• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERNIKAHAN DINI DI DUSUN PALU DESA KARANG PINANG KECAMATAN KEMBANG KABUPATEN BOJONEGORO : TINJAUAN DRAMATURGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERNIKAHAN DINI DI DUSUN PALU DESA KARANG PINANG KECAMATAN KEMBANG KABUPATEN BOJONEGORO : TINJAUAN DRAMATURGI."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PERNIKAHAN DINI DI DUSUN PALU DESA KARANG

PINANG KECAMATAN KEMBANG KABUPATEN

BOJONEGORO

(Tinjauan Dramaturgi)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

UMI KHOLISOTIN

NIM. B05211068

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A N I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Umi Kholisotin, 2015,Pernikahan DiniDi Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro, Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Pernikahan Diniearly-age marriage

Permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini adalah fenomena pernikahan pada usia dini, yang mana menikah pada usia dini di Dusun Palu Desa Karang Pinang tersebut dipengaruhi oleh pola pikir yang terbelakang dan wilayah pemukiman masyarakat setempat yang terpencil dan jauh dari keramaian, serta kepercayaan terhadap mitos menjadi pemicu utama dalam pernikahan dini tersebut. Ketakutan para orangtua akan hal yang negatif juga menjadi faktor dimana para remaja di Dusun Palu tersebut menikah pada usia yang masih sangat muda.

Metode yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan untuk melihat fenomena tentang Pernikahan Dini di Dusun Palu Desa Karang Pinang adalah teori Dramaturgi(Erving Goffman) tentang kehidupan atau perilaku ketika di depan panggung (font stage)

dan perilaku saat di belakang panggung (back stage).

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 21

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 23

4. Tahap-Tahap Penelitian...24

5. Teknik Pengumpulan Data ... 26

6. Teknik Analisis Data ... 27

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 28

H. Sistematika Pembahasan ... 28

BAB II :DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN...31

1. Kerangka Teoritik ... 31

2. Sejarah Teori Dramaturgi...33

3. Biografi Erving Goffman...34

(7)

5. Dramaturgi (Kita Sebenarnya Hidup Di atas Panggung)...38

BAB III : PERNIKAHAN DINI ... 41

A. Profil Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro... 41

1. Letak GeografisDusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro ... 41

a. Struktur Pemerintahan di Desa Karang Pinang ... 43

b. Luas Wilayah Desa Karang Pinang... 44

c. Batas Wilayah DesaKarang Pinang ... 45

d. Luas Wilayah Dusun Palu ... 45

e. Batas Wilayah Dusun Palu ... 46

f. Mata Pencaharian Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang ... 46

g. Jumlah Penduduk Dusun Palu berdasarkan Pemeluk Agama ... 48

h. Tingkat Penghasilan Penduduk Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang ... 49

i. Tingkat Kesejahteraan Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang ... 50

j. Jumlah Penduduk, Usia, Pendidikan dan Status Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang ... 51

k. Tempat Ibadah Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang ... 56

B. Pernikahan Dini ... 57

1. Proses terjadinya Pernikahan Dini ... 57

2. Faktor Pernikahan Dini Di Dusun Palu ... 62

a. Tradisi ... 62

b. Ekonomi dan Pendidikan yang Terbelakang... 64

c. Lingkungan Yang Terpencil ... 68

3. Dampak Positif Pernikahan Dini Di DusunPalu ... 71

a. Keharmonisan Dalam Rumah Tangga... 71

b. Psikologis Yang LebihMandiri……… 72

c. KesetaraanSosial……….. 75

d. BebanEkonomi Yang Berkurang………. 81

C. Pernikahan Dini dilihat dari Kacamata Teori Dramaturgi ErvingGoffman...84

BAB IV : PENUTUP ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 90

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menikah adalah sunnatullah yang akan dilalui semua orang dalam

proses perjalanan hidupnya. Untuk menikah ada dua hal yang harus di

perhatikan, yaitu kesiapan fisik dan kesiapan mental. Kesiapan fisik

seseorang dilihat dari kemampuan ekonomi, sedangkan kesiapan mental

dilihat dari faktor usia. Akan timbul permasalahan jika pernikahan

dilakukan di usia yang sangat muda yaitu menikah dini yang secara fisik

dan mental memang belum siap.1

Menikah merupakan acara sakral yang mana dalam menikah

tersebut kita sangat menginginkan kebahagiaan dan keharmonisan dalam

berumah tangga, tujuan utama dalam menikah adalah mempunyai keluarga

yang langgenng sampai ajal menjemput dan mempunyai partner dalam

mengarungi kehidupan. Kita sebagai manusia yang normal tentunya sangat

menginginkan pernikahan yang langgeng dan hanya terjadi satu kali dalam

kehidupan kita.2

Pernikahan dini merupakan pernikahan yang sering kita dengar,

biasanya pernikahan dini terjadi pada zaman dahulu (zaman nenek

moyang kita), namun pada saat sekarang ini masih ada wilayah yang

1

Noni Arni,Kuatnya Tradisi, Salah Satu Penyebab Pernikahan Dini(Yogyakarta:Lkis,

2007), 91.

2

(9)

2

masih menggunakan tradisi menikah dini tersebut, tentunya untuk zaman

yang sudah modern ini kurang pas jika maih menikah dalam usia dini.

Pada hakekatnya, penikahan dini juga mempunyai sisi positif. Kita

tahu, saat ini pacaran yang dilakukan oleh pasangan muda-mudi acapkali

tidak mengindahkan norma-norma agama. Kebebasan yang sudah

melampui batas, dimana akibat kebebasan itu kerap kita jumpai

tindakan-tindakan asusila di masyarakat. Fakta ini menunjukkan betapa moral

bangsa ini sudah sampai pada taraf yang memprihatinkan.3

Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia

pernikahan ini tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini

dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari sisi

fisik, psikis dan mental. Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini

mempunyai dampak negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan.

Menurut para sosiolog, ditinjau dari sisi sosial, pernikahan dini dapat

mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini disebabkan oleh emosi yang

masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang.

Melihat pernikahan dini dari berbagai aspeknya memang mempunyai

banyak dampak negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya mentolerir

pernikahan diatas umur 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.4

Fenomena pernikahan diusia anak-anak menjadi kultur sebagian

masyarakat Indonesia yang masih memposisikan anak perempuan sebagai

3

Abdul Shaheed, Tinjauan Fiih Pernikahan Dini (Yogyakarta: Gaul I,2009), 87 4

(10)

3

warga kelas ke-2. Para orang tua ingin mempercepat perkawinan dengan

berbagai alasan ekonomi, sosial anggapan tidak penting pendidikan bagi

anak perempuan dan stigma negatif terhadap status perawan tua.5

Sebenarnya kalau kita mau menelisik lebih jauh, fenomena

pernikahan dini bukanlah hal yang baru di Indonesia, khususnya daerah

Jawa. Penulis sangat yakin bahwa mbah buyut kita dulu banyak yang

menikahi gadis di bawah umur. Bahkan jaman dulu pernikahan di usia

”matang” akan menimbulkan preseden buruk di mata masyarakat.

Perempuan yang tidak segera menikah justru akan mendapat tanggapan

miring atau lazim disebut perawan kaseb.

Namun seiring perkembangan zaman, image masyarakat justru

sebaliknya. Arus globalisasi yang melaju dengan kencang mengubah cara

pandang masyarakat. Perempuan yang menikah di usia belia dianggap

sebagai hal yang tabu. Bahkan lebih jauh lagi, hal itu dianggap

menghancurkan masa depan wanita, memberangus kreativitasnya serta

mencegah wanita untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang

lebih luas.

