Http://sulfikar.com/menguak-rahasia-pencitraan-dengan-teori dramaturgi.html#more921.
35
kehidupan kita sehari-hari yang menampilkan diri kita sendiri dalam cara
yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain
dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti mengacu
kepada kesamaan yang berarti ada pertunjukan yang ditampilkan.
Goffman mengacu pada pertunjukan sosiologi. Pertunjukan yang
terjadi di masyarakat untuk memberi kesan yang baik untuk mencapai
tujuan. Tujuan dari presentasi dari Diri Goffman ini adalah penerimaan
penonton akan manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan
melihat aktor sesuai sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh aktor
tersebut.6
Aktor akan semakin mudah untuk membawa penonton untuk
mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. Ini dapat dikatakan sebagai
bentuk lain dari komunikasi. Karena komunikasi sebenarnya adalah alat
untuk mencapai tujuan. Bila dalam komunikasi konvensional manusia
berbicara tentang bagaimana memaksimalkan indera verbal dan non-verbal
untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, agar orang lain mengikuti
kemauan kita. Maka dalam dramaturgis, yang diperhitungkan adalah
konsep menyeluruh bagaimana kita menghayati peran sehingga dapat
memberikan feedback sesuai yang kita mau.
Dramaturgi mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam
mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya
tersebut. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada
6
Pandu Satria Wibowo Mahasiswa Sosiologi 2005, Universitas Jenderal Soedirman:
36
“kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada
tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran
merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya
kesepakatan tersebut.7
Dalam teori Dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah
tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian
kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah
tergantung dari interaksi dengan orang lain.8 Disinilah dramaturgis masuk,
bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi
sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang
berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada
orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”.9
Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis,
manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung
perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama
kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan.10
Sebelum berinteraksi dengan orang lain, seseorang pasti akan
mempersiapkan perannya dulu, atau kesan yang ingin ditangkap oleh orang
lain. Kondisi ini sama dengan apa yang dunia teater katakan sebagai
“breaking character”. Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran
7
J. John. Society the Basic, eight edision,102 8
Paul, B Horton, Cheter L Hunt,Sosiologi (Jakarta:Ciralas,1984),89 9
Ibid.,90 10
37
yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi
interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya
pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu
sendiri. Terbentuklah kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi
dengan berbagai suasana dan corak kehidupan.
D. Dramaturgis (Kita Hidup Di atas Panggung)
Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah
tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian
kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja
berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgis
masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis,
interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah
aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan
tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”.
Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis,
manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung
perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama
kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan.
Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum,
menggunakan kata (dialog), dan tindakan non verbal lain. Hal ini tentunya
38
memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan diatas
disebut dalam istilah “impression management”.11
Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat
aktor berada di atas panggung (front stage) dan di belakang panggung
(back stage) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah
adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian
pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita
sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita.12
Perilaku kita dibatasi oleh konsep-konsep drama yang bertujuan
untuk membuat drama yang berhasil. Sedangkan back stage adalah
keadaan dimana kita berada di belakang panggung perilaku atau watak kita
yang essngguhnya), dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga
kita dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku bagaimana
yang harus kita bawakan.
Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan
oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang
kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini
sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri.
Terbentuklah kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi dengan
berbagai suasana dan corak kehidupan. Masyarakat yang tinggal dalam
11
Duncan Mitchell,Sosiologi Suatu Analisa Sistem Sosial (Jakarta:Bina Aksara Indah:1984),89
12
39
komunitas heterogen perkotaan, menciptakan panggung-panggung sendiri
yang membuatnya bisa tampil sebagai komunitas yang bisa bertahan hidup
dengan keheterogenannya.
Begitu juga dengan masyarakat homogen pedesaan, menciptakan
panggung-panggung sendiri melalui interaksinya, yang terkadang justru
membentuk proteksi sendiri dengan komunitas lainnya. Apa yang
dilakukan masyarakat melalui konsep permainan peran adalah realitas
yang terjadi secara alamiah dan berkembang sesuai perubahan yang
berlangsung dalam diri mereka. Permainan peran ini akan berubah-rubah
sesuai kondisi dan waktu berlangsungnya. Banyak pula faktor yang
berpengaruh dalam permainan peran ini, terutama aspek sosial psikologis
yang melingkupinya.13
E. Interaksi Sosial Pelaku Pernikahan Dini
Pernikahan dini tak selamanya mempunyai dampak yang buruk dan
dapat menghancurkan kehidupan manusia, pernikahan adalah hal yang
selalu di impikan oleh setiap manusia dan mencapai hidup yang bahagia dan
harmonis. Di dusun palu desa karang pinang ini interaksi sosial para remaja
yang menikah dini sangatlah bagus dan tidak menimbulkan penyimpangan
sosial.