Di Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang

Kabupaten Bojonegoro ini ternyata semua anak-anak di desanya menikah

pada usia dini. Bahkan mereka ada yang belum sampai lulus SMP sudah

5Syakir, Muhammad Fu’ad,

(11)

4

menikah, jarang yang melanjutkan sampai SMA. Dalam desa tersebut

terdapat salah satu pasangan yang menarik. Yaitu pada saat menikah masih

berumur 14 tahun yang perempuan dan yang lelaki berumur 15 tahun,

terpaksa mereka hanya di akadkan saja kerena sang penghulu tidak berani

menikahkan mereka pada umur yang belum mencukupi. Melihat realita

seperti ini sangat memprihatinkan dan sangat di sayangkan sekali apabila

wanita di desa tersebut tidak merasakan indahnya mengenyam dunia

pendidikan.

Dengan adanya pernikahan dini di desa tersebut tentunya para

remaja di desa tersebut sangat kurang ilmu pengetahuan dan wawasan

yang sempit. Tapi menikah dini tidak hanya memiliki nilai negatif,

menikah pada usia dini juga mempunyai nilai yang positif, yaitu dapat

mencegah pergaulan yang bebas dan dapat menjauhkan para remaja dari

perbuatan yang tidak di inginkan. Karena melihat realita sekarang ini para

remaja harus di didik dengan yang sebenar-sebenarnya, melihat keadaan

dunia yang semakin tua dan zaman yang sudah sangat modern, tentunya

bagi para orang tua harus lebih memberi himbauan untuk para anaknya

agar jangan sampai terjerumus kedalam pergaulan yang salah dan lembah

yang membawa pada keburukan.

Menurut peneliti, pernikahan dini di Dusun Palu ini menarik untuk

di teliti, karena dengan kepercayaan mitos yang belum tentu kebenarannya

sampai sekarang ini di gunakan prinsip dalam hidup oleh masyarakat desa

(12)

5

adalah hal utama yang menjadi prinsip hiup mereka, dan menurut peneliti

sangat menarik karena pernikahan serta hidup mereka menggunakan

kepercayaan terhadap mitos yang belum tentu benar adanya, pada zaman

sekarang sangat tidak pas apabila seorang wanita harus menikah muda,

karena wanita juga bisa berkarir dan mampu menjadi wanita yang lebih

maju, bukan hanya di dapur saja dan menjadi ibu rumah tangga.

Pemikran warga dusun palu membuat para remaja mengalami

pernikahan dini, saat usia mereka baru 14 tahun para orangtua sudah mulai

resah dan kebingungan apabila belum mendapatkan jodoh. Ibarat bunga

sudah layu jika pada saat usia yang masih muda belum mendapatkan jodoh

atau menikah. Namun dengan adanya pernikahan dini tersebut tidak

membuat kegagalan rumah tangga atau semacam KDRT. Suasana damai

dan tentram selalu terlhat di dusun palu tersebut. Hal itu di karenakan

karena interaksi sosial mereka yang begitu kuat dan bagus. Oleh sebab itu

pernikahan dini di dusun palu bukan menjadi hal yang buruk.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah pada suatu penelitian adalah untuk

memudahkan dalam menganalisa dan mengevaluasi masalah serta agar

dapat lebih terarah dan jelas sehingga diperoleh langkah-langkah

pemecahan masalah yang efektif dan efisien, maka perlu dibuat suatu

perumusan masalah. Adapun perumusan masalah yang peneliti kemukakan

(13)

6

1. Apa faktor yang menyebabkan pernikahan pada usia dini di Dusun Palu

Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro ?

2. Bagaimana dampak pernikahan pada usia dini di Dusun Palu Desa Karang

Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten bojonegoro ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini sesuai dengan

rumusan masalah di atas adalah:

1. Untuk mengetahui faktor apa yang melatar belakangi sehingga

pernikahan dini tersebut bisa terjadi pada masyarakat di Dusun

Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten

Bojonegoro.

2. Untuk mengetahui dampak dari adanya pernikahan dini di Dusun

Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten

Bojonegoro.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian pastilah mempunyai manfaat dan kegunaan.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Manfaat dari penelitian ini adalah kita dapat mengetahui

faktor-faktor terjadinya pernikahan pada usia muda di desa

tersebut. Sekarang ini sudah tidak zamannya lagi menjadi

(14)

7

Dan dengan adanya penelitian ini semoga kita bisa menjadi

manusia yang lebih bersyukur karena kita masih bisa merasakanz

indahnya dunia pendidikan, dan kita masih dapat mmenikmati

masa muda, mendapat banyak pengalaman yang mungkin tidak

pernah di dapatkan pada mereka yang menikah pada usia muda.

2. Bagi Masyarakat yang di Teliti

Manfaat penelitian ini bagi masyarakat ialah masyarakat

akan mengetahui bagaimana dampak adanya pernikahan dini, dan

mereka juga akan sadar bahwa pada zaman sekarang ini seharusnya

anak-anak perempuan mereka harus memperoleh pendidikan yang

tinggi, bukan hanya sekedar menjadi ibu rumah tangga yang hanya

di dapur dalam usia yang masih sangat muda.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan pada masyarakat

yang wilayahnya sangat terpencil ini mau berfikir lebih maju untuk

masadepan anak-anak mereka. Dan semoga dengan adanya

penelitian ini mereka sadar bahwa menikahkan pada usia dini

dengan cara menjodohkan atau tradisi bukanlah cara yang disukai

remaja pada masa kini. Pernikahan dini bukan hanya mempunyai

dampak negatif, tapi pernikahan dini juga menjadi hal pemutus

bagi pendidikan remaja yang masih belum mempunyai wawasan

(15)

8

E. Definisi Konseptual

1. Pernikahan Dini

Pernikahan dini adalah sebuah pernikahan yang dilakukan oleh

mereka yang berusia di bawah usia 16 tahun bagi wanita, dan di bawah 19

tahun bagi laki-laki. Semua pernikahan yang dilakukan sebelum mencapai

usia tersebut maka bisa disebut pernikahan dini.6 Secara medis anak

perempuan usia di bawah 16 tahun masih dianggap belum matang secara

seksual karena organ reproduksinya belum mengalami menstruasi sehingga

tidak dianjurkan untuk menikah. Semua pernikahan yang dilakukan sebelum

mencapai usia tersebut maka bisa disebut pernikahan dini.7

F. Telaah Pustaka

1. Pernikahan Dini menurut Negara

Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan.

Dalam Undang-undang Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan

bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19

(sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16

(enam belas tahun) tahun. Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas

minimal usia pernikahan ini tentunya melalui proses dan berbagai

6

Arni, Kuatnya Tradisi, Salah Satu Penyebab Pernikahan Dini,89 7

(16)

9

pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar

siap dan matang dari sisi fisik, psikis dan mental.8

Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini mempunyai

dampak negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Menurut para

sosiolog, ditinjau dari sisi sosial, pernikahan dini dapat mengurangi

harmonisasi keluarga. Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih labil,

gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang. Melihat

pernikahan dini dari berbagai aspeknya memang mempunyai banyak

dampak negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya mentolerir pernikahan

diatas umur 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.

2. Pernikahan Dini Menurut Agama Islam

Agama dan negara terjadi perselisihan dalam memaknai

pernikahan dini. Pernikahan yang dilakukan melewati batas minimnal

Undang-undang Perkawinan, secara hukum kenegaraan tidak sah. Istilah

pernikahan dini menurut negara dibatas dengan umur. Sementara dalam

kaca mata agama, pernikahan dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh

orang yang belum baligh.9

Terlepas dari semua itu, masalah pernikahan dini adalah isu-isu kuno

yang sempat tertutup oleh tumpukan lembaran sejarah. Dan kini, isu

8

Cik Hasan Basri, Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama Dalam Sistem Hukum Nasional (Jakarta: Logos Wacan Ilmu,2000), 40

9

(17)

10

tersebut kembali muncul ke permukaan. Imam Jalaludin Suyuthi pernah

menulis dua hadis yang cukup menarik dalam kamus hadisnya. Arti hadis

pertama adalah ”Ada tiga perkara yang tidak boleh diakhirkan yaitu shalat

ketika datang waktunya, ketika ada jenazah, dan wanita tak bersuami ketika

diajak menikah orang yang setara atau kafaah”.10

Pada hakekatnya, penikahan dini juga mempunyai sisi positif. Kita

tahu, saat ini pacaran yang dilakukan oleh pasangan muda-mudi acapkali

tidak mengindahkan norma-norma agama. Kebebasan yang sudah melampui

batas, dimana akibat kebebasan itu kerap kita jumpai tindakan-tindakan

asusila di masyarakat. Fakta ini menunjukkan betapa moral bangsa ini

sudah sampai pada taraf yang memprihatinkan. Pernikahan dini merupakan

upaya untuk meminimalisir tindakan-tindakan negatif tersebut. Daripada

terjerumus dalam pergaulan yang kian mengkhawatirkan, jika sudah ada

yang siap untuk bertanggungjawab dan hal itu baik dalam pandangan

syara’.11

Berbicara tentang pernikahan maka tak lepas dari yang namanya

keluarga, yang mana tujuan utama menikah adalah membangun keluarga

yang bahagia dan sejahtera sampai ajal memisahkan. Dalam sebuah

10

Yusuf Fatawie, Santri Lirboyo Kediri, Pernikahan Dini Dalam Perspektif Agama dan

Negara. http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/islam-kontenporer.124 tanggal 21 September

2010

11

(18)

11

keluarga tentunya keluarga mempunyai fungsi-fungsi yang harus di jalankan

agar keluarga dapat berjalan dengan harmonis dan bahagia. Berikut ini

adalah pengertian tentang keluarga dan fungsi-fungsi keluarga.

Keluarga adalah kelompok yang berdasarkan pertalian sanak saudara

yang memiliki tanggungjawab utama atas sosialisasi anak-anaknya dan

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok tertentu lainnya, ia terdiri dari

sekelompok orang yang memiliki hubungan darah, tali perkawinan, atau

adopsi dan yang hidup bersama-sama untuk periode waktu yangg tidak

terbatas.12 Selain sebagai kelompok orang yang hidup bersama keluarga

juga mempunyai fungsi-fungsi lainnya, antara lain ialah:

a. Pengasuhan dan perlindungan anak yang kecil, remaja, dewasa, dan

orang jompo

Keluarga terutama bertanggungjawab terhadap pengasuhan fisik

dan ekonomi anak-anak mereka seaktu mereka belum mampu

memenuhi fungsi mereka sendiri. Di samping itu, secara tradisional

keluarga harus bertanggung jawab atas pengasuhan dan menghibur si

kecil dan mencukupi kebutuhan ekonomi mereka yang lanjut usia.13

b. Sosialisasi Anak

Sepanjang ejarah mansuia, keluarga tetap merupakan perantara

utama bagi tahap awal sosialisasi anak. Selama periode waktu yang

12

Bruce J Cohen. Soisologi Suatu Pengantar (Jakarta:PT RINEKE CIPTA 1992), 172 13

(19)

12

cukup lama setelah kelahirannya, keluarga adalah merupakan

satu-satunya kelompok yang memberikan hubungan ekstensif bagi anak.

Oleh karena kondisinya yang semacam inilah keluarga memainkan

peranan penting dalam membentuk sikap, nilai, dan

keyakinan-keyakinan anak dan dalam mempengaruhi corak hubungan yang akan

dikembangkan dengan pranata-pranata dan lembaga-lembaga

kemasyarakatan lainnya.14

c. Menyajikan Jaminan Ekonomi

Dalam kebanyakan masyarakat di luar Amerika Serikat,

keluarga secara ekonomi adalah unit produksi dan unit konsumi.

Secara tradisional keluarga bertanggungjasab bagi pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan ekonomi pokok para anggota keluarganya.

Keluarga yang hidup dalam masyarakat agraris akan bekerja secara

bersama sebagai sebuah unit untuk menghasilkan barang-barang dan

jasa yang dibutuhkan dan untuk membantu kebutuhan-kebutuhan

hidup anggota keluarga yang berusia lanjut.15

Dalam penelitian kami dengan judul, Pernikahan Dini Di dusun Palu,

Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro ini,

kami menggunakan penelitian terdahulu yang relevan yakni:

14

Ibid.,179 15

(20)

13

1. Hendi Hermawan (2010), dalam skripsi dengan judul “Pengaruh

Pernikahan Dini Terhadap Perceraian Dini (studi kasus di

pengadilan agama klaten)”.16

Skripsi yang ditulis oleh Hendi Hermawan ini

memfokuskan pada dampak-dampak yang terjadi akibat adanya

pernikahan pada usia dini. Di dalam skripsi ini perceraian yang

menjadi akibatnya.

Metode yang di gunakan dalam skripsi yang di tulis oleh

Hendi Hermawan (2010) adalah metode kualitatif, yang mana

metode kualitatif adalah penelitian yang apabila menggalih data

dengan menggunakan metode deskriptif dan dengan cara observasi

serta wawancara.

2. Dzulkifli Ahmad (2011), dalam skripsi dengan judul “Dampak

Sosial Pernikahan Usia Dini (Studi kasus di desa gunung

sindur-Bogor)”17

Skripsi yang ditulis oleh Dzulkifli Ahmad ini memfokuskan

pada dampak sosial yang terjadi akibat adanya pernikahan pada

usia dini. Di dalam skripsi ini pernikahan dini menyebabkan

kangker rahim yang menjadi akibatnya.

16

Hendi Hermawan,Pengaruh Pernikahan dini Terhadap Perceraian Dini(studi kasus di pengadilan agama klaten2010)skripsi fakultas syariah dan hukum UIN sunan kalijaga yogyakarta, 2010.

17

(21)

14

Metode yang di gunakan dalam skripsi yang di tulis oleh

Dzulkifli Ahmad (2011) adalah metode kualitatif, yang mana

metode kualitatif adalah penelitian yang apabila menggalih data

dengan menggunakan metode deskriptif dan dengan cara observasi

serta wawancara. Pernikahan pada usia dini memang sudah sejak

zaman dahulu terjadi,bahkan sekarangpun masih ada daerah yang

masih sangat kental dengan adat tersebut.

Pernikahan dini mempunyai banyak dampak yang bisa

membuat rumah tangga menjadi tidak harmonis, hal itu di

sebabkan karena usia mereka yang terbilang masih sangat muda

dan tingkat emosional mereka masih susah di kontrol. Jadi,

pernikahan pada usia dini bukanlah hal yang gampang dan mudah

untuk dijalani, semua harus dipersiapkan dengan sempurna agar

tidak ada yang namanya perceraian dalam pernikahan.