13
40
Hal ini di karenakan para remaja yang menikah pada usia dini tersebut
sdah menerima kenyataan bahwa mereka menikah dini dan bisa hidup
mandiri. Contoh prilaku sosial mereka yang baik ialah mereka menjadi
seorang ibu rumah tangga yang patuh terhadap suami dan mau membantu
suaminya bekerja sebagai petani di sawah. Selain itu kehidupan mereka
sehari-hari juga tentram dan nyaman meskipun ekonomi mereka pas-pasan
dan sederhana.
Selain itu interaksi yang baik yang di lakukan oleh peaku pernikahan dini
tersebut ialah mereka mau menerima kehidupan mereka yang menikah
pada usia yang masih sangat muda, menerima segala konsekuensi yang
akan terjadi dalam kehidupan rumah tangga mereka nantinya, tanpa ada
keinginan untuk melawan atau pergi mereka menerima pernikahan
tersebut dengan baik dan sampai saat ini tidak terjadi perceraian atau
BAB III
PERNIKAHAN DINI
A. Profil Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang
Kabupaten Bojonegoro
1. Letak Geografis Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan
Kembang Kabupaten Bojonegoro
Dusun Palu adalah salah satu dusun yang berada di Desa Karang
Pinang Kabupaten Bojonegoro, tempat dusun ini berada di bagian ujung
barat kabupaten bojonegoro, dusun ini sangat jauh sekali dari kota
bojonegoro, letak Dusun Palu ini berjarak 46 km dari kota bojonegoro,
jika di tempuh dengan kendaraan kira-kira mencapai waktu dua jam untuk
mencapai kota.
Keadaan Dusun Palu pada saat pertama kali berdiri masih hanya
berjumlah 11 rumah, dan sekitarnya masih banyak yang hutan. Pada saat
itu semua masyarakat hanya seorang pencari kayu bakar dan menjadi
seorang petani dan buruh tani.1 Keadaan Dusun Palu pada saat ini
tentunya sudah banyak mengalami perubahan, yang dulu hanya terdapat
11 KK sekarang dusun palu sudah berjumlah 66 KK. Namun Dusun
tersebut bisa di bilang masih ketinggalan dengan desa yang lain, susahnya
transportasi dan kurangnya sarana serta prasarana membuat masyarakat
dalam Dusun Palu tersebut semakin tertinggal dan terpencil.
1
42
Keadaan yang jauh dari angkutan umum dan keramaian kota
membuat para warga penduduk dusun palu menjadi kolot dan minim akan
ilmu pengetahuan, rendahnya pendidikan yang berada di dusun palu
membuat para orangtua menikahkan anaknya pada usia dini, serta
kepercayaan terhadap mitos menjadi prawan tua membuat warga Dusun
Palu semakin terbelakang, akibatnya generasi yang datang juga minim
ilmu pengetahuan dan juga bersifat kolot. Lingkungan yang masih
terpencil menjadikan warganya sebagai warga yang enggan untuk
mengetahui dunia luar, jalan yang jelek dan berbatu membuat para waga
jarang untuk pergi keluar dari dusun tersebut.
Di tempat tersebut belum ada internet masuk, jalan menuju dusun
tersebut pun masih jelek dan berbatu. Selain itu kondisi di dusun tersebut
juga masih belum mengedepankan pendidikan, penduduk yang berada di
dusun terebut masih terbilang berpendidikan rendah dan remajanya pun
semua menikah pada usia dini, tentunya hal tersebut sangat
mempengaruhi wawasan para penduduk yang berada dalam dusun
tersebut, karena apabila mereka menikah pada usia dini tentunya wawasan
yang di peroleh masih sangatlah minim.
Letak geografis dusun palu tersebut tempatnya berada di bagian
ujung barat kota bojonegoro, jika menuju jawa tengah maka akan lebih
dekat di banding dengan menuju kota bojonegoro, untuk menuju jawa
43
karang pinang mempunyai 4 dusun di dalamnya, di antaranya ialah dusun
waru, dusun wedi, dusun palu, dan dusun alas wetan.
a. Struktur Pemerintahan di Dusun Palu Desa Karang Pinang
Dalam setiap wilayah memiliki struktur pemerintahan yang
mana di Kelurahan Karang Pinang itu sendiri telah dipimpin oleh
seorang Lurah (Kepala Desa) yaitu Ibu. Hj. Siti Masruroh , beliau
merupakan orang yang berasal dari Desa Karang Pinang sendiri dan
menjabat sebagai Kepala Desa sejak tahun 2011. Pada masa
jabatannya kurang lebih selama tiga tahun Ibu siti belum memberikan
banyak perubahan yang baerada di kawasan Dusun Palu, Hal itu di
ungkapkan sendiri oleh beliau. Untuk membantu dalam program kerja
yang menjadi agenda dalam priode kepemimpinannya, beliau
bekerjasama dengan berbagai staf dengan tujuan untuk mempermudah
tercapainya agenda yang sudah di rencanakan selama masa jabatanya.