Perbedaan

Dalam penelitian terdahulu tersebut hanya menjelaskan satu

dampaknya saja dari pernikahan dini, yaitu perceraian. Sedangkan

dalam proposal yang saya tulis ini pernikahan dini bukan hanya

berdampak perceraian saja, namun juga berdampak pada psikis

sang anak juga. Pada hakikatnya menikah dini mempunyai banyak

dampak negatif. Dari segi biologis, psikis, perceraian dalam waktu

dini, dan bahkan juga mengakibatkan kangker rahim apabila

(22)

15

Persamaan

Sama-sama membahas pernikahan dini serta dampak dari

pernikahan dini. Pada umumnya, usia perkawinan yang terlalu

muda bisa mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena

kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan

berumah tangga bagi suami-isteri. Hal itu di sebabkan karena sifat

pasangan pernikahan tersebut masih sangat labil sehingga sering

terjadi cek-cok dan permasalahan, lalu akhirnya perceraian menjadi

jalan satu-satunya tanpa memikirkan hal yang lain.

3. Faktor Pernikahan Dini

a. Tradisi Turun-temurun

Fenomena pernikahan diusia anak-anak menjadi kultur sebagian

masyarakat Indonesia yang masih memposisikan anak perempuan

sebagai warga kelas kedua. Kuatnya tradisi turun temurun membuat

nanak-anak mereka tak mampu menolak dan pandangan negatif

masyarakat terhadap status perawan tua.18

Tradisi menjadi faktor yang mendasar dalam terjadinya

pernikahan dini, ajaran nenek moyang dahulu kala yang menikahkan

anaknya dalam usia dini menjadikan masyarakat menganut tradisi

yang seharusnya pada saat ini harus di minimalisir sebisa mungkin.

18

(23)

16

Oleh karena tradisi yang sangat kuat akhirnya para remaja menjadi

korban akan pernikahan dini tersebut dan pendidikan menjadi

terputus.19

b. Lingkungan Yang Terpencil

Lingkungan yang masih sangat terpencil mempunyai pengaruh

besar pada pernikahan dini. Mereka menganggap bahwa anak

perempuan yang tidak segera menikah maka akan menjadi perawan

tua, hal itu di sebabkan oleh pengetahuan mereka yang masih sangat

terbatas dan masih kurang mengetahui kemajuan zaman.20

c. Ekonomi Yang Rendah Serta Pendidikan Yang Terbelakang

Para orang tua ingin mempercepat perkawinan dengan berbagai

alasan ekonomi, anggapan tidak penting pendidikan bagi anak

perempuan. Menurut masyarakat yang berada di lingkungan terpencil

tentunya perempuan hanya akan memasak dan berada di dapur, oleh

sebab itu pendidikan yang tinggi bagi mereka tidaklah penting dan

keadaan ekonomi yang sulit dan pas-pasan juga menjadi pendorong

mereka untuk tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi.21 Karena ekonomi yang rendah juga sehingga mereka

mengambil keputusan untuk menikahkan anak-anak mereka agar

beban orangtua berkurang dan anak mereka yang menikah dini bisa

19

(http://bersamasuara.blogspot.com/2009/11/belenggu-tradisi-pernikahan-dini.html) 20

Fauzil Adhim, Saatnya Untuk Menikah (Jakarta:Gema Insani Press,2002),Cet.Ke-2,30 21

(24)

17

hidup mandiri. Namun bagaimanapun juga menikah dini adalah hal

yang dapat memutuskan anak dengan dunia pendidikan.

4. Dampak Pernikahan Dini

Pernikahan dini mempunyai dampak negatif yang membuat para

remaja jangan tergesa-gesa untuk menikah pada usia muda. Karena

menikah adalah suatu hal yang dilakukan seumur hidup sekali dan

harus siap secara mental dan fisik agar tidak terjadi kegagalan dalam

berumah tangga. Banyak orang dewasa yang gagal dalam berumah

tangga, hal itu di karenakan ketidak serasian serta lemahnya pendirian,

dan akhirnya perceraian menjadi pilihan mereka, apalagi menikah

pada usia dini tentunya banyak sekali rintangan yang harus dihadapi

untuk menjaga utuhnya rumah tangga. Disini peneliti menyebutkan

beberapa dampak dari pernikahan dini, antara lain adalah sebagai

berikut.

a. Dampak Psikologis

Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang

hubungan rumah tangga secara mendalam, sehingga akan

menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang

sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang

berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan

(25)

18

untuk memperoleh pendidikan (wajar 9 tahun), hak bermain dan

menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya yang melekat dalam

diri anak.22

b. Perceraian

Perceraian yang terjadi pada pasangan suami-isteri yang

menikah di usia dini, dikarenakan belum stabilnya emosi mereka.

Melihat fenomena percerceraian dini yang sangat rentan dengan

perceraian, maka sudah selayaknya dan seharusnya praktek

pernikahan dini ini diminimalisir, atau bahkan dilarang.23 Banyak

sekali rumah tangga yang berakhir dengan perceraian lalu anak

menjadi korban, ketidak cocokan prinsip dalam hidup juga menjadi

salah satu sebab dimana rumah tangga sering mengalami masalah,

oleh sebab itu pernikahan dini sebaiknya dihindari jika pasangan

memang belum benar-benar siap untuk menjalani hidup bersama

dalam sebuah rumah tangga.

c. Dampak Sosial

Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya

dalam masyarakat patriarki yang bias gender, yang menempatkan

perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap

laki-laki saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran agama

22

Gunarsa Singgih,Psikologi untuk keluarga (jakarta: Gunung Mulia, Cet ke 9 2001),56 23

(26)

19

apapun termasuk agama Islam yang sangat menghormati perempuan.

Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang bias

gender yang akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan.24

d. Dampak Terhadap Hukum

Adanya pelanggaran terhadap 3 Undang-undang di negara kita

yaitu:

1. UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 (1)

Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai

umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.

Pasal 6 (2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang

belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua

orang tua.

2. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Pasal 26 (1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab

untuk:

a. mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi

anak.

b. menumbuh kembangkan anak sesuai dengan

kemampuan, bakat dan minatnya.

c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia

anak-anak.

24

(27)

20

Amanat Undang-undang tersebut di atas bertujuan melindungi

anak, agar anak tetap memperoleh haknya untuk hidup, tumbuh

dan berkembang serta terlindungi dari perbuatan kekerasan,

eksploitasi dan diskriminasi. Sungguh disayangkan apabila ada

orang atau orang tua melanggar undang-undang tersebut.

Pemahaman tentang undang-undang tersebut harus dilakukan

untuk melindungi anak dari perbuatan salah oleh orang dewasa

dan orang tua.25

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam tulisan ini menggunakan penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak

menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer.

Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan

berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian kualitatif

merupakan penelitiian yang dalam kegiatannya peneliti tidak

menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam

memberikan penafsiran terhadap hasilnya.26

Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran,

definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak

meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

25

Suparman Usman,Perkawinan Antar Agama Dan Prblematika Hukum Perkawinan Di Indonesia (Serang:Saudara Serang,2001),97

26

(28)

21

Pendekatan kualitatif lebih lanjut mementingkan pada proses

dibandingkan dengan hasil akhir. Pendekatan kuantitatif

mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan

variable-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk

operasionalisasi variabel masing-masing.27

Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena

metode ini adalah yang paling mudah untuk mendapatkan data yang

relevan. Mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam karya ilmiyah

ini.

2. Lokasi dan waktu penelitian

Dalam penelitian tentang “Pernikahan pada usia dini” peneliti

melakukan penelitian seperti wawancara dan observasi (pengamatan)

lokasinya bertempat di Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan

Kembang Kabupaten Bojonegoro.

Peneliti telah menentukan waktu yang digunakan di dalam

melakukan proses penelitian. Waktu didalam proses penelitian

tersebut adalah ketika pertama kali peneliti melakukan observasi atau

pengamatan di lokasi penelitian, pra studi lapangan, studi lapangan

atau proses penelitian, dan pembuatan laporan penelitian.

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember 2014

dan selebihnya jika masih ada halangan yang mendadak dan belum

bisa terlaksanakan, maka waktu penelitian ini akan terselesaikan pada

27

(29)

22

bulan Januari 2015. Sebagaimana waktu penelitian tersebut dapat

dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :

Tabel 1.1

Waktu Penelitian

No. Tahap penelitian Waktu penelitian

1. Pra studi lapangan Januari-Maret 2015

2. Studi lapangan Maret –April 2015

3. Pembuatan laporan Maret – Juli 2015

3. Pemilihan subjek penelitian

Setelah dirumuskan masalah dan rancangan penelitian secara

tepat dan sesuai dengan format penelitian, langkah berikutnya adalah

menentukan subjek penelitian. Subyek penelitian merupakan populasi

penelitian yang diambil secara sampel. Pengambilan sampel penelitian

disebut sampling.28 Dalam penelitian ini yang menjadi subyek untuk

mendapatkan data yang di butuhkan adalah pelaku pernikahan dini

dan beberapa warga yang berada di Dusun Palu tersebut, serta

perangkat desa yang berada di Desa Karang Pinang. Dapat dilihat

pada tabel 1.2 dan 1.3 di bawah ini:

28

(30)

23

Tabel 1.2

Daftar Nama Informan Perangkat Desa Karang Pinang

No Nama Jabatan

1. Siti Masruroh Kepala Desa

2. Anam Siswanto Kepala Kasun

3. Imam Hanafi Kaur Kesra

4. Jarmono Kaur Pembangunan

5. Ali Ma’sum Kaur Kepemerintahan

6. Yuni Rahmawati Kaur Keuangan

(31)

24

Tabel 1.3

Daftar Nama Informan Masyarakat Dusun Palu

No Nama Keterangan

1. Winda (17th) Pelaku pernikahan

dini

2. Arif (17th) Pelaku pernikahan

dini

3. Sinta (15) Pelaku pernikahan

dini

4. Roni (16) Pelaku pernikahan

dini

5. Lestari (45) Warga dusun palu

6. Susanti (47) Warga dusun palu

7. Agus (50) Warga dusun palu

8. Rahmawati (48th) Warga dusun palu

9. Ismail (49th) Warga dusun palu

10. Hidayah (39) Orangtua Pelaku

pernikahan dini

11. Hanafi (43) Orangtua Pelaku

pernikahan dini

12. Jumiati (40) Orangtua pelaku

pernikahan dini

13. Heri (45) Pelaku pernikahan

(32)

25

4. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini setiap peneliti harus memperhatikan

langkah-langkah umum yang selalu dilakukan peneliti dalam

menjalankan penelitian kualitatif sebagai berikut.29

a. Menyatakan masalah penelitian

b. Pembatasan masalah melalui fokus penelitian

c. Perumusan masalah

d. Tujuan penelitian

e. Mengumpulkan literatur yang relevan

f. Menentukan pendekatan penelitian

g. Menentukan informan penelitian

h. Menentukan waktu penelitian

i. Teknik pengumpulan data

j. Kesahihan dan keterandalan data

k. Analisis data penelitian

Moleong30

mengemukakan bahwa ’’Pelaksanaan penelitian ada

empat tahap yaitu :

a. Tahap sebelum ke lapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus,

penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti,

mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek

yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan

penelitian.

29

Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (kuantitaif dan kulitatif) (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009),193

30

(33)

26

b. Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan

yang berkaitan dengan terjadinya pernikahan pada usia dini di

Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten

Bojonegoro. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara

dan dokumentasi dengan terjun langsung ke desa tersebut.

c. Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh

melaui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan

pelaku pernikahan usia dini tersebut.

d. Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil

penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data

sampai pemberian makna data.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah sebagai

berikut:

a. Interview

Suatu pengumpulan data dengan cara mengajukan petanyaan

secara langsung kepada informan.31 Interview adalah suatu

bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang

bertujuan untuk mendapatkan informasi.32 Interview atau

31

Irwan Soehartono, Metodologi Peneiltian Sosial (Bandung:Remaja Rosda Karya,2000), 98

32

(34)

27

wawancara adalah langkah pertama sebelum melangkah ke

metode observasi.33

b. Observasi

Suatu cara yang digunakan untuk mengamati dan mencatat

obyek yang akan diteliti.34 Metode ini digunakan untuk

mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan dini

serta dampaknya. Karena dengan observasi dapat kita

memperoleh gambaran yang lebih jelas yang sukar diperoleh

dari metode lain.35 Dalam pengumpulan data ini, peneliti

menggunakan jenis observasi atau pengamatan tanpa partisipasi

pengamat, jadi pengamat sebagai non partisipan.36

c. Dokumentasi

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang

berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia

adalah berbentuk foto.37

6. Teknik analisis data

Dalam hal ini penulis meneliti kembali dari metode yang telah

dipergunakan, agar diantara landasan yang tertulis dapat sejajar

dengan hipotesa yang akan dipertanggungjawabkan. Metode yang

dipergunakan antara lain:

33

Masri Singarimbvun, Sofian Efendi,Metode Penelitian Survai (Jakarta:Raja Gravindo,2003),25

34

Sutrisno Hadi, Metodologi Research II (Yogyakarta: Andi Offset,2009 ),136 35

S. Nasution, Metode Research (Jakarta:Bumi Aksara, 2006 ),106 36

Ibid,107. 37

(35)

28

a. Deskriptif

Deskriptif yaitu tulisan yang diperoleh dari sumber data asli

ketika berada dilapangan, seperti hasil wawancara atau

informasi yang didapatkan dari informan untuk dipakai dalam

penerapan metode kualitatif. Deskriptif ini yaitu

menggambarkan karakteristik suatu masyarakat atau suatu

kelompok.38

b. Analisis

Analisis yaitu memadukan fakta yang terdapat dilapangan dan

selanjutnya menganalisanya, menjelaskan pokok-pokok

persoalan dan mendapatkan kesimpulan akhir dari faktor-faktor

dan dampak pernikahan dini yang ada di Dusun Palu, Desa

Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro.

7. Teknik pemeriksaan keabsahan data

Dalam penelitian tentang Pernikahan usia dini ini kemudian

dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang

diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan

cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data

sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk

38

(36)

29

memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam

memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.39

H. Sistematika pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan didalam pembahasan yang

berada dilaporan penelitian. Dengan adanya sistematika pembahasan

tersebut segala bentuk laporan didalam penelitian dapat tersusun dengan

terarah dan mempermudah didalam penulisan laporan penelitian.

1. BAB I

Pada Bab I ini merupakan gambaran yang berhubungan dengan

penelitian yang mana menjelaskan tentang obyek yang diteliti. Memuat

gambaran tentang latar belakang yang menjelaskan tentang alasan atau

sebab dan akibat peneliti menggangkat permasalahan tersebut, menentukan

rumusan masalah yang mana memuat permasalahan yang akan dijawab

didalam penelitian. Telaah pustaka sebagaimana berhubungan dengan

gambaran secara umum tema penelitian yang diangkat oleh peneliti dan

penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pedoman akan perbedaan kajian

penelitian yang diangkat oleh peneliti. Tujuan penelitian, manfaat

penelitian, definisi konseptual, metode penelitian yang digunakan oleh

peneliti sebagai tahapan didalam melakukan penelitian, yang mana meliputi

pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu didalam penelitian, tahap

penelitian, tahap pengumpulan data, tahap analisis data serta pemeriksaan

keabsahan data.

39

(37)

30

2. BAB II

Pada Bab II kali ini peneliti mengkaji tentang teori yang digunakan

didalam penelitian tersebut. Sebagaimana teori yang sesuai dengan tema

yang diangkat oleh peneliti. Teori yang sudah ada direlavansikan dengan

permasalahan yang sudah diangkat oleh peneliti.

3. BAB III

Didalam Bab III ini peneliti mengkaji tentang penyajian dan Analisis

Data. Sebagaimana didalam analisis data tersebut peneliti menjelaskan

tentang data yang telah diperoleh dilapangan sebagaimana dapat menjawab

permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Hasil data yang sudah ditemukan

oleh peneliti dibentuk dengan analisis deskriptif, dengan mendeskripsikan

hasil penelitian. Kemudian setelah dianalisis dikorelasikan dengan teori

yang relavan atau sesuai. Penyajian data tersebut meliputi data yang

diperoleh dilapangan baik berhubungan dengan profil lokasi penelitian,

gambaran peristiwa yang mana mendukung konteks penelitian.

4. BAB IV

Pada Bab IV ini berisi penutup, yang mana berisi kesimpulan dari

hasil penelitian. Kesimpulan pada Bab ini menjadi sangat penting karena

berisi intisari dari hasil akhir penelitian di dalam penelitian. Saran bisa

ditujukan kepada subyek penelitian atau pihak terkait dan berisikan

(38)

BAB II

DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN

A. Kerangka Teoritik

Dalam ilmu sosiologi mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan

yang namanya teori dramaturgi, Dramaturgi adalah teori yang

mengemukakan bahwa teater dan drama mempunyai makna yang sama

dengan interaksi soial dalam kehidupan manusia. Dimana dalam teori

tersebut seseorang mempunyai sifat yang berbeda antara di depan panggung

dan di belakang panggung, maksudnya apa yang dilakukan seseorang itu di

depan masyarakat, sahabat atau keuarga (audien) sebenarnya berbeda

dengan apa yang dia rasakan, dalam hati mereka masih ingin meanjutkan

pendidikan dan merasa sedih karena akan menjadi seorang ibu rumah

tangga dalam usia yang masih sangat muda.

Pernikahan merupakan sebuah impian dalam hidup seorang manusia,

kehidupan yang harmonis serta generasi yang mampu membanggakan

orangtua adalah impian dalam setiap keluarga, dan pernikahan selalu

diharapkan hanya terjadi sekali dalam seumur hidup. Di sini mereka yang

menikah pada usia dini masih belum dewasa dan mereka sudah harus

memikirkan rumah tangga, yang mana rumah tangga tidak ada yang mudah

dan tentunya selalu terdapat masalah, baik itu masalah kecil atau besar.

(39)

32

belum ingin menikah, dan masih ingin merasakan dunia pendidikan dan

menjadi remaja yang bebas memilih pasangan hidup, karena mereka masih

dalam usia puber dan masih banyak hal lagi yang ingin mereka ketahui dan

rasakan.

Namun, karena tuntutan orangtua yang mendesak dan lingkungan yang

masih terpencil serta kepercayaan terhadap mitos prawan tua maka mau

tidak mau mereka harus melakukannya. Hal inilah yang dilakukan saat di

depan panggung, berpura-pura bahagia pada saat melakukan pernikahan dan

tersenyum ketika di depan orangtua dan keluarga serta masyarakat, padahal

sebenarnya hati kecil mereka masih ingin menjadi remaja yang bebas dan

mendapatkan pengalaman baru.

Melihat kejadian ini maka menikah dini jika di kaitkan dengan teori

dramaturgi maka mempunyai relasi yang pas, yang mana dalam diri para

remaja yang menikah dini terdapat sikap dramaturgi. Sebenarnya mereka

merasa belum siap dan masih ingin menikmati masa remajanya dulu, namun

karena keadaan dan tuntutan orang tua serta lingkungan yang mendukung

maka mereka melakukan pernikahan tersebut. Akhirnya jika tidak kuat iman

dan sifat yang masih labil maka rumah tangganya akan sering mengalami

cek-cok dan perseteruan. Hal itu di karenakan karena mereka belum

mempunyai sifat yang dewasa dan jiwanya masih dalam masa-masa puber

Permasalahan yang ingin diungkap oleh peneliti adalah

(40)

33

Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro. Masyarakat

yang masih melestarikan tradisi menikah dini akibat kepercayaan terhadap

mitos dan lingkungan yang terpencil membuat mereka menjadi terbelakang

akan ilmu pengetahuan. Teori yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah teori Dramaturgi Erving Goffman (1922-1982).

B. Sejarah Teori Dramaturgi

Tahun 1945 Kenneth Duva Burke (1897-1993) seorang teoritis

literatur Amerika dan filosof memperkenalkan konsep dramatisme sebagai

metode untuk memahami fungsi sosial dari bahasa dan drama sebagai

pentas simbolik kata dan kehidupan sosial. Tujuan Dramatisme adalah

memberikan penjelasan logis untuk memahami motif tindakan manusia,

atau kenapa manusia melakukan apa yang mereka lakukan. Dramatisme

memperlihatkan bahasa sebagai model tindakan simbolik ketimbang model

pengetahuan. Pandangan Burke adalah bahwa hidup bukan seperti drama,

tapi hidup itu sendiri adalah drama.1

Erving Goffman, seorang sosiolog interaksionis dan penulis,

memperdalam kajian dramatisme tersebut dan menyempurnakannya dalam

bukunya yang kemudian terkenal sebagai salah satu sumbangan terbesar

bagi teori ilmu sosial “The Presentation of Self in Everyday Life”. Dalam

1

(41)

34

buku ini Goffman yang mendalami fenomena interaksi simbolik

mengemukakan kajian mendalam mengenai konsep Dramaturgi.2

C. Teori Dramaturgi

Istilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau

pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan

karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh

gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita

dari drama yang disajikan.3 Dalam Dramaturgi terdiri dari Front

stage (panggung depan) dan Back Stage (panggung belakang).4

FrontStage (panggung depan) yaitu bagian pertunjukan yang

berfungsi mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan. Front stage dibagi

menjadi dua bagian. Pertama, Setting yaitu pemandangan fisik yang harus

ada jika sang actor memainkan perannya, Dan kedua Front Personal yaitu

berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasa perasaan dari sang actor.

Back stage (panggung belakang) yaitu ruang dimana disitulah berjalan

scenario pertunjukan oleh “tim” (masyarakat rahasia yang mengatur

pementasan masing-masing actor).5

Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Ia menggali

segala macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan

2

Ibid., 97 3

Ibid.,43. 4

Ibid.,44 5

Http://sulfikar.com/menguak-rahasia-pencitraan-dengan-teori dramaturgi.html#more921.

(42)

35

kehidupan kita sehari-hari yang menampilkan diri kita sendiri dalam cara

yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain

dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti mengacu

kepada kesamaan yang berarti ada pertunjukan yang ditampilkan.

Goffman mengacu pada pertunjukan sosiologi. Pertunjukan yang

terjadi di masyarakat untuk memberi kesan yang baik untuk mencapai

tujuan. Tujuan dari presentasi dari Diri Goffman ini adalah penerimaan

penonton akan manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan

melihat aktor sesuai sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh aktor

tersebut.6

Aktor akan semakin mudah untuk membawa penonton untuk

mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. Ini dapat dikatakan sebagai

bentuk lain dari komunikasi. Karena komunikasi sebenarnya adalah alat

untuk mencapai tujuan. Bila dalam komunikasi konvensional manusia

berbicara tentang bagaimana memaksimalkan indera verbal dan non-verbal

untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, agar orang lain mengikuti

kemauan kita. Maka dalam dramaturgis, yang diperhitungkan adalah

konsep menyeluruh bagaimana kita menghayati peran sehingga dapat

memberikan feedback sesuai yang kita mau.

Dramaturgi mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam

mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya

tersebut. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada

6

Pandu Satria Wibowo Mahasiswa Sosiologi 2005, Universitas Jenderal Soedirman:

(43)

36

“kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada

tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran

merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya

kesepakatan tersebut.7

Dalam teori Dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah

tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian

kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah

tergantung dari interaksi dengan orang lain.8 Disinilah dramaturgis masuk,

bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi

sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang

berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada

orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”.9

Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis,

manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung

perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama

kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan.10

Sebelum berinteraksi dengan orang lain, seseorang pasti akan

mempersiapkan perannya dulu, atau kesan yang ingin ditangkap oleh orang

lain. Kondisi ini sama dengan apa yang dunia teater katakan sebagai

“breaking character”. Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran

7

J. John. Society the Basic, eight edision,102 8

Paul, B Horton, Cheter L Hunt,Sosiologi (Jakarta:Ciralas,1984),89 9

Ibid.,90 10

(44)

37

yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi

interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya

pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu

sendiri. Terbentuklah kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi

dengan berbagai suasana dan corak kehidupan.

D. Dramaturgis (Kita Hidup Di atas Panggung)

Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah

tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian

kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja

berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgis

masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis,

interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah

aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan

tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”.

Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis,

manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung

perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama

kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan.

Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum,

menggunakan kata (dialog), dan tindakan non verbal lain. Hal ini tentunya

(45)

38

memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan diatas

disebut dalam istilah “impression management”.11

Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat

aktor berada di atas panggung (front stage) dan di belakang panggung

(back stage) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah

adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian

pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita

sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita.12

Perilaku kita dibatasi oleh konsep-konsep drama yang bertujuan

untuk membuat drama yang berhasil. Sedangkan back stage adalah

keadaan dimana kita berada di belakang panggung perilaku atau watak kita

yang essngguhnya), dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga

kita dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku bagaimana

yang harus kita bawakan.

Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan

oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang

kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini

sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri.

Terbentuklah kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi dengan

berbagai suasana dan corak kehidupan. Masyarakat yang tinggal dalam

11

Duncan Mitchell,Sosiologi Suatu Analisa Sistem Sosial (Jakarta:Bina Aksara Indah:1984),89

12

(46)

39

komunitas heterogen perkotaan, menciptakan panggung-panggung sendiri

yang membuatnya bisa tampil sebagai komunitas yang bisa bertahan hidup

dengan keheterogenannya.

Begitu juga dengan masyarakat homogen pedesaan, menciptakan

panggung-panggung sendiri melalui interaksinya, yang terkadang justru

membentuk proteksi sendiri dengan komunitas lainnya. Apa yang

dilakukan masyarakat melalui konsep permainan peran adalah realitas

yang terjadi secara alamiah dan berkembang sesuai perubahan yang

berlangsung dalam diri mereka. Permainan peran ini akan berubah-rubah

sesuai kondisi dan waktu berlangsungnya. Banyak pula faktor yang

berpengaruh dalam permainan peran ini, terutama aspek sosial psikologis

yang melingkupinya.13

E. Interaksi Sosial Pelaku Pernikahan Dini

Pernikahan dini tak selamanya mempunyai dampak yang buruk dan

dapat menghancurkan kehidupan manusia, pernikahan adalah hal yang

selalu di impikan oleh setiap manusia dan mencapai hidup yang bahagia dan

harmonis. Di dusun palu desa karang pinang ini interaksi sosial para remaja

yang menikah dini sangatlah bagus dan tidak menimbulkan penyimpangan

sosial.

13

(47)

40

Hal ini di karenakan para remaja yang menikah pada usia dini tersebut

sdah menerima kenyataan bahwa mereka menikah dini dan bisa hidup

mandiri. Contoh prilaku sosial mereka yang baik ialah mereka menjadi

seorang ibu rumah tangga yang patuh terhadap suami dan mau membantu

suaminya bekerja sebagai petani di sawah. Selain itu kehidupan mereka

sehari-hari juga tentram dan nyaman meskipun ekonomi mereka pas-pasan

dan sederhana.

Selain itu interaksi yang baik yang di lakukan oleh peaku pernikahan dini

tersebut ialah mereka mau menerima kehidupan mereka yang menikah

pada usia yang masih sangat muda, menerima segala konsekuensi yang

akan terjadi dalam kehidupan rumah tangga mereka nantinya, tanpa ada

keinginan untuk melawan atau pergi mereka menerima pernikahan

tersebut dengan baik dan sampai saat ini tidak terjadi perceraian atau

(48)

BAB III

PERNIKAHAN DINI

A. Profil Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang

Kabupaten Bojonegoro

1. Letak Geografis Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan

Kembang Kabupaten Bojonegoro

Dusun Palu adalah salah satu dusun yang berada di Desa Karang

Pinang Kabupaten Bojonegoro, tempat dusun ini berada di bagian ujung

barat kabupaten bojonegoro, dusun ini sangat jauh sekali dari kota

bojonegoro, letak Dusun Palu ini berjarak 46 km dari kota bojonegoro,

jika di tempuh dengan kendaraan kira-kira mencapai waktu dua jam untuk

mencapai kota.

Keadaan Dusun Palu pada saat pertama kali berdiri masih hanya

berjumlah 11 rumah, dan sekitarnya masih banyak yang hutan. Pada saat

itu semua masyarakat hanya seorang pencari kayu bakar dan menjadi

seorang petani dan buruh tani.1 Keadaan Dusun Palu pada saat ini

tentunya sudah banyak mengalami perubahan, yang dulu hanya terdapat

11 KK sekarang dusun palu sudah berjumlah 66 KK. Namun Dusun

tersebut bisa di bilang masih ketinggalan dengan desa yang lain, susahnya

transportasi dan kurangnya sarana serta prasarana membuat masyarakat

dalam Dusun Palu tersebut semakin tertinggal dan terpencil.

1

(49)

42

Keadaan yang jauh dari angkutan umum dan keramaian kota

membuat para warga penduduk dusun palu menjadi kolot dan minim akan

ilmu pengetahuan, rendahnya pendidikan yang berada di dusun palu

membuat para orangtua menikahkan anaknya pada usia dini, serta

kepercayaan terhadap mitos menjadi prawan tua membuat warga Dusun

Palu semakin terbelakang, akibatnya generasi yang datang juga minim

ilmu pengetahuan dan juga bersifat kolot. Lingkungan yang masih

terpencil menjadikan warganya sebagai warga yang enggan untuk

mengetahui dunia luar, jalan yang jelek dan berbatu membuat para waga

jarang untuk pergi keluar dari dusun tersebut.

Di tempat tersebut belum ada internet masuk, jalan menuju dusun

tersebut pun masih jelek dan berbatu. Selain itu kondisi di dusun tersebut

juga masih belum mengedepankan pendidikan, penduduk yang berada di

dusun terebut masih terbilang berpendidikan rendah dan remajanya pun

semua menikah pada usia dini, tentunya hal tersebut sangat

mempengaruhi wawasan para penduduk yang berada dalam dusun

tersebut, karena apabila mereka menikah pada usia dini tentunya wawasan

yang di peroleh masih sangatlah minim.

Letak geografis dusun palu tersebut tempatnya berada di bagian

ujung barat kota bojonegoro, jika menuju jawa tengah maka akan lebih

dekat di banding dengan menuju kota bojonegoro, untuk menuju jawa

(50)

43

karang pinang mempunyai 4 dusun di dalamnya, di antaranya ialah dusun

waru, dusun wedi, dusun palu, dan dusun alas wetan.

a. Struktur Pemerintahan di Dusun Palu Desa Karang Pinang

Dalam setiap wilayah memiliki struktur pemerintahan yang

mana di Kelurahan Karang Pinang itu sendiri telah dipimpin oleh

seorang Lurah (Kepala Desa) yaitu Ibu. Hj. Siti Masruroh , beliau

merupakan orang yang berasal dari Desa Karang Pinang sendiri dan

menjabat sebagai Kepala Desa sejak tahun 2011. Pada masa

jabatannya kurang lebih selama tiga tahun Ibu siti belum memberikan

banyak perubahan yang baerada di kawasan Dusun Palu, Hal itu di

ungkapkan sendiri oleh beliau. Untuk membantu dalam program kerja

yang menjadi agenda dalam priode kepemimpinannya, beliau

bekerjasama dengan berbagai staf dengan tujuan untuk mempermudah

tercapainya agenda yang sudah di rencanakan selama masa jabatanya.

Menjabat sebagai kepala desa dengan ditemani rekan kerja

yaitu Pak. Anam yang memiliki posisi jabatan sebagai sekertaris desa.

Dalam struktur pemerintahan yang berhubungan dengan staf-stafnya

maka terbagi menjadi lima bagian menduduki posisi sebagai kaur dan

empat bagian menduduki posisi sebagai Kepala Dusun (Kasun).

Dalam pembagiannya sendiri terdapat lima kaur diantaranya

kaur kesra yang dipimpin oleh H. Imam Hanafi S.Pd, kaur

pembagunan Jarmono, kaur kepemerintahan Ali ma’sum S.Pd, kaur

(51)

44

Struktur dalam pemerintahan desa tidak hanya bagian kaur

saja. Akan tetapi kepala dusun atau kasun juga merupakan salah satu

dari bagian struktur pemerintahan yang berada di Desa. Di desa

Karang Pinang itu sendiri terbagi menjadi empat cakupan wilayah

perdukuhan, diantaranya di Dusun Waru kepala dusunnya adalah

Darmaji, Kepala Dusun yang berada di dusun Alas wetan yaitu

Martono, Kepala Dusun yang berada di Dusun Wedi adalah Isma’il

dan Kepala Dusun yang berada di Dusun Palu adalah Solikhin yang

merupakan salah satu tempat yang digunakan oleh peneliti sebagai

lokasi penelitiaan.

b. Luas Wilayah Desa Karang Pinang

Luas wilayah yang berada di Desa Karang Pinang berkisar 423.

150 ha. Yang mana dari pembagian luas wilayah tersebut

dipergunakan untuk lahan pemukiman, persawahan, perkebunan,

makam, pekarangan. Sebagaimana luas wilayah yang berada di desa

karang pinang yang dibagi menjadi 4 bagian perdukuhan diantaranya

Dusun waru, Dusun wedi, Dusun alas wetan dan Dusun palu. Yang

mana letak kasus pernikahan dini berada di Dusun palu dengan luas

wilayah 30 ha. Dusun palu adalash dusun yang paling kecil di desa

Karang Pinang tersebut.2

2

(52)

45

c. Batas Wilayah Desa Karang Pinang

Batas wilayah yang berada di Desa Karang Pinang itu sendiri

merupakan batasan wilayah yang membatasi Desa Karang Pinang

dengan Desa yang lainnya. Dengan penentuan batas wilayah tersebut

dapat diketahui batas Desa Karang Pinang dilihat dari batas sebelah

utara, barat, timur dan selatan. Batas sebelah utara berbatasan dengan

Desa Sukomadu Kecamatan Kembang, batas sebelah selatan

berbatasan dengan Desa Bangilan Kecamatan Kembang, batas sebelah

timur berbatasan dengan Desa Sawit Kecamatan Kembang, batas

sebelah barat berbatasan dengan Desa Kacangan Kecamatan

Kembang.3

d. Luas Wilayah Dusun Palu

Luas wilayah yang berada di Dusun Palu dapat dilihat dari

pembagian beberapa lahan yang digunakan untuk beberapa fungsi.

Diantaranya lahan yang berada di Dusun Palu terbagi menjadi 3 (Tiga)

guna lahan yang berupa, perkebunan, lahan pertanian atau sawah, dan

untuk pekarangan. Berhubungan dengan luas wilayah dusun palu

dengan tata guna lahannya, dari ktiga cakupan guna lahan. Lahan yang

digunakan untuk persawahan yang paling luas sekitar 18 Ha, dan untuk

pekarangannya sekitar 5 Ha serta lahan perkebunan dengan luas 7 Ha.

Dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini:

3

(53)

46

Tabel 3.1

Daftar Luas Wilayah Dusun Palu Desa Karang Pinang

No. Guna Lahan Luas

1. Perkebunan 7 Ha

2. Sawah 18 Ha

3. Pekarangan 5 Ha

Jumlah 30 Ha

( Sumber data : Monografi Luas Wllayah Dusun Palu Desa Karang Pinang tahun 2014)

e. Batas Wilayah Dusun Palu

Batas wilayah yang berada di Dusun Palu yang mana batas

tersebut merupakan batas dari pemukiman warga yang berada di

Dusun Palu. Batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sukomadu

dan berbatasan dengan Dusun Watu anyar. Batas sebelah barat

berbatasan dengan Desa Mulyo rejo dan berbatasan dengan Dusun

Ngimbang. Batas sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bangilan

dengan Dusun Cerme. Batas sebelah timur berbatasan dengan Desa

Sawit dengan Dusun Mayang.4

f. Mata Pencaharian Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang

Mata pencaharian penduduk yang berada di Dusun Palu ini ialah

sebagai petani, pedagang dan ada juga yang menjadi TKW dan TKI di

luar negri, namun mayoritas penduduk dusun palu tersebut ialah

petani, karena wilayah mereka yang agraris. Penduduk di dusun palu

tersebut mengolah sawah mereka dengan sebaik mungkin, karena

4

Gambar

  Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam merefleksi perasaan sebagai respon empatik, sering dinyatakan secara tentatif, seperti: “mungkin anda merasa kecewa dengan teman anda”, “apakah anda berharap

Pada musim panen haminjon sebelumnya, berapa banyak hasil yang diperoleh saudara..

Sehingga kejadian trip secara bersamaan antara rele pengaman utama dan rele backup pada saat terjadi gangguan hubung singkat dapat dihindari dan koordinasi kerja

Dalam evaluasi kinerja ruas jalan dan simpang di kawasan Jalan Pahlawan, Kota Bandung ini, pertama-tama dilakukan analisis pada kondisi eksisiting untuk mengetahui

RKAS memuat rencana Program sekolah dalam setiap Tahun Anggaran yang disusun berdasarkan keperluan rutin sekolah dan juga memuat upaya-upaya SMP Negeri 12 dalam pengembangan

Jarak

Faktor psikologis emosi pada beberapa anak dapat memicu gejala dan dewasa yang berpenyakit asma, tetapi emosional atau sifat-sifat perilaku yang dijumpai pada anak

a. Kemampuan motorik halus. a) Stimulasi yang perlu di lanjutkan. 1) Memasukan benda kedalam wadah. 2) Bermain dengan mainan yang mengapung di air. 3) Menggambar, menyusun kubus