Menjabat sebagai kepala desa dengan ditemani rekan kerja
yaitu Pak. Anam yang memiliki posisi jabatan sebagai sekertaris desa.
Dalam struktur pemerintahan yang berhubungan dengan staf-stafnya
maka terbagi menjadi lima bagian menduduki posisi sebagai kaur dan
empat bagian menduduki posisi sebagai Kepala Dusun (Kasun).
Dalam pembagiannya sendiri terdapat lima kaur diantaranya
kaur kesra yang dipimpin oleh H. Imam Hanafi S.Pd, kaur
pembagunan Jarmono, kaur kepemerintahan Ali ma’sum S.Pd, kaur
44
Struktur dalam pemerintahan desa tidak hanya bagian kaur
saja. Akan tetapi kepala dusun atau kasun juga merupakan salah satu
dari bagian struktur pemerintahan yang berada di Desa. Di desa
Karang Pinang itu sendiri terbagi menjadi empat cakupan wilayah
perdukuhan, diantaranya di Dusun Waru kepala dusunnya adalah
Darmaji, Kepala Dusun yang berada di dusun Alas wetan yaitu
Martono, Kepala Dusun yang berada di Dusun Wedi adalah Isma’il
dan Kepala Dusun yang berada di Dusun Palu adalah Solikhin yang
merupakan salah satu tempat yang digunakan oleh peneliti sebagai
lokasi penelitiaan.
b. Luas Wilayah Desa Karang Pinang
Luas wilayah yang berada di Desa Karang Pinang berkisar 423.
150 ha. Yang mana dari pembagian luas wilayah tersebut
dipergunakan untuk lahan pemukiman, persawahan, perkebunan,
makam, pekarangan. Sebagaimana luas wilayah yang berada di desa
karang pinang yang dibagi menjadi 4 bagian perdukuhan diantaranya
Dusun waru, Dusun wedi, Dusun alas wetan dan Dusun palu. Yang
mana letak kasus pernikahan dini berada di Dusun palu dengan luas
wilayah 30 ha. Dusun palu adalash dusun yang paling kecil di desa
Karang Pinang tersebut.2
2
45
c. Batas Wilayah Desa Karang Pinang
Batas wilayah yang berada di Desa Karang Pinang itu sendiri
merupakan batasan wilayah yang membatasi Desa Karang Pinang
dengan Desa yang lainnya. Dengan penentuan batas wilayah tersebut
dapat diketahui batas Desa Karang Pinang dilihat dari batas sebelah
utara, barat, timur dan selatan. Batas sebelah utara berbatasan dengan
Desa Sukomadu Kecamatan Kembang, batas sebelah selatan
berbatasan dengan Desa Bangilan Kecamatan Kembang, batas sebelah
timur berbatasan dengan Desa Sawit Kecamatan Kembang, batas
sebelah barat berbatasan dengan Desa Kacangan Kecamatan
Kembang.3
d. Luas Wilayah Dusun Palu
Luas wilayah yang berada di Dusun Palu dapat dilihat dari
pembagian beberapa lahan yang digunakan untuk beberapa fungsi.
Diantaranya lahan yang berada di Dusun Palu terbagi menjadi 3 (Tiga)
guna lahan yang berupa, perkebunan, lahan pertanian atau sawah, dan
untuk pekarangan. Berhubungan dengan luas wilayah dusun palu
dengan tata guna lahannya, dari ktiga cakupan guna lahan. Lahan yang
digunakan untuk persawahan yang paling luas sekitar 18 Ha, dan untuk
pekarangannya sekitar 5 Ha serta lahan perkebunan dengan luas 7 Ha.
Dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini:
3
46
Tabel 3.1
Daftar Luas Wilayah Dusun Palu Desa Karang Pinang
No. Guna Lahan Luas
1. Perkebunan 7 Ha
2. Sawah 18 Ha
3. Pekarangan 5 Ha
Jumlah 30 Ha
( Sumber data : Monografi Luas Wllayah Dusun Palu Desa Karang Pinang tahun 2014)
e. Batas Wilayah Dusun Palu
Batas wilayah yang berada di Dusun Palu yang mana batas
tersebut merupakan batas dari pemukiman warga yang berada di
Dusun Palu. Batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sukomadu
dan berbatasan dengan Dusun Watu anyar. Batas sebelah barat
berbatasan dengan Desa Mulyo rejo dan berbatasan dengan Dusun
Ngimbang. Batas sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bangilan
dengan Dusun Cerme. Batas sebelah timur berbatasan dengan Desa
Sawit dengan Dusun Mayang.4
f. Mata Pencaharian Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang
Mata pencaharian penduduk yang berada di Dusun Palu ini ialah
sebagai petani, pedagang dan ada juga yang menjadi TKW dan TKI di
luar negri, namun mayoritas penduduk dusun palu tersebut ialah
petani, karena wilayah mereka yang agraris. Penduduk di dusun palu
tersebut mengolah sawah mereka dengan sebaik mungkin, karena
